Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH KASUS ASURANSI

PRUDENTIAL

Oleh :

Nama : Yoyok Siswoyo


NIM : 1201816140
Mata Kuliah : Hukum Asuransi/Pertanggungan
Dosen Pengampu : Dian Cahyani, SH, M.Kn

UNIVERSITAS SURAKARTA
FAKULTAS HUKUM
JURUSAN HUKUM
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Untuk urusan keuangan tentu kita harus menjaganya dengan baik untuk masa depan yang
belum dan harus terpenuhi. Merencanakan keungan memiliki peranan yang penting, karena ini
berhubungan dengan kebutuhan manusia yang terus berjalan seiring waktu. Untuk mengerti dan
memahami masalah keuangan yang tengah dihadapi serta bagaimana cara terbaik untuk
menyelesaikan tentu kita harus belajar dari pengalaman. Dewasa ini salah satu cara yang
ditempuh adalah dengan berinvestasi.
Namun seiring berkembangnya zaman perencanaan keuangan dengan berinvestasi, kini
investasi bukan hanya sekedar investasi, tetapi investasi juga memepiliki peranan penting dalam
perlindungan jiwa, keamanan, dan sebagainya sebagai perencanaan keuangan yang tepat dan
efisien. Investasi yang memiliki peranan dalam perlindungan ini salah satunya adalah dengan
berasuransi.
Usaha asuransi merupakan suatu mekanisme yang memberikan perlindungan pada
tertanggung apabila terjadi risiko di masa mendatang. Apabila risiko tersebut benar-benar terjadi,
pihak tertanggung akan mendapatkan ganti rugi sebesar nilai yang diperjanjikan antara
penanggung dan tertanggung. Mekanisme perlindungan ini sangat dibutuhkan dalam dunia bisnis
yang penuh dengan risiko. Secara rasional, para pelaku bisnis akan mempertimbangkan untuk
mengurangi risiko yang dihadapi. Pada tingkat kehidupan keluarga atau rumah tangga, asuransi
juga dibutuhkan untuk mengurangi permasalahan ekonomi yang akan dihadapi apabila ada salah
satu anggota keluarga yang menghadapi risiko cacat atau meninggal dunia.
1
Perkembangan asuransi di Indonesia saat ini telah mengalami kemajuan yang sangat pesat.
Berbagai perusahaan asuransi berlomba-lomba menawarkan program asuransi baik bagi
masyarakat maupun perusahaan. Seiring dengan perkembangan berbagai program syariah yang
telah diusung oleh lembaga keuangan lain, banyak perusahaan asuransi yang saat ini juga
menawarkan program asuransi syariah.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan asuransi ?
2. Apasaja jenis asuransi yang ada di Indonesia ?
3. Bagaimana perbedaan asuransi konvensional dengan syariah ?
4. Bagaimana contoh kasus yang menimpa asuransi dan bagaimana menanganinya ?

1.3 Tujuan
1. Agar mahasiswa mampu mengetahui dan memahami apa itu asuransi.
2. Agar mahasiswa mampu mengetahui dan memahami jenis asuransi yang ada di Indonesa.
3. Agar mahasiswa mampu mengetahui dan memahami apa saja perbedaan asuransi konvensional
dan syariah, dan dapat menentukan akan memilih perusahaan asuransi yang mana.
4. Agar mahasiswa mampu mengetahui dan memahami contoh kasus yang menimpa asuransi dan
mengetahui bagaimana cara penyelesaian terhadap kasus tersebut.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Definisi Asuransi


Pada proses nya asuransi kerugian adalah mekanisme proteksi atau perlindungan dari risiko
kerugian keuangan dengan cara mengalihkan risiko kepada pihak lain. Ada beberapa definisi
asuransi, diantaranya :
Asuramsi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian, dengan mana seorang penanggung
mengikatkan diri pada tertanggung dengan menerima suatu premi, untuk memberikan
penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang
diharapkan, yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang tak tentu.
Asuransi dalam Undang-Undang No.2 Th 1992 tentang usaha perasuransian adalah
perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada
tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada
tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan atau
tanggung jawab hukum pihak ke tiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari
suatu peristiwa yang tidak pasti, atau memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas
meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.
Menurut paham Ekonomi Asuransi adalah Suatu lembaga keuangan karena melalui asuransi
dapat dihimpun dana besar, yang dapat digunakan untuk membiayai pembangunan, di samping
bermanfaat bagi masyarakat yang berpartisipasi dalam bisnis asuransi, serta asuransi bertujuan
memberikan perlindungan atau proteksi atas kerugian keuangan ( Financial loss ), yang
ditimbulkan oleh peristiwa yang tidak diduga sebelumnya ( fortuisious event ).
2.2 Manfaat Asuransi
3
Pada dasarnya asuransi memberikan manfaat bagi pihak tertanggung, antara lain:
1. Rasa aman dan perlindungan
Polis asuransi yang dimiliki oleh tertanggung akan memberikan rasa aman dari risiko atau
kerugian yang mungkin timbul. Kalau risiko atau kerugian tersebut benar-benar terjadi, pihak
tertanggung (insured) berhak atas nilai kerugian sebesar nilai polis atau ditentukan berdasarkan
perjanjian antara tertanggung dan penanggung.
2. Pendistribusian biaya dan manfaat yang lebih adil
Prinsip keadilan diperhitungkan dengan matang untuk menentukannilai pertanggungan dan
premi yang harus ditanggung oleh pemegang polis secara periodik dengan memperhatikan secara
cermat faktor-faktor yang berpengaruh besar dalam asuransi tersebut. Untuk mendapatkan nilai
pertanggungan, pihak penanggung sudah membuat kalkulasi yang tidak merugikan kedua belah
pihak. Semakin besar nilai pertangguangan, semakin besar pula premi periodik yang harus
dibayar oleh tertanggung.
3. Polis asuransi dapat dijadikan sebagai jaminan untuk memperoleh kredit.
4. Berfungsi sebagai tabungan dan sumber pendapatan
Premi yang dibayarkan setiap periode memiliki substansi yang sama dengan tabungan. Pihak
penanggung juga memperhitungkan bunga atas premi yang dibayarkan dan juga bonus (sesuai
dengan perjanjian kedua belah pihak).
5. Alat penyebaran risiko
Risiko yang seharusnya ditanggung oleh tertanggung ikut dibebankan juga pada penanggung
dengan imbalan sejumlah premi tertentu yang didasarkan atas nilai pertanggungan.
6. Membantu meningkatkan kegiatan usaha
Investasi yang dilakukan oleh para investor dibebani dengan risikokerugian yang bisa
diakibatkan oleh berbagai macam sebab (pencurian, kebakaran, kecelakaan, dan lain-lain).
2.3 Risiko dan Ketidakpastian
Secara umum, risiko adalah kemungkinan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan yang
menimbulkan kerugian. Risiko dalam industri perasuransian diartikan sebagai ketidakpastian dari
kerugian finansial atau kemungkinan terjadinya kerugian. Berikut ini adalah jenis-jenis risiko:
1. Risiko murni
Adalah risiko yang apabila benar-benar terjadi, akan memberikan kerugian dan apabila tidak
terjadi, tidak akan menimbulkan kerugian dan tidak juga memberikan keuntungan.
2. Risiko spekulatif
Adalah risiko yang berkaitang dengan terjadinya dua kemungkinan, yaitu kemungkinan untuk
mendapatkan keuntungan dam kemungkinan untuk mendapat kerugian.
3. Risiko individu
Adalah risiko yang kemungkinan dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Risiko individu ini
masih dipilah menjadi 3 jenis :
a. Risiko pribadi (personal risk)
Adalah risiko yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk memperoleh manfaat ekonomi.
Atau dengan kata lain risiko ini berfungsi untuk menanggung dirinya sendiri atau orang yang ia
asuransikan.
b. Risiko harta (property risk)
Adalah risiko yang ditanggungkan atas harta yang dimilikinya rusak, hilang atau dicuri. Dengan
kerusakan atau kehilangan tersebut, pemilik akan kehilangan kesempatan ekonomi yang
diperoleh dari harta yang dimilikinya.
c. Risiko tanggung gugat (liability risk)
Risiko yang mungkin kita alami atau derita sebagai tanggung jawab akibat kerugian atau lukanya
pihak lain. Misalkan, pemberian asuransi oleh mandor bangunan kepada para pekerjanya.
Risiko yang dihadapi perlu ditangani dengan baik untuk mempertimbangkan kehidupan
perekonomian di masa mendatang. Dalam menangani risiko tersebut minimal ada lima cara yang
dapat dilakukan, antara lain:
1. Menghindari risiko (risk avoidance)
Dapat dilaksanakan dengan cara mempertimbangkan risiko yang mungkin timbul sebelum kita
melakukan aktivitas-aktivitas. Setelah mengetahui risiko yang mungkin timbul kit bisa
menetukan apakah aktivitas tersebut bisa kita lanjutkan atau kita hentikan.
2. Mengurangi risiko (risk reduction)
Tindakan ini hanya bersifat meminimalisasi risiko yang mungkin terjadi.
3. Menahan risiko (risk retention)
Berarti kita tidak melakukan aktivitas apa-apa terhadap risiko tersebut. Risiko tersebut dapat
ditahan karena secara ekonomis biasanya melibatkan jumlah yang kecil. Bahkan kadang-kadang
orang tidak sadar akan usaha menahan risiko ini.
4. Membagi risiko (risk sharing)
Tindakan ini melibatkan orang lain untuk sama-sama menghadapi risiko.
5. Mentransfer risiko (risk transferring)
Berarti memindahkan risiko kerugian kepada pihak lain yang bersedia serta mampu memikul
beban risiko.
2.4 Prinsip Asuransi
1. Insurable interest (kepentingan yang dipertanggungkan)
Pada prinsipnya merupakan hak berdasarkan hukum untuk mempertanggungkan suatu risiko
yang berkaitan dengan keuangan, yang diakui sah secara hukum antara tertanggung dengan
sesuatu yang dipertanggungkan. Syarat yang perlu dipenuhi agar memenuhi kriteria insurable
interest:
a. Kerugiaan tidak dapat diperkirakan. Risiko yang bisa diasuransikan berkaitan dengan
kemungkinan terjadinya kerugian. Kemungkian tersebut tidak dapat diperkirakan terjadinya.
b. Kewajaran. Risiko yang dipertanggungkan dalam asuransi adalah benda atau harta yang
memiliki nilai material baik bagi tertanggung maupun bagi penanggung.
c. Catastrophic. Risiko yang mungkin terjadi haruslah tidak akan menimbulkan suaatu
kemungkinan rugi yang sangat besar, yaitu jika sebagian besar pertanggungan kemungkinan
akan mengalami kerugian pada waktu yang bersamaan.
d. Homogen. Untuk memenuhi syarat dapat diasuransikan, barang atau harta yang akan
dipertanggungkan harus homogen, yang berarti banyak barang yang serupa atau sejenis.
2. Utmost Good Faith (itikad baik)
Dalam melakukan kontrak asuransi, kedua belah pihak dilandasi oleh itikad baik. Antar
pihak tertanggung dan penanggung harus saling mengungkapkan keterbukaan. Kewajiban dari
kedua belah pihak untuk mengungkapkan fakta disebut duty of disclosure. Faktor-faktor yang
melanggar prinsip tersebut adalah :
a. Nondisclosure, adanya data-data penting yang tidak diungkapkan sehingga menyalahi utmost
good faith
b. Concealment, sencara sengaja melakukan kebohongan dan tidak mengungkapkan fakta penting
c. Fraudulent misrepresentation, sengaja memberikan gambaran yang tidak cocok dengan kondisi
riil
d. Innocent misrepresentation, secara tidak sengaja memberi gambaran yang salah yang memiliki
pengaruh besar dalam proses asuransi
3. Indemnity
Konsep indemnity adalah mekanisme penanggung untuk mengompensasi risiko yang
menimpa tertanggung dengan ganti rugi finansial. Konsep ini tidak dapat mengganti nyawa yang
hilang atau anggota tubuh yang rusak atau cacat karena indemnity berkaitan dengan ganti rugi
finansial.
4. Proximate Cause
Adalah suatu sebab aktif, efisien yang mengakibatkan terjadinya suatu persitiwa secara
berantai atau berurutan tanpa intervensi suatu ketentuan lain, diawali dan bekerja dengan aktif
dari suatu sumber baru dan independent.
5. Subrogation
Pada prinsipnya merupakan hak penanggung yang telah memberikan ganti rugi kepada
tertanggung untuk menuntut pihak lain yang mengakibatkan kepentingan asuransinya mengalami
suatu peristiwa kerugian.
6. Contribution
Bahwa penanggung berhak mengajak penanggung-penanggung yang lain yang memiliki
kepentingan yang sama untuk ikut bersama membayar ganti rugi kepada seorang tertanggung
meskipun jumlah tanggungan masing-masing belum tentu sama besar.
2.5 Polis Asuransi
Polis asuransi adalah bukti tertulis atau surat perjanjian antara pihak-pihak yang
mengadakan perjanjian asuransi. Dengan adanya polis asuransi perjanjian antara edua belah
pihak mendapatkan kekuatan secara hukum. Denga memiliki polis tersebut maka pihak
tertanggung memiliki jaminan bahwa pihak penanggung akan mengganti kerugian yang mungkin
dialami oleh pihak tertanggung akibat peristiwa yang tidak terduga. Polis asuransi memuat hal-
hal sebagai berikut:
1. Nomor polis
2. Nama dan alamat tertanggung
3. Uraian risiko
4. Jumlah pertanggungan
5. Jangka waktu pertanggungan
6. Besar premi, bea materai, dan lain-lain
7. Bahaya-bahaya yang dijaminkan
8. Khusus untuk polis pertanggungan kendaraan bermotor ditambah dengan nomor polisi, nomor
rangka, dan nomor mesin kendaraan.
2.6 Premi Asuransi
Premi asuransi adalah kewajiban pihak tertanggung kepada pihak penanggung yang
berupa pembayaran uang dalam jumlah tertentu secara periodic. Jumlah premi sangat tergantung
pada factor-faktor yang menyebabkan tinggi rendahnya tingkat risiko dan jumlah nilai
pertanggungan. Apabila kemungkinan terjadinya risiko kerugian sangat tinggi, pihak
penanggung tentu saja akan memperhitungkan tingkat premi yang jauh lebih tinggi daripada
pertanggungan yang kemungkinan terjadinya kerugian kecil. Selain itu, biasanya pihak
penanggung juga memperhitungkan nilai waktu uang yang dibayarkan oleh pihak tertanggung.
Jangka waktu pembayaran premi sangat tergantung pada perjanjian yang sudah dituangkan di
dalam polis asuransi. Jangka waktu pembayaran dapat bulanan, triwulan, semesteran, atau
tahunan.
2.7 Penggolongan Asuransi
1. Menurut Sifat Pelaksanaannya
a. Asuransi sukarela
Pada prinsipnya pertanggungan dilakukan dengan cara sukarela, dan semata-mata dilakukan atas
kesadaran seseorang akan kemungkinan terjadinya risiko kerugian atas sesuatu yang
dipertanggungkan.
b. Asuransi wajib
Merupakan asuransi yang sifatnya wajib dilakukan oleh pihak-pihak terkait yang
pelakasanaannya dilakukan berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang ditetapkan oleh
pemerintah.
2. Menurut Jenis Usaha Perasuransian
Menurut UU No. 2 tahun 1992 tentang usaha perasuransian jenis usaha perasuransian dibagi
menjadi beberapa jenis :
a. Usaha Asuransi
1) Asuransi kerugian
Asuransi kerugian menurut undang-undang nomor 2 tahun 1992 yaitu usaha yang memberikan
jasa-jasa dalam penanggulangan risiko atas kerugian, kehilangan manfaat dan tanggung jawab
hokum kepada pihak ketiga yang timbul dari peristiwa yang tidak pasti. Dibeberapa Negara
asuransi kerugian juga disebut sebagai general insurance karena lingkup usahanya yang sangat
luas. Usaha asuransi kerugian dapat dibagi sebagai berikut:
a) Asuransi kebakaran adalah asuransi yang menutup risiko kebakaran. Kebakaran adalahs esuatu
yang terbakar yang seharusnya tidak terbakar yang diakibatkan karena adanya kejadian yang
tiba-tiba dan terlepas dari unsure kesengajaan seperti petir, ledakan, dan kejatuhan pesawat.
b) Asuransi pengangkutan adalah asuransi pengangkutan (marine insurance) penanggung atau
perusahaan asuransi akan menjamin kerugian yang dialami tertanggung akibat terjadinya
kehilangan atau kerusakan pada saat pelayaran-
c) Asuransi aneka adalah jenis asuransi kerugian yang tidak dapat digolongkan ke dalam asuransi
kebakaran dan asuransi pengangkutan. Jenisnya antara lain: asuransi kendaraan bermotor,
asuransi kecelakaan diri, pencucian uang dalam pengangkutan dan penyimpanan, kecurangan,
dan sebagainyaa.
2) Asuransi jiwa (life insurance)
Adalah suatu jasa yang diberikan oleh perusahaan asuransi dalam penanggulangan risiko
yang dikaitkan dengan jiwa atau meninggalnya seseorang yang dipertanggungkan. Asuransi jiwa
memberikan:
a) Dukungan bagi pihak yang selamat dari suatu kecelakaan.
b) Santunan bagi tertanggung yang meninggal
c) Bantuan untuk menghindari kerugian yang disebabkan oleh meninggalnya orang kunci
d) Penghimpunan dana untuk persiapan pension
Ruang lingkup usaha asuransi jiwa dapat digolongkan menjadi 3, yaitu :
a) Asuransi jiwa biasa (ordinary life insurance). Biasanya polis asuransi jiwa ini diterbitkan dalam
suatu nilai tertentu dengan premi yang dibayar secara periodik (bulanan, triwulanan, semesteran,
dan tahunan).
b) Asuransi jiwa kelompok (group life insurance). Asuransi jiwa ini biasanya dikeluarkan tanpa ada
pemeriksaan medis atas suatu kelompok orang di bawah satu polis induk di mana masing-masing
anggota kelompok menerima sertifikat partisipasi.
c) Asuransi jiwa industrial (industrial life insurance). Dalam jenis asuransi ini dibuat dengan
jumlah nominal tertentu. Premi umumnya dibayar mingguan yang dibayarkan di rumah pemilik
polis kepada agen yang disebut debit agent.
3) Reasuransi (reinsurance)
Reasuransi adalah pertanggungan ulang atau pertanggungan yang dipertanggungkan atau
asuransi dari asuransi. Reansurasi adalah suatu system penyebaran risiko dimana penanggung
menyebarkan seluruh atau sebagian dari pertanggungan yang ditutupnya kepada penanggung
yang lain. Pihak tertanggung biasa disebut sebagai ceding company dan yang menjadi
penanggung adalah reasuradur. Dalam menjalankan usahanya, ada kemungkinan perusahaan
asuransi menanggung risiko yang lebih besar dari kemampuanfinansialnya. Untuk mengatasi
kemungkinan kegagalan menanggung klaim dari tertanggung, perusahaan dapat membagi risiko
dengan perusahaan lain. Penyebaran risiko tersebut dapat dilakukan dengan dua mekanisme,
yaitu koasuransi dan reansuransi. Koasuransi adalah pertanggungan yang dilakukan secara
bersama atas suatu objek asuransi. Biasanya nilai pertanggungannya berjumlah besar sehingga
perusahaan asuransi tersebut perlu menawarkan kepada beberapa perusahaan asuransi yang lain.
Dalam kerja sama tersebut diperlukan perusahaan asuransi yang berperan sebagai pemimpin.
Setelah melakukan koasuransi, gabungan beberapa perusahaan asuransi tersebut dapat
mempertimbangkan untuk melakukan reasuransi. Reasuransi adalah proses untuk
mengasuransikan kembali pertanggungjawaban pada pihak tertanggung. Fungsi reasuransi
adalah :
a) Meningkatkan kapasitas akseptasi. Dengan melakukan reasuransi, penanggung akan dapat
meningkatkan akseptasi sehingga pemasukan asuransi tersebut dapat memperbesar jumlah nilai
pertanggungan.
b) Alat penyebaran risiko. Penyebaran asuransi pada dasarnya tidak menghendaki pemusatan atau
terkonsentrasinya pada suatu jenis risiko atau asuransi. Dengan adanya mekanisme penyebaran
risiko ini maka akan tertanggulangi adanya kemungkinan karugian dalam jumlah yang sangat
besar yang tidak mungkin ditanggung sendiri.
c) Meningkatkan stabilitas usaha. Jumlah kerugian yang mungkin timbul karenaadanya klaim dari
tertanggung sangat sulit untuk diprediksikan secara tepat. Dengan penyebaran risiko ke
perusahaan asuransi lain maka kekhawatiran akan adanya kegagalan usaha akan semakin kecil.
d) Meningkatkan kepercayaan. Reasuransi akan menambah kepercayaan bagi tertanggung karena
kemungkinan risiko yang akan dialami mendapat jaminan dari perusahaan asuransi. Dengan
melakukan pertanggungan ulang atas risiko yang ditutupnya akan member peluang perusahaan
asuransi melakukan pengembangan bidang usahanya.
Mekanisme untuk reasuransi antara lain:
a) Treaty dan facultative reinsurance
Mekanisme ini disebut juga automatic reinsurance. Dalam model ini, reasuradur memberikan
sejumlah pertanggungan yang diinginkan dengan perjanjian kontrak dan reasuradur harus
menerima jumlah yang ditawarkan.
b) Reasuransi proporsional
Pembagian risiko antara ceding company dengan reasuradur dilakukan secara proporsional
berdasarkan jumlah retensi yang telah ditetapkan. Retensi adalah jumlah maksimum risiko yang
ditahan atau ditanggung oleh ceding company.
c) Reasuransi nonproporsional
Bentuk ini memberikan kemungkinan bagi reasuradur untuk tidak membayar klaim atau
membayar klaim terbatas jumlah yang ada dalam treaty. Treaty dalam mekanisme reasuransi
adalah pertanggungan yang dilakukan berdasarkan ketentuan-ketentuan dan syarat-syarat yang
dituangkan dalam suatu perjanjian antara ceding company dan reasuradur yang mana reasuradur
mengikatkan diri untuk menerima setiap penutupan yang diberikan oleh ceding company.
b. Usaha Penunjang
1) Pialang asuransi adalah usaha yang memberikan jasa keperantaraan dalam penutupan asuransi
dan penanganan penyelesaian ganti rugi asuransi dengan bertindak untuk kepentingan
tertanggung.
2) Pialang reasuransi adalah usaha yang memberikan jasa keperantaraan dalam penetapan
reasuransi dan penanganan ganti rugi reasuransi dewan bertindak untuk kepentingan perusahaan
asuransi.
3) Penilai kerugian asuransi adalah usaha yang memberikan jasa penilaian terhadap kerugian pada
objek asuransi yang dipertanggungkan.
4) Konsultan aktuaria adalah usaha yang memberikan jasa konsultan aktuaria.
5) Agen asuransi adalah pihak yang memberikan jasa keperantaraan dalam rangka pemasaran jasa
asuransi untuk dan atas nama penanggung.
3. Menurut The Chartered Insurance Institute London
a. Asuransi kerugian (property insurance)
Merupakan pertanggungan untuk semua milik yang berupa harta benda yang memiliki risiko.
Jenisnya ada :
1) Asuransi kebakaran (fire insurance)
2) Asuransi pengangkutan (marine insurance)
3) Asuransi penerbangan (flight insurance)
4) Asuransi kecelakaan (accident insurance)
b. Asuransi tanggung gugat (liability insurance)
Adalah asuransi untuk melindungi tertanggung terhadap kerugian yang timbul dari gugatan pihak
ketiga karena kelalaian tertanggung.
c. Asuransi jiwa (life insurance)
Asuransi jiwa terdiri atas :
1) Asuransi kecelakaan
2) Asuransi jiwa, meliputi: asuransi berjangka (term insurance), asuransi seumur hidup (whole life
insurance), endowment insurance
3) Anuitas (annuity) adalah produk asuransi yang menjamin aliran pendapatan seumur hidup.
Mereka yang sehat dan memiliki riwayat hidup panjang niasanya paling mau membeli produk
ini. Oleh karena itu, perusahaan asuransi menjual anuitas kepada individu dengan harga yang
mahal. Pada umumnya, anuitas dijual kepada kelompok/grup dalam bentuk program dana
pension sehingga dapat menekan perikalu pilihan merugikan
4) Asuransi industry (industrial insurance)
d. Asuransi kerugian (general insurance)
e. Reasuransi (reinsurance)
2.8 Regulasi Asuransi
Regualasi pemerintah terhadap perusahaan asuransi relatif rendah. Beberapa alasan
rendahnya regulasi pemerintah adalah karena perusahaan asuransi tunduk terhadap standar-
standar yang di tetatapkan dalam investasi sehingga menjadi bisnisnya aman. Selain itu,
perusahaan asuransi memiliki jasa proteksi. Alasan lain adalah perusahaan asuransi merupakan
lembaga yang mampu menggalang dana masyarakat yang dapat meningkatkan investasi dan
pertumbihan ekonomi.
Meskipun demikiana, pertumbuhan asuransi tidak sepesat pertumbuhan dana pensiun. Selain
karna alasan yang di sebutkan dalam keseharian masyarakat indonesia belum banyak yang
terbiasa dengan asuransi karena beberapa alasan antara lian:
1. Masyarakat masih banyak yang beranggapan bahwa asuransi adalah kegiatan untung-untungan
yang mirip dengan penjudian. Bahwa masa datang yang belum pasti bukan merupakan
wewenang manusia untuk memperhitungkannya. Dengan anggapan demikian, banyak kalangan
masyarakat yang langsung menolak kehadiran asuransi.
2. Pihak asuransi kurang mengsosialisasikan pentingnya asuransi kepada masyarakat luas. Sasaran
asuransi masih di tunjukan kepada masyarakat golongan menengah ke atas, dengan porsi
golongan menengah yang masih sedikit karena pola pikir seperti yang dijelaskan pada butir
pertama.
3. Masih terjadi “iklan buruk” dari beberapa perusahaan asuransi, seperti klaim yang sulit, proses
klaim yang lama, jumblah klaim yang tidak sesuai dengan harapan seperti yang dijanjikan oleh
agen asuransi.
4. Agen asuransi kurang memberikan informasi yang cukup dan tulisan pada polis perjanjian yang
dapat di tulis pada huruf/font yang kecil dan tidak mudah di baca seringkali menimbulkan
persoalan dikemudian hari ketika terjadi klaim.
2.9 Pengaturan Perasuransian di Indonesia
Berikut merupakan peraturan perundangan yang digunakan sebagai dasar acuan pembinaan
dan pengawasan atas usaha perasuransian di Indonesia saat ini :
1. UU no.2 tahun 1992 tentang usaha perasuransian
2. PP no.73 tahun 1002 tentang usaha perasuransian
3. Keputusan menteri keuangan, antara lain:
a. Nomor 223/KMK.017/1993 tanggal 26 Februari 1993 tentang Perizinan Perusahaan Asuransi
dan Reasuransi
b. No.224/KNE.017/1993 tanggal 26 Februari 1993 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan
Asuransi dan Reasuransi
c. No.225/KMK.017/1993 tanggal 26 Februari 1993 tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan
Asurasni dan Reasuransi
d. No.226/CMK.017/1993 tanggal 26 Februari 1993 tentang Perizinan dan Penyelenggaraan
Kegiatan Usaha Perusahaan Penunjang Usaha Asuransi
2.10 Perizinan Pendirian Perusahaan Asuransi
Pemberian izin oleh Menteri Keuangan bagi perusahaan perasuransian menurut PP Nomor
73 Tahun 1992 dilakukan dalam dua tahap, yaitu:
1. Persetujuan prinsip
Adalah persetujuan yang diberikun untuk melakukan persiapan pendirian suatu perusahaan yang
bergerak dibidang perasuransian, dimana batas waktu persetujuan prinsip dibatasi selama-
lamanya satu tahun.
2. Izin usaha
Adalah izin yang diberikan untuk melakukan usaha setelah persiapan pendirian selesai, dimana
izin usaha diberikan setelah persyaratan izin usaha telah dipenuhi. Ketentuan modal disetor
perusahaan perasuransian.
2.11 Asuransi Kredit
Dalam hal ini, asuransi yang dikaitkan dengan dunia perbankan dan lebih dititik beratkan
pada asuransi jaminan kredit merupakan bidang asuransi kerugian (general insurance) yang
meliputi :
 Asuransi kebakaran (fire insurance)
 Asuransi pengangkutan laut (marine insurance)
 Asuransi kendaraan bermotor (motor vehicle insurance)
Oleh karena itu, asuransi kredit mempunyai kaitan erat dengan perbankan terutama di bidang
perkreditan yang selalu dikaitkan dengan jaminan kredit berupa barang bergerak dan tidak
bergerak yang sewaktu-waktu dapat tertimpa risiko yang dapat mengakibatkan kerugian bagi
pemilik barang dan bank sebagai pemberi kredit.
Kredit adalah pinjaman uang yang diberikan oleh pemberi kredit (bank, lembaga keuangan)
kepada nasabahnya. Sejak kredit diberikan kepada nasabah, pemberi kredit oleh nasabah atau
tidak diperolehnya kembali kredit tersebut dari nasabah sehingga pemberi kredit menderita
kerugian. Untuk melindungi diri dari kemungkinan kerugian tersebut, pemberi kredit menutup
asuransi atas kredit yang diberikannya kepada nasabah. Dalam asuransi kredit, tertanggung
adalah pemberi kredit (bank, lembaga keuangan) dan yang ditanggung oleh penanggung adalah
risiko kredit dimana tidak diperolehnya kembali kredit kepada para nasabahnya (yang umumnya
terdiri atas para pengusaha).
Asuransi kredit bertujuan:
1. Melindungi pemberi kredit dari kemungkinan tidak diperolehnya kembali kredit yang diberikan
kepada para nasabahnya.
2. Membantu kegiatan, pengarahan, dan keamanan perkreditan baik kredit perbankan maupun
kredit lainnya diluar perbankan.
Dengan adanya asuransi kredit ini, bank akan terdorong untuk lebih giat membantu para
nasabahnya dalam menyediakan modal untuk mengembangkan usahanya. Pengelolaan asuransi
kredit di Indonesia dipercayakan oleh pemerintah kepada PT. Asuransi Kredit Indonesia yang
berkantor pusat di Jakarta, dimana yang menjadi tertanggung adalah bank-bank pemerintah,
bank-bank swasta, dan lembaga-lembaga keuangan lainnya. Sebagai imbalan atas jaminan yang
diberikan oleh PT. Askrindo, bank membayar premi atas kredit yang ditanggung. Premi tersebut
menjadi beban bank, tetapi dalam praktik, ada juga bank yang membebankan premi tersebut
kepada nasabahnya yang memperoleh kredit. Walaupun begitu, yang menjadi tertanggung bukan
nasabahnya tetapi bank pemberi kredit.
2.12 Pengertian Asuransi Syariah
Definisi asuransi syari'ah menurut Dewan Syariah Nasional adalah usaha untuk saling
melindungi dan tolong menolong diantara sejumlah orang melalui investasi dalam bentuk aset
dan atau tabarru' yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi risiko/ bahaya tertentu
melalui akad yang sesuai dengan syariah.
Asuransi Syariah adalah sebuah sistem dimana para partisipan/ anggota/ peserta
mendonasikan/ menghibahkan sebagian atau seluruh kontribusi yang akan digunakan untuk
membayar klaim, jika terjadi musibah yang dialami oleh sebagian partisipan/ anggota/ peserta.
Peranan perusahaan disini hanya sebatas pengelolaan operasional perusahaan asuransi serta
investasi dari dana-dana/ kontribusi yang diterima/ dilimpahkan kepada perusahaan.
Asuransi syari'ah disebut juga dengan asuransi ta'awun yang artinya tolong menolong atau
saling membantu. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa Asuransi ta'awun prinsip dasarnya
adalah dasar syariat yang saling toleran terhadap sesama manusia untuk menjalin kebersamaan
dalam meringankan bencana yang dialami peserta. Prinsip ini sesuai dengan firman Allah SWT
dalam surat Al Maidah ayat 2, yang artinya : "Dan saling tolong menolonglah dalam kebaikan
dan ketaqwaan dan jangan saling tolong menolong dalam dosa dan permusuhan"
2.13 Dasar Hukum Islam terkait Asuransi Syariah
1. Surat Yusuf :43-49 “Allah menggambarkan contoh usaha manusia membentuk sistem proteksi
menghadapi kemungkinan yang buruk di masa depan.
2. Surat Al-Baqarah :188 Firman Allah “...dan janganlah kalian memakan harta di antara kamu
sekalian dengan jalan yang bathil, dan janganlah kalian bawa urusan harta itu kepada hakim
yang dengan maksud kalian hendak memakan sebagian harta orang lain dengan jalan dosa,
padahal kamu tahu (al:Baqarah:188)
3. Al Hasyr:18 Artinya :”Hai orang-orang yang beriman bertaqwalah kepada Alloh dan
hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuat untuk hari esok (masa depan)
dan bertaqwalah kamu kepada Alloh. Sesungguhnya Alloh Maha Mengetahui apa yang engkau
kerjakan”.
2.14 Prinsip Asuransi Syariah
1. Dibangun atas dasar kerjasama (taawun).
2. Asuransi syariat tidak bersifat mu’awadhoh, tetapi tabarru’ atau mudhorobah.
3. Sumbangan (tabarru’) sama dengan hibah (pemberian) oleh karena itu haram hukumnya ditarik
kembali. Kalau terjadi peritiwa, maka diselesaikan menurut syariat.
4. Setiap anggota yang menyetor uangnya menurut jumlah yang telah ditentukan harus disertai
dengan niat membantu demi menegakkan prinsip ukhuwah.
5. Tidak dibenarkan seseorang menyetorkan sejumlah kecil uangnya dengan tujuan supaya ia
mendapat imbalan yang berlipat bila terkena suatu musibah. Akan tetapi ia diberi uang jamaah
sebagai ganti atas kerugian itu menurut ijin yang diberikan oleh jamaah.
6. Apabila uang itu akan dikembangkan maka harus dijalankan menurut aturan syar’i.
2.15 Perbedaan Asuransi Konvensional dengan Asuransi Syariah
Dalam asuransi konvensional, asuransi merupakan transfer of risk yaitu pemindahan risiko
dari peserta/tertanggung ke perusahaan/ penanggung sehingga terjadi pula transfer of fund yaitu
pemindahan dana dari tertanggung kepada penanggung. Sebagai konsekuensi maka kepemilikan
dana pun berpindah, dana peserta menjadi milik perusahaan ausransi.
Beberapa perbedaan asuransi syariah dengan asuransi konvensional, di antaranya adalah
sebagai berikut:
1. Akad (Perjanjian)
Akad dalam praktek muamalah menjadi dasar yang menentukan sah atau tidaknya suatu
kegiatan transaksi secara syariah. Hal tersebut menjadi sangat menentukan di dalam praktek
asuransi syariah. Akad antara perusahaan dengan peserta harus jelas, menggunakan akad jual beli
(tadabuli) atau tolong menolong (takaful).
Akad pada asuransi konvensional didasarkan pada akad tadabuli atau perjanjian jual beli.
Syarat sahnya suatu perjanjian jual beli didasarkan atas adanya penjual, pembeli, harga, dan
barang yang diperjual-belikan. Sementara itu di dalam perjanjian yang diterapkan dalam asuransi
konvensional hanya memenuhi persyaratan adanya penjual, pembeli dan barang yang diperjual-
belikan.
Jika kita mengadakan suatu perjanjian dalam suatu transaksi bisnis secara tidak tunai maka
kita wajib melakukan hal-hal berikut: I% Menuliskan bentuk perjanjian (seperti adanya SP dan
polis). I% Bentuk perjanjian harus jelas dimengerti oleh pihak-pihak yang bertransaksi (akad
tadabuli atau akad takafuli). I% Adanya saksi dari kedua belah pihak. I% Para saksi harus cakap
dan bersedia secara hukum jika suatu saat diminta kewajibannya. (Penulis simpulkan dari firman
Allah SWT, surat al-Baqarah ayat 282).
2. Gharar (Ketidakjelasan)
Gharar/ketidakjelasan itu terjadi pada asuransi konvensional, dikarenakan tidak adanya
batas waktu pembayaran premi yang didasarkan atas usia tertanggung, sementara kita sepakat
bahwa usia seseorang berada di tangan Yang Mahakuasa. Jika baru sekali seorang tertanggung
membayar premi ditakdirkan meninggal, perusahaan akan rugi sementara pihak tertanggung
merasa untung secara materi. Jika tertanggung dipanjangkan usianya, perusahaan akan untung
dan tertanggung merasa rugi secara financial. Dengan demikian menurut pandangan syariah
terjadi cacat karena ketidakjelasan (gharar) dalam hal berapa besar yang akan dibayarkan oleh
pemegang polis (pada produk saving) atau berapa besar yang akan diterima pemegang polis
(pada produk non-saving).
Pada asuransi syariah akad tadabuli diganti dengan akad takafuli, yaitu suatu niat tolong-
menolong sesama peserta apabila ada yang ditakdirkan mendapat musibah. Mekanisme ini oleh
para ulama dianggap paling selamat, karena kita menghindari larangan Allah dalam praktik
muamalah yang gharar.
Pada akad asuransi konvensional dana peserta menjadi milik perusahaan asuransi (transfer
of fund). Sedangkan dalam asuransi syariah, dana yang terkumpul adalah milik peserta (shahibul
mal) dan perusahaan asuransi syariah (mudharib) tidak bisa mengklaim menjadi milik
perusahaan.
3. Tabarru dan Tabungan
Tabarru berasal dari kata tabarraa-yatabarra-tabarrawan, yang artinya sumbangan atau
derma. Orang yang menyumbang disebut mutabarri (dermawan). Niat bertabbaru bermaksud
memberikan dana kebajikan secara ikhlas untuk tujuan saling membantu satu sama lain sesama
peserta asuransi syariah, ketika di antaranya ada yang mendapat musibah. Oleh karena itu dana
tabarru disimpan dalam rekening khusus. Apabila ada yang tertimpa musibah, dana klaim yang
diberikan adalah dari rekening tabarru yang sudah diniatkan oleh sesama peserta untuk saling
menolong.
Untuk produk asuransi jiwa syariah yang mengandung unsur saving maka dana yang
dititipkan oleh peserta (premi) selain terdiri dari unsur dana tabarru terdapat pula unsur dana
tabungan yang digunakan sebagai dana investasi oleh perusahaan. Sementara investasi pada
asuransi kerugian syariah menggunakan dana tabarru karena tidak ada unsur saving. Hasil dari
investasi akan dibagikan kepada peserta sesuai dengan akad awal. Jika peserta mengundurkan
diri maka dana tabungan beserta hasilnya akan dikembalikan kepada peserta secara penuh.
4. Maisir (Judi)
Prof. Mustafa Ahmad Zarqa berkata bahwa dalam asuransi konvensional terdapat unsur
gharar yang pada gilirannya menimbulkan qimar. Sedangkan al qimar sama dengan al maisir.
Muhammad Fadli Yusuf menjelaskan unsur maisir dalam asuransi konvensional karena adanya
unsur gharar, terutama dalam kasus asuransi jiwa. Apabila pemegang polis asuransi jiwa
meninggal dunia sebelum periode akhir polis asuransinya dan telah membayar preminya
sebagian, maka ahliwaris akan menerima sejumlah uang tertentu. Pemegang polistidak
mengetahui dari mana dan bagaimana cara perusahaan asuransi konvensional membayarkan
uang pertanggungannya. Hal ini dipandang karena keuntungan yang diperoleh berasal dari
keberanian mengambil risiko oleh perusahaan yang bersangkutan. Muhammad Fadli Yusuf
mengatakan, tetapi apabila pemegang polis mengambil asuransi itu tidak dapat disebut judi.
Yang boleh disebut judi jika perusahaan asuransi mengandalkan banyak/sedikitnya klaim yang
dibayar. Sebab keuntungan perusahaan asuransi sangat dipengaruhi oleh banyak /sedikitnya
klaim yang dibayarkannya.
5. Riba
Dalam hal riba, semua asuransi konvensional menginvestasikan dananya dengan bunga,
yang berarti selalu melibatkan diri dalam riba. Hal demikian juga dilakukan saat perhitungan
kepada peserta, dilakukan dengan menghitung keuntungan di depan. Investasi asuransi
konvensional mengacu pada peraturan pemerintah yaitu investasi wajib dilakukan pada jenis
investasi yang aman dan menguntungkan serta memiliki likuiditas yang sesuai dengan kewajiban
yang harus dipenuhi. Begitu pula dengan Keputusan Menteri Keuangan No. 424/KMK.6/2003
Tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi. Semua jenis
investasi yang diatur dalam peraturan pemerintah dan KMK dilakukan berdasarkan sistem
bunga.
Asuransi syariah menyimpan dananya di bnak yang berdasarkan syariat Islam dengan sistem
mudharabah. Untuk berbagai bentuk investasi lainnya didasarkan atas petunjuk Dewan
Pengawas Syariah.
6. Dana Hangus
Ketidakadilan yang terjadi pada asuransi konvensional ketika seorang peserta karena suatu
sebab tertentu terpaksa mengundurkan diri sebelum masa reversing period. Sementara ia telah
beberapa kali membayar premi atau telah membayar sejumlah uang premi. Karena kondisi
tersebut maka dana yang telah dibayarkan tersebut menjadi hangus. Demikian juga pada asuransi
non-saving atau asuransi kerugian jika habis masa kontrak dan tidak terjadi klaim, maka premi
yang dibayarkan akan hangus dan menjadi milik perusahaan.
Kebijakan dana hangus yang diterapkan oleh asuransi konvensional akan menimbulkan
ketidakadilan dan merugikan peserta asuransi terutama bagi mereka yang tidak mampu
melanjutkan karena suatu hal. Di satu sisi peserta tidak punya dana untuk melanjutkan,
sedangkan jika ia tidak melanjutkan dana yang sudah masuk akan hangus. Kondisi ini
mengakibatkan posisi yang dizalimi. Prinsip muamalah melarang kita saling menzalimi, laa
dharaa wala dhirara ( tidak ada yang merugikan dan dirugikan).
Asuransi syariah dalam mekanismenya tidak mengenal dana hangus, karena nilai tunai telah
diberlakukan sejak awal peserta masuk asuransi. Bagi peserta yang baru masuk karena satu dan
lain hal mengundurkan diri maka dana/premi yang sebelumnya dimasukkan dapat diambil
kembali kecuali sebagian kecil dana yang dniatkan sebagai dana tabarru (dana kebajikan). Hal
yang sama berlaku pula pada asuransi kerugian. Jika selama dan selesai masa kontrak tidak
terjadi klaim, maka asuransi syariah akan membagikan sebagian dana/premi tersebut dengan pola
bagi hasil 60:40 atau 70:30 sesuai kesepakatan si awal perjanjian (akad). Jadi premi yang
dibayarkan pada awal tahun masih dapat dikembalikan sebagian ke peserta (tidak hangus).
Jumlahnya sangat tergantung dari hasil investasinya.
7. Konsep Taawun Dalam Asuransi Syariah
Sebagian para ahli syariah meyamakan sistem asuransi syariah dengan sistem aqilah pada
zaman Rasulullah SAW. Dr. Satria Effendi M.Zein dalam makalahnya mendefinisikan takaful
dengan at takmin, at taawun atau at takaful (asuransi bersifat tolong menolong), yang dikelola
oleh suatu badan, dan terjadi kesepakatan dari anggota untuk bersama -sama memikul suatu
kerugian atau penderitaan yang mungkin terjadi pada anggotanya. Untuk kepentingan itu
masing-masing anggota membayar iuran berkala (premi). Dana yang terkumpul akan terus
dikembangkan, sehingga hasilnya dapat dipergunakan untuk kepentingan di atas, bukan untuk
kepentingan badan pengelola (asuransi syariah). Dengan demikian badan tersebut tidak dengan
sengaja mengeruk keuntungan untuk dirinya sendiri. Disini sifat yang paling menonjol adalah
tolong-menolong seperti yang diajarkan Islam.
8. Dewan Pengawas Syariah
Pada asuransi syariah seluruh aktivitas kegiatannya diawasi oleh Dewan Pengawas Syariah
(DPS) yang merupakan bagian dari Dewan Syariah Nasional (DSN), baik dari segi operasional
perusahaan, investasi maupun SDM. Kedudukan DPS dalam struktur organisasi perusahaan
setara dengan dewan komisaris.
BAB III
STUDI KASUS DAN SOLUSI

3.1 Kasus
Sumber : http://www.skornews.com/skor-pt-prudential-digugat-wanprestasi.html
PT Prudential Digugat Wanprestasi
Skornews.com, Jakarta. Di tengah pergeseran tren masyarakat yang mulai menunjukkan minat
terhadap sistem asuransi, maka perusahaan asuransi tentunya dituntut jika pihaknya memang
betul-betul dapat menjadi andalan dan harapan masyarakat yang membutuhkan perlindungannya.

Namun sayangnya, masih saja ada perusahaan asuransi yang menolak klaim asuransi nasabah
atau pihak keluarganya sebagai penerima manfaat, dengan berbagai alasan yang terkesan
mengada-ada dan salah satunya nasabah dianggap tidak jujur pada saat pengisian Surat
Pengajuan Asuransi Jiwa (SPAJ), karena dianggap menyembunyikan penyakitnya.

Buktinya, PT Prudential Life Assurance telah digugat wanprestasi (telah cidera janji) oleh Ibu
Hotmauli Manurung sebagai penerima manfaat dari pemegang polis No. 52635345, pada tanggal
10 Desember 2013 atas nama Tohap Napitupulu.

Sidang gugatan tersebut, digelar di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan. Senin (20/04/2015),
digelar sidang ketiga kalinya terkait kasus penolakan klaim asuransi oleh PT Prudential Life
Assurance (tergugat) terhadap klaim Hotmauli Manurung, selaku penggugat.

25
Sidang yang dipimpin Ketua Majelis Hakim Nurul Hasana ini, dihadiri kuasa hukum penggugat,
Capt. Ucok Samuel Bonaparte Hutapea dan Ridha Sjartina dari Samuel Bonaparte & Partners.
Sedang pihak tergugat diwakili oleh kuasa hukumnya, Eri Edhi Satrio dan Herry Posma Sirait
dari Hendro dan Kanon Law Firm.

Sebelumnya, pihak Prudential tidak hadir dalam dua kali persidangan, namun kali ini mereka
hadir dan diizinkan Ketua Majelis Hakim untuk mengikuti proses persidangan ketiga ini.
Menurut kuasa hukum penggugat, Samuel yang dijumpai SKORNEWS seusai sidang,
ketidakhadiran pihak Prudential pada sidang pertama dan kedua tidak memberikan alasan yang
jelas.

Padahal, pada persidangan sebelumnya (kedua, Red) telah ditetapkan agenda sidang Senin
(20/04/2015), adalah pengumpulan bukti-bukti untuk kemudian dilakukan putusan verstek, yakni
putusan yang dijatuhkan karena tergugat tidak hadir di persidangan. Namun Ketua Majelis
Hakim menunda rencana tersebut dan menganjurkan kedua pihak untuk mediasi perdamaian.
Capt. Samuel Bonaparte dan Ridha Sjartina selaku kuasa hukum dari Ibu Hotmauli Manurung
selaku penggugat menjelaskan, dalam kasus ini Prudential menolak mencairkan asuransi jiwa
yang diajukan oleh Ibu Hotmauli Manurung dengan dasar yang tidak masuk akal dan terkesan
mengada-ada, yaitu ‘menduga/menuduh’ tertanggung (suami penggugat) memiliki indikasi
penyakit jantung yang tidak dilaporkan pada saat pengisian Surat Pengajuan Asuransi Jiwa
(SPAJ), semata-mata karena pernah berobat dengan nyeri di dada, dimana hal ini berbeda dengan
fakta yang ada.

Menurut Capt. Ucok Samuel Bonaparte Hutapea AMd SH SE MMar, keterangan dokter yang
pernah memeriksa Almarhum Tohap Napitupulu (suami Penggugat) selaku tertanggung saat
mengalami nyeri tersebut, yang terjadi hampir 2 tahun sebelum mengikuti asuransi, dan
berdasarkan rekam EKG saat itu, tertanggung tidak pernah terindikasi memiliki penyakit jantung
sebelumnya.

“Walaupun demikian pihak prudential tetap tidak melaksanakan kewajibannya untuk


membayarkan uang pertanggungan atas meninggalnya suami Penggugat, pada 31 Januari 2014
sesuai Surat Keterangan Kematian No. 010/RSEB-RM/IGD/BD/I/2014 yang dikeluarkan oleh
RS St. Elisabeth,” jelasnya.

Lebih lanjut Samuel Bonaparte menjelaskan, dalam perjanjian asuransi dikenal asas utmost good
faith (itikad baik). “Hal tersebut adalah kewajiban semua pihak dalam perjanjian asuransi dan
bukan hanya kewajiban salah satu atau sebagian pihak saja. Jika pihak asuransi merasa suatu
pemeriksaaan atau suatu formalitas tertentu dibutuhkan, contohnya medical check up, maka
seharusnya hal tersebut dimintakan kepada tertanggung untuk dilakukan,” jelasnya.

Jika pada saat pencairan asuransi jiwa, perusahaan asuransi mempermasalahkan formalitas
dalam pendaftarannya, maka hal tersebut menjadi tidak adil, karena saat pencairan si tertanggung
pasti sudah meninggal dan tidak bisa lagi memberikan keterangan tentang apa yang sebenarnya
terjadi saat proses pengisian Surat Pengajuan Asuransi Jiwa (SPAJ) dahulu.

“Siapa yang tahu jangan-jangan agen dari asuransi sendiri yang justru menolak
dilakukannya medical check up. Makanya, kalau ragu, jangan diterbitkan dong polisnya,”
tegasnya.

Dan anehnya lagi, ungkap Samuel, mengapa PT Prudential Life Assurance yang secara umum
layak diakui prestasinya, terutama dalam menjaring nasabah ini, kok bisa-bisanya melakukan
pendholiman atau tindakan wanprestasi terhadap penggugat yang notabene seorang janda yang
kini terpaksa bersusah payah seorang diri mengurus dua putra-putrinya.
Padahal, katanya lagi, Ibu Hotmauli Manurung juga telah mengajukan klaim yang serupa pada
Asuransi Mega Life dan Asuransi BRIngin Life terkait dengan klaim atas kematian Tohap
Napitupulu, dan klaimnya kepada perusahaan-perusahaan asuransi tersebut diterima.

Terlepas dari hal tersebut, ujarnya, saya tidak habis pikir, kenapa mudah sekali pihak asuransi
mendapatkan rekam medik. Sementara bagi pasien sendiri, meminta rekam medik akan melalui
rintangan luar biasa dan belum tentu diberikan pula oleh rumah sakit. “Coba saja minta, kalau
tidak percaya," katanya setengah bertanya.

Sementara pihak kuasa hukum PT Prudential Life Assurance, Eri Edhi Satrio ketika dihubungi
via HPnya untuk konfirmasi, tidak diterima. Dan smspun juga tidak direspon. @ Tirta/S10
3.2 Solusi
Permasalahan yang timbul dari uraian di atas adalah bagaimana PT Prudential Life
Assurance yang menolak klaim dari pihak tertanggung. Setelah membaca beberapa artikel
mengenai kasus yang sering menimpa perusahaan asuransi, kasus penolakan klaim adalah yang
sering terjadi. Dimana untuk penanganan ini diperlukan pengkajian dan penelitian oleh pihak
asuransi agar tidak timbul salah paham dan tidak merugikan salah satu pihak yang berujung pada
meja hijau.
Klaim adalah tuntutan pengakuan atas suatu fakta bahwa seseorang berhak (untuk memiliki
atau mempunyai) atas sesuatu. Ihktisar pertanggungan merupakan hal yang perlu diperhatikan
sebelum proses klaim dilakukan oleh penanggung. Sebelum memproses klaim penanggung perlu
mengetahui nilai pertanggungan yang diasuransikan, dalam ikhtisar pertanggungan terdapat data-
data tertanggung. Data tersebut menjadi acuan oleh pihak penanggung untuk mengganti kerugian
yang diderita.
Yang perlu diperhatikan lagi adalah ketentuan pasal-pasal dalam polis, isi dalam polis
tersebut memuat semua aspek dalam perjanjian asuransi, mulai dari definisi, jaminan,
pengecualian, pengalihan resiko, ganti keruguian, dan lain-lain. Polis ini sebagai alat bukti
tertulis bahwa telah terjadi pertanggungan antara penanggung dengan tertanggung. Di dalam
polis tersebut disebutkan bahwa semua ketentuan dan persyaratan tentang pertanggungan yang
telah dibuat. Polis mempunyai arti yang besar bagi pihak tertanggung. Sebab polis itu merupakan
bukti yang sempurna tentang apa yang mereka perjanjikan di dalam perjanjian pertanggungan
itu. Tanpa polis maka pembuktian akan menjadi sulit dan terbatas. Tertanggung harus memahami
isi dalam polis sehingga memudahkan tertanggung untuk memahami pokok asuransi yang harus
dilakukan. Hal-hal yang perlu diperhatikan setelah menerima laporan klaim pertanggungan jika
meninggal adalah :
1. Formulir klaim meninggal.
2. Surat Keterangan Dokter untuk meninggal.
3. Polis Asli.
4. Fotokopy KTP/bukti kenal diri penerima manfaat.
5. Surat Keterangan meninggal dari dokter asli (dapat dikembalikan setelah dilegalisir oleh bagian
klaim).
6. Fotokopy Akte Meninggal dari catatan sipil setempat.
7. Fotokopy surat perubahan nama tertanggung dan penerima manfaat (jika ada).
8. Surat Berita Acara Kepolisian jika meinggal kecelakaan asli (dapat dikembalikan setelah
dilegalisir oleh bagian klaim).
Menurut pihak tertanggung mereka sudah melengkapi persyaratan yang sudah ditentukan
sebelumnya, namun pihak penanggung masih saja mengelak dan memberikan alasan. Ada
beberapa alasan mengapa klaim ditolak oleh pihak penanggung yaitu :
1. Polis Sedang Tidak Aktif (Lapse)
2. Klaim Tidak Tercakup Dalam Klausul
3. Pengajuan Klaim Melebihi Waktu Yang Ditentukan
4. Dokumen Klaim Tidak Lengkap
5. Berada Pada Masa Tunggu (Waiting Period)
6. Penyakit Telah Ada Sebelum Polis Dibeli
7. Klaim Ajuan Termasuk Pengecualian
8. Pemegang Polis Melanggar Hukum
9. Melakukan kejahatan Asuransi
10. Wilayah Kejadian Tidak Termasuk Layanan Asuransi
Menurut pihak penanggung kasus klaim ini ditolak karena melanggar perjanjian yang mana
pihak tertanggung tidak jujur akan penyakit yang dideritanya namun setelah dilakukan cross
check ternyata memang tidak ada penyakit yang diderita sebelum melakukan perjanjian
perasuransian. Jadi jika dilihat dari kasus ini memang terjadi itikad tidak baik dari pihak
penanggung yaitu PT Prudential Life Assurance. Mengapa demikian karena tergugat tidak hanya
melakukan asuransi di satu perusahaan, namun ada dua lagi yang mana klaim tersebut di acc dan
tidak ada penolakan sama sekali.

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Asuramsi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian, dengan mana seorang penanggung
mengikatkan diri pada tertanggung dengan menerima suatu premi, untuk memberikan
penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang
diharapkan, yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang tak tentu.
Pada dasarnya, asuransi dapat memberikan manfaat bagi pihak tertanggung, antara lain dapat
memberikan rasa aman dan perlindungan, sebagai pendistribusian biaya dan manfaat yang lebih
adil, polis asuransi dapat dijadikan jaminan untuk memperoleh kredit, sebagai tabungan dan
sumber pendapatan, sebagai alat penyebaran risiko, serta dapat membantu meningkatkan
kegiatan usaha.
Seiring dengan perkembangan zaman inilah lahir perusahaan asuransi syariah yang mana
prinsipnya berpegang teguh pada ajaran syariah Islam. Asuransi syariah adalah usaha untuk
saling melindungi dan tolong menolong diantara sejumlah orang melalui investasi dalam bentuk
aset dan atau tabarru' yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi risiko/ bahaya
tertentu melalui akad yang sesuai dengan syariah.
4.2 Saran
Dengan berakhirnya pembahasan dari kelompok kami, kami meminta kritik dan saran yang
membangun guna memperbaiki tugas makalah kami dikemudian hari. Sekian yang dapat kami
paparkan mohon maaf atas segala kekurangan.
DAFTAR PUSTAKA

Budianto, Totok & Sigit Triandaru.2011. Bank Dan Lembaga Keuangan Lain. Jakarta : Salemba
Empat

Mangani, Ktut Silvanita. 2009. Bank Dan Lembaga Keuangan Lain. Jakarta : Erlangga

https://academia.edu.com

Anda mungkin juga menyukai