Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1      Latar Belakang

Perusahaan asuransi ialah sebuah lembaga keuangan non bank yang bergerak dalam
bidang pelayanan jasa yang diberikan kepada masyarakat dalam mengatasi resiko yang akan
terjadi di masa yang akan datang. Perusahaan asuransi mempunyai perbedaan karaketeristik
dengan perusahaan non asuransi, dalam kegiatan ekonomi secara keseluruhan, asuransi
memegang peranan penting karena di samping memberikan perlindungan terhadap
kemungkinan–kemungkinan kerugian yang akan terjadi, asuransi memberikan dorongan yang
besar sekali ke arah perkembangan ekonomi lainnya.
Asuransi telah menjadi bagian yang ensensial dari setiap perusahaan, di dalam dunia
bisnis banyak sekali resiko yang tidak dapat di prediksi. Secara rasional para pelaku bisnis
akan mempertimbangkan untuk mengurangi risiko yang dihadapi. Investment banker
misalnya, akan merasa lebih yakin penilaiannya terhadap proyek–proyek tertentu apabila
semua risiko proyek itu telah dilindungi oleh asuransi. Dengan demikian, perusahaan
perusahaan asuransi yang tugas utamanya adalah memberikan perlindungan kepada
perusahaan perusahaan lain telah menjadi suatu institusi ekonomi yang mempunyai peranan
yang tidak kecil.
Sarana investasi yang paling populer untuk menyiapkan dana investasi adalah
asuransi. Ada faktor kepastian dan jaminan dalam asuransi. Permasalahan yang selalu dialami
oleh pemegang polis adalah sulitnya memperoleh pembayaran ganti kerugian ketika
evenement terjadi, padahal tujuan utama seorang pemegang polis atau nasabah mengikatkan
diri dalam perjanjian asuransi adalah untuk mengalihkan risiko sehingga akan menerima ganti
kerugian bila terjadi suatu peristiwa yang tida diduga yang menimpa objek asuransi.
Saat ini perkembangan asuransi menunjukan perkembangan yang cukup signifikan.
Perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang industri jasa asuransi menawarkan berbagai
macam produk asuransi mulai dari jasa asuransi kerugian, asuransi jiwa, asuransi kesehatan,
asuransi tenaga kerja dan lain-lain sampai dengan asuransi yang memiliki unsur tabungan
seperti asuransi jiwa unit link.
Tampaknya industri asuransi tidak mau ketinggalan dengan lembaga finansial lainnya.
Perusahaan-perusahaan asuransi berlomba-lomba menawarkan berbagai produk terbaru.
Asuransi diharapkan dapat menjadi salah satu asarana investasi jangka panjang, perkawinan
antara dunia perbankan, asuransi dan investasi menciptakan tren inovasi produk-produk
asuransi. Kini asuransi mulai dilirik kaum berduit sebagai salah satu bentuk investasi yang
menjanjikan plus proteksi atau risiko kematian. Dulu orang hanya mengenal asuransi jiwa dan
asuransi ganti kerugian. Dana pendidikan anak, dana pensiun, dan kebutuhan jangka panjang
lain dapat disiapkan melalui produk-produk asuransi. Biasanya perusahaan asuransi bekerja
sama dengan perbankan dalam menawarkan produk tersebut sehingga muncul bancassurance.
Biasanya produk asuransi yang mengandung nilai investasi untuk kebutuhan jangka panjang
ditujukan untuk masyarakat menengah ke atas. Karena selain untuk jangka panjang, juga
menyangkut jumlah dana yang tidak sedikit.
Pada tingkat kehidupan keluarga atau rumah tangga, asuransi juga dibutuhkan untuk
mengurangi permasalahan ekonomi yang akan dihadapi apabila ada salah satu anggota
keluarga yang menghadapi risiko cacat atau meninggal dunia. Industri asuransi di Indonesia
akhir-akhir ini mengalami perkembangan yang cukup pesat setelah pemerintah mengeluarkan
deregulasi pada tahun 1980-an. Dipertegas lagi dengan keluarnya Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 2 Tahun 1992 Tentang Usaha Perasuransian. Diharapkan dengan semakin
berkembangnya industri asuransi di indonesia, maka akan semakin berkembang pula
pertumbuhan ekonomi indonesia dari tahun ketahun akan semakin meningkat.
Pada era globalisasi seperti ini kebutuhan masyarakat akan asuransi semakin
meningkat oleh karena itu pertumbuhan atau perkembangan industri asurasi di Indonesia
semakin dan akan terus meningkat. Perusahaan–perusahaan yang bergerak di bidang industri
jasa asuransi menawarkan berbagai macam produk asuransi mulai dari jasa asuransi kerugian,
asuransi jiwa, asuransi kesehatan, asuransi tenaga kerja dan lain-lain sampai dengan asuransi
yang memiliki unsur tabungan seperti asuransi jiwa unit link. Usaha asuransi pada saat ini
dapat dibagi ke dalam beberapa cabang yang berdiri sendiri, yang paling umum dari semua
pembagian ini adalah antara asuransi swasta dan asuransi pemerintah. Luasnya cakupan
kegiatan asuransi cukup mempengaruhi meningkatnya jumlah pemegang polis di indonesia.
Apalagi saat ini perusahaan perusahaan asuransi berlomba-lomba menawarkan berbagai
produk-produk asuransi yang tujuannya untuk menarik minat masyarakat berasuransi.
Maraknya berbagai produk yang di tawarkan oleh perusahaan-perusahaan asuransi sayangnya
tidak diikuti dengan jaminan perlindungan hukum terhadap pemegang polis asuransi.
Permasalahan yang selalu dialami oleh pemegang polis adalah sulitnya memperoleh
pembayaran ganti kerugian ketika evenement terjadi.
Pada hal tujuan utama seorang pemegang polis atau nasabah mengikatkan diri dalam
perjanjian asuransi adalah untuk menerima ganti kerugian bila terjadi suatu peristiwa yang
tidak diduga menimpa objek asuransi. Pasal 246 KUHD secara tegas menentukan bahwa :
Asuransi merupakan suatu perjanjian, dengan mana seorang penanggung mengikatkan diri
kepada seorang tertanggung, dengan menerima suatu premi, untuk memberikan penggantian
kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan,
yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang tak tertentu.

1.2      Rumusan Masalah

1.      Apa pengertian dari asuransi?


2.      Apa saja fungsi dan tujuan asuransi?
3.      Apa saja prinsip dalam asuransi?
4.      Apa yang dimaksud dengan polis dan premi asuransi?
5.      Apa pengertian dari asuransi syariah?
6.      Perbedaan antara asuransi konvensional dan asuransi syariah?

1.3      Tujuan
Makalah ini bertujuan agar mahasiswa dapat mengetahui tentang asuransi dan
manfaatnya serta menambah wawasan pengetahuan dan pemahaman penulis terhadap
penerapan teori-teori yang telah penulis terima selama menempuh kuliah dalam mengatasi
masalah hukum yang terjadi dalam masyarakat, serta prinsip-prinsip asuransi dan peraturan
asuransi yang berlaku di Indonesia. Sama halnya seperti bank, asuransi juga memiliki asuransi
syariah. Dalam makalah ini akan dijelaskan pengertian asuransi syariah dan perbedaanya
dengan asuransi konvensional

1.4 Sistematika Penulisan


Materi ini dibahas dalam tiga bab, yakni ;
Bab I merupakan Pendahuluan yang terdiri dari :
1.1 Latar Belakang
1.2 Perumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan
1.4 Sistematika Penulisan

Bab II merupakan pembahasan tentang materi ASURANSI, yang terdiri dari :


2.1.1 Pengertian Asuransi
2.2 Fungsi dan Tujuan Asuransi
2.3 Prinsip dalam Asuransi
2.4 Polis dan Premi Asuransi
2.5 Pengertian Asuransi Syariah
2.6 Perbedaan Asuransi Konvensional dan Asuransi Syariah

Bab III Merupakan penutup yang terdiri dari :


3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
BAB II
PEMBAHASAN

2.1   Pengertian Asuransi

   Asuransi adalah istilah yang digunakan untuk merujuk pada tindakan, sistem, atau
bisnis dimana adanya perlindungan atau ganti rugi secara finansial untuk jiwa, properti,
kesehatan dan lain sebagainya yang diakibatkan dari kejadian-kejadian yang tidak dapat
diduga, seperti kematian, kehilangan, kerusakan atau sakit, dimana melibatkan pembayaran
premi secara teratur dalam jangka waktu tertentu sebagai ganti polis yang menjamin
perlindungan tersebut.
Menurut ketentuan Pasal 246 KUHD, asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian
yang mana penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi untuk
memberikan penggantian kepadanya karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan
yang diharapkan akibat dari suatu evenemen (peristiwa tidak pasti).
Menurut ketentuan Undang–undang No.2 tahun 1992 tertanggal 11 Februari 1992
tentang Usaha Perasuransian (UU Asuransi), asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian
antara dua pihak atau lebih dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada
tertanggung dengan menerima premi asuransi untuk memberikan penggantian kepada
tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau
tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung yang
timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang
didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.
Berdasarkan definisi di atas, dapat diartikan asuransi merupakan suatu bentuk perjanjian
dimana harus dipenuhi syarat sebagaimana dalam Pasal 1320 KUH Perdata, namun dengan
karakteristik bahwa asuransi adalah persetujuan yang bersifat untung-untungan sebagaimana
dinyatakan dalam Pasal 1774 KUH Perdata.
Perusahaan asuransi mempunyai perbedaan karaketeristik dengan perusahaan non
asuransi, yaitu:
a. Penjaminan (underwriting) adalah sebuah proses penaksiran/penilaian dan
penggolongan derajat risiko yang terkait pada calon tertanggung, serta pembuatan
keputusan untuk menerima atau menolak risiko tersebut.
b. Aktuaria (actuarial) adalah sebuah fungsi pada suatu perusahaan asuransi yang
menerapkan prinsip-prinsip matematika pada asuransi, termasuk mengkalkulasi/
memperhitungkan daftar harga premi serta memastikan kesehatan perusahaan dari
segi keuangan.
c. Klaim adalah sebuah beban yang menjadi kewajiban perusahaan asuransi terhadap
pemegang polis sehubungan dengan perjanjian asuransi antara perusahaan asuransi
dengan konsumen (pemegang polis) akibat terjadi peristiwa yang di asuransikan atau
yang jatuh tempo.
d. Reasuransi adalah pihak yang menerima pertanggungan ulang dari suatu penutupan
asuransi. 
e. Retrosesi adalah pelimpahan risiko dari perusahaan reasuransi kepada perusahaan
reasuransi lain.

2.2   Fungsi dan Tujuan Asuransi


Disamping sebagai bentuk pengendalian risiko (secara finansial), asuransi juga memiliki
berbagai manfaat yang diklasifikasikan ke dalam beberapa fungsi sebagai berikut:

2.2.1  Fungsi Asuransi

a.       Pengalihan Resiko
Sebagai sarana atau mekanisme pengalihan kemungkinan resiko / kerugian
(chance of loss) dari tertanggung sebagai ”Original Risk Bearer” kepada satu
atau beberapa penanggung   (a risk transfer mechanism). Sehingga ketidakpastian
(uncertainty) yang berupa kemungkinan terjadinya kerugian sebagai akibat suatu
peristiwa tidak terduga, akan berubah menjadi proteksi asuransi yang pasti
(certainty) merubah kerugian menjadi ganti rugi atau santunan klaim dengan
syarat pembayaran premi.
b.      Penghimpun Dana
Sebagai penghimpun dana dari masyarakat (pemegang polis) yang akan
dibayarkan kepada mereka yang mengalami musibah, dana yang dihimpun
tersebut berupa premi atau biaya ber-asuransi yang dibayar oleh tertanggung
kepada penanggung, dikelola sedemikian rupa sehingga dana tersebut
berkembang, yang kelak akan akan dipergunakan untuk membayar kerugian yang
mungkin akan diderita salah seorang tertanggung.
c.       Premi Seimbang
Untuk mengatur sedemikian rupa sehingga pembayaran premi yang dilakukan
oleh masing-masing tertanggung adalah seimbang dan wajar dibandingkan dengan
resiko yang dialihkannya kepada penanggung (equitable premium). Dan besar
kecilnya premi yang harus dibayarkan tertanggung dihitung berdasarkan suatu
tarif premi (rate of premium) dikalikan dengan Nilai Pertanggungan.

2.2.2   Tujuan Asuransi
Adapun tujuan asuransi adalah sebagai berikut :
a. Memberikan jaminan perlindungan dari risiko-risiko kerugian yang diderita satu
pihak.
b. Meningkatkan efisiensi, karena tidak perlu secara khusus mengadakan
pengamanan dan  pengawasan untuk memberikan perlindungan yang memakan
banyak tenaga, waktu dan biaya.
c. Pemerataan biaya, yaitu cukup hanya dengan mengeluarkan biaya yang jumlahnya
tertentu  dan tidak perlu mengganti/membayar sendiri kerugian yang timbul yang
jumlahnya tidak tentu dan tidak pasti.
d. Dasar bagi pihak bank untuk memberikan kredit karena bank memerlukan
jaminan perlindungan atas agunan yang diberikan oleh peminjam uang.
e. Sebagai tabungan, karena jumlah yang dibayar kepada pihak asuransi akan
dikembalikan dalam jumlah yang lebih besar. Hal ini khusus berlaku untuk
asuransi jiwa.

2.3    Prinsip Dasar Asuransi


Dalam dunia asuransi ada 6 macam prinsip dasar yang harus dipenuhi, yaitu insurable
interest, utmost good faith, proximate cause, indemnity, subrogation dan contribution.
2.3.1   Insurable Interest (Kepentingan Mengasuransikan)
Insurable interest adalah hak untuk mengasuransikan, yang timbul dari suatu
hubungan keuangan antara tertanggung dengan yang diasuransikan dan diakui secara
hukum. Jadi, anda dikatakan memiliki kepentingan atas obyek yang diasuransikan
apabila Anda menderita kerugian keuangan seandainya terjadi musibah yang
menimbulkan kerugian atau kerusakan atas obyek tersebut.
Kepentingan keuangan ini memungkinkan Anda mengasuransikan harta benda
atau kepentingan anda. Apabila terjadi musibah atas obyek yang diasuransikan dan
terbukti bahwa Anda tidak memiliki kepentingan keuangan atas obyek tersebut, maka
Anda tidak berhak menerima ganti rugi.
2.3.2   Utmost Good Faith (Itikad Baik)
Utmost Good Faith (Itikad Baik) ialah suatu tindakan untuk mengungkapkan
secara akurat dan lengkap, semua fakta yang material mengenai sesuatu yang akan
diasuransikan baik diminta maupun tidak. Artinya si penanggung harus dengan jujur
menerangkan dengan jelas segala sesuatu tentang luasnya syarat dan kondisi dari
asuransi dan si tertanggung juga harus memberikan keterangan yang jelas dan benar
atas obyek atau kepentingan yang dipertanggungkan.
Intinya Anda berkewajiban memberitahukan sejelas-jelasnya dan dengan teliti
mengenai segala fakta-fakta penting yang berkaitan dengan obyek yang diasuransikan.
Prinsip inipun menjelaskan risiko-risiko yang dijamin maupun yang dikecualikan,
segala persyaratan dan kondisi pertanggungan secara jelas serta teliti.
2.3.3   Proximate Cause (Penyebab Utama yang Paling Dominan)
Proximate Cause (Penyebab Utama yang Paling Dominan) adalah suatu
penyebab aktif, efisien yang menimbulkan rantaian kejadian yang menimbulkan suatu
akibat tanpa adanya intervensi suatu yang diawali dan secara aktif oleh sumber yang
baru dan independen.
Jadi, apabila kepentingan yang diasuransikan mengalami musibah atau
kecelakaan, maka hal pertama dicari ialah sebab-sebab yang aktif dan efisien yang
menggerakkan suatu rangkaian peristiwa tanpa terputus sehingga pada akhirnya
terjadilah musibah atau kecelakaan tersebut. Suatu prinsip yang digunakan untuk
mencari penyebab kerugian yang aktif dan efisien adalah: "Unbroken Chain of Events"
yaitu suatu rangkaian mata rantai peristiwa yang tidak terputus.
2.3.4   Idemnity (Ganti Rugi)
Idemnity (Ganti Rugi) adalah mekanisme dimana penanggung menyediakan
kompensasi finansial dalam upayanya menempatkan tertanggung dalam posisi
keuangan yang ia miliki sesaat sebelum terjadinya kerugian (KUHD pasal 252, 253
dan dipertegas dalam pasal 278).
2.3.5   Subrogasi
Subrogasi adalah pengalihan hak tuntut dari tertanggung kepada penanggung
setelah klaim dibayar. Prinsip subrogasi diatur dalam pasal 284 kitab Undang-Undang
Hukum Dagang, yang berbunyi: "Apabila seorang penanggung telah membayar ganti
rugi sepenuhnya kepada tertanggung, maka penanggung akan menggantikan
kedudukan tertanggung dalam segala hal untuk menuntut pihak ketiga yang telah
menimbulkan kerugian pada tertanggung".
2.3.6   Contribution (Pertanggungan Bersama-sama)
Contribution (Pertanggungan Bersama-sama) adalah hak penanggung untuk
mengajak penanggung lainnya yang sama-sama menanggung, tetapi tidak harus sama
kewajibannya terhadap tertanggung untuk ikut memberikan indemnity. Anda dapat
saja mengasuransikan harta benda yang sama pada beberapa perusahaan asuransi.
Namun bila terjadi kerugian atas obyek yang diasuransikan maka secara otomatis
berlaku prinsip kontribusi.

2.4   Polis Asuransi
Menurut ketentuan pasal 225 KUHD perjanjian asuransi harus dibuat secara tertulis
dalam bentuk akta yang disebut polis yang memuat kesepakatan, syarat-syarat khusus dan
janji-janji khusus yang menjadi dasar pemenuhan hak dan kewajiban para pihak (penanggung
dan tertanggung) dalam mencapai tujuan asuransi. Maka dapat diartikan polis asuransi adalah
bukti tertulis atau surat perjanjian antara pihak-pihak yang mengadakan perjanjian asuransi.
Dengan adanya polis asuransi perjanjian antara kedua belah pihak mendapatkan kekuatan
secara hukum.
Menurut ketentuan pasal 256 KUHD, setiap polis kecuali mengenai asuransi jiwa harus
memuat syarat-syarat khusus berikut ini:
a.       Hari dan tanggal pembuatan perjanjian asuransi
b.       Nama tertanggung, untuk diri sendiri atau pihak ketiga
c.       Uraian yang jelas mengenai benda yang diasuransikan
d.      Jumlah yang diasuransikan (nilai pertanggungan)
e.       Bahaya-bahaya/ evenemen yang ditanggung oleh penanggung
f.       Saat bahaya mulai berjalan dan berakhir yang menjadi tanggungan penanggung
g.      Premi asuransi
h.      Umumnya semua keadaan yang perlu diketahui oleh penanggung dan segala janji-janji
khusus yang diadakan antara para pihak.

2.5    Pengertian Asuransi Syariah


Definisi asuransi syari'ah menurut Dewan Syariah Nasional adalah usaha untuk saling
melindungi dan tolong menolong diantara sejumlah orang melalui investasi dalam bentuk aset
dan atau tabarru' yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi risiko/ bahaya
tertentu melalui akad yang sesuai dengan syariah.
Asuransi Syariah adalah sebuah sistem dimana para partisipan/ anggota/ peserta
mendonasikan/ menghibahkan sebagian atau seluruh kontribusi yang akan digunakan untuk
membayar klaim, jika terjadi musibah yang dialami oleh sebagian partisipan/ anggota/
peserta. Peranan perusahaan disini hanya sebatas pengelolaan operasional perusahaan asuransi
serta investasi dari dana-dana/ kontribusi yang diterima/ dilimpahkan kepada perusahaan.
Asuransi syari'ah disebut juga dengan asuransi ta'awun yang artinya tolong menolong atau
saling membantu. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa Asuransi ta'awun prinsip dasarnya
adalah dasar syariat yang saling toleran terhadap sesama manusia untuk menjalin
kebersamaan dalam meringankan bencana yang dialami peserta.
Asuransi syariah memiliki landasan filosofi yang berbeda dengan asuransi
konvensional, yaitu mencari ridha Allah untuk kebaikan dunia dan akhirat. Asuransi syariah
memiliki karakteristik tertentu. Karakteristik itu pada gilirannya bisa membedakan dirinya
dengan asuransi konvensional. Di antara karakteristik tersebut adalah sebagai berikut:
1. Akad yang dilakukan adalah akad at-Takafuli.
2. Selain tabungan, peserta juga dibuatkan tabungan derma.
3. Merealisir prinsip bagi hasil.
Secara struktural, landasan operasional asuransi syariah di Indonesia masih menginduk
pada peraturan yang mengatur usaha perasuransian secara umum (konvensional). Baru ada
peraturan yang secara tegas menjelaskan asuransi syariah pada Surat Keputusan Direktur
jendral Lembaga Keuangan No. Kep. 4499/LK/2000 tentang Jenis, Penilaian dan Pembatasan
Investasi Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi dengan Sistem Syariah.

2.6    Perbedaan Asuransi Konvensional dan Asuransi Syariah


Secara garis besar, misi utama asuransi konvensional adalah misi ekonomi dan misi
sosial. Sedangkan dalam asuransi syariah misi yang diemban adalah misi aqi’dan, misi
ibadah, misi ekonomi dan misi pemberdayaan umat.
Dalam asuransi syariah terdapat Dewan Pengawas Syariah yang berfungsi untuk
mengawasi pelaksanaa operasional perusahaan agar terbebas dari praktik-praktik yang
bertentangan dengan prinsip syariah. Dan dalam asuransi konvensional tidak ada dewan
pengawas sehingga dalam praktiknya tidak diawasi dan kemungkinan pelaksanaannya tidak
sesuai dengan kaidah syariah.
Akad yang ada dalam asuransi konvensional didasarkan pada jual-beli sedangkan akad
dalam asuransi syariah didasarkan pada tolong-menolong. Investasi dana dalam asuransi
konvensional bebas tetapi masih dalam batas-batas perundang-undangan dan tidak dibatasi
oleh halal-haramnya objek atau system yang digunakan. Beda halnya dengan investasi dana
asuransi syariah. Investasi dilakukan dengan batas perundang-undangan, sepanjang tidak
bertenangan dengan prinsip syariah. Bebas dari riba dan tenpat investasi yang terlarang.
Selain itu, dana yang terkumpul dari premi peserta asuransi konvensional seluruhnya
menjadi milik perusahaan dan perusahaan bebas menginvestasikan dana tersebut kemana saja.
Sedangkan dana yang terkumpul dari peserta asuransi syariah dalam bentuk iuran atau
kontribusi sepenuhnya milik peserta. Perusahaan hanya berperan sebagai pemegang amanah
dalam mengelola dana tersebut.
Tidak ada pemisahan dana dalam asuransi konvensional. Pada beberapa produk tertentu
dapat mengakibatkan dana hangus. Dalam asuransi syariah ada pemisahan dana yaitu dana
ta’barru, derma dan dana peserta sehingga tidak mengenal dana hangus.
Adanya transfer of risk dalam asuransi konvensional atau terjadinya transfer resiko dari
nasabah kepada menanggung (perusahaan). Lain halnya dalam asuransi syariah yang
mengenal adanya sharing of risk yang berarti terjadinya proses saling menanggung antara satu
peserta dengan peserta lain.
Sumber dana klaim dalam asuransi konvensional dari rekening perusahaan. Perusahaan
akan menanggung resiko dari peserta asuransi. Ini terjadi karena segala resiko sudah
ditransfer dari nasabah ke perusahaan. Sumber dana klaim dalam asuransi syariah dari
rekening ta’barru, yaitu peserta saling menanggung. Jika salah satu peserta mengalami
musibah, maka peserta lain akan ikut menanggung resiko.
Dalam asuransi konvensional. Seluruh keuntungan yang didapat adalah milik
perusahaan. Sedangan dalam asuransi syariah keuntungan tidak sepenuhnya milik perusahaan
tetapi dibagi antara peserta dan perusahaan. Sesuai dengan prinsip bagi hasil.
  
BAB III

PENUTUP

3.1   Kesimpulan
Menurut UU no.2 tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian, asuransi atau pertanggungan
adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkn
diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian
kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang
diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita
tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu
pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang
dipertanggungkan.
Perusahaan asuransi mempunyai perbedaan karaketeristik dengan perusahaan
nonasuransi seperti kegiatan Underwriting – akutaria, klaim, dan reasuransi – retrosesi.
Pada dasarnya, asuransi dapat memberikan manfaat bagi pihak tertanggung, antara lain
dapat memberikan rasa aman dan perlindungan, sebagai pendistribusian biaya dan manfaat
yang lebih adil, polis asuransi dapat dijadikan jaminan untuk memperoleh kredit, sebagai
tabungan dan sumber pendapatan, sebagai alat penyebaran risiko, serta dapat membantu
meningkatkan kegiatan usaha.

Anda mungkin juga menyukai