UNIVERSITAS WIRARAJA
2020/2021
1
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Asuransi
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
C. TUJUAN
1. Mengetahui definisi mengenai asuransi syariah
2. Mengetahui konsep-konsep yang ada di dalam asuransi syariah
3. Mengetahui mekanisme asuransi syariah dalam ekonomi Islam
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Asuransi
Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih,
dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung,
dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada
tertanggung karena kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang
diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang
mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang
tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan
atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan. (Menurut
Undang-undang No. 2 Th. 1992 tentang Usaha Perasuransian). Sedangkan
menurut paham Ekonomi, asuransi merupakan suatu lembaga keuangan
karena melalui asuransi dapat dihimpun dana besar, yang dapat digunakan
untuk membiayai pembangunan, disamping bermanfaat bagi masyarakat
yang berpartisipasi dalam bisnis asuransi, serta asuransi bertujuan
memberikan perlindungan atau proteksi atas kerugian keuangan (financial
loss), yang ditimbulkan oleh peristiwa yang tidak diduga sebelumnya
(fortuitious event).
4
1. Surat Yusuf :43-49 “Allah menggambarkan contoh usaha manusia
membentuk sistem proteksi menghadapi kemungkinan yang buruk di
masa depan.
2. Surat Al-Baqarah :188 Firman Allah “...dan janganlah kalian
memakan harta di antara kamu sekalian dengan jalan yang bathil, dan
janganlah kalian bawa urusan harta itu kepada hakim yang dengan
maksud kalian hendak memakan sebagian harta orang lain dengan
jalan dosa, padahal kamu tahu (al:Baqarah:188)
3. Al Hasyr:18 Artinya :”Hai orang-orang yang beriman bertaqwalah
kepada Alloh dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah
diperbuat untuk hari esok (masa depan) dan bertaqwalah kamu
kepada Alloh. Sesungguhnya Alloh Maha Mengetahui apa yang
engkau kerjakan”.
D. Jenis-Jenis Asuransi
Secara garis besar asuransi terdiri dari tiga kategori, yaitu:
1. Asuransi Kerugian
Terdiri dari asuransi untuk harta benda (property, kendaraan),
kepentingan keungan (pecuniary), tanggung jawab hokum (liability),
dan asuransi diri (kecelakaan atau kesehatan)
2. Asuransi Jiwa
Pada hakikatnya merupakan suatu bentuk kerjasama antara orang-
orang yangmenghindarkan atau minimal mengurangi resiko yang
diakibatkan oleh resikokematian (yang pasti terjadi tetapi tidak pasti
kapan terjadinya), resiko hari tua (yang pasti terjadi dan dapat
diperkirakan kapan terjadinya, tetapi tidak pasti berapa lama) dan
resiko kecelakaan (yang tidak pasti terjadi, tetpi tidak mustahil
terjadi).
3. Asuransi Sosial
Asuransi Sosial adalah program asuransi wajib yang diselenggarakan
pemerintah berdasarkan undang-undang. Maksud dan tujuan asuransi
5
social adalah menyediakan jaminan dasar bagi masyarakat dan tidak
bertujuan untuk mendapat keuntungan komersial.
E. Konsep Asuransi
1. Konsep Asuransi Syariah
Konsep asuransi syariah adalah suatu konsep dimana terjadi saling
memikul resiko di antara sesame peserta. Sehingga, antara satu dengan
yang lainnya menjadi penanggung atas resiko yang muncul. Saling
pikul resiko ini dilakukan atas dasar saling menolong dalam kebaikan
dengan cara masing-masing mengeluarkan dana tabarru atau dana
kebajikan (derma) yang ditujukan untuk menanggung resiko. Asuransi
syariah dalam pengertian ini sesuai dengan Al-Quran surah al-
Ma’idah:2 “Tolong-menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan
dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran”
Asuransi syariah yang berdasarkan konsep tolong-menolong dalam
kebaikan dan ketakwaan , menjadikan semua peserta dalam suatu
keluarga besar untuk saling melindungi dan menanggung resiko
keuangan yang terjadi diantara mereka. Konsep takaful yang
merupakan dasar dari asuransi syariah, ditegakkan diatas tiga prinsip
dasar, yaitu (1) saling bertanggung jawab, (2) saling bekerja sama dan
saling membantu, (3) saling melindungi.
2. Konsep Asuransi Konvensional
Konsep asuransi konvensional, sebagaimana didefinisikan dalam UU
Tentang Usaha Perasuransian, berbunyi “ Asuransi atau pertanggungan
adalah perjanjian antara dua belah pihak atau lebih, dimana pihak
penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima
premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung
karena mengalami kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan
yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga
yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu
6
peristiwa yang tidak pasti, atau untuk meberikan suatu pembayaran
yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang
dipertanggungkan”
Usaha asuransi adalah usaha jasa keuangan yang menghimpun dana
masyarakat melalui pengumpulan premi asuransi, untuk memberikan
perlindungan kepada anggota masyarakat pemakai jasa asuransi
terhadap kemungkinan timbulnya kerugian karena suatu peristiwa
yang tidak pasti, atau untuk meberikan suatu pembayaran yang
didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang.Konsep asuransi
konvensional ditegakkan diatas prinsip-prinsip: (1) prinsip ekonomi,
yaitu hilangnya nilai ekonomi, (2) prinsip hukum, yaitu yang tertuang
dalam bentuk kontrak asuransi, (3) prinsip aktuaris, yaitu premi yang
besarnya terdiri mortality, compound interest, loading for expenses, (4)
prinsip kerja sama, yaitu memperkecil kerugian dengan metode the
law of the large number, co Insurance, own retention, reinsurance, dan
retrosesi.
F. Akad
1. Akad Asuransi Syariah
Akad yang digunakan dalam dalam asuransi syariah adalah akad
tijarah dan atau akad tabarru’. Akad tijarah yang dimaksud adalah
semua bentuk akad yang dilakukan untuk tujuan komersial misalnya
mudharabah, wadiah, wakalah , dan sebagainya. Sedangkan akad
tabarru’ adalah semua bentuk yang dilakukan dengan tujuan kebaikan
dan tolong-menolong , bukan semata-mata untuk tujuan komersial
(memberikan derma).
2. Akad Asuransi Konvensional
7
Akad pada asuransi konvensional adalah akad mu’awadhah.
Mu’awadhah ialah suatu perjanjian dimana pihak yang memberikan
sesuatu kepada pihak lain, berhak menerima penggantian dari pihak
yang diberinya. Disebut akad mu’awadhah karena masing-masing dari
kedua belah pihak yang berakad, penanggung dan tertanggung
mendapatkan pengganti dari apa yang telah diberikannya. Ciri lain
dari akad asuransi konvensional adalah akad idz’aan. Idz’aan atau
penundukan. Dalam perjanjian ini terjadi ketidakadilan, karena tidak
seimbang, di mana pihak yang kuat adalah penanggung atau
perusahaan asuransi. Pihak penaggunglah yang menentukan syarat-
syarat yang tidak dimiliki tertanggung.
Selanjutnya Husain Hamid Hasan mengatakan bahwa akad asuransi
adalah akad gharar, karena masing-masing kedua belah pihak pada
waktu melangsungkan akad tidak mengetahui jumlah yang akan ia
berikan yang akan diambil,. Pasalnya itu tergantung kepada terjadi dan
tidak terjadinya peristiwa yang diasuransikan.Ciri yang terakhir adalah
akad Mulzim. Akad Mulzim artinya perjanjian yang wajib
dilaksanakan oleh kedua pihak, baik pihak penanggung maupun pihak
tertanggung. Kedua kewajiban ini adalah kewajiban tertanggung
membayar premi-premi asuransi, dan kewajiban penanggung
membayar uang asuransi jika terjadi peristiwa yang diasuransikan.
G. Unsur Premi
1. Premi pada Asuransi Syariah
Premi adalah sejumlah uang yang harus dibayarkan oleh tertanggung
kepada perusahaan asuransi berdasarkan kontrak asuransi yang
8
telah dibuat. Premi yang dibayar oleh pembeli asuransi tergantung
kepada sifat kontrak yang telah dibuat antara perusahaan asuransi
dengan tertanggung. (Cormentyna S. dan Djati K., 2003) Menurut M.
Syakir Sula, dalam bukunya Asuransi Syariah, 2004 bahwa premi
adalah kewajiban peserta asuransi untuk memberikan sejumlah dana
kepada perusahaan asuransi sesuai kesepakatan dalam akad.
Unsur premi pada asuransi syariah terdiri dari unsur tabarru’ dan
tabungan (untuk asuransi jiwa). Semakin tinggi usia dan semakin
panjang masa perjanjian, maka semakin besar pula nilai tabarru’-nya.
Dalam buku M. Syakir Sula, M.M Billah menyebut premi
dengan istilah kontribusi atau dalam bahasa fiqih disebut dengan
al musahamah. Billah mengatakan bahwa, al musahamah dalam
perjanjian takaful adalah pertimbangan keuangan dari bagian peserta
yang merupakan kewajiban yang muncul dari perjanjian antara peserta
dan pengelola. Perjanjian takaful dalam kerja sama mutual
pertimbangan dibutuhkan tidak hanya dari satu pihak tapi kedua
belah pihak. Sehingga pengelola juga secara bersamaan terikat
dalam perjanjian tadi, baik dalam hak ganti rugi (klaim) maupun
keuntungan.
2. Premi pada Asuransi Konvensional
Sementara itu pada asuransi konvensional, unsur premi terdiri dari: (1)
mortality tables (table mortalitas), (2) Bunga, (3) Biaya-Biaya
Asuransi
a. Mortality Tables (table mortalitas)
Daftar table kematian berguna untuk mengetahui besarnya
klaim kemungkinan timbulnya kerugian yang dikarenakan
kematian, serta meramalkan berapa lama batas waktu rata-rata
seorang bisa hidup.
b. Bunga
Untuk penetapan tariff, perhitungan bunga pun harus
dikalkulasi di dalamnya. Bunga merupakan sebagian dari
9
keuntungan perusahaan, karena itu dalam premi, unsur bunga
ikut dihitung. Dalam penentuan bunga aktuaris ini, biasanya
perusahaan menetapkan sebesar maksimal yang ditentukan
dalam peraturan pemerintah.
c. Biaya-biaya Asuransi
Adapun jenis biaya-biaya asuransi tersebut terdiri daro
beberapa macam: Biaya pentupan asuransi, meliputi (1) biaya
komisi,inspeksi, (2) biaya dinas luar, (3) biaya
advertising,reklame, dan sales promotion (3) biaya pembuatan
polis (biaya administrasi);Biaya pemeliharaan, umumnya
perhitungan biaya ditetapkan berdasarkan jumlah tertentu dari
yang diasuransikan; Biaya-biaya lainnya, seperti biaya inkaso
an excasso.
10
I. Kontribusi Dana
1. Kontribusi Dana Asuransi Syariah
Pada Asuransi Syariah, tidak ada pembebanan biaya yang dipotong
dari iuran dana peserta (premi). Walaupun demikian, karena
pertimbangan market dan kondisi social dimana asuransi syariah belm
dikenal dan tidak menggunakan tenaga agen (agency system), maka
beberapa perusahaan masih mendapatkan izin dari DPS ( Dewan
Pengawas Syariah ) utnuk menggunakan biaya loading dalam jumlah
tertentu dari premi tahun pertama. Jumlah ini memang masih jauh
lebih kecil dibandingkan dengan asuransi konvensional yang kadang
ada yang sampai 180% dari premi tahun pertama. Ketentuan ini
diberikan dengan harapan pada saat asuransi syariah tersebut sudah
mapan, maka sedikit demi sedikit biaya loading dapat dihilangkan.
2. Kontribusi Dana Asuransi Konvensional
Kontribusi biaya sudah berada dalam premi peserta, dan biasanya
premi tahun pertama dan tahun kedua habis terserap untuk biaya
loading, terutama komisi agen. Karena itu, agen dan broker cukup
termakmurkan dalam konsep asuransi konvensional. Akan tetapi, pada
sisi lain peserta tidak diperlakukan secara adil terutama ketika
mengundurkan diri di tahun pertama dan kedua. Dimana dana peserta
masih hangus karena belum memiliki nilai tunai. Atau kalupun adaa,
masih sangat kecil.
J. Pengelolaan Dana
1. Pengelolaan Dana Asuransi Syariah
Mekanisme pengelolaan dana pada asuransi syariah berbeda dengan
asuransi konvensional. Pada asuransi jiwa syariah (life insurance),
untuk produk-produk yang mengandung unsur saving dana yang
dibayarkan peserta dibagi langsungdibagi dalam dua rekening yakni
rekening peserta dan rekening tabarru. Kemudian total dana
diinvestasikan dan hasil investasi dibagi secara proporsional antara
11
peserta dan pengelola berdasarkan skim bagi hasil yang telah
ditetapkan sebelumnya.
Kemudian pada asuransi kerugian syariah dimana tidak mengandung
unsur saving, terjadi akad mudharabah antara peserta dan pengelola.
Kemudian total kontribusi dana yang dibayarkan peserta
diinvestasikan, dan hasil investasi (surplus) setelah dikurangi beban
asuransi terjadi bagi hasil antara peserta dan pengelola sesuai
kesepakatan.Dana yang dibayarkan peserta, kemudian terjadi akad bagi
hasil (Mudharabah) antara peserta dan pengelola. Dana tersebut
kemudian di investasikan secara syariah dan di kurangi biaya-biaya
operasional. Selanjutnya surplus (profit) di bagi antara peserta dengan
pengelola sesuai dengan akad di awal tadi (missal 60:40). Bagian yang
60 % untuk pengelola setelah dikurangi biaya administrasi dan
management expenses, sisanya menjadi profit bagi shareholder.
Sedangkan bagian yang 40 % menjadi share of surplus for participant
atau peserta.
K. Investasi Dana
1. Investasi Dana pada Asuransi Syariah
Investasi dana-dana yang terkumpul dari peserta hanya bisa digunakan
sesuai dengan akad yang sesuai dengan syariat Islam. Islam
mengajarkan agar berusaha mengambil yang halal dan baik saja (Al-
Baqarah : 168).
12
Oleh karena itu asuransi syariah biasanya menginvestasikan dananya
kepada bank-bank syariah ataupun lembaga syariah lainnya.
2. Investasi Dana Pada Asuransi Konvensional
Investasi bergerak pada jenis investasi yang aman dan menguntungkan
seta memiliki likuiditasyang sesuai dengan kewajiban yang harus
dipenuhisesuai dengan Keputusan Menteri Republic Indonesia Nomor
424/KMK.6/2003 Tentang Keuangan Perusahaan Asuransi dan
Perusahaan Reasuransi.
Jadi semua jenis investasi sudah diatur oleh pemerintah dan dilakukan
tentu berdasarkan system berbasis bunga, dimana system riba sangat
tidak diperbolehkan dalam syariat Islam.
L. Kepemilikan Dana
1. Kepemilikan dana pada Asuransi Syariah
Dana yang terkumpul dari peserta daalam bentuk iuran ataupun
kontribusi merupakan milik peserta, asuransi syariah hanya bergerak
sebagai pengelolaa. Dana tersebut dapat diambil kapanpun kecuali
dana tabarru, selama dana tersebut dikembalikan dan terkena bunga
ataupun biaya lain tanpa adanya potongan sedikitpun sehingga dapat
dibilang adil (An-Nahl : 90).
M. Profit/Keuntungan
13
1. Profit pada Asuransi Syariah
Asuransi Jiwa sangat tergantung pada investasi, profit yang diperoleh
dari investasi, yang dilakukan melalui instrumen investas yang
dibenarkan secara syar’i, dilakukan juga bagi hasil ( mudharabah ).
Asuransi Kerugian diperoleh melaui surplus underwriting, komisi
reasuransi dan hasil investasi, bukan seluruhnya menjadi milik
perusahaan sebagaimana mekanisme yang ada di asuransi
konvensional. Tetapi, dilakukan bagi hasil ( Mudharabah ) antara
perusahaan / pengelola dan peserta sebagaimana yang telah dijanjikan
atau sesuai akad di awal.
2. Profit pada Asuransi Konvensional
Keuntungan diperoleh dari surplus underwriting, komisi reasuransi,
dan hasil investasi dalam satu tahun ( Asuransi Kerugian ) adalah
keuntungan perusahan dan menjadi milik perusahaan yang kelak dalam
RUPS akhir tahun akan dibagikan kepada pemgang saham atau
kembali ke perusahaan sebagai penyertaan modal. Sedangkan pada
Asuransi Jiwa, keuntungan yang sebagian besar diperoleh dari hasil
invsetasi, baik investasi melalui deposito bank, maupun instrument lain
semuannya menjadi keunutngan perusahaan dan dibagikan kepada
pemegang saham secara proporsional atau kembali ke perusahaan
sebagai penyertaan modal.
N. Mekanisme Asuransi
1. Underwriting
Underwriting adalah proses penafsiran jangka hidup seorang calon peserta
yang dikaitkan dengan besarnya resiko untuk menentukan besarnya premi.
Underwriting asuransi syariah bertujuan memberikan skema pembagian
resiko yang proposional dan adil diantara para peserta yang secara relatif
homogen.
Dalam melakukan proses underwriting terdapat tiga konsep penting yang
menjadi dasar bagi perusahaan asuransi untuk menerima dan menolak suatu
penutupan resiko. Pertama, kemungkinan menderita kerugian, kondisi ini
14
diramalkan berdasarkan apa yang terjadi pada masa lalu. Kedua, tingkat
resiko, yaitu ketidakpastian akan kerugian pada masa yang akan datang.
Ketiga, hukum bilangan dimana makin banyak obyek yang mempunyai
resiko yang sama atau hampir sama, akan makin bertambah baik bagi
perusahaan karena penyebaran risiko akan lebih luas dan kemungkinan
menderita kerugian dapat secara sistematis diramalkan.
Pada asuransi syariah underwriting berperan:
a. Mempertimbangkan risiko yang diajukan. Proses seleksi yang dilakukan
oleh underwriting dipengaruhi oleh faktor usia, kondisi fisik atau
kesehatan, jenis pekerjaan, moral dan kebiasaan, besarnya nilai
pertanggungan, dan jenis kelamin.
b. Memutuskan meneriama atau tidak risiko-risiko tersebut.
c. Menentukan syarat, ketentuan dan lingkup ganti rugi termasuk
memastikan peserta membayar premi sesuai dengan tingkat risiko,
menetapkan besarnya jumlah pertanggungan, lamanya waktu asuransi,
dan plan sesuai dengan tingkat risiko peserta.
d. Mengenakan biaya upah (ijarah/fee) pada dana kontribusi peserta.
e. Mengamankan profit morgin dan menjaga agar perusahaan asuransi tidak
rugi.
f. Menjaga kestabilan dana yang terhimpun agar perusahaan dapat
berkembang.
g. Menghindari anti seleksi.
h. Underwriting juga harus memperhatikan pasar kompetetif yang ada
dalam ketentuan tarif, penyebaran resiko dan volume, dan hasil survei.
a. Kompetisi
b. Penyebaran resiko dan volume.
c. Survei
15
Survei akan memungkinkan underwriter memperoleh setiap detail
kemungkinan mengenai resiko kondisi fisik dan juga kesempatan
mengamankan informasi mengenai keadaan moral pemohon. Laporan
survei meliputi sejumlah ciri-ciri berikut:
a. Deskripsi utuh terhadap resiko.
b. Penilaian tingkat resiko.
c. Pengukuran kemungkinan kerugian maksimal.
2. Polis
16
c. Pernyataan polis, memuat kondisi objek, batas waktu
pembayaran premi, permintaan pembatalan polis, prosedur
pengajuan klaim, asuransi ganda, subrogasi.
17
persetujuan pembayaran klaim/manfaat asuransi, provisi dan
cadangan sesuai pedoman dan kebijakan otoritas. Persetujuan
membayar biaya wakalah bil ujrah.
3. Premi (Kontribusi)
Premi asuransi bagi peserta secara umum bermanfaat untuk
menentukan besar tabungan peserta asuransi, mendapatkan santunan
kebajikan atau dana klaim terhadap suatu kejadian yang
mengakibatkan terjadinya klaim, menambahkan investasi pada masa
yang akan datang. Sedangkan bagi perusahaan premi berguna untuk
menambah investasi pada suatu usaha untuk dikelola. Premi yang
dikumpulkan dari peserta paling tidak harus cukup untuk menutupi
tiga hal, yaitu klaim resiko yang dijamin, biaya akuisisi, dan biaya
pengelolaan operasional perusahaan.
Premi dalam asuransi syariah umumnya dibagi beberapa bagian, yaitu:
a. Premi tabungan, yaitu bagian premi yang merupakan dana
tabungan pemegang polis yang dikelola oleh perusahaan
dimana pemiliknya akan mendapatkan hak sesuai dengan
kesepakatan dari pendapatan investasi bersih. Premi tabungan
dan hak bagi hasil investasi akan diberikan kepada peserta bila
yang bersangkutan dinyatakan berhenti sebagai peserta.
b. Premi tabarru’, yaitu sejumlah dana yang dihibahkan oleh
pemegang polis dan digunakan untuk tolong menolong dan
menaggulangi musibah kematian yang akan disantunkan
kepada ahli waris bila peserta meninggal dunia sebelum masa
asuransi berakhir.
c. Premi biaya adalah sejumlah dana yang dibayarkan oleh
peserta kepada perusahaan yang digunakan untuk membiayai
operasional perusahaan dalam rangka pengelolaan dana
asuransi.
18
Penetapan tarif premi asuransi kerugian, perhitungan jumlah
premi yang akan mempengaruhi dana klaim tergantung pada
beberapa hal, antara lain:
Penetapan tarif premi harus dilakukan dengan
memperhitungkan:
a. Premi murni dihitung berdasarkan profil kerugian untuk
jenis asuransi yang bersangkutan sekurang-kurangnya 5
tahun terakhir.
b. Biaya perolehan, termasuk komisi agen.
c. Biaya administrasi dan biaya umum lainnya.
19
kuasa kepada perusahaan untuk mengelola dananya dalam hal:
kegiatan administrasi, pengelolaan dana, pembayaran klaim,
underwriting, pemasaran, dan investasi.
Dalam mendeskripsikan tentang cara atau mekanisme kerja asuransi
syariah ini, akan dibagi kepada dua pembahasan pokok sesuai dengan
pembagian asuransi syariah itu sendiri, yakni asuransi syariah keluarga
dan asuransi umum. Pembagian ini sangat penting dilakukan
mengingat mekanisme kerja dari kedua syariah itu memiliki sedikit
perbedaan, yakni dalam pengelolaan premi yang disetor kepada
perusahaan asuransi syariah. Perbedaan itu muncul disebabkan sesuatu
yang diasuransikannya berbeda; kalau asuransi umum (kerugian) yang
diasuransikan itu harta atau hak milik peserta asuransi, sedangkan
diasuransi keluarga (jiwa) yang diasuransikan adalah diri peserta
asuransi itu sendiri.
20
Asuransi Kerugian Syariah
Terlihat perbedaan yakni pada rekening peserta dimana pada asuransi jiwa syariah
terdapat dua rekening, rekening peserta dan rekening tabarru. Sedangkan pada
asuransi kerugian syariah tidak ada rekening tabarru.
Kemudian pada pengelolaan dana, pada asuransi jiwa syariah dana hasil investasi
masuk ke biaya operasional perusahaan, namun tidak pada asuransi kerugian
syariah dimana dana hasil investasi di bagi hasil sesuai dengan akad diawal.
21
O. Proses Bisnis Asuransi
Salah satu perusahaan asuransi BUMN adalah PT.Asuransi Jasindo yang
bergerak dibidang usaha kerugian umum serta tampil sebagai salah satu
maskapai asuransi kerugian umum nasional yang berfungsi sebagai
pemberi jasa proteksi mempunyai peranan yang sangat besar dalam
perkembangan perekonomian nasional. Proses bisnis yang meliputinya
antara lain :
a. Jasindo Oto
Asuransi kendaraan bermotor yang membuat aman dihati ringan
dipremi. Jaminan meliputi kerugian (kerusakan atau
kehilangan),tanggung jawab hukum terhadap pihak ketiga dan
santunan terhadap pengemudi dan penumpang.
Memberikan jaminan kerugian (kerusakan atau kehilangan)
kendaraan bermotor
Sebagian dan atau seluruhnya yang disebabkan oleh tabrakan,
benturan, terbalik, tergelincir dari jalan, perbuatan jahat orang
lain, kebakaran, pencurian, kerusuhan dan huru-hara.
Sebagian dan atau seluruhnya yang disebabkan oleh banjir,
letusan gunung berapi, angin topan, tsunami, badai dan
gempa bumi (bila otomatis dijamin, atau ada perluasan
jaminan)
22
Gigi, Manfaat Melahirkan, Manfaat Kacamata, serta Manfaat
Medical Check Up.
Jawaban :
23
a. Di dalam proses keikutsertaan asuransi jiwa, salah satu hal yang
terpenting ialah hak waris. Dimana diatur siapa saja (dalam hal ini
ahli waris) yang akan menerima danapremi sesuai dengan tabungan
peserta. Dan ini adalah kewajiban bagi pihak perusahaan/
penanggung jawab untuk mengembalikan premi tersebut kepada
pihak ahli waris.
b. Jika tidak ada klaim dari pihak ahli waris (dalam asuransi jiwa)
ketika peserta meninggal dunia, pihak perusahaan/penanggung
jawab akan berusaha mendatangi dan menjelaskan ataupun
meminta konfirmasi lanjut dari pihak ahli waris. Andaikata pihak
ahli waris tidak menginginkan premi kembali, pihak asuransi bisa
mengalihkan premi tersebut sebagai dana tabarru
Sebenarnya konsep asuransi di dalam ajaran Islam bukanlah hal
baru. Sejak zaman Rasulullah praktik asuransi sudah dikenal.
Praktik ini sudah menjadi kebiasaan suku Arab sejak zaman dulu
dan dikenal dengan 'Aqilah. Saat itu, jika ada salah satu anggota
suku yang terbunuh oleh anggota suku lain, pewaris korban akan
dibayar sejumlah uang darah (diyat) sebagai kompensasi oleh
saudara terdekat dari pembunuh. Saudara terdekat pembunuh
tersebut disebut 'Aqilah, harus membayar uang darah atas nama
pembunuh.
c. Seperti halnya pada bank, dalam perusahaan asuransi juga terdapat
orang yang ditugaskan sebagai semacam investigator, gunanya
untuk mengecek kebenaran dari peserta. Contohnya si A mengikuti
asuransi jiwa syariah, dan ketika ajalnya tiba, ahli waris dari si A
menagih premi, tetapi sebelum itu investigator ditugaskan untuk
menyelidiki sebab kematian dari si A tersebut. Apabila penyebab
kematian si A diketahui tidak sesuai aturan islam, misalkan tewas
karena mabuk ataupun overdosis ada kemungkinan premi tersebut
tidak dapat kembali.
24
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
25
DAFTAR PUSTAKA
SULA, Muhammad Syakir,2004,Asuransi syariah (life and general) : konsep dan
sistem operasional,Jakarta,Gema Insani Press
Ismanto, Kuat, 2009,Asuransi Syariah (Tinjauan asas-asas hukum
Islam),Yogyakarta,Pustaka Pelajar
http://kumpulan-makalahkita.blogspot.com/2012/05/mekanisme-kerja-asuransi-
syariah.html
http://asuransisyariah.net/
26