Anda di halaman 1dari 25

Nama :Desi Ratnawati.

NIM :2109112140

Dosen Pengampu :

Mardalena Hanifa,SH.,M.H Konsep Hukum


Asuransi
Pendahuluan
Perkembangan dinamika suatu pasar asuransi sudah sangat sempurna. Beragam warna
yang memasuki peasuransian sehingga membawa nuansa baru yang menyebabkan pasar
semakin kompetitif. Beriringan waktu , Perusahaan asuransi mengalami perkembangan
baik didirikan nasional maupun swasta. Usaha perasuransian yang mengikuti
perkembangan zaman maka Perusahaan tersebut semakin maju baik dalam segi fungsi
maupun kualitas dalam faktor pasar.
Dalam prospek jangka panjang, Perusahaan asuransi masih sangat dipercaya meski
Indonesia mengalamai krisis pada tahun 1997. Tentunya dalam hal ini perlu adanya
kepastian hukum yang mengatur secara jelas terkait industri asuransi agar masyarakat
percaya dan senang kepada industri asuransi sehingga dapat bergabung kedalam instansi
dalam rangka peminimalisiran resiko-resiko yang timbul.
Sub Materi

Landasan Fungsi Sidat PerjanjianSyarat Khusus Tujuan


Pengertian Hukum Asuransi Asuransi Perjanjian Asuransi
Hukum Asuransi Asuransi
Asuransi
Definisi Hukum Asuransi
Pasal 1 angka 1 Undan-Undang Nomor 40 Tahun 2014
tentang Perasuransian ialah kesepakatan antara para pihak
yaitu pemegang polis dengan Perusahaan asuransi sebagai
landasan bagi penerimaan sebuah premi bagi Perusahaan
asuransi sebagai upah terhadap pembayaran atas
meninggalnya tertanggung atau pembayaran yang
dilandaskan untuk:

1. Menyerahkan penggantian kepada pihak tertanggung


disebabkan oleh kerusakan ataupun kerugian yang timbul
2. Menyerahkan pembayaran yang dilandaskan oleh
meninggalnya tertanggung atau pembayaran yang
dilandaskan terhadap hidupnya pihak tertanggung yang
memiliki keuntungan cukup besar terhadap penajaan dana
Definisi Hukum Asuransi
Asuransi berasal dari Bahasa belanda yaitu
“assurantie” yang berarti pertanggungan. Dalam era
modern yang tidak luput dengan era digital pada
masa sekaranga maka terdapat pengertian asuransi
yang berbeda yaitu kesepakatan antar pihak
penanggung terhadap penutup asuransi, penanggung
akan bertanggung jawab terhadap segala sesuatu
yang terjadi seperti kerusakan maupun kerugian
yang diterima oleh tertanggung atau pembayaran
terhadap yang disepakati penutup perjanjian kepada
penutup asuransi , tentunya ada hubungan timbal
balik yaitu penutup asuransi akan menyerahkan
sebuah premi.
Definisi Hukum Asuransi
Asuransi secara umum diartikan sebagai
pertanggungan atau sebuah kesepakatan antara kedua
pihak yang mana pihak yang satu berkewajiban
membayar premi atau kontribusi. Pihak yang lainnya
bertanggung jawab terhadap pemberi jaminan
apabila pemberi jaminan terjadi peristiwa dan
persitiwa tersebut memiliki asuransi maka akan
ditanggung oleh penanggung atau yang menerima
pembayaran iuran sehingga terjadi peralihan resiko .
Definisi Hukum Asuransi
Hukum asuransi adalah seperangkat aturan baik lisan
maupun tulisan yang mengikat para pihak dan
memiliki sanksi terkait peralihan resiko yang
terdapat pada orang lain untuk memperoleh ganti
rugi setelah terjadinya suatu kondisi yang
mengakibatkan orang tersebut menderita kerugian.
Landasan Hukum Asuransi

Undang-Undang Nomor 40 Tahun Keppres RI Nomor 40 tahun


Pasal 1774 Kitab 1988 tentang Usaha di Bidang
Undang-Undang 2014 tentang Perasuransian Asuransi Kerugian
Hukum Perdata
(KUHPerdata )
Fungsi
1. Fungsi utama asuransi , yaitu :
Hukum Asuransi a. Pemindahan resiko (risk transfer)
Fungsi ini merupakan sebuah mekanisme terkait
peralihan resiko dari tertanggung kepada penanggung
dengan membayar sejumlah premi. Premi yang dibayar
wajib dalam kategori yang selaras dengan resiko yang
akan diterima oleh perusahaan asuransi. Maka, pihak
asuransi dapat membayar kerugian dari nasabah dengan
baik
b. Pengumpulan dana (common pool)
Fungsi
1. Fungsi utama asuransi , yaitu :
Hukum Asuransi Dalam hal ini tertanggung akan menyerahkan premi
kepada Perusahaan asuransi sebagai gantinya maka
perusahaan asuransi akan menjamin dan bertanggung
jawab terhadap benda ataupun peristiwa yang telah
diperjanjikan.
c. Premi yang seimbang (equitable premium)
Pihak penanggung mewajibkan agar pembayaran premi
harus seimbang dengan resiko yang akan ditanggung
perusahaan asuransi agar pihak asuransi dapat dengan
Fungsi
1. Fungsi sekunder asuransi, yaitu:
Hukum Asuransi
a. Merangsang peningkatan usaha
b. Keamanan, sehingga pihak tertanggung dapat fokus
terhadap peningkatan usahanya
c. Membendung kerugian (loss prevention ) dengan
menghitung potensi dari resiko yang akan terjadi
d. Dapat mempercepat pemulihan ekonomi serta
meminimalisir terjadinya kemiskinan
e. Adanya investasi seperti tabungan seperti asuransi
jiwa
Fungsi
Hukum Asuransi 1. Fungsi tambahan asuransi ,yaitu :
a. Perusahaan asuransi akan menginvetasikan premi
yanga ada menggunakan instrument keuangan
b. Pendapatan yang diterima perusahana asuransi dari
komisi reasuransi disebut invisible earnings
Sifat
1. Asuransi ialah perjanjian pribadi (personal contract)

Perjanjian Asuransi Hal ini terbatas pada pihak yang mengikatkan diri yang akan bertanggung jawab terkati kerugian. Polis
asuransi dapat ditingkatkan dengan pemberitahuan kepada penanggung dan polis ini tidak dapat
dipindahtangankan sepanjang tanpa pengetahuan dari pihak penangggung. Contoh : Ketika rumah
diasuransikan kepemilikannya berganti, perjanjian asuransi tidak secara langsung dapat direalisasikan
kepada rumah tersebut apabila nama pihak tertanggung belum diganti atau pihak penanggung terlebih
dahulu tidak menyetujui perubahan kepemilikan dari rumah tersebut , hal ini diatur dalam pasal 1340
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata ).
2. Perjanjian Sepihak (unilateral contract)

Terdapat pada perjanjian asuransi yang memperlihatkan seperti hanya penanggung atau pihak asuransi
yang membuat perikatan untuk merealisasikan prestasinya walaupun polis berisfat kondisional yaitu
kesepakatan dapat batal ketika tertanggung melakukan hal-hal yang telah disepakati atau kondisi
tertentu yang diatur dalam polis, diatur dalam pasal 257 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang
(KUHD).
Sifat
3. Perjanjian Bersyarat (Conditional Contract)

Penanggung akan melaksanakan kewajibannya ketika peristiwa yang disepakati benar-


Perjanjian Asuransi benar terjadi dan tertanggung merealisasikan kewajibannya yaitu membayar premi
terhadap penanggung. Sifat perjanjian ini terdapat pada pasal 1253 Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata (KUHPerdata ) menyatakan bahwa perikatan ialah bersyarat
apabila peristiwa digantungkan kepada persitiwa yang belum pasti pada masa yang
akan datang, ataupun menangguhkan hingga terjadinya suatu kondisi yang telah
disepakati, serta dapat membatalkan perikatan ketika terjadi atau tidak terjadinya
peristiwa tersebut.
4. Perjanjian yang disiapkan sepihak (Contract of adhesion)
Pihak penangggung atau Perusahaan asuransi telah mempersiapkan suatu perjanjian
yang akan diserahkan kepada tertanggung terkait apakah tertanggung menerima atau
tidak, maka dari itu sangat jarang sekali kesepakatan yang terjadi ini melalui proses
negosiasi.
Sifat
5. Pertukaran yang tidak seimbang (Aleatory Contract)
Perjanjian Asuransi
Prestasi dibebankan kepada suatu kemungkinan yang akan terjadi
atau tidak sehingga tidak berimbang. Tertanggung membayar premi
secara berkala tetapi tidak terjadi peristiwa yang disepakati maka
perusahaan asuransi tidak membayar apapun. Namun, bila timbul
hal-hal yang tidak dipertanggungkan maka premi yang dibayarkan
tertanggung secara berkala itu tidak seimbang dengan beban klaim
yang akan dibayarkan perusahaan asuransi. Hal ini merupakan
gambaran terhadap prinsip asuransi yaitu pengalihan resiko yang
dilakukan oleh tertanggung menggunakan prinsip penyebaran
resiko (risk distribution ) dan pengumpulan premi (premi pooling)
yang dilakukan oleh pihak penanggung
Syarat Khusus Perjanjian Asuransi
1. Kesepakatan
Kesepakatan perjanjian para pihak menjadi landasan
berlakunya perjanjian. Sehingga pemberlakuan tidak
dikarenakan oleh penandatangan polis atau penyerahan
polis. Pemberlakuan perjanjian ini berlaku ketika saat
adanya kata sepakat. Hal ini diatur dalam pasal 257 Kitab
Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) yaitu
Perjanjian Pertanggungan ada ketika setelah diadakannya
hal itu; hak akan dimulai saat itu, malahan sebelum Polis
ditandatangani dan kewajiban kedua belah pihak dari
penanggung dan tertanggung terealisasikan akan tetapi
harus ada pembayaran premi terlebih dahulu dari
Tertanggung terhadap Penanggung.
Syarat Khusus Perjanjian Asuransi

2.Kecakapan atau kewenangan (Authority)


Kecakapan dalam perjanjian asuransi dapat dinyatakan
dengan dengan kewenangan atau wewenang dari kedua
belah pihak, baik itu dari pihak Penanggung ataupun dari
pihak Tertanggung. Kewenangan tersebut ada yang bersifat
subyektif dan ada yang bersifta obyektif, tentu saja dalam
hal ini kewenangan yang bersifat subyektif adalah terkait
dengan kedewasaan. Dimana tentu saja usia dari para pihak
harus cakap hukum, di mana kecakapan ini diatur di dalam
Undang-Undang no 1 tahun 1974 dan UU notaris, yaitu 18
tahun, sehat ingatan, tidak dibawah perwalian atau
pemegang kuasa yang sah
Syarat Khusus Perjanjian Asuransi

3. Obyek Tertentu (Fixed Obyek )

Obyek asuransi dapat dikatakan sebuat harta kekayaan yang


memiliki nilai ekonomi, sehingga dapat dihargai dengan sejumlah
uang. Obyek asuransi ini memiliki hak subyektif yang tidak berwujud,
hak subyektif ini disebut dengan kepentingan. Artinya kepentingan
akan selalui mengikuti dimana obyek asuransi itu berada. Pasal 268
KUHD memberikan pengertian mengenai kepentingan, yaitu:

a. Dapat dinilai dengan uang;

b. Dapat terancam bahaya;

c. Tidak dikecualikan oleh Undang-Undang


Syarat Khusus Perjanjian Asuransi

4. Kausal yang halal atau diperbolehkan (Legal Cause )

Kausa yang halal atau diperbolehkan maksudnya adalah isi perjanjian


asuransi itu tidak dilarang oleh Undang-Undang, tidak bertentangan dengan
dengan ketertiban umum, dan tidak bertentangan dengan kesusilaan. Dapat
diartikan pula dengan obyek yang dilarang untuk diperdagangkan, tidak
adanya kepentingan, tidak adanya pembayaran premi guna mengalihkan
resiko.
Tentu saja untuk syarat sahnya perjanjian, apabila syarat pertama dan
kedua yang merupakan syarat subyektif dilanggar, maka akibat hukumnya
adalah dapat dibatalkan dan apabila syarat ketiga dan syarat keempat yang
dilanggar, maka akibat hukumnya adalah batal demi hukum.
Tujuan Asuransi
1. Tujuan Ganti Rugi

Ganti rugi yang diberikan oleh penanggung kepada


tertanggung apabila tertanggung menderita kerugian yang dijamin
oleh polis, yang bertujuan untuk mengembalikan tertangung dari
kebangkrutan sehingga ia masih mampu berdiri seperti sebelum
menderita kerugian. Jadi tertanggung hanya oleh boleh memperoleh
ganti rugi sebesar kerugian yang dideritanya, artinya tertanggung
tidak boleh mencari keuntungan (speklasi) dari asuransi. Bagitu
juga dengan penanggung, ia tidak boleh mencari keuntungan atas
interest yang ditanggungnya, kecuali memperoleh balas jasa atau
premi.
Tujuan Asuransi
b. Tujuan tertanggung

Adalah sebagai berikut :


1) Untuk memperoleh rasa tentram dan aman darn resiko yang dihadapinya at
kegiatan usahanya atas harta miliknya.
2) Untuk mendorong keberanianya meningkatkan usaha yang lebih besar deng
resiko yang lebih besar pula, karena risiko yang besar itu diambil oleh penanggung.

c. Tujuan Penanggung

Tujuan penanggung dibagi 2 (dua), yaitu :

1) Tujuan Umum, yaitu : memperoleh keuntungan selain menyediakan lapangan ker


apabila penanggung membutuhkan tenaga pembantu.

2) Tujuan Khusus, adalah :

a) Meringankan resiko yang yang dihadapi oleh para nasabah atau para tertanggu
dengan mangambil alhi risiko yang dihadapi.

b) Menciptakan rasa tentram dan aman dikalangan nasabahnya, sehingga lebih bera
mengikatkan usaha yang lebih besar.
Referensi
Aldira, Elda Laniza Zainal, Hukum Asuransi, 2016

Ali, Zainuddin, Hukum Asuransi Syariah, Jakarta: Sinar Grafika, 2008


<https://books.google.com/books?
hl=en&lr=&id=AJ2pEAAAQBAJ&oi=fnd&pg=PP1&dq=saham+syariah&ots=Xx8yRf-
nJr&sig=ZeAGm1ZWaWPTYdEzVMBrHcUtx88>

Asuransi, Fungsi, Sebagai Lembaga, Penjamin Dalam, Perjanjian Kredit, Terhadap Pelunasan,
Utang Debitur, and others, ‘(Standard Form) .’, 4.1 (2023), 52–71

Fauzi, Wetria, Hukum Asuransi, 2019 <http://repo.unand.ac.id/37110/4/Buku Hukum


Asuransi.pdf>

Guntara, Deny, ‘Asuransi Dan Ketentuan-Ketentuan Hukum Yang Mengaturnya’, Justisi Jurnal
Ilmu Hukum, 1.1 (2016), 29–46 <https://doi.org/10.36805/jjih.v1i1.79>

Hukum, Jurnal, Magnum Opus, and Joko Tri Laksono, ‘229337808’, 2018, 26–35

Idayanti, Soesi, Hukum Asuransi (Penerbit Tanah Air Beta, 2020)

Irianti, R A Diah, Permana Sari, and Wiwin Wintarsih Windiantina, Hukum Asuransi

Keppres Nomor 40 Tahun 1988, Птицы, 1988, I

Mariyam, Siti, ‘Sistem Jaminan Sosial Nasional Melalui BPJS Kesehatan (Perseptif Hukum
Asuransi)’, Jurnal Ilmiah UNTAG Semarang, 7.2 (2018), 36–42

Nasution, Sukri, ‘Pelaksanaan Asuransi Pendidikan Dalam Hukum Ekonomi Syariah’, Jurnal
Literasiologi, 3.3 (2020), 100–106 <https://doi.org/10.47783/literasiologi.v3i3.107>
Referensi
Aldira, Elda Laniza Zainal, Hukum Asuransi, 2016

Ali, Zainuddin, Hukum Asuransi Syariah, Jakarta: Sinar Grafika, 2008 <https://books.google.com/books?
hl=en&lr=&id=AJ2pEAAAQBAJ&oi=fnd&pg=PP1&dq=saham+syariah&ots=Xx8yRf-
nJr&sig=ZeAGm1ZWaWPTYdEzVMBrHcUtx88>

Asuransi, Fungsi, Sebagai Lembaga, Penjamin Dalam, Perjanjian Kredit, Terhadap Pelunasan, Utang Debitur, and others, ‘(Standard Form) .’,
4.1 (2023), 52–71

Fauzi, Wetria, Hukum Asuransi, 2019 <http://repo.unand.ac.id/37110/4/Buku Hukum Asuransi.pdf>

Guntara, Deny, ‘Asuransi Dan Ketentuan-Ketentuan Hukum Yang Mengaturnya’, Justisi Jurnal Ilmu Hukum, 1.1 (2016), 29–46
<https://doi.org/10.36805/jjih.v1i1.79>

Hukum, Jurnal, Magnum Opus, and Joko Tri Laksono, ‘229337808’, 2018, 26–35

Idayanti, Soesi, Hukum Asuransi (Penerbit Tanah Air Beta, 2020)

Irianti, R A Diah, Permana Sari, and Wiwin Wintarsih Windiantina, Hukum Asuransi

Keppres Nomor 40 Tahun 1988, Птицы, 1988, I

Mariyam, Siti, ‘Sistem Jaminan Sosial Nasional Melalui BPJS Kesehatan (Perseptif Hukum Asuransi)’, Jurnal Ilmiah UNTAG Semarang, 7.2
(2018), 36–42
Referensi
Putra, I Wayan Agus Satriya Wedhana, and Ida Ayu Sukihana, ‘Kedudukan Agen Asuransi Di
Era Digital Dalam Menawarkan Produk Asuransi’, Jurnal Kertha Semaya, 8.3 (2020), 350–
67

Sembiring, Sentosa, Hukum Asuransi (Penerbit Nuansa Aulia, 2014)

Subagiyo, Dwi Tatak, and Fries Melia Salviana, Buku Hukum Asuransi, Surabaya : PT. Revka
Petra Media, 2016 <https://erepository.uwks.ac.id/5191/1/Buku Hukum Asuransi.pdf>

Suryono, Arief, ‘Asuransi Kesehatan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992’,


Jurnal Dinamika Hukum, 9.3 (2009), 213–21 <https://doi.org/10.20884/1.jdh.2009.9.3.232>

Telaumbanua, Ruth Faeriani, M R Haholongan, M Subroto, Ali Muhammad Ari Fadilah,


Unidad Metodología D E Conocimiento D E Los, Muhammad Fikri, and others, ‘JURNAL
ILMIAH KOHESI Vol. 5 No. 2 April 2020’, Jurnal Ilmiah Kohesi, 11.1 (2020), 33–42
<https://medium.com/@arifwicaksanaa/pengertian-use-case-a7e576e1b6bf%0Ahttps://
jptam.org/index.php/jptam/article/view/1922>
Terima
Kasih

Anda mungkin juga menyukai