Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PERBEDAAN ASURANSI SYARIAH DAN ASURANSI


KONVENSIONAL

NAMA : KSATRIA TAHTA PRAMUDYA

NIM : 2021008276

FAKTULTAS EKONOMI

JURUSAN EKONOMI MANAJEMEN

UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA


Latar Belakang

Asurasnsi adalah salah satu lembaga yang bergerak dibidang keuangan.


Bidang keungan ini berfokus pada menjanjikan perlindungan dan manfaat di masa
depan, kepada pemegang polis dan peserta, sekaligus menghimpun dana masyarakat.
Perkembangan asuransi di Indonesia mengalami kemajuan yang signifikan di setiap
tahunnya. Pola hidup sehat yang gencar di kampanyekan kepada mayarakat dan taraf
hidup masyarakat indonesia yang meningkat, menjadi salah satu alasan naiknya
tingkat pemilik polis asuransi di masyarakat. Tag line financially stable kerap
menjadi tujuan masyarakat khususnya impian bagi masyarakat kalangan muda dalam
mendeskripsikan kesuksesan.

Tingkat awareness masyarakat indonesia akan keamanan, kesehatan hingga


pendidikan mendorong masyarakat menginfestasikan sebagian pendapatannya untuk
polis asuransi. Mereka yang menjadi nasabah asuransi akan merasa tentram dan
mendapat perlindungan atas asuransi apa yang mereka ikuti. Asuransi di indonesia
memiliki 2 jenis yaitu asuransi syariah dan asuransi konvensional. Atas dasar
perbedaan jenis asuransi yang ada di indonesia ini penulis ingin mempelajari apa
perbedaan antara asuransi syariah dan asuransi konvensional.
Rumusan Masalah

Untuk menjabarkan makalah ini maka rumusan masalah tercipta sebagai tonggak
dalam menjelaskan makalah ini dengan bentuk pertanyaan sebagai berikut:

1. Apa itu asuransi syariah dan asuransi konvensional?


2. Apakah perbedaan asuransi syariah dan asuransi konvensional?
3. Bagaimana mekanisme operasional asuransi syariah dan asuransi konvensional

Tujuan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat menjawab rumusan masalah akan perbedaan jenis
asuransi yang ada di indonesia.

BAB II

Isi

A. Pengertian Asuransi
Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih,
dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan
menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung
karena kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan,
atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita
tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk
memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya
seseorang yang dipertanggungkan. (Menurut Undang-undang No. 2 Th. 1992
tentang Usaha Perasuransian). Sedangkan menurut paham Ekonomi, asuransi
merupakan suatu lembaga keuangan karena melalui asuransi dapat dihimpun
dana besar, yang dapat digunakan untuk membiayai pembangunan, disamping
bermanfaat bagi masyarakat yang berpartisipasi dalam bisnis asuransi, serta
asuransi bertujuan memberikan perlindungan atau proteksi atas kerugian
keuangan (financial loss), yang ditimbulkan oleh peristiwa yang tidak diduga
sebelumnya (fortuitious event).

B. Pengertian Asuransi Syariah


Menurut Dewan Syariah Nasional, asuransi syari'ah Nasional adalah usaha
untuk saling melindungi dan tolong menolong diantara sejumlah orang
melalui investasi dalam bentuk aset dan atau tabarru' yang memberikan pola
pengembalian untuk menghadapi risiko/ bahaya tertentu melalui akad yang
sesuai dengan syariah.

C. Jenis-Jenis Asuransi
Secara garis besar asuransi terdiri dari tiga kategori, yaitu:
1. Asuransi Kerugian
Terdiri dari asuransi untuk harta benda (property, kendaraan),
kepentingan keungan (pecuniary), tanggung jawab hokum (liability), dan
asuransi diri (kecelakaan atau kesehatan)
2. Asuransi Jiwa
Pada hakikatnya merupakan suatu bentuk kerjasama antara orang-orang
yang menghindarkan atau minimal mengurangi resiko yang diakibatkan
oleh resiko kematian (yang pasti terjadi tetapi tidak pasti kapan
terjadinya), resiko hari tua (yang pasti terjadi dan dapat diperkirakan
kapan terjadinya, tetapi tidak pasti berapa lama) dan resiko kecelakaan
(yang tidak pasti terjadi, tetpi tidak mustahil terjadi).
3. Asuransi Sosial
Asuransi Sosial adalah program asuransi wajib yang diselenggarakan
pemerintah berdasarkan undang-undang. Maksud dan tujuan asuransi
social adalah menyediakan jaminan dasar bagi masyarakat dan tidak
bertujuan untuk mendapat keuntungan komersial.

D. Konsep Asuransi
1. Konsep Asuransi Syariah
Konsep asuransi syariah adalah suatu konsep dimana terjadi saling
memikul resiko di antara sesame peserta. Sehingga, antara satu dengan
yang lainnya menjadi penanggung atas resiko yang muncul. Saling pikul
resiko ini dilakukan atas dasar saling menolong dalam kebaikan dengan
cara masing-masing mengeluarkan dana tabarru atau dana kebajikan
(derma) yang ditujukan untuk menanggung resiko. Asuransi syariah yang
berdasarkan konsep tolong-menolong dalam kebaikan dan ketakwaan ,
menjadikan semua peserta dalam suatu keluarga besar untuk saling
melindungi dan menanggung resiko keuangan yang terjadi diantara
mereka. Konsep takaful yang merupakan dasar dari asuransi syariah,
ditegakkan diatas tiga prinsip dasar, yaitu (1) saling bertanggung jawab,
(2) saling bekerja sama dan saling membantu, (3) saling melindungi.
2. Konsep Asuransi Konvensional
Konsep asuransi konvensional, sebagaimana didefinisikan dalam UU
Tentang Usaha Perasuransian, berbunyi “ Asuransi atau pertanggungan
adalah perjanjian antara dua belah pihak atau lebih, dimana pihak
penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima
premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung
karena mengalami kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang
diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang
mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang
tidak pasti, atau untuk meberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas
meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan”
Usaha asuransi adalah usaha jasa keuangan yang menghimpun dana
masyarakat melalui pengumpulan premi asuransi, untuk memberikan
perlindungan kepada anggota masyarakat pemakai jasa asuransi terhadap
kemungkinan timbulnya kerugian karena suatu peristiwa yang tidak pasti,
atau untuk meberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal
atau hidupnya seseorang. Konsep asuransi konvensional ditegakkan diatas
prinsip-prinsip: (1) prinsip ekonomi, yaitu hilangnya nilai ekonomi, (2)
prinsip hukum, yaitu yang tertuang dalam bentuk kontrak asuransi, (3)
prinsip aktuaris, yaitu premi yang besarnya terdiri mortality, compound
interest, loading for expenses, (4) prinsip kerja sama, yaitu memperkecil
kerugian dengan metode the law of the large number, co Insurance, own
retention, reinsurance, dan retrosesi.

E. Akad
1. Akad Asuransi Syariah
Akad yang digunakan dalam dalam asuransi syariah adalah akad tijarah
dan atau akad tabarru’. Akad tijarah yang dimaksud adalah semua bentuk
akad yang dilakukan untuk tujuan komersial misalnya mudharabah,
wadiah, wakalah , dan sebagainya. Sedangkan akad tabarru’ adalah semua
bentuk yang dilakukan dengan tujuan kebaikan dan tolong-menolong ,
bukan semata-mata untuk tujuan komersial (memberikan derma).
2. Akad Asuransi Konvensional
Akad pada asuransi konvensional adalah akad mu’awadhah. Mu’awadhah
ialah suatu perjanjian dimana pihak yang memberikan sesuatu kepada
pihak lain, berhak menerima penggantian dari pihak yang diberinya.
Disebut akad mu’awadhah karena masing-masing dari kedua belah pihak
yang berakad, penanggung dan tertanggung mendapatkan pengganti dari
apa yang telah diberikannya. Ciri lain dari akad asuransi konvensional
adalah akad idz’aan. Idz’aan atau penundukan. Dalam perjanjian ini
terjadi ketidakadilan, karena tidak seimbang, di mana pihak yang kuat
adalah penanggung atau perusahaan asuransi. Pihak penaggunglah yang
menentukan syarat-syarat yang tidak dimiliki tertanggung.
Selanjutnya Husain Hamid Hasan mengatakan bahwa akad asuransi
adalah akad gharar, karena masing-masing kedua belah pihak pada waktu
melangsungkan akad tidak mengetahui jumlah yang akan ia berikan yang
akan diambil,. Pasalnya itu tergantung kepada terjadi dan tidak terjadinya
peristiwa yang diasuransikan. Ciri yang terakhir adalah akad Mulzim.
Akad Mulzim artinya perjanjian yang wajib dilaksanakan oleh kedua
pihak, baik pihak penanggung maupun pihak tertanggung. Kedua
kewajiban ini adalah kewajiban tertanggung membayar premi-premi
asuransi, dan kewajiban penanggung membayar uang asuransi jika terjadi
peristiwa yang diasuransikan.

F. Unsur Premi
1. Premi pada Asuransi Syariah
Premi adalah sejumlah uang yang harus dibayarkan oleh tertanggung
kepada perusahaan asuransi berdasarkan kontrak asuransi yang telah
dibuat. Premi yang dibayar oleh pembeli asuransi tergantung kepada
sifat kontrak yang telah dibuat antara perusahaan asuransi dengan
tertanggung. (Cormentyna S. dan Djati K., 2003) Menurut M. Syakir
Sula, dalam bukunya Asuransi Syariah, 2004 bahwa premi adalah
kewajiban peserta asuransi untuk memberikan sejumlah dana kepada
perusahaan asuransi sesuai kesepakatan dalam akad.
Unsur premi pada asuransi syariah terdiri dari unsur tabarru’ dan
tabungan (untuk asuransi jiwa). Semakin tinggi usia dan semakin
panjang masa perjanjian, maka semakin besar pula nilai tabarru’-nya.
Dalam buku M. Syakir Sula, M.M Billah menyebut premi dengan
istilah kontribusi atau dalam bahasa fiqih disebut dengan al
musahamah. Billah mengatakan bahwa, al musahamah dalam
perjanjian takaful adalah pertimbangan keuangan dari bagian peserta
yang merupakan kewajiban yang muncul dari perjanjian antara peserta dan
pengelola. Perjanjian takaful dalam kerja sama mutual pertimbangan
dibutuhkan tidak hanya dari satu pihak tapi kedua belah pihak.
Sehingga pengelola juga secara bersamaan terikat dalam perjanjian
tadi, baik dalam hak ganti rugi (klaim) maupun keuntungan.
2. Premi pada Asuransi Konvensional
Sementara itu pada asuransi konvensional, unsur premi terdiri dari: (1)
mortality tables (table mortalitas), (2) Bunga, (3) Biaya-Biaya Asuransi
a. Mortality Tables (table mortalitas)
Daftar table kematian berguna untuk mengetahui besarnya klaim
kemungkinan timbulnya kerugian yang dikarenakan kematian,
serta meramalkan berapa lama batas waktu rata-rata seorang bisa
hidup.
b. Bunga
Untuk penetapan tariff, perhitungan bunga pun harus dikalkulasi di
dalamnya. Bunga merupakan sebagian dari keuntungan
perusahaan, karena itu dalam premi, unsur bunga ikut dihitung.
Dalam penentuan bunga aktuaris ini, biasanya perusahaan
menetapkan sebesar maksimal yang ditentukan dalam peraturan
pemerintah.
c. Biaya-biaya Asuransi
Adapun jenis biaya-biaya asuransi tersebut terdiri daro beberapa
macam: Biaya pentupan asuransi, meliputi (1) biaya
komisi,inspeksi, (2) biaya dinas luar, (3) biaya
advertising,reklame, dan sales promotion (3) biaya pembuatan
polis (biaya administrasi);Biaya pemeliharaan, umumnya
perhitungan biaya ditetapkan berdasarkan jumlah tertentu dari
yang diasuransikan; Biaya-biaya lainnya, seperti biaya inkaso an
excasso.

G. Sumber Pembayaran Klaim


1. Sumber pembayaran Klaim Asuransi Syariah
Sumber pembayaran klaim berasal dari rekening tabarru. Yaitu rekening
dana tolong-menolong dari seluruh peserta yang sejak awal sudah
diakadkan dengan ikhlas oleh peserta untuk keperluan saudara-saudaranya
apabila ditakdirkan oleh Allah meninggal dunia atau mendapat musibah.
Sehingga bisa dilihat landasan tolong menolong sesuai Al Baqarah : 261
2. Sumber pembayaran Klaim Asuransi Konvensional
Sumber pembayaran klaim berasal dari rekening perusahaan, murni bisnis.
Klaim yang diabayarkan perusahaan adalah sebagian dari kewajiban imbal
balik yang diatur dalam akad atau perjanjian asuransi. Yauitu peserta
berkewajiban membayar sejumlah premi sebagai tertanggung dan
perusahaan berkewajiban membayar klaim sebagai penanggung apabila
peserta mengalami musibah atau jatuh tempo.

H. Kontribusi Dana
1. Kontribusi Dana Asuransi Syariah
Pada Asuransi Syariah, tidak ada pembebanan biaya yang dipotong dari
iuran dana peserta (premi). Walaupun demikian, karena pertimbangan
market dan kondisi social dimana asuransi syariah belm dikenal dan tidak
menggunakan tenaga agen (agency system), maka beberapa perusahaan
masih mendapatkan izin dari DPS ( Dewan Pengawas Syariah ) utnuk
menggunakan biaya loading dalam jumlah tertentu dari premi tahun
pertama. Jumlah ini memang masih jauh lebih kecil dibandingkan dengan
asuransi konvensional yang kadang ada yang sampai 180% dari premi
tahun pertama. Ketentuan ini diberikan dengan harapan pada saat asuransi
syariah tersebut sudah mapan, maka sedikit demi sedikit biaya loading
dapat dihilangkan.
2. Kontribusi Dana Asuransi Konvensional
Kontribusi biaya sudah berada dalam premi peserta, dan biasanya premi
tahun pertama dan tahun kedua habis terserap untuk biaya loading,
terutama komisi agen. Karena itu, agen dan broker cukup termakmurkan
dalam konsep asuransi konvensional. Akan tetapi, pada sisi lain peserta
tidak diperlakukan secara adil terutama ketika mengundurkan diri di tahun
pertama dan kedua. Dimana dana peserta masih hangus karena belum
memiliki nilai tunai. Atau kalupun adaa, masih sangat kecil.

I. Pengelolaan Dana
1. Pengelolaan Dana Asuransi Syariah
Mekanisme pengelolaan dana pada asuransi syariah berbeda dengan
asuransi konvensional. Pada asuransi jiwa syariah (life insurance), untuk
produk-produk yang mengandung unsur saving dana yang dibayarkan
peserta dibagi langsungdibagi dalam dua rekening yakni rekening peserta
dan rekening tabarru. Kemudian total dana diinvestasikan dan hasil
investasi dibagi secara proporsional antara peserta dan pengelola
berdasarkan skim bagi hasil yang telah ditetapkan sebelumnya.
Kemudian pada asuransi kerugian syariah dimana tidak mengandung
unsur saving, terjadi akad mudharabah antara peserta dan pengelola.
Kemudian total kontribusi dana yang dibayarkan peserta diinvestasikan,
dan hasil investasi (surplus) setelah dikurangi beban asuransi terjadi bagi
hasil antara peserta dan pengelola sesuai kesepakatan. Dana yang
dibayarkan peserta, kemudian terjadi akad bagi hasil (Mudharabah) antara
peserta dan pengelola. Dana tersebut kemudian di investasikan secara
syariah dan di kurangi biaya-biaya operasional. Selanjutnya surplus
(profit) di bagi antara peserta dengan pengelola sesuai dengan akad di
awal tadi (missal 60:40). Bagian yang 60 % untuk pengelola setelah
dikurangi biaya administrasi dan management expenses, sisanya menjadi
profit bagi shareholder. Sedangkan bagian yang 40 % menjadi share of
surplus for participant atau peserta.

2. Pengelolaan Dana Asuransi Konvensional


Mekanisme pengelolaan pada asuransi konvensional tidak memisahkan
antara dana peserta dengan dana tabarru. Semua bercampur menjadi satu
dan status dana tersebut adalah dana perusahaan atau pengelola. Dimana
perusahaan bebas mengelola dana tersebut tanpa ada batasan haram
ataupun halal.

J. Investasi Dana
1. Investasi Dana pada Asuransi Syariah
Investasi dana-dana yang terkumpul dari peserta hanya bisa digunakan
sesuai dengan akad yang sesuai dengan syariat Islam. Islam mengajarkan
agar berusaha mengambil yang halal dan baik saja (Al-Baqarah : 168).
Oleh karena itu asuransi syariah biasanya menginvestasikan dananya
kepada bank-bank syariah ataupun lembaga syariah lainnya.
2. Investasi Dana Pada Asuransi Konvensional
Investasi bergerak pada jenis investasi yang aman dan menguntungkan
seta memiliki likuiditasyang sesuai dengan kewajiban yang harus
dipenuhisesuai dengan Keputusan Menteri Republic Indonesia Nomor
424/KMK.6/2003 Tentang Keuangan Perusahaan Asuransi dan
Perusahaan Reasuransi.
Jadi semua jenis investasi sudah diatur oleh pemerintah dan dilakukan
tentu berdasarkan system berbasis bunga, dimana system riba sangat tidak
diperbolehkan dalam syariat Islam.
K. Kepemilikan Dana
1. Kepemilikan dana pada Asuransi Syariah
Dana yang terkumpul dari peserta daalam bentuk iuran ataupun kontribusi
merupakan milik peserta, asuransi syariah hanya bergerak sebagai
pengelolaa. Dana tersebut dapat diambil kapanpun kecuali dana tabarru,
selama dana tersebut dikembalikan dan terkena bunga ataupun biaya lain
tanpa adanya potongan sedikitpun sehingga dapat dibilang adil (An-Nahl :
90).

Apabila peserta ingin meminjam sebagaian dana tersebut maka pihak


pengelola dapat meminjamkannya dengan status pinjaman.

2. Kepemilikan dana pada Asuransi Konvensional


Dana yang terkumpul dari premi peserta seluruhnya menjadi milik
pengelola. Perusahaan bebas menggunakan dan menginvestasikan kemana
saja. Dana tersebut dapat dipinjam peserta jika sudah ada nilai tunai, dan
selama masa pinjaman tersebut dikenakan bunga sesuai yang berlaku
dimarket, walaupun dana yang dipinjam merupakan dana peserta sendiri
yang diinvestasikan sehingga timbul ketidakadilan.

L. Jenis-Jenis Asuransi
Secara garis besar asuransi terdiri dari tiga kategori, yaitu:
4. Asuransi Kerugian
Terdiri dari asuransi untuk harta benda (property, kendaraan),
kepentingan keungan (pecuniary), tanggung jawab hokum (liability), dan
asuransi diri (kecelakaan atau kesehatan)
5. Asuransi Jiwa
Pada hakikatnya merupakan suatu bentuk kerjasama antara orang-orang
yang menghindarkan atau minimal mengurangi resiko yang diakibatkan
oleh resiko kematian (yang pasti terjadi tetapi tidak pasti kapan
terjadinya), resiko hari tua (yang pasti terjadi dan dapat diperkirakan
kapan terjadinya, tetapi tidak pasti berapa lama) dan resiko kecelakaan
(yang tidak pasti terjadi, tetpi tidak mustahil terjadi).
6. Asuransi Sosial
Asuransi Sosial adalah program asuransi wajib yang diselenggarakan
pemerintah berdasarkan undang-undang. Maksud dan tujuan asuransi
social adalah menyediakan jaminan dasar bagi masyarakat dan tidak
bertujuan untuk mendapat keuntungan komersial.

Perbedaan antara asuransi syariah dan asuransi konvensional dapat ditunjukkan


dalam sebuah tabel berikut ini:
Keterangan Asuransi Syariah Asuransi Konvensional

Pengawasan dewan syariah Adanya dewan pengawas Tidak ada


(PDS) syariah.fungsinya mengawasi
produk yang dipasarkan dan
investasi dana.

Akad Tolong menolong (takafulli) Jual beli

Investasi dana Investasi berdasarkan syariah Investasi dana berdasarkan


dengan sistem bagi hasil bunga
(mudharabah)

KeteranganKepemilikan dana Dana yang terkumpul dari Dana yang terkumpul dari
nasabah (premi) merupakan nasabah (premi) menjadi milik
milik peserta. Perusahaan perusahaan: perusahaan bebas
hanya sebagai pemegang menentukan investasinya.
amanah untuk mengelola.
mbayaran klaim Dari rekening tabarru’ (dana Dari rekening dana perusahaan
kebajikan) seluruh peserta ;
sejak awal sudah diiklaskan oleh
peserta untuk keperluan tolong
menolong bila terjadi musibah
Keuntungan (profit) Dibagi antara perusahaan Seluruhya menjadimilik
dengan peserta sesuai prinsip perusaahan.
bagi hasil (al-mudharabah)

BAB 3
PENUTUP

STUDI KASUS
Asuransi konvensional yang gagal bayar berdampak pada asuransi syariah.
1. Asuransi Konvensional
Jiwasraya Kasus gagal bayar yang menghantam PT Asuransi Jiwasraya (Persero) juga
bermula dari masalah penempatan dana investasi. Jiwasraya mengalami gagal bayar polis
kepada nasabah terkait produk investasi Saving Plan. Produk tersebut adalah asuransi jiwa
berbalut investasi hasil kerja sama dengan sejumlah bank sebagai agen penjual. Perusahaan
asuransi pelat merah ini tidak sanggup memenuhi kewajiban pembayaran yang mencapai Rp
12,4 triliun. Dalam laporan keuangan yang Jiwasraya, aset berupa saham pada Desember
2017 tercatat sebesar Rp 6,63 triliun, menyusut drastis menjadi Rp 2,48 triliun pada
September 2019. Kondisi kinerja investasi yang terpuruk ini membuat rasio kecukupan
modal sampai minus menjadi 805 persen. Seiring berjalannya kasus, Kompas.com mencatat
kerugian negara dalam skandal korupsi Jiwasraya sebesar Rp 16,81 triliun. Saat ini Jiwasraya
tengah menjalani proses migrasi polis ke entitas IFG Life guna menyelamatkan perusahaan
itu. Namun demikian, masih diperlukan tambahan modal dari Penyertaan Modal Negara
(PMN) dan Holding IFG untuk dapat mengalihkan seluruh aset ke IFG Life
2. Asuransi Syariah
Direktur Eksekutif Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia atau AASI Erwin Noekman
mengaku khawatir ramainya berita gagal bayar asuransi besar bakal memengaruhi
citra pelaku asuransi lain, khususnya bisnisnya yang lebih kecil. Dia juga
mengkhawatirkan industri asuransi syariah akan ikut mendapatkan citra negatif dari
masyarakat. Walaupun gagal bayar tidak ada di asuransi syariah, tapi literasi asuransi
syariah masih minim. Kami khawatir terpengaruh berita negatif asuransi besar. Ini
jadi tantangan kepengurusan AASI," ujar Erwin dalam sesi webinar hari ini
(15/2/2021) di Jakarta.Karena itu dia menggerakkan pengurus AASI untuk
melakukan kampanye positif melawan arus berita negatif. Strategi yang dipilih adalah
melakukan kampanye asuransi syariah untuk tolong-menolong. Menurutnya, di
tengah berbagai bencana saat ini minat masyarakat untuk berdonasi terlihat tinggi,
seperti melakukan wakaf dan membantu korban bencana.

"Konsep proteksi bagus saat ini untuk masyarakat saling tolong-menolong. Di masa
pandemi dan bencana seperti ini masyarakat jadi bersemangat untuk berdonasi. Jadi
ini akan terus kami kampanyekan," ujarnya.

Kinerja asuransi syariah pada Desember 2020 untuk nilai aset industri tercatat sebesar
Rp44,4 triliun, turun 2,2% (yoy) dibandingkan dengan 2019 senilai Rp45,5 triliun.
Kinerja ini dinilai masih berada dalam kondisi yang wajar, mengingat besarnya
dampak pandemi Covid-19 bagi perekonomian.

Industri asuransi syariah juga menutup 2020 dengan perolehan laba Rp792 miliar,
yang berarti menurun hingga 80,5% (yoy) dibandingkan dengan 2019 senilai Rp4,07
triliun.

KESIMPULAN

Asuransi syariah disebut juga dengan asuransi ta’awaun atau tolong-menolong. Oleh
karena itu dapat dikatakan bahwa asuransi ta’awun prinsip dasarnya adalah dasar
syariat yang saling toleran terhadap sesama manusia untuk menjalin kebersamaan
dalam meringankan bencana yang di alami oleh peserta. Asuransi tidak kalah dengan
asuransi konvensional yang telah berdiri lebih dahulu. Bisa dilihat perkembangan
asuransi syariah dari banyaknya perusahaan asuransi konvensional yang membuka
unit usaha syariah. Namun dari tingkat perbedaaan yang ada membuat masyarakat
dapat memilih asuransi mana yang cocok bagi mereka, kunggulan dari segi konsep,
sumber hukum pengelolaan dana adalah tolok ukur untuk memilih asuransi.

DAFTAR PUSTAKA
Amrin, Abdullah. 2006. Asuransi Syariah Keberadaan dan Kelebihannya
di Tengah Asuransi Konvensional. Jakarta: PT Elex Media Komputindo

Ghofur,Anshori. 2007.Asurans Syariah di Indonesia. Yogyakarta:UII Press

Sula, Muhammad Syakir. 2004. Asuransi Syariah: Life and General: Konsep dan
Sistem Operasional. Jakarta: Gema Insani Press

Amrin, Abdullah. 2009. Bisnis, Ekonomi, Asuransi, dan Keuangan.

Jakarta: Grasindo Anwar, Khoiril. 2007. Asuransi Syariah, Halal dan

Maslahat. Solo: Penerbit Tiga Serangkai Widyaningsih.2005. Bank dan

Asuransi Islam di Indonesia.Jakarta:Kencana

Anda mungkin juga menyukai