PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu aspek ajaran Islam yang belakangan ini mendapat perhatian dan pengkajian
cukup intens di kalangan akademis dan praktisi Muslim adalah ekonomi. Ajaran Islam
tentang ekonomi dinilai dapat memberikan perspektif luas dan solusi alternatif. Jika
ajaran ini dipahami dan diaplikasikan secara profesional, maka akan bermuara pada
terwujudnya keadilan sosial dan ekonomi bagi semua. Selain itu fundamental ekonomi
yang kuat juga merupakan faktor utama bagi peningkatan kualitas hidup dan sumber daya
umat Muslim.
Kecelakaan dapat terjadi dimana saja, kapan saja dan dimana saja. Jadi sangatlah
bijak jika kita dapat melakukan suatu tindakan untuk dapat melindungi diri kita, barang
berharga yang ada pada kehidupan harian kita, demikian juga orang yang kita sayangi
dari hal-hal yang tidak dapat diduga, Salah satu cara perlindungan tadi yaitu dapat berupa
Asuransi.
Kajian tentang asuransi sangat menarik sekali diantara prinsip ekonomi syariah.
Kajian mengenai asuransi syariah terlahir satu paket dengan kajian perbankan syariah,
yaitu sama-sama muncul kepermukaan tatkala dunia islam tertarik untuk mengkaji secara
mendalam apa dan bagaimana cara mengaktualisasikan konsep ekonomi syariah.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari asuransi?
2. Apa tujuan dari adanya asuransi?
3. Apa saja prinsip dasar asuransi secara umum?
4. Bagaimana penggolongan asuransi dan penggolongan resiko?
5. Apa pengertian dari asuransi syariah?
6. Apa yang menjadi dasar hukum dari asuransi syariah?
7. Apa saja prinsip dari asuransi syariah?
8. Bagaimana perkembangan asuransi syariah di Indonesia?
9. Apa perbedaan asuransi syariah dan asuransi konvensional?
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Asuransi
1. Pengertian Asuransi
Asuransi adalah istilah yang digunakan untuk merujuk pada tindakan, sistem, atau
bisnis dimana perlindungan finansial (atau ganti rugi secara finansial) untuk jiwa,
properti, kesehatan dan lain sebagainya mendapatkan penggantian dari kejadian-kejadian
yang tidak dapat diduga yang dapat terjadi seperti kematian, kehilangan, kerusakan atau
sakit, dimana melibatkan pembayaran premi secara teratur dalam jangka waktu tertentu
sebagai ganti polis yang menjamin perlindungan tersebut.1
Sementara itu, menurut Kitab Undang-undang Hukum Dagang Pasal 246: asuransi
atau pertanggungan adalah suatu perjanjian, dengan mana seseorang penanggung
mengikatkan diri kepada seorang tertanggung, dengan menerima suatu premi untuk
memberikan suatu premi untuk member pengertian kepadanya karena suatu kerugian,
kerusakan, atau kehilangan keuntungan diharapkan, yang mungkin terjadi karena suatu
peristiwa tidak tertentu.2
2. Tujuan Asuransi
1
“Asuransi”, dari http://id.wikipedia.org/wiki/Asuransi, diakses tanggal 13 oktober 2014.
2
Veithzal Rivai, et al, Financial Institution Management (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2013), h.
163-164.
2
memperoleh rasa ketentraman dari risiko yang dihadapinya atas kegiatan usahanya atau
atas harta miliknya dan untuk mendorong keberaniannya menggiatkan usaha yang lebih
besar, karena risiko yang besar itu diambil alih oleh penanggung.
3
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), h..281.
3
4. Penggolongan
a. Penggolongan Asuransi
Secara garis besar, usaha asuransi terbagi atas 3 (tiga) kegiatan usaha yang
terpisah penyelenggaraannya yaitu: 4
1. Asuransi kerugian, yaitu jenis asuransi yang member jaminan bagi berbagai
resiko yang mengancam harta benda danberbagai kepentingan.
2. Asuransi jiwa, yaitu: jenis asuransi yang memberikan jaminan terhadap
“kehilangan” jiwa seseorang.
3. Asuransi Sosial, yaitu sebenarnya sama dengan kedua jenis asuransi yang
telah disebutkan diatas, tetapi penyelenggaraannya didasarkan pada peraturan
perundangan tersendiri yang bersifat wajib serta didalamnya terkadnung
tujuan tertentu dari pemerintah untuk memberikan perlindungan bagi
masyarakat atau sebagian anggota masyarakat. Asuransi ini lebih menekankan
fungsi sosialnya ketimbang aspek komersial. Contoh perusahaan asuransi
sosial: PT. Taspen, PT. Jasa Raharja,PT. Jamsostek, PT. Askes, dan PT.
Asuransi Sosial ABRI (ASABRI)
b. Penggolongan Risiko
Beberapa bentuk risiko yang ada yaitu:5
1. Risiko Murni (Pure Risk) : bila terjadi akan mendatangkan kerugian dan jika
tidak akan berdampak netral (tidak rugi dan tidak untung). Mobil yang
dikendarai dapat menabrak atau rumah dapat terbakar, jika terjadi hal itu maka
pemilik akan merugi dan jika tidak pemilik juga tidak akan rugi ataupun
untung.
2. Risiko Spekulatif (Speculative Risk) : bila terjadi akan mendatangkan rugi atau
untung, misalnya melakukan investasi saham dibursa efek atau membeli
undian berhadiah.
3. Risiko Individu (Individual Risk) : risiko yang dihadapi individu sehari-hari;
misalnya mobil, rumah, atau investasi yang semuanya menimbulkan kerugian-
kerugian keuangan.
4
Julius S. Latumerissa, Bank dan Lembaga Keuangan Lain (Jakarta: Salemba Empat, 2011), h. 448-
450.
5
Ibid., h. 455.
4
B. Asuransi Syariah
1. Pengertian Asuransi Syariah
Asuransi Syariah (Ta’min, Takaful atau Tadhamun) adalah usaha saling melindungi
dan tolong menolong diantara sejumlah orang/ pihak melalui investasi dalam bentuk aset
dan /atau tabarru’ yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi resiko tertentu
melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan syariah.
Istilah lain dari asuransi syariah adalah at-takaful. Kata takaful berasal dari takafala –
yatakafalu, yang secara etimologi berarti menjamin atau saling menanggung. Kata takaful
sebenarnya tidak dijumpai dalam al-qur’an, namun ada sejumlah kata yang seakar dengan
takaful, seperti dalam surat tahaa ayat 40, yaitu:
Yakfulu dapat juga diartikan menjamin, seperti dalam surah an-nisa ayat 85, yaitu:
85. Barangsiapa yang memberikan syafa'at yang baik, niscaya ia akan
memperoleh bahagian (pahala) dari padanya. dan Barangsiapa memberi syafa'at
yang buruk, niscaya ia akan memikul bahagian (dosa) dari padanya. Allah Maha
Kuasa atas segala sesuatu.
Takaful dalam pengertian muamalah ialah saling memikul resiko diantara sesama
orang sehingga antara satu dengan yang lainnya menjadi penanggung atas resiko yang
lainnya. Saling pikul resiko ini dilakukan atas dasar saling menolong dalam kebaikan
dengan cara masing-masing mengeluarkan dana Tabarru’/dana ibadah/sumbangan/derma
yang ditunjukkan untuk menanggung resiko. 6
6
“At-Ta’min (Asuransi) dan At-Takaful (Tolong-Menolong)”, dari
http://pakcucu.blogspot.com/2013/04/at-tamin-asuransi-dan-at-takaful-tolong.html, diakses tanggal 13
Oktober 2014.
5
2. Dasar Hukum Asuransi Syariah
a. Al-Quran
Al-Maidah: 2
b. Hadits
diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra, Nabi Muhammad saw. bersabda:
“Barangsiapa yang menghilangkan kesulitan duniawinya seorang mukmin, maka
Allah SWT. Akan menghilangkan kesulitangnya pada hari kiamat, barang siapa
yang mempermudah kesulitan seseorang, maka Allah SWT. Akan mempermudah
urusan dunia dan akhirat. “(HR. Muslim)
3. Prinsip Asuransi Syariah
Dalam hal ini, prinsip dasar asuransi syar’i ada sembilan macam, yaitu : 7
a. Tauhid
b. Keadilan
c. Tolong-menolong
d. Kerja sama
e. Amanah
f. Kerelaan
g. Larangan riba
h. Larangan maysir
i. Larangan gharar.
4. Perkembangan Asuransi Syariah di Indonesia
Sejak akhir abad ke-20, perkembangan ekonomi syariah secara global mulai
meningkat. Semakin banyak bank-bank Islam yang menerapkan prinsip syariah, yaitu
sistem perbankan yang tidak meminjamkan atau memungut pinjaman dengan bunga
7
“Prinsip Asuransi Syariah”, dari http://www.takafulmulia.com/2012/12/prinsip-operasional-asuransi-
syariah.html, diakses tanggal 13 Oktober 2014.
6
pinjaman (riba) dan memiliki larangan untuk berinvestasi pada usaha yang berkategori
haram menurut ajaran Islam.
Pertumbuhan industri asuransi syariah ditargetkan sebesar 35% per tahun. Bahkan,
pertumbuhan premi asuransi syariah tercatat mencapai 43% di 2013. Ini lebih besar
dibandingkan peningkatan pada asuransi konvensional yang berada di posisi 20%.
Oleh karena itu, masa depan asuransi syariah di Indonesia dipandang masih terbuka
lebar. Pertumbuhan ekonomi yang kuat dikombinasikan dengan naiknya tingkat tabungan
dan berkembangnya perekonomian kelas menengah, merupakan pertanda baik untuk
industri asuransi jiwa syariah8
Perbedaan antara asuransi syariah dan asuransi komvensional adalah sebagai berikut:9
7
sebagai pemegang amanah perusahaan bebas
untuk mengelola menentukan investasinya.
Pembayaran klaim Dari rekening tabarru’ (dana Dari rekening dana
kebijakan) seluruh peserta ; perusahaan
sejak awal telah diikhlaskan
oleh peserta untuk keperluan
tolong menolong bila terjadi
musibah.
8
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan
mana pihak penanggung mengikat diri kepada tertanggung, dengan menerima premi
asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan
atau kehilangan keuntungan yang diharapkan.
Prinsip dasar asuransi secara umum yaitu: Insurable Interest, Utmost Good Faith,
Indemnity, Proximate cause, Subrogation, dan Contribution.
Penggolongan asuransi secara garis besar adalah asuransi kerugian, jiwa dan sosial.
Penggolongan risiko dilihat dari satu sudut pandang adalah risiko murni, spekulasi dan
individu.
Asuransi Syariah adalah usaha saling melindungi dan tolong menolong diantara
sejumlah orang/ pihak melalui investasi dalam bentuk aset dan /atau tabarru’ yang
memberikan pola pengembalian untuk menghadapi resiko tertentu melalui akad
(perikatan) yang sesuai dengan syariah. Yang dimaksud syariah disini adalah memiliki
landasan hukum yang kuat yaitu al-Quran dan Hadits.
Prinsip dari asuransi syariah adalah tauhid, keadilan, tolong menolong. Kerja sama,
amanah, kerelaan dan terhindar dari riba, maysir dan gharar.
Perbedaan yang ada antara asuransi syariah dan asuransi konvensional terletaka pada
dewan pengawas, aqad, investasi dana, kepemilikan dana, pembayaran klaim dan profit.
9
DAFTAR PUSTAKA
Kasmir. 2008. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Latumerissa Julius R. 2011. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Jakarta: Salemba Empat.
Nasution, Mustafa Edwin., et al. 2012. Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam. Jakarta:
Kencana Prenada Media Grup.
10