TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Asuransi
Asuransi yaitu :
perbuatan yang hasilnya, mengenai untung ruginya, baik bagi semua pihak
maupun bagi sementara pihak, bergantung kepada suatu kejadian yang belum
tentu”.2
yaitu :
1
Markonah, (et.al.). “The Effect of Corporate Governance and Premium Growth on the Performance
of nsurance Companies in Indonesia”. European Research Studies Journal . Vol.22, No.2. 2019. Hal : 367
2
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
3
Kitab Undang-Undang Hukum Dagang
15
c. Dalam pasal 1 Undang-Undang No. 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian
dinyatakan bahwa :
Asuransi adalah perjanjian antara dua pihak, yaitu perusahaan asuransi dan
pemegang polis, yang menjadi dasar bagi penerimaan premi oleh
perusahaan asuransi sebagai imbalan untuk:
a) Memberikan penggantian kepada tertanggung atau pemegang polis karena
kerugian, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan keuntungan, atau
tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin diderita
tertanggung atau pemegang polis karena terjadinya suatu peristiwa yang
tidak pasti; atau
b) Memberikan pembayaran yang didasarkan pada meninggalnya tertanggung
atau pembayaran yang didasarkan pada hidupnya tertanggung dengan
manfaat yang besarnya telah ditetapkan dan/atau didasarkan pada hasil
pengelolaan dana.4
2. Usaha Perasuransian
asuransi atau produk asuransi syariah, konsultasi dan keperantaraan asuransi, asuransi
syariah, reasuransi, atau reasuransi syariah, atau penilaian kerugian asuransi atau
asuransi syariah”.
a. Perusahaan Asuransi
Perasuransian yaitu :
4
Undang-Undang No 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian
16
b) Perusahaan Asuransi adalah perusahaan asuransi umum dan perusahaan
asuransi jiwa.
b. Ruang lingkup usaha perasuransian diatur pada Bab I UU NO. 40 Tahun 2014
5
Undang-Undang No 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian
17
penanganan penyelesaian klaimnya dengan bertindak untuk dan atas nama
pemegang polis, tertanggung, atau peserta.
h) Usaha Pialang Reasuransi adalah usaha jasa konsultasi dan/atau
keperantaraan dalam penempatan reasuransi atau penempatan reasuransi
syariah serta penanganan penyelesaian klaimnya dengan bertindak untuk
dan atas nama perusahaan asuransi, perusahaan asuransi syariah,
perusahaan penjaminan, perusahaan penjaminan syariah, perusahaan
reasuransi, atau perusahaan reasuransi syariah yang melakukan penempatan
reasuransi atau reasuransi syariah.
i) Usaha Penilai Kerugian Asuransi adalah usaha jasa penilaian klaim
dan/atau jasa konsultasi atas objek asuransi.6
Perusahaan yaitu : 8
1) Transparansi
2) Akuntabilitas
sesuai dengan hukum, aturan, moral, dan standar etika, serta praktik terbaik
6
Undang-Undang No 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian
7
Effendi dalam Markonah, (et.al.). “The Effect of Corporate Governance and Premium Growth on the
Performance of Insurance Companies in Indonesia”. European Research Studies Journal . Vol.22, No.2.
2019. Hal : 367
8
Ibid.
18
3) Daya Tanggap
umpan balik dari pihak yang berkepentingan dan untuk perubahan dunia
4) Kemandirian
Setiap peserta harus bebas dari kepentingan pihak lain yang berpotensi
dengan kompetensinya.
5) Keadilan
Pada Pasal 1 huruf d Surat Edaran OJK Nomor 32/SEOJK.05/2016 Tentang saluran
1) Program yang menjanjikan perlindungan terhadap 1 (satu) jenis atau lebih risiko
yang dapat diasuransikan yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti
dengan memberikan penggantian kepada pemegang polis, tertanggung, atau
peserta karena kerugian, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan keuntungan,
atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin diderita
pemegang polis, tertanggung, atau peserta, atau pemberian jaminan pemenuhan
kewajiban pihak yang dijamin kepada pihak yang lain apabila pihak yang
dijamin tersebut tidak dapat memenuhi kewajibannya;
2) Program yang menjanjikan perlindungan terhadap 1 (satu) jenis atau lebih risiko
yang terkait dengan meninggalnya seseorang yang dipertanggungkan, hidup dan
meninggalnya seseorang yang dipertanggungkan, atau anuitas asuransi jiwa;
3) Program yang menjanjikan perlindungan terhadap 1 (satu) jenis atau lebih risiko
yang terkait dengan keadaan kesehatan fisik seseorang atau menurunnya kondisi
kesehatan seseorang yang dipertanggungkan; dan/atau
4) Program yang menjanjikan perlindungan terhadap 1 (satu) jenis atau lebih risiko
dengan memberikan penggantian atau pembayaran kepada pemegang polis,
19
tertanggung, atau peserta atau pihak lain yang berhak dalam hal terjadi
kecelakaan.9
a. Asuransi Jiwa
Pengertian asuransi jiwa didasarkan pada dua pandangan yaitu dari segi
orang yang melibatkan proses akumulasi dana oleh suatu kelompok untuk
memenuhi kerugian keuangan yang tidak pasti. Dua elemen kunci dalam
dari satu pihak membayar kewajiban (premi) kepada pihak lain selaku penanggung
9
Surat Edaran OJK Nomor 32/SEOJK.05/2016 Tentang saluran Pemasaran Produk Asuransi Melalui
Kerjasama dengan Bank
10
Umam, Khotibul. 2013. Memahami dan Memilih Produk Asuransi. Yogyakarta : Penerbit Medpress
Digital. Hal : 31-47
11
Ibid.
12
Ibid.
20
1) Asuransi jiwa berjangka (Term Life insurance)
tahun.
Asuransi jiwa dwiguna merupakan jenis asuransi yang memiliki dua manfaat,
indonesia yaitu :
b. Asuransi Kerugian
13
Ibid.
21
Contoh produk asuransi kerugian yang dikeluarkan oleh perusahaan asuransi di
Indonesia yaitu :
1) Asuransi Wajib
Asuransi sukarela merupakan asuransi yang setiap orang tidak terikat untuk
lain :17
1. Asuransi kebakaran
14
Ibid.
15
Ibid.
16
Ibid.
17
Ibid.
22
resiko kerugian data atau kepentingan yang dipertanggungkan akibat
kendaraan bermotor.
diangkut baik melalui laut, udara, dan darat serta tanggung jawab
terhadap penumpangnya.
23
c. Asuransi Cash
terhadap kerugian yang mungkin timbul atas uang yang telah disimpan pada
jaminan terhadap kerugian yang timbul atas uang yang disamakan dengan
terhadap kerugian yang mungkin timbul atas mesin-mesin atau instalasi mesin
18
Ibid.
24
sebagai akibat dari dalam mesin, dari luar mesin, kekurangterampilan dalam
kecurangan yang dilakukan oleh seorang staf yang tugasnya bertanggung jawab
4. Polis Asuransi
Polis asuransi merupakan surat persetujuan yang berisi kesepakatan antara pihak
merupakan polis atau perjanjian asuransi atau dengan nama apapun, serta dokumen
lainyang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan perjanjian asuransi,
termasuk tanda bukti kepesertaan asuransi bagi pertanggungan kumpulan, antara pihak
19
Loc.cit, pada Markonah, (et.al.).
20
Keputusan Menteri Keuangan Republik ndonesia Nomor 422/KMK.06/2003 Tentang Penyelenggara
Usaha Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Perasuransian
25
Pada Pasal 1 huruf f Surat Edaran OJK Nomor 32/SEOJK.05/2016 Tentang saluran
Pemasaran Produk Asuransi Melalui Kerjasama dengan Bank, yang dimaksud polis
asuransi yaitu “akta perjanjian asuransi atau dokumen lain yang dipersamakan dengan
akta perjanjian asuransi, serta dokumen lain yang merupakan satu kesatuan yang tidak
terpisahkan dengan perjanjian asuransi, yang dibuat secara tertulis dan memuat
perjanjian antara pihak Perusahaan dan calon pemegang polis, tertanggung, atau
peserta.”21
Dalam pasal 1 ayat 1 UU No 21 Tahun 2011 Tentang OJK, dinyatakan bahwa “OJK
merupakan lembaga yang independen dan bebas dari campur tangan pihak lain, yang
kegiatan perbankan. OJK disebut juga sebagai lembaga extraordinary karena mendapat
Perbankan, Pasar Modal, dan Lembaga Keuangan Non Bank, seluruh bisnis di indonesia
berada pada pengaturan dan pengawasannya yang bebas dari intervensi instansi atau pihak
manapun. Secara lebih lengkap, OJK adalah lembaga independen dan bebas dari campur
tangan pihak lain yang mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan, pengawasan,
tersebut. Tugas pengawasan industri keuangan non-bank dan pasar modal secara resmi
beralih dari Kementerian Keuangan dan Bapepam-LK ke OJK pada 31 Desember 2012.
21
Surat Edaran OJK Nomor 32/SEOJK.05/2016 Tentang saluran Pemasaran Produk Asuransi Melalui
Kerjasama dengan Bank
22
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang OJK
26
Sedangkan pengawasan di sektor perbankan beralih ke OJK pada 31 Desember 2013 dan
Pada Undang-Undang No.21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan menyebutkan
bahwa perlindungan konsumen dan masyarakat memperoleh perhatian khusus, yaitu dengan
Pada Pasal 5 Undang-Undang No.21 Tahun 2011 tentang OJK disebutkan bahwa “OJK
Pasal 4 UU Nomor 21 Tahun 2011 tentang OJK menyebutkan bahwa “OJK dibentuk
dengan tujuan agar keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan terselenggara secara
teratur, adil, transparan, akuntabel dan mampu mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh
secara berkelanjutan dan stabil, serta mampu melindungi kepentingan konsumen maupun
masyarakat”.25
23
Azhary Hamzah Nasution. 2018. Peran Pengawasan Otoritas Jasa Keuangan Terhadap Kejahatan
Perbankan. Skripsi, Medan.
24
Undang-Undang No 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan
25
Undang-Undang No 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan
26
Ibid.
27
Adapun wewenang yang dimiliki OJK adalah sebagai berikut:
27
Pasal 7 Undang-Undang No 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan
28
Pasal 8 Undang-Undang No 21 Tahun 2011 Tentang OJK
29
Pasal 9 Undang-Undang No 21 Tahun 2011 Tentang OJK
28
f) Menetapkan penggunaan pengelola statuter;
g) Menetapkan sanksi administratif terhadap pihak yang melakukan pelanggaran
terhadap peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan;
h) Memberikan dan atau mencabut: izin usaha, izin orang perseorangan,
efektifnya pernyataan pendaftaran, surat tanda terdaftar, persetujuan
melakukan kegiatan usaha, pengesahan, persetujuan atau penetapan
pembubaran dan penetapan lain.
Pengawasan menurut Henry Fayol dan Harahap yaitu upaya memeriksa apakah semua
terjadi sesuai dengan rencana yang ditetapkan, perintah yang dikeluarkan, dan prinsip yang
dianut. Hal ni dimaksudkan untu mengetahui kelemahan dan kesalahan agar dapat dihindari
hambatan lainnya;
1. Pengawasan awal
Pengawasan awal dilakukan pada saat dimulai pelaksanaan, hal ni untuk mencegah
2. Pengawasan proses
30
Sahat Parulian Remus. 2017. Analisis Sistem Pengawasan Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT
Bank Mandiri Cabang Krakatau Medan. Jurnal lmiah Methonomi. Vol. 3, No.2. Hal : 28.
31
Ibid
32
Ibid
29
3. Pengawasan akhir
organisasi.
OJK memiliki peranan yang sangat penting dalam penyelenggaraan dan melakukan
pengawasan terhadap seluruh sektor jasa keuangan. dalam rangka menjalankan fungsi,
tugas, dan wewenangnya, OJK diawasi oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Selain itu,
OJK juga memiliki kewajiban untuk membuat laporan keuangan terhadap Badan Pemeriksa
Pada Pasal 38 UU No 21 Tahun 2011 Tentang OJK, disebutkan pada ayat 1 bahwa
“OJK wajib menyusun laporan keuangan yang terdiri dari laporan keuangan semesteran dan
tahunan”. Selain tu pada ayat 2 juga disebutkan bahwa, “OJK wajib menyusun laporan
kegiatan yang terdiri atas laporan kegiatan bulanan, triwulan, dan tahunan”.35
terhadap Lembaga Jasa Keuangan Non Bank (LJKNB). Lembaga jasa keuangan non-bank
di ndonesia yaitu Perusahaan Asuransi, Dana Pensiun, Koperasi Simpan Pinjam, Pasar
33
Ibid
34
Lina Maulidiana dalam Lilis Falihah (et.al.).2020. Fungsi Pengawasan Oleh Lembaga Otoritas Jasa
Keuangan Terhadap Sektor Perasuransian Ditinjau Dari Hukum Pengawasan. Jurnal Fundamentasl Justice.
Vol.1, No.2. Hal : 30
35
Undang-Undang No 21 Tahun 2011 Tentang OJK
30
Perusahaan Sewa guna usaha, Perusahaan Kartu Kredit, Pasar Uang, dan Perusahaan
Pembiayaan infrastruktur.36
OJK dapat melakukan pemeriksaan langsung terhadap para pemegang saham atau
yang setara pada Lembaga Jasa Keuangan Non Bank, perusahaan anak dari Lembaga Jasa
Keuangan Non-Bank, dan/atau pihak lain yang melakukan transaksi dengan Lembaga Jasa
disebutkan diatas telah terindikasi mempengaruhi tingkat risiko Lembaga Jasa Keuangan
Hal demikian dilakukan sebagai bentuk pengawasan dari OJK guna memperoleh
gambaran secara nyata terkait kondisi Lembaga Jasa Keuangan Non-Bank, mengetahui
tingkat risiko Lembaga Jasa Keuangan Non-Bank, serta menilai kepatuhan dari Lembaga
ditegaskan dalam pasal 6 huruf C UU No. 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan
dan Pasal 57 (1) UU No. 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian. Wewenang OJK khususnya
dalam sektor perasuransian, diatur dalam Pasal 60 ayat (2) UU No. 40 Tahun 2014 tentang
Perasuransian.
36
Jamal Wiwoho, dalam Lilis Falihah (et.al.). 2020. Fungsi Pengawasan Oleh Lembaga Otoritas jasa
Keuangan Terhadap Sektor Perasuransian Ditinjau Dari Hukum Pengawasan. Jurnal Fundamental Justice.
Vol.1, No.2. Hal : 31
37
Peraturan OJK NOMOR 11/POJK.05/2014 Tentang Pemeriksaan Langsung Lembaga Jasa
Keuangan Non-Bank
38
Lilis Falihah (et.al.). 2020. Fungsi Pengawasan Oleh Lembaga Otoritas jasa Keuangan Terhadap
Sektor Perasuransian Ditinjau Dari Hukum Pengawasan. Jurnal Fundamental Justice. Vol.1, No.2. Hal : 31
31
Dalam rangka pelaksanaan fungsi pengawasan, OJK berwenang: 39
39
Pasal 60 UU No 40 Tahun 2014 Tahun 2014 Tentang Perasuransian
32
6. Perusahaan Perasuransian untuk menggantikan seseorang dari jabatan atau
posisi tertentu, atau menunjuk seseorang dengan kualifikasi tertentu untuk
menempati jabatan atau posisi tertentu, dalam hal orang tersebut tidak
kompeten, tidak memenuhi kualifikasi tertentu, tidak berpengalaman, atau
melakukan pelanggaran terhadap ketentuan peraturan perundangundangan di
bidang perasuransian;
m. Mengenakan sanksi kepada Perusahaan Perasuransian, pemegang saham, direksi,
dewan komisaris, atau yang setara dengan pemegang saham, direksi, dan dewan
komisaris pada badan hukum berbentuk koperasi atau usaha bersama sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf c, dewan pengawas syariah, aktuaris
perusahaan, dan/atau auditor internal; dan
n. Melaksanakan kewenangan lain berdasarkan peraturan perundang-undangan.
33