ASURANSI
MANAJEMEN RISIKO
Dosen Pengampu: Deara Shinta Lestari,
S.T.T., M.E.
Kelompok 4:
Perusahaan Asuransi
Contoh kasus
MATERI PEMBAHASAN
Bagaimana Sejarah
Asuransi?
Asuransi Dunia & Asuransi Indonesia
Menurut Wirjono Prodjodikoro sejarah lahirnya perasuransian dapat dilihat dari beberapa periode zaman, diantaranya:
1. Asas Konsensual, diambil dari salah satu syarat perjanjian yaitu adanya kesepakatan
kedua belah pihak. Orang tidak dapat dipaksa untuk memberikan sepakatnya.
2. Asas kebebasan berkontrak, Dapat disimpulkan dari ketentuan Pasal 1338 ayat (1)
KUH Perdata yang menyatakan bahawa, “semua perjanjian yang dibuat secara sah
berlaku sebagai Undang-undang bagi mereka yang membuatnya.”
3. Asas ketentuan mengikat, apabila dihubungkan dengan perjanjian asuransi berarti
bahwa pihak penanggung dan tertanggung atau pemegang polis terikat untuk
melaksanakan ketentuan perjanjian yang telah disepakatinya.
4. Asas kepercayaan, mengandung arti bahwa, mereka yang mengadakan perjanjian
melahirkan kepercayaan di antara kedua belah pihak, bahwa satu sama lain akan
memenuhi janjinya untuk melaksanakan prestasi seperti yang dijanjikan.
5. Asas persamaan, hukum, subjek hukum yang mengadakan perjanjian mempunyai
kedudukan, hak dan kewajiban yang sama
6. Asas keseimbangan / Prorata, menghendaki kedua belah pihak memenuhi dan
melaksanakan perjanjian
7. Asas kepastian hukum, Perjanjian sebagai figur hukum harus mengandung
kepastian hukum.
8. Asas iktikad baik, Pasal 1338 Ayat (3) yang menyatakan bahwa, “perjanjian-
perjanjian harus dilaksanakan dengan iktikad baik.
8
Prinsip Asuransi :
1. Insurable Interest, hak untuk mengasuransikan, yang timbul dari suatu hubungan
keuangan, antara tertanggung dengan yang diasuransikan dan diakui secara hukum.
2. Utmost good faith, suatu tindakan untuk mengungkapkan secara akurat dan
lengkap, semua fakta yang material (material fact) mengenai sesuatu yang akan
diasuransikan baik diminta maupun tidak.
3. Proximate cause, suatu penyebab aktif, efisien yang menimbulkan rantaian
kejadian yang menimbulkan suatu akibat tanpa adanya intervensi suatu yang mulai
dan secara aktif dari sumber yang baru dan independen.
4. Indemnity, suatu mekanisme dimana penanggung menyediakan kompensasi
finansial dalam upayanya menempatkan tertanggung dalam posisi keuangan yang ia
miliki sesaat sebelum terjadinya kerugian (KUHD pasal 252, 253 dan dipertegas
dalam pasal 278).
5. Subrogation, pengalihan hak tuntut dari tertanggung kepada penanggung setelah
klaim dibayar.
6. Contribution, hak penanggung untuk mengajak penanggung lainnya yang sama-
sama menanggung, tetapi tidak harus sama kewajibannya terhadap tertanggung
untuk ikut memberikan indemnity.
9
Tujuan, Produk, dan
Jenis Asuransi
Tujuan Asuransi :
12
Perusahaan
Asuransi
Perusahaan asuransi merupakan badan atau organisasi yang bergerak dibidang perasuransian. Perusahaan
asuransi memiliki kekhususan kegiatan yang tidak dimiliki oleh perusahaan asuransi lain yaitu kegiatan
underwriting , klaim dan dan reasuransi.
Perusahaan asuransi juga dapat didefenisikan sebagai Lembaga yang menyediakan polis asuransi untuk
melindunginnseseorang atau nasabahnya dari berbagai macam risiko kerugian dengan cara membayar
premi secara teratur, dan perusahaan asuransi bekrja dengan cara menyatukan risiko dari sejumlah
pemegang polis asuransi. Polis asuransi adalah suatu perjanjian asuransi ataupun pertanggung yang
sifatnya konsensual atau terdapat kesepakatan.
Dalam UU No.40 tahun 2014 tentang perasuransian mengatur bahwa objek asuransi di Indonesia hanya
dapat diasuransikan pada perusahaan asuransi atau perusahaan asuransi syariah di Indonesia dan
penutupan objek asuransi tersebut harus memperhatikan optimalisasi kapasitas perusahaan asuransi,
perusahaan asuransi syariah, perusahaan reasuransi, dan perusahaan reasuransi dalam negeri.
14
Contoh Kasus
PT Asuransi Jiwa Adisarana Wanartha (Wanaartha Life/WAL)
Terkait dengan PT Asuransi Jiwa Adisarana Wanartha (Wanaartha Life/WAL) OJK telah menindaklanjuti
proses pembubaran badan usaha dan pembentukan Tim Likuidasi (TL) pasca pencabutan izin usaha pada
tanggal 5 Desember 2022 lalu.
Kepala Eksekutif Pengawas Industri Keuangan Non Bank (IKNB), Ogi Prastomiyono, menyatakan bahwa
OJK telah menerima dokumen Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang diselenggarakan secara sirkuler
dan ditandatangani oleh seluruh pemegang saham, dimana dalam RUPS tersebut telah memutuskan
pembubaran perusahaan dan pembentukan TL sebelum batas waktu 30 hari sejak tanggal pencabutan izin
usaha.
OJK juga telah melakukan penelaahan dokumen dan melakukan proses verifikasi terhadap calon TL yang
sudah ditunjuk oleh RUPS dan disampaikan oleh direksi sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku.
Sesuai dengan pengumuman yang telah dilakukan oleh TL, maka para pemegang polis, tertanggung, peserta,
karyawan, dan kreditor lainnya dapat segera menyampaikan tagihan kepada TL dan untuk selanjutnya TL
akan melakukan verifikasi atas dokumen pendukung yang menjadi dasar perhitungan penyelesaian
kewajiban kepada para pihak.
OJK juga tetap meminta kepada pemegang saham pengendali agar segera kembali ke Indonesia untuk
bertanggung jawab atas permasalahan PT WAL, termasuk memenuhi kewajiban kepada para pemegang
polis.
Adapun, dasar hukum penyelenggaraan RUPS Sirkuler oleh Pemegang Saham tersebut adalah Pasal 91
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UU PT), serta Pasal 10 ayat (5) sebagai
16
anggaran dasar PT WAL.
THANK YOU
Any Question?