PENDAHULUAN
1
Di Indonesia sendiri sudah banyak perusahaan-perusahaan yang
berjalan dibidang asuransi, tinggal kita memlilih asuransi mana yang akan
kita ambil sesuai dengan kebutuhan dan keuangan kita. Untuk bisa
memilih dan memilah asuransi tersebut, maka diperlukan pengetahuan
yang cukup tentang asuransi.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan asuransi?
2. Bagaimana sejarah asuransi?
3. Bagaimana legalitas asuransi?
4. Apa yang dimaksud dengan polis asuransi?
5. Apa saja jenis-jenis asuransi?
6. Apa saja Prinsip-prinsip asuransi?
7. Apa saja risiko asuransi?
8. Bagaimana proses pembiayaan asuransi?
9. Apa saja asuransi di Indonesia dan bagaimana legalitasnya?
10. Bagaimana studi kasus Asuransi Allianz?
1.3 Maksud dan Tujuan
1.3.1 Maksud
Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Manajemen Perbankan..
1.3.2 Tujuan
Adapun tujuan disusunnya makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian asuransi.
2. Untuk mengetahui sejarah asuransi.
3. Untuk mengetahui legalitas asuransi.
4. Untuk mengetahui polis asuransi.
5. Untuk mengetahui jenis-jenis asuransi.
6. Untuk mengetahui prinsip-prinsip asuransi.
7. Untuk mengetahui risiko asuransi.
8. Untuk mengetahui proses pembiayaan asuransi.
9. Untuk mengetahui asuransi di Indonesia beserta legalitasnya.
2
10. Untuk mengetahui studi kasus Asuransi Allianz.
3
BAB II
PEMBAHASAN
1
Nurul Huda dan Mohamad Heykal, Lembaga Keuangan Islam Tinjauan Teoretis dan Praktis
(Jakarta:Prenada Media Grup, 2010), hlm.151
2
Julius R. Latumaerissa, Bank dan Lembaga Keuangan Lain (Jakarta: Salemba Empat,2011),
hlm.448
3
Syamsu Iskandar, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya (Sumedang: In Media, 2013), hal. 266
4
Asuransi ialah suatu kemauan untuk menetapkan kerugian-kerugian
kecil yang sudah pasti sebagai pengganti kerugian-kerugian yang besar
yang belum pasti. (Abbas Salim: Principles of insurance)4
4
Julius R. Latumaerissa, op. cit. hlm. 447
5
Nurul Huda dan Mohamad Heykal, loc.cit
6
Nurul Huda dan Mohamad Heykal, loc.cit
7
Ibid., hal. 152
5
tertanggung (peserta asuransi) dimana penanggung menerima pembayaran
premi dari tertanggung.8
8
Ibid., hal. 152
9
Julius R. Latumaerissa, op. cit. hlm. 448
6
4) SK. Menteri Keuangan No.224/KMK.017/1993 Tanggal 26 Februari
1993 Tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan
Reasuransi
5) SK. Menteri Keuangan No.225/KMK.017/1993 Tanggal 26 Februari
1993 Tentang Penyelenggaraan Usaha Asuransi dan Perusahaan
Asuransi
6) SK. Menteri Keuangan NO.226/KMK.017/1993 Tanggal 26 Februari
1993 Tentang Perizinan dan Penyelenggaraan Kegiatan Usaha
Penunjang Usaha Perusahaan Asuransi10
1. Nomor polis
2. Nama dan alamat orang yang akan mengadakan pertanggungan
3. Hari dan tanggal diadakannya pertanggungan
10
Syamsu Iskandar, op. cit. hlm. 267
7
4. Penjabaran terperinci mengenai benda atau barang-barang yang
dipertanggungkan
5. Jumlah atau nilai pertanggungan
6. Jangka waktu atau priode pertanggungan
7. Jumlah premi yang harus dibayar
8. Bahaya-bahaya yang ditanggung oleh penanggung
9. Keadaan dari benda atau barang yang dipertanggungkan dan perlu
diketahui oleh penanggung
10. Polis asuransi tersebut ditandatangani oleh penanggung yang
berwenang
11. Khusus untuk polis pertanggungan kendaraan bermotor ditambah
dengan nomor polisi, nomor rangka, dan nomor mesin kendaraan.
a. Penutupan Pertanggungan
Penutupan pertanggungan dilakukan oleh pemilik barang atau
apabila obyek barang menjadi jaminan kredit ke bank, maka bank dapat
menutup pertanggungan setelah diberi kuasa oleh pemilik atau debitur
bank yang tertuang dalam perjanjian pemberian kredit dan biasanya
ditutup dengan syarat banker’s clause yang artinya apabila terjadi klaim
maka pihak bank yang pertama kali mendapatkan ganti ruginya sebesar
hutangnya kepada bank, dan apabila sisanya masih ada maka baru
diserahkan kepada pemilik barang.
Apabila jangka waktu polis sudah jatuh tempo, perpanjangan
jangka waktu pertanggungan dapat di perpanjang sesuai dengan perintah
pemilik barang. Untuk jaminan kredit, maka sepanjang pemilik barang
masih menjadi nasabah debitur atau kreditnya ke Bank belum dilunasi,
maka atas pertanggungan jaminan kredit tersebut tetap diperpanjang
jangka waktunya sesuai dengan jangka waktu fasilitas kreditnya.
b. Nilai Pertanggungan
Nilai pertanggungan adalah jumlah penutupan asuransi yang
dilakukan oleh tertanggung yang dinyatakan dalam nilai rupiah.
Nilai pertanggungan ini dapat dilakukan dengan:
8
1) Full Insurance: yaitu suatu penutupan asuransi dimana nilai
pertanggungannya sebesar nilai barang yang diasuransikan.
2) Under Insurance: yaitu suatu penutupan asuransi dimana nilai
pertanggungannya dibawah atau lebih kecil dari pada nilai barang yang
diasuransikan.
3) Over insurance: yaitu suatu penutupan asuransi dimana nilai
pertanggungannya diatas atau lebih besar dari barang yang
diasuransikan.
c. Premi Asuransi
Premi asuransi adalah suatu jumlah dalam nilai uang yang
merupakan kewajiban tertanggung karena telah mengadakan
pertanggungan kepada perusahaan asuransi yang harus dibayar oleh
tertanggung.
Tingkat premi atau rate of premium ditetapkan oleh Dewan
Asuransi Indonesia dan berlaku bagi seluruh maskapai asuransi yang
menjadi anggotanya.
Besar kecilnya tingkat premi, tergantung kepada keadaan obyek
pertanggungan dan resiko yang ditanggung oleh asuradur dan atau
reasuradur serta jangka waktu penutupan asuransi.
d. Klaim
Klaim adalah suatu tuntutan ganti rugi dari tertanggung terhadap
penanggung (asuradur) apabila terjadi sesuatu accident atau barang/ obyek
pertanggungan.11
11
Syamsu Iskandar, op. cit. hlm. 270-273
9
a. Asuransi harta benda (property insurance) memberi perlindungan
terhadap aliran pendapatan dari properti (rumah, mobil, toko, pabrik
dan sebagainya) akibat kejadian seperti kecelakaan, kebakaran,
pencurian, bencana alam, dan kejadian yang tidak dapat dihindarkan
lainnya.
b. Asuransi tanggung gugat (liability insurance) memproteksi pihak
tertanggung terhadap klaim pihak ketiga akibat produk cacat atau
kecelakaan. Asuransi mobil dapat berupa asuransi harta benda yang
memberikan penggantian bila mobil mengalami kerusakan, dan/atau
asuransi keselakaan yang akan membayar klaim pihak ketiga bila
kecelakaan disebabkan oleh mobil pemegang polis.
Berbeda dengan asuransi jiwa ntrak dari asuransi harta benda dan
kecelakaan bersifat jangka pendek (kurang dari satu tahun dan dapat
diperbarui), sehingga sumber dana relatif sulit diprediksi. Selain itu,
kejadian buruk yang diproteksi sulit diprediksi karena berhubungan
dengan banyak kejadian sehingga kerugian potensial menjadi sulit
diprediksi. Karena alasan tersebut, sebagian besar dana perusahaan
asuransi non jiwa dialokasikan ke aset jangka pendek yang lebih likuid
dibandingkan aset asuransi jiwa.12
12
Ktut Silvanita, Bank dan Lembaga Keuangan Lain (Jakarta: Erlangga 2009), hal. 45
10
2. Asuransi Jiwa
13
Julius R. Latumaerissa, op. cit. hlm. 449
11
Perusahaan asuransi mengatasi tingginya biaya kesehatan dengan
cara hanya membiayai pengeluaran kesehatan yang besar, sedangkan
biaya kesehatan lain dibiayai oleh perusahaan tempat bekerja. Dengan
demikian, hal ini mendorong perusahaan untuk meningkatkan
kesehatan pekerjanya.
Cara lain mengatasi biaya kesehatan yang tinggi adalah bekerja
sama dengan penyedia jasa kesehatan, misalnya HMO (Health
Maintanance Organizations) dengan membayar sejumlah dana tertentu
yang tetap bagi tiap peserta untuk menyediakan jasa kesehatan bagi
pelanggan asuransi. Masalah yang mungkin muncul kemudian yaitu
penyedia jasa kesehatan memiliki insentif untuk membatasi jasa
kesehatan yang diberikan sehingga perlu regulasi pemerintah untuk
mengatasinya.
d. Asuransi jiwa berjangka memberikan manfaat kematian tetapi tidak
ada peningkatan kas (tidak mengandung elemen investasi). Semakin
tua umur tertanggung, semakin tinggi probabilitas kematiannya
sehingga biaya polis (premi) semakin meningkat. Asuransi jenis ini
sulit dijual karena bila masa asuransi telah habis (expied), maka
pemegang polis tidak mendapatkan manfaat dari premi yang telah
dibayarnya.
e. Asuransi jiwa penuh adalah polis dengan dua ciri: (1) membayar
sejumlah nilai tertentu pada saat kematian pihak tertanggung, dan (2)
mengakumulasikan nilai tunai yang dapat dipinjam pemilik polis. Jika
tertanggung tetap hidup sampai waktu jatuh tempo polis, maka ia akan
menerima sejumlah nilai tertwntu yang dapat digunakan untuk
membeli anuitas. Dengan demikian, asuransi jiwa penuh menjamin
pihak tertanggung sepanjang masa hidupnya.
f. Asuransi jiwa universal memberikan manfaat yang merupakan
kombinasi antara asuransi jiwa berjangka dan penuh. Dengan premi
yang sama dengan asuransi jiwa yang penuh, manfaat yang diberikan
lebih besar karena sebagian premi digunakan untuk membeli asuransi
12
jiwa berjangka, dan sisanya digunakan untuk investasi yang tidak
terkena pajak (tax-exempt). Bila suku bunga pasar edang tinggi, maka
asuransi jiwa universal menjadi lebih disukai.
14
Ktut Silvanita, op. cit. hlm. 43-44
13
Hal ni dilakukan untuk melihatsejauh mana perusaaan asuransi mampu
meggaet premi. Ukuran yang diberlakukan didasarkan atas rata-
rataindustri, yaitu 20%.
b) Rasio perubahan modal sendiri terhadap modal sendiri harus lebih
besar atau sama dengan 10%. Rasio ini untuk mengukur perubahan
modal sendiri.
c) Resiko kekayaan yang dipergunakan terhadap jumlah kewajiban.
Resiko ini digunakan untuk mengukur kecukupan solvensi perusahaan
yang dapat menjamin risiko anggungan sendiri. Batas rasio terbaik
diatas 100%.
d) Rasio kekayaan lancar terhadap kewajiban lancar tidak boleh atau
sama dengan 150%. Hal ini digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam membiayai operasional perusahaan sehari-hari tanpa
mencairkan investasi.
e) Rasio investasi terhadap cadangan teknis dengan rasio terbaik diatas
100%. Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan
dalam membayar kewajibannya kepada pemegang polis jangka
panjang.
f) Mengukur efisiensi perussahaan dalam pembelian aset tetap, untuk itu
digunakan rasio aset tetap terhadap modal sendiri. Rasio terbaiknya tak
lebih atau sama dengan 40%.
g) Rasio premi retensi sendiri terhadap modal sendiri dengan rasio terbaik
tidak lebih atau sama dengan 28,96% rasio ini untuk melihat batasan
exposure risiko tanggungan sendiri.
h) Rasio pendapatan investasi neto terhadap rata-rata kas klam investasi
lebih besar ketimbang rata-rata suku bunga deposito satu tahun atau
13%. Rasio ini untuk mengetahui pendapatan investasi neto
perusahaan.
i) Rasio penjumlahan beban klaim neto, beban usaha, dan komisi neto
terhadap pendapatan premi neto harus lebih kecil atau sama dengan
14
100%. Rasio ini digunakan untuk mengetahui biaya overhead
perusahaan.
j) Rasio laba tahun berjalan terhadap rata-rata modal sendiri. Rasio ini
untuk mengetahui kemampuan modal sendiri dalam mencetak untung.
Standar terbaiknya harus lebih besar dari 13% yang diambil dari rata-
rata suku bunga deposito satu tahun.
Dibawah ini adalah data predikat rating asuransi jiwa tahun 2007
dan perkembangan asuransi jiwa di Indonesia sejak tahun 2000-2007
sebagaimana pada tabel.15
15
Julius R. Latumaerissa, op. cit. hlm. 449-450
15
Sebenarnya sama dengan kedua jenis yang telah di sebutkan di
atas (asuransi kerugian dan asuransi jiwa), tetapi penyelenggaraan
didasarkan pada peraturan perundangan tersendiri yang bersifat wajib serta
di dalamnya terkandung tujuan tertentu dari pemerintah untuk memberikan
perlindungan bagi masyarakat atau sebagian anggota masyarakat.
Karenanya sistem ini disebut asuransi sosial. Seperti halnya dengan
asuransi jiwa diatas, asuransi soaial harus tetap meningkatkan kinerja kerja
untuk tetap memberikan pelayanan yang maksimal kepada masyarakat.16
16
kepentingan. Permasalahan akan timbul apabila unsur kepentingan
tersebut dibuktikan pada saat ditutupnya perjanjian asuransi.
2. Prinsip itikad baik (principle of utmost goodfaith) Dalam perjanjian
asuransi, unsur saling percaya antara penanggung dan tertanggung
sangatlah penting. Tertanggung dengan itikad baik dan secara jujur
wajib memberikan segala keterangannya dengan benar mengenai objek
asuransi yang akan diasuransikan. Di lain pihak tertanggung juga
percaya bahwa kalau terjadi persitiwa, penanggung akan membayar
ganti rugi, saling percaya ini dasarnya adalah itikad baik. Prinsip
itikad baik ini harus dilaksanakan dalam setiap perjanjian (pasal 1338
ayat (3) KUHPerdata), termasuk dalam perjanjian asuransi. Dalam
perjanjian asuransi, banyak pasal–pasal KUHD yang dapat
disimpulkan mengandung itikad baik. Pasal–pasal itu antara lain
251,255,277 KUHD. Tetapi yang paling dikenal orang adalah pasal
251 KUHD, yang dikenal dengan kewajiban memberikan keterangan.
Dalam pasal 251 KUHD tersbut, asuransi menjadi batal apabila
tertanggung memberikan keterangangan keliru atau tidak benar sama
sekali tidak membeli keterangan. Sayangnya dalam pasal tersebut,
tidak dipersoalkan apakah tertanggung beritikad baik atau buruk.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pasal 251 KUHD terlalu
memberatkan tertanggung.
3. Prinsip Ganti rugi (Principle of Indemnity) Asuransi sebagaimana
dapat disimpulkan dari pasal 246 KUHD merupakan perjanjian
penggantian kerugian. Ganti rugi disini mengandung arti bahwa
penggantian kerugian dari penanggung harus seimbang dengan
kerugian yang sungguh-sungguh diderita oleh tertanggung. Tujuan
prinsip ganti rugi atau indemnitas adalah untuk mengembalikan posisi
keuangan tertanggung pada posisi semula sesaat sebelum terjadinya
kerugian. Tertanggung hanya berhak mendapatkan ganti kerugian yang
sungguh–sungguh dialaminya, bukan untuk mendapat keuntungan.
Pasal 235 KUHD mengatur prinsip ganti rugi. Pasal–pasal yang ada
17
kaitannya dengan prinsip ganti rugi antara lain: pasal 246, 250, 252,
253, 277, 278, 280, 284. Pasal 252 KUHD menentukan bahwa:
“Kecuali dalam hal–hal yang disebutkan dalam ketentuan undang–
undang, maka tidak bolehlah diadakan suatu pertanggungan kedua,
untuk jangka waktu yang sudah dipertanggukan untuk harganya penuh,
dan demikian itu atas ancaman batalnya pertanggungan kedua
tersebut”. Ketentuan di atas memberi pengaturan bahwa asuransi
diancam batal, apabila diadakan asuransi yang kedua atas kepentingan
yang telah diasuransikan dengan nilai yang penuh, pada saat perjanjian
asuransi yang kedua itu diadakan. Beberapa penulis berpendapat
bahwa asuransi berganda yang dikecualikan oleh pasal 252 KUHD itu
adalah asuransi sesuai dengan ketentuan pasal 277 KUHD, yang
menentukan bahwa: Apabila berbagai pertanggungan, dengan itikad
baik, telah diadakan mengenai satu–satunya barang, sedangkan dalam
pertanggungan yang pertama harga sepenuhnya telah
dipertanggungkan, maka hanya pertanggungan pertama itulah yang
mengikat, sedangkan para penanggung berikutnya dibebaskan. Apabila
dalam pertanggungan yang pertama itu tidak dipertanggungkan harga
sepenuhnya, maka para penanggung yang berikut bertanggung jawab
untuk harga yang selebihnya, menurut tertib waktu ditutupnya
pertanggungan yang berikut itu. Menurut pasal 277 KUHD, jika
terjadi perjanjian yang berhubungan dengan asuransi yang berganda
atas benda yang sama dengan kepentingan yang sama dan waktu yang
sama, dan harga pertanggungan penuh telah ada pada penanggung
yang pertama, maka penanggung kedua dibebaskan. Penanggung
kedua hanya bertanggung jawab untuk pemenuhan kekurangan harga
pertanggungan apabila dalam pertanggungan pertama tidak
dipertanggungkan harga sepenuhnya. Dengan demikian pasal 252
KUHD bertujuan untuk mencegah adanya penggantian kerugian yang
menjadi melebihi dari kerugian yang diderita dan mengharuskan
adanya keseimbangan antara penggantian kerugian dengan nilai benda
18
yang diasuransikan. Akan tetapi perlu diperhatikan adalah mengenai
berlakunya asas indemnitas ini, yang hanya berlaku dalam asuransi
kerugian dan tidak berlaku dalam asuransi sejumlah uang. Hal ini
karena dalam asuransi sejumlah uang ganti rugi, tidak dipertimbangkan
dengan kerugian yang sungguh–sungguh diderita, akan tetapi uang
asuransi sudah ditetapkan sebelumnya pada waktu ditutupnya
perjanjian asuransi. Dasarnya, sebab pada asuransi sejumlah uang,
kepentingannya tidak dapat dinilai dengan uang.
4. Prinsip Subrogasi (principle of subrogation) Apabila terjadinya
peristiwa yang tidak diharapkan terjadinya dalam perjanjian asuransi,
maka tertanggung dapat menuntut penanggung untuk memberikan
ganti rugi. Akan tetapi, apabila sebab terjadinya kerugian itu
diakibatkan oleh pihak, maka berarti tertanggung itu dapat menuntut
penggantian dari dua sumber. Sumber pertama dari penanggung dan
sumber kedua dari pihak ketiga yang telah menyebabkan kerugian itu.
Penggantian dari dua sumber itu jelas bertentangan dengan asas dalam
perjanjian asuransi itu sendiri, yaitu asas indeminitas dan asas hukum
tentang larangan memperkaya diri sendiri secara melawan hukum
(tanpa hak). Sebaliknya apabila ketiga itu juga dibebaskan begitu saja
dari perbuatannya yang telah menyebabkan kerugian bagi tertanggung
sangatlah tidak adil. Untuk mencegah tercegahnya penyimpangan–
penyimpangan seperti itu, undang–undang mengaturnya dalam pasal
284 KUHD yang menentukan bahwa :
a) Apabila tertanggung di samping mempunyai hak–hak terhadap
penanggung juga mempunyai hak–hak terhadap pihak ketiga;
“Seorang penanggung yang telah membayar ganti kerugian sesuatu
barang yang dipertanggukan, menggantikan si tertanggung dalam
segala hak yang diperolehnya terhadap orang–orang ketiga
berhubung dengan penerbitan kerugian tersebut; dan si tertanggung
itu adalah bertanggung jawab untuk setiap perbuatan yang dapat
merugikan si penanggung terhadap orang-orang ketiga. Dengan
19
adanya ketentuan demikian, berarti secara otomatis berdasarkan
undang–undang, apabila terjadi kerugian yang menimpa
tertanggung oleh pihak ketiga, maka penanggung dapat
menggantikan kedudukan tertanggung untuk melaksanakan hak–
haknya terhadap pihak ketiga tersebut.
b) Hak-Hak itulah timbulnya kerugian, Subrogasi ini hanya berlaku
dalam asuransi kerugian saja dan tidak berlaku terhadap asuransi
sejumlah uang, oleh karena itu dalam asuransi sejumlah uang,
jumlah ganti rugi telah ditetapkan sebelumnya, yaitu pada waktu
ditutupnya perjanjian asuransi.
c) Prinsip Sebab akibat (Principle of Proximate cause) Kewajiban
penangung untuk mengganti kerugian kepada tertanggung timbul
apabila peristiwa yang menjadi sebab adanya kerugian itu dijamin
oleh polis. Akan tetapi, tidaklah mudah untuk menentukan suatu
peristiwa itu merupakan sebab timbulnya kerugian yang dijamin
oleh polis. Terlebih–lebih apabila peristiwanya banyak, sehingga
sulit untuk menetukan mana yang menjadi sebab timbulnya
kerugian. Dalam hal ini, ada 3 pendapat untuk menentukan sebab
timbulnya kerugian dalam perjanjian asuransi, yaitu :
1) Pendapat menurut peradilan di inggris , yang menyatakan bahwa
sebab dari kerugian itu secara urutan kronologis terletak terdekat
kepada kerugian. inilah yang disebut Causa Proxima.
2) Pendapat yang kedua ialah di dalam pengertian hukum
pertanggungan, sebab itu tiap – tiap peristiwa yang tidak dapat
ditiadakan tanpa ikut melenyapkan kerugian itu. Dalam
perkataan lain ialah tiap peristiwa yang dianggap sebagai
condito sinequanon terhadap kerugian itu.
3) Causa remota, bahwa yang menjadi sebab dari timbulnya
kerugian itu ialah peristiwa yang terjauh. Ajaran ini merupakan
lanjutan dari pemecahan suatu ajaran yang disebut “ sebab
adequate “ yang mengemukakan bahwa dipandangsebagai sebab
20
yang menimbulkan kerugian itu ialah peristiwa yang pantas
berdasarkan ukuran pengalaman yang harus menimbulkan
kerugian itu.Jadi dengan demikian, berdasarkan sebab itulah
timbul kerugian yang menjadi tanggungan penanggung kecuali
kalau polis dengan klausul All Risk, yaitu polis yang
menanggung semua resiko. Dalam hal ini juga terdapa
kekecualian, yaitu apabila sebab itu terjadi karena kesalahan
sendiri dari tertanggung ( pasal 276 KUHD ).
5. Prinsip Kontribusi (Principle of Contribution) Apabila dalam suatu
polis ditandatangani oleh beberapa penanggung, maka masing–masing
penanggung itu menurut imbangan dari jumlah mereka untuk mana
mereka yang menandatangani polis, hanya akan memikul jumlah
kerugian yang sesungguhnya diderita oleh tertanggung. Prinsip
Kontibusi ini terjadi apabila ada asuransi berganda (double insurance)
sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 278 KUHD.17
2.7 Risiko Asuransi
a. Risiko Murni: Risiko yang diderita sepenuhnya, yang apabila menimpa
suatu objek, yang menderita kerugian adalah pemilik objek.
b. Risiko Spekulatif: Mengandung unsur memperoleh keuntungan, pas-
pasan, atau kerugian, risiko ditanggung oleh yang ber spekulasi.
c. Risiko Fundamental: Risiko yang tidak bisa dilimpahkan kepada
seseorang dan yang menderita bukan seseorang atau beberapa orang
saja, risiko ini menimpa orang banyak dan tidak dapat disalahkan
kepada satu orang/ beberapa orang sebagai penyebabnya.
d. Risiko Kasus: Risiko yang bersumber dari peristiwa-peristiwa yang
sifatnya mandiri, risiko dapat diketahui dan ditentukan penyebabnya.
e. Risiko Dinamis: Risiko yang timbul karena perkembangan dan
kemajuan masyarakat dibidang ekonomi, ilmu dan teknologi.
17
Frianto Pandia, Elly Santi O dan Achmad Abror, Lembaga Keuangan (Jakarta: PT.Rineka Cipta,
2005), hlm. 136-137
21
f. Risiko Statis: risiko yang tetap ada walaupun tidak ada perkembangan
atau kemajuan masyarakat dibidang ekonomi, ilmu dan teknologi.
g. Risiko Terhadap Benda: Risiko yang menimpa benda tersebut, seperti
rumah terbakar, mobil tertabrak
h. Risiko Terhadap Manusia: Risiko yang menimpa manusia seperti
risiko hari tua.18
2.8 Proses Pembiayaan Asuransi
Sebelum melakukan proses pembiayaan asuransi, tentunya harus
menjadi nasabah terlebih dahulu. Berikut syarat-syarat menjadi nasabah
asuransi:
a) Data diri yaitu, KTP atau SIM, atau Pasport untuk di fotocopy sebagai
lampiran dalam pengajuan asuransi. (Untuk tertanggung anak,
dibutuhkan juga fotocopy akte kelahiran.
b) Mengisi lembar Autodebet dari bank yang juga melekat bersama SPAJ
(Surat Pengajuan Asuransi Jiwa). Autodebet bisa mendebet uang
nasabah secara otomatis dari rekening bank nasabah maupun dari kartu
kredit nasabah.
c) Setelah proses wawancara selesai, calon nasabah dibuatkan dahulu
ilustrasi manfaat apasaja yang akan diperoleh, besarnya nilai investasi
sesuai premi yang akan nasabah bayarkan. Agen akan menjelaskan
dengan detail kepada calon nasabah.19
22
d) Periksa detail polis dan baca syarat dan ketentuan, kemudian klik
“Selanjutnya”
e) Pilih metode pembayarandan klik “Bayar”
f) Masukan data pribadi untuk pembayaran dengan Kartu Kredit atau
Kartu Debit, dan klik “Proses”
g) Notifikasi pembayaran akan dikirim ke akun email nasabah.
2. Pembayraran melalui Indomaret
a) Melalui Kasir
b) Melalui i-Kios
c) Cakupan pembayaran
d) Keuntungan
3. Setor Tunai
a) Melalui Bank BCA-OPC
b) Melalui Bank Mandiri
c) Melalui bank Syariah Mandiri
4. Pembayaran melalui ATM
a) Melalui ATM BCA
b) Melalui ATM Mandiri
5. Pembayaran melalui Mobile Banking
a) Melalui mobile banking Mandiri
b) Melalui mobile banking BCA
6. Melalui Internet Banking
a) Internet Banking Bank BCA
b) Internet Banking Bank Mandiri
7. Pembayaran Menggunakan Virtual Account
a) VA Bank Permata
b) VA Bank HSBC
c) VA Bank BCA
8. Pembayaran dengan Auto Debit Kartu Kredit atau Rekening
a) Auto Debet dengan Kartu Kredit
23
b) Auto Debet melalui rekening tabungan20
24
Besar uang pertanggungan memiliki kisaran minimal sama
dengan besarnya uang kebutuhan tertentu saat ini (present value)
dikali dengan 150%. Sedangkan uang pertanggungan maksimal adalah
besar uang dimasa mendatang (future value) dikali dengan 80%.
Metoda ini mutlak dikombinasikan dengan investasi yang
dilakukan (baik secara bulanan atau tahunan) untuk mencapai
kebutuhan keuangan dimasa mendatang (future value) dari kebutuhan
keuangan tersebut.
Metoda ini juga dapat dipakai bagi mereka yang berpenghasilan
bulanan sangat besar. Sehingga kedua metoda lain diatas tidak
mungkin digunakan lagi, karena akan memberikan jumlah uang
pertanggungan yang terlalu besar (kecil kemungkinan uang
pertanggungan disetujui oleh perusahaan asuransi.21
2.9 Asuransi di Indonesia Beserta Legalitasnya
1. Asuransi Umum22
21
Cara menghitung uang pertanggungan asuransi, di akses dari kreditgogo.com/artikel/suransi-
Kesehatan-dan-Jiwa/Inilah-Cara-Menghitung-Uang-Pertanggungan-Asuransi-Jiwa.html pada 02
Desember 2017, pukul 07.17
22
Daftar perusahaan asuransi Indonesia, di akses dari www.ojk.go.id/id/knal/iknb/berita-dan-
kegiatan/publikasi/Pages/Daftar-Perusahaan-Asuransi-Umum,-Jiwa,-Reasuransi,-Asuransi,-
Wajib,-Dan-Asuransi-Sosial.aspx, pada tanggal 07 Nopember 2017, pukul 6:31
25
10. PT Asuransi Asoka Mas KEP-174/KM.13/1992 17 Juni 1992
11. PT Asuransi Astra Buana KEP-7221/MD/1986 5 November 1986
12. PT Avrist General Insurance KEP-051/KM.13/1991 21 Februari 1991
13. PT Asuransi Axa Indonesia KEP-682/KMK.017/1996 16 Desember 1996
14. PT Asuransi Bangun Askrida KEP-192/KM.13/1990 14 Maret 1990
15. PT Asuransi Umum BCA KEP-787/KM.10/2011 29 September 2011
16. PT Berdikari Insurance KEP-282/MK.17/2000 11 Agustus 2000
17. PT Bess Central Insurance KEP-420/KM.10/2011 26 Mei 2011
18. PT Asuransi Bhakti KEP-1119/M/1988 11 Januari 1988
Bhayangkara
19. PT Asuransi Bina Dana Arta KEP-3666/MD/1986 29 Mei 1986
Tbk
20. PT Asuransi Binagriya Upakara KEP-545/KM.13/1990 26 Oktober 1990
21. PT Asuransi Bintang Tbk KEP-6648/MD/1986 13 Oktober 1986
22. PT Bosowa Asuransi KEP-7720/MD/1986 28 Oktober 1986
23. PT Asuransi Bringin Sejahtera KEP-128/KM.13/1989 26 Agustus 1989
Artamakmur
24. PT Asuransi Buana KEP-6123/MD/1986 20 September 1986
Independent
25. PT Asuransi Umum KEP-4150/MD/1986 30 Juni 1986
Bumiputera Muda 1967
26. PT Asuransi Cakrawala Proteksi KEP-19/D.05/2014 6 Maret 2014
Indonesia
27. PT Asuransi Central Asia KEP-2097/MD/1986 31 Maret 1986
28. PT China Taiping Insurance KEP-411/KMK.017/1996 11 Juni 1996
Indonesia
29. PT Citra International KEP-7211/M/1988 26 September 1988
Underwriters
30. PT Asuransi Dayin Mitra Tbk KEP-5031/MD/1986 6 Agustus 1986
31. PT Asuransi Eka Lloyd Jaya KEP-3667/MD/1986 29 Mei 1986
32. PT Fairfax Insurance Indonesia KEP-708/KMK.017/1996 31 Desember 1996
33. PT Asuransi FPG Indonesia KEP-3963/MD/1987 24 Juni 1987
34. PT Asuransi Harta Aman KEP-633/MD/1983 11 Februari 1983
Pratama Tbk
35. PT Asuransi Himalaya KEP-4139/MD/1986 11 Februari 1986
26
Pelindung
36. PT Asuransi Intra Asia KEP-8747/M/1988 12 November 1988
37. PT Asuransi Jasa Tania Tbk KEP-7175/MD/1986 13 November 1986
38. PT KSK Insurance Indonesia KEP-137/KM.13/1989 4 September 1989
39. PT Lippo General Insurance KEP-173/KM.13/1992 7 Juni 1992
Tbk
40. PT Malacca Trust Wuwungan KEP-6650/MD/1986 13 Oktober 1986
Insurance
41. PT Mandiri AXA General KEP-825/KM.10/2011 8 November 2011
Insurance
42. PT Asuransi Mega Pratama KEP-7174/MD/1986 3 November 1986
43. PT Asuransi Umum Mega KEP-711/KMK.017/1996 31 Desember 1996
44. PT Meritz Korindo Insurance KEP-3068/LK/1999 27 Juli 1999
45. PT Asuransi Mitra Maparya KEP-3335/MD/1985 30 Mei 1985
Tbk
46. PT Asuransi Mitra Pelindung KEP-554/KM.10/2012 2 Oktober 2012
Mustika
47. PT MNC Asuransi Indonesia KEP-5970/M/1988 6 Agustus 1988
48. PT Asuransi MSIG Indonesia KEP-588/MD/1987 2 Februari 1987
49. PT Asuransi Multi Artha Guna KEP-3251/MD/1986 6 Mei 1986
Tbk
50. PT Pan Pacific Insurance KEP-483/KMK.017/1997 30 September 1997
51. PT Asuransi Parolamas KEP-7436/MD/1986 13 November 1986
52. PT Asuransi Jasa Indonesia KEP-587/MD/1987 2 Februari 1987
(Persero)
53. PT Kookmin Best Insurance KEP-491/KMK.017/1997 30 September 1997
Indonesia
54. PT Asuransi Purna Artanugraha KEP-155/KM.13/1992 23 Mei 1992
55. PT Asuransi QBE Pool KEP-471/KMK.017/1994 22 September 1994
Indonesia
56. PT Asuransi Raksa Pratikara KEP-8016/MD/1986 8 Desember 1996
57. PT Asuransi Rama Satria KEP-8264/MD/1986 19 Desember 1986
Wibawa
58. PT Asuransi Ramayana Tbk KEP-311/DDK/V/II/1971 4 November 1971
59. PT Asuransi Raya KEP-6121/MD/1986 20 September 1986
27
60. PT Asuransi Recapital KEP-004/MK.13/1992 10 Januari 1992
61. PT Asuransi Reliance Indonesia KEP-4138/MD/1986 30 Juni 1986
62. PT Asuransi Samsung Tugu KEP-6/KMK.017/1997 3 Januari 1997
63. PT Sarana Lindung Upaya KEP-3137/M/1988 29 Maret 1988
64. PT Asuransi Simas Net KEP-122/D.05/2014 21 Oktober 2014
65. PT Asuransi Sinar Mas KEP-2562/MD/1986 21 April 1986
66. PT Asuransi Sompo Japan KEP-3250/MD/1986 6 Mei 1986
Nipponkoa Indonesia
67. PT Asuransi Staco Mandiri KEP-605/KM.10/2011 26 Juli 2011
68. PT Asuransi Sumit Oto KEP-343/KM.10/2011 25 April 2011
69. PT Asuransi Tokio Marine KEP-034/KM.13/1991 5 Februari 1991
Indonesia
70. PT Asuransi Tri Pakarta KEP-1754/MD/1978 11 Desember 1978
71. PT Asuransi Tugu Kresna KEP-005/KM.13/1992 10 Januari 1992
Pratama
72. PT Tugu Pratama Indonesia KEP-8014/MD/1986 8 Desember 1986
73. PT Victoria Insurance KEP-604/KM.13/1991 4 Desember 1991
74. PT Asuransi Videi KEP-7440/MD/1986 13 November 1986
75. PT Asuransi Wahana Tata KEP-6122/MD/1986 20 September 1986
76. PT Zurich Insurance Indonesia KEP-284/KM.13/1991 19 September 1991
2. Asuransi Jiwa
28
No Nama Perusahaan Nomor Izin Usaha Tanggal Izin Usaha
1. PT Asuransi Jiwa Sinarmas KEP-649/KM.10/2011 3 Agustus 2011
MSIG
2. PT Asuransi Jiwasraya KEP-098/KM.11/1986 8 September 1986
(Persero)
3. PT FWD Life Indonesia KEP-05/D.05/2013 18 Februari 2013
4. PT Panin Dai-chi Life KEP-213/KMK.013/1992 6 Agustus 1992
5. PT Ace Life Assurance KEP-072/KM.11/1986 14 Juli 1986
6. PT Asuransi Jiwa Adisarana KEP-001/KM.13/1987 18 November 1987
Wanaartha
7. PT AIA Financial KEP-156/KMK.017/1997 3 April 1997
8. PT Asuransi Allianz Life KEP-513/KMK.017/1996 16 Agustus 1996
Indonesia
9. Asuransi Jiwa Bersama KEP-070/KM.13/1988 15 Juni 1988
Bumiputera 1912
10. PT Avrist Assurance KEP-037/KM.11/1986 10 Maret 1986
11. PT Axa Financial Indonesia KEP-612/KMK.017/1995 22 Desember 1995
12. PT Axa Life Indonesia KEP-05/KMK.017/1997 3 Januari 1997
13 PT Axa Mandiri Financial KEP-605/KM.13/1991 4 Desember 1991
. Services
14 PT Asuransi Jiwa Bakrie KEP-342/KM.13/1990 14 Juli 1990
.
15 PT Asuransi Jiwa BCA KEP-91/D.05/2014 14 Juli 2014
.
16 PT BNI Life Insurance KEP-305/KMK.017/1997 7 Juli 1997
.
17 PT Asuransi Jiwa Bringin Jiwa KEP-181/KM.13/1988 10 Oktober 1988
. Sejahtera
18 PT Central Asia Financial KEP-17/D.05/2013 13 Maret 2013
.
19 PT Asuransi Jiwa Central Asia KEP-013/KM.13/1987 18 Desember 1987
. Raya
20 PT Asuransi CIGNA KEP-572/KMK.17/1994 25 November 1994
.
21. PT CIMB Sun Life KEP-010/KM.13/1987 17 Desember 1987
22. PT Commonwealth Life KEP-773/KMK.017/1993 6 Agustus 1993
23. PT Equity Life Indonesia KEP-085/KM.11/1987 15 September 1987
24. PT Asuransi Jiwa Generali KEP-281/KMK.017/1994 24 Juni 1994
Indonesia
25. PT Great Eastern Life KEP-514/KMK.017/1996 16 Agustus 1996
Indonesia
26. PT Hanwha Life Insurance KEP-603/KMK.017/1995 18 Desember 1995
Indonesia
27. PT Asuransi Jiwa Indosurya KEP-95/D.05/2013 11 September 2013 29
Sukses
28. PT Lippo Life Assurance KEP-124/D.05/2014 31 Oktober 2014
29. PT Asuransi Jiwa Manulife KEP-020/KMK.13/1989 6 Maret 1989
30
3. Asuransi Sosial dan Asuransi Wajib
31
BAB III
STUDI KASUS
3.1 Contoh Kasus Hidup dengan Asuransi Allianz dan tanpa Asuransi
Dua orang Amir dan Arif, Masing-masing berusia 30 tahun,
keduanya tidak merokok dan memiliki pekerjaan sebagai wiraswasta.
Amir dan Arif merencanakan keuangannya dengan menabung sebesar RP.
500.000/bulan demi masadepan keluarga mereka dengan cara:
Amir dengan tabungan biasa
Arif dengan Tapro (Tabungan Proteksi) Allianz
32
Saat mulai menabung usia Amir saat ini adalah 30 tahun.
Ditambah 200 tahun lagi maka saat Amir berusia 230 tahun barulah akan
terkumpul uang sebanyak Rp. 1,2 Miliar di rekening tabungan pribadinya
di bank.
23
www.asuransi-jiwa.org/contoh-kasus-hidup-dengan-asuransi-allianz-dan-tanpa-asuransi/ pada
tanggal 01 Desember 2017, pukul 17:11
33
34
35
36
37
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
38
5. Jenis-jenis asuransi:
1) Asuransi Kerugian/Umum/Non jiwa yaitu, Asuransi
kerugian/umum (general insurance) adalah jenis asuransi yang
memberi jaminan bagi berbagai resiko yang mengancam harta
benda dan berbagai kepentingan. Asuransi kerugian/ Umum/Non
jiwa terdiri dari, asuransi harta benda dan asuransi tanggung gugat.
2) Asuransi Jiwa (life insurance) adalah jenis asuransi yang
memberikan jaminan terhadap “kehilangan” jiwa seseorang. atau
dengan kata lain suatu jasa yang diberikan oleh perusahaa asuransi
dalam menanggulngi resiko yang dikaitkan dengan jiwa atau
meniggalnya seseorang yang diperanggungkan meliputi asuransi
kecelakaan diri. Asuransi jiwa terdiri dari asuransi kecacatan,
anuitas, asuransi kesehatan, asuransi jiwa berjangka, asuransi jiwa
penuh dan asuransi jiwa universal.
3) Asuransi Sosial, Sebenarnya sama dengan kedua jenis yang telah di
sebutkan di atas (asuransi kerugian dan asuransi jiwa), tetapi
penyelenggaraan didasarkan pada peraturan perundangan tersendiri
yang bersifat wajib serta di dalamnya terkandung tujuan tertentu
dari pemerintah untuk memberikan perlindungan bagi masyarakat
atau sebagian anggota masyarakat.
6. Prinsip-prinsip yang terdapat dalam sistem hukum asuransi antara
lain:
1) Prinsip kepentingan yang dapat diasuransikan (principle of
insurable interest).
2) Prinsip itikad baik (principle of utmost goodfaith).
3) Prinsip Ganti rugi (Principle of Indemnity).
4) Prinsip Subrogasi (principle of subrogation).
5) Prinsip Kontribusi (Principle of Contribution).
7. Risiko-risiko dalam asuransi yaitu:
1) Risiko Murni
2) Risiko Spekulatif
39
3) Risiko Fundamental
4) Risiko Kasus
5) Risiko Dinamis
6) Risiko Statis
7) Risiko Terhadap Benda
8) Risiko Terhadap Manusia
8. Proses pembiayaan asuransi antara lain:
1) Pembayaran premi online.
2) Pembayraran melalui Indomaret
3) Setor Tunai
4) Pembayaran melalui ATM
5) Pembayaran melalui Mobile Banking
6) Melalui Internet Banking
7) Pembayaran Menggunakan Virtual Account
8) Pembayaran dengan Auto Debit Kartu Kredit atau Rekening
9. Asuransi di Indonesia beserta legalitasnya:
1) Asuransi Umum sebanyak 76 perusahaan pada 31 Desember 2015
2) Asuransi Jiwa sebanyak 50 perusahaan 31 Desember 2015
3) Asuransi Sosial sebanyak 5 perusahaan 31 Desember 2015
40