Anda di halaman 1dari 8

Volume 2 Issue 1, Agustus 2019, Page.

47-54
PA L REV |JOURNAL OF LAW PAMULANG
ISSN : 2622-8408 – E-ISSN 2622-8616 L A W REVIE W

PENYELESAIAN KLAIM PERJANJIAN ASURANSI SECARA EX GRATIA


DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG
PERASURANSIAN DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 1999
TENTANG ARBITRASE DAN ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA

RA Diah Irianti Permana Sari


Fakultas Hukum Universitas Pamulang
diahir73@yahoo.com

ABSTRACT

Insurance is an agreement to be responsible to bear the obligation in which the insurer is


willing to provide compensation to the insured in case of loss to the object of coverage in
accordance the premium. The agreement between the insured and the insurer is written in
a written certificate called the policy. The insurance policy must comply with the provisions
set forth in the Indonesian Civil Code (Criminal Code) Article 1320 stating that for the
validity of a treaty, four conditions are required, namely, those who commit themselves,
are competent to make agreement, a certain matter and halal causes. If disputes arise
between the parties, the settlement of dispute may be conducted in court (litigation) and
outside court (non litigation). According to the Constitution Number 40 Year 2014 about
Insurance and Constitution Number 30 about Arbitration and Alternative Dispute
Settlement, ex gratia of settlement does not deviate from the provisions mentioned in the
two Constitution, so there is no violation of the law conducted by the parties if this way is
taken.

Keyword: Agreement, Insurance, Claim and Ex Gratia.

ABSTRAK

Asuransi adalah perjanjian tanggung menanggung dimana penanggung bersedia


memberikan ganti rugi kepada tertanggung jika terjadi kerugian terhadap objek
pertanggungan sesuai dengan syarat dan ketentuan polis dan sebagai kompensasi atas
tanggung jawab yang dipikul, penanggung berhak menerima pembayaran sejumlah uang
dari tertanggung yang disebut dengan premi. Perjanjian antara tertanggung dan penanggung
di tuangkan dalam suatu akta tertulis yang disebut polis. Polis asuransi harus memenuhi
ketentuan yang diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPer) Pasal 1320
yang menyatakan bahwa untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan empat syarat yaitu,
sepakat mereka yang mengikatkan dirinya, cakap untuk membuat suatu perikatan, suatu hal
tertentu dan suatu sebab yang halal. Jika timbul sengketa antara para pihak, penyelesaian
sengketa dapat dilakukan melalui jalur pengadilan (litigasi) dan diluar pengadilan (non
litigasi). Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian dan
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian
Sengketa penyelesaian klaim secara ex gratia tidak menyimpang dari ketentuan yang
tercantum dalam kedua undang-undang tersebut,sehingga tidak ada pelanggaran hukum
yang dilakukan oleh para pihak jika cara ini yang ditempuh.

Kata Kunci : Perjanjian, Asuransi, Klaim dan Ex Gratia.

47
PENDAHULUAN mengikatkan diri kepada tertanggung,
Dalam hidup manusia selalu dengan menerima premi asuransi, untuk
dihadapkan pada suatu risiko. Risiko berasal memberikan penggantian kepada
dari suatu kemungkinan (propability), tertanggung karena kerugian, kerusakan
termasuk hal yang tidak diharapkan. Risiko atau kehilangan keuntungan yang
dapat datang secara tiba-tiba dan tak terduga diharapkan atau tanggung jawab hukum
dan dapat mengakibatkan kerugian baik pihak ke tiga yang mungkin akan diderita
kerugian keuangan (financial), raga, tertanggung, yang timbul dari suatu
kehormatan bahkan kerugian jiwa. peristiwa yang tidak pasti, atau memberikan
Dengan semakin berkembangnya suatu pembayaran yang didasarkan atas
peradaban manusia maka risiko yang meninggal atau hidupnya seseorang yang
dihadapi juga semakin beragam (complex). dipertanggungkan.
Manusia sebagai mahluk yang diberikan akal Badan yang menyalurkan risiko
budi oleh Tuhan Yang Maha Esa, berpikir disebut “tertanggung”, dan badan yang
untuk dapat meminimalisasikan risiko yang menerima risiko disebut “penanggung”.
akan dihadapinya dengan cara melakukan Perjanjian antara kedua badan ini disebut
perikatan dengan perusahaan asuransi yang kebijakan: ini adalah sebuah kontrak legal
disebut perjanjian asuransi. yang menjelaskan setiap istilah dan kondisi
Asuransi adalah istilah yang digunakan yang dilindungi. Biaya yang dibayar oleh
untuk merujuk pada tindakan, sistem, atau “tetanggung” kepada “penanggung” untuk
bisnis dimana perlindungan finansial (atau risiko yang ditanggung disebut “premi”. Ini
ganti rugi secara finansial) untuk jiwa, biasanya ditentukan oleh “penanggung”
properti, kesehatan dan lain sebagainya untuk dana yang bisa diklaim di masa depan,
mendapatkan penggantian dari kejadian- biaya administrative dan keuntungan.
kejadian yang tidak dapat diduga yang dapat Contohnya, seorang pasangan membeli
terjadi seperti kematian, kehilangan, rumah seharga Rp. 100 juta. Mengetahui
kerusakan atau sakit, dimana melibatkan bahwa kehilangan rumah mereka akan
pembayaran premi secara teratur dalam membawa mereka kepada kehancuran
jangka waktu tertentu sebagai ganti polis finansial, mereka mengambil perlindungan
yang menjamin perlindungan tersebut. asuransi dalam bentuk kebijakan
Menurut Undang-Undang No.2 Tahun kepemilikan rumah. Kebijakan tersebut akan
1992 Pasal 1 : “Asuransi atau pertanggungan membayar penggantian atau perbaikan
adalah perjanjian antara dua pihak atau rumah mereka bila terjadi bencana.
lebih, dengan mana pihak Penanggung Perusahaan asuransi mengenai mereka
mengikatkan diri kepada tertanggung, premi sebesar Rp1 juta per tahun. Risiko
dengan menerima premi asuransi, untuk kehilangan rumah telah disalurkan dari
memberikan penggantian kepada pemilik rumah ke perusahaan asuransi.
tertanggung karena kerugian, kerusakan
atau kehilangan keuntungan yang Perjanjian adalah perbuatan hukum
diharapkan, atau tanggung jawab hukum yang terjadi sesuai dengan formalitas-
kepada pihak ketiga yang mungkin akan formalitas dari peraturan hukum yang ada,
diderita tertanggung yang timbul dari suatu tergantung dari persesuaian kehendak dua
peristiwa yang tidak pasti, atau untuk atau lebih orang yang ditujukan untuk
memberikan suatu pembayaran yang timbulnya akibat hukum demi kepentingan
didasarkan atas meninggal atau hidupnya salah satu pihak atas beban pihak lain atau
seseorang yang dipertanggungkan”. demi kepentingan dan atas beban masing-
Didalam asuransi terdapat hukum – masing pihak secara timbal
hukum asuransi yaitu : balik.(Patrick,1996).
Asuransi dalam Undang-Undang No.2 Kitab Undang-Undang Hukum
Th 1992 Asuransi dalam Undang-Undang Perdata (KUHPer) Pasal 1313 hampir sama
No.2 Th 1992 tentang usaha perasuransian dengan pandangan Setiawan, beliau
adalah perjanjian antara dua pihak atau menyatakan bahwa, perjanjian adalah suatu
lebih, dengan mana pihak penanggung perbuatan hukum dimana satu orang atau

48
lebih mengikatkan dirinya atau saling Karena perjanjian asuransi haruslah
mengikatkan dirinya terhadap satu orang tertulis sehingga dapat dikategorikan sebagai
atau lebih.(Setiawan,1979). kontrak antara tertanggung dan
Sedangkan Menurut Syahmin. AK penanggung, maka sebelum adanya
bahwa dalam bentuknya perjanjian itu kesepakatan pastilah ada permintaan dan
berupa suatu rangkaian perkataan yang penawaran.
mengandung janji-janji atau kesanggupan Prinsip dasar lahirnya suatu kontrak
yang diucapkan atau ditulis.(Syahmin,2006). adalah adanya offer (penawaran) dan
R. Subekti menyimpulkan bahwa acceptance (penerimaan) untuk memastikan
perikatan adalah suatu hubungan hukum proses offer dan acceptance ini supaya tidak
antara dua orang atau dua pihak, menimbulkan masalah hukum dimasa yang
berdasarkan mana pihak yang satu berhak akan datang maka perlu diperhatikan pihak
menuntut suatu hal dari pihak yang lain dan yang memberikan penawaran dan yang
pihak yang lain berkewajiban untuk menerima penawaran memiliki itikad baik
memenuhi kebutuhan dan kepercayaan dalam membuat kontrak
tersebut.(Subekti,1987). selain tentunya kecakapan dan kewenangan
Perjanjian asuransi juga merupakan yang dimiliki.(Siti,2019).
perikatan dimana para pihak saling berjanji Tertanggung hanya boleh memperoleh
dan menyepakati adanya perbuatan hukum ganti rugi sebesar kerugian yang
yang menimbulkan hak dan kewajiban. dideritanya, artinya tertanggung tidak boleh
Syarat sahnya perjanjian harus juga mencari keuntungan dari asuransi. Begitu
dipenuhi dalam pejanjian asuransi. juga dengan penanggung, tidak boleh
Syarat sah nya suatu perikatan mencari keuntungan atas interest yang
menurut pasal 1320 KHUPer ( Kitab ditanggungnya, kecuali memperoleh balas
Undang-Undang Hukum Perdata) tidaklah jasa atau premi. (Radiks,1995).
menyatakan bahwa perikatan harus Risiko-risiko yang bersifat tidak pasti
dinyatakan secara tertulis sehingga dalam waktu dekat atau akan terjadi
perikatan secara lisan pun sepanjang dikemudian hari dan apabila risiko terjadi
memenuhi syarat sahnya suatu perjanjian tidak diketahui kerugian yang akan
maka berlaku mengikat para pihak.Perdata ditimbulkannya secara ekonomis. Salah satu
yang mengharuskan suatu perjanjian dibuat cara adalah dengan mengalihkan risiko
secara tertulis”. Dengan kata lain, suatu tersebut kepada pihak lain diluar diri
Perjanjian yang dibuat secara tidak tertulis manusia itu sendiri (transfer of
juga mengikat secara hukum bagi para pihak risk).(Suparman, 2003).
yang membuatnya (Aan,2018). Untuk mengurangi atau
Meskipun sahnya perjanjian atau menghilangkan beban risiko tersebut, pihak
perikatan tidaklah wajib tertulis, namun tertanggung berupaya mencari jalan keluar
berdasarkan pasal 255 Kitab Undang- mengalihkan risiko kepada pihak lain
Undang Hukum Dagang (KUHD) dengan membayar kotra prestasi yang
mewajibkan perjanjian asuransi harus disebut premi kepada penanggung.(Abdul
dinyarakan secara tertulis dalam akta yang Kadir,2011).
disebut polis. Tidak semua hal dapat diasuransikan
Dalam perikatan antara tertanggung dan tidak semua kerugian bisa mendapatkan
dan penanggung, kesepakatan para pihak, penggantian, kewajiban masing-masing
baik yang mengalihkan risiko dan yang pihak yang telah disepakati harus dipenuhi
menerima pengalihan risiko menjadi dasar sebelum menuntut haknya, hal inilah
suatu perjanjian atau kontrak asuransi. menjadi salah satu penyebab terjadinya
Perjanjian atau kontrak asuransi dikenal sengketa asuransi.
dengan nama polis. Uang sebagai hasil Sengketa terjadi pada umumnya
kompensasi tersebut dikenal dengan nama disebabkan oleh ketidakpahaman
“premi”. Pihak yang melakukan pengalihan tertanggung tentang isi polis atau
risiko disebut “tertanggung” dan pihak yang penanggung tidak memberikan penjelasan
menerima pengalihan risiko disebut mengenai syarat dan kondisi polis kepada
“penanggung”. tertanggung. Dapat juga karena faktor

49
kesengajaan tertanggung untuk menutupi (sepuluh) asas, yaitu asas kebebasan
kondisi objek pertanggungan yang berkontrak, asas konsensualisme, asas
sebenarnya (un discloser) atau saat terjadi kepercayaan, asas kekuatan mengikat, asas
kerugian tertanggung belum melakukan kepastian hukum, asas moral, asas
pembayaran premi dan telah melewati masa persamaan hukum, asas keseimbangan, asas
tenggang waktu pembayaran (warranty kepatutan, asas kebiasaan. Selain kesepuluh
payment clause). asas tersebut, ada pula ahli yang
Undang-Undang Nomor 40 Tahun memasukkan asas itikat baik sebagai asas
2014 Tentang Perasuransian Pasal 1 butir dalam perjanjian.(Neo, 2009)
(25) menyatakan bahwa objek yang dapat Rasa keadilan tidak hanya dapat
dipertanggungkan dalam usaha diperoleh melalui penyelesaian secara litigasi
perasuransian meliputi : jiwa dan raga, saja, tetapi juga dapat diperoleh melalui non
kesehatan manusia, tanggung jawab hukum, litigasi baik secara negosiasi, mediasi,
benda dan jasa serta semua kepentingan konsiliasi atau melalui badan arbitrase
lainnya yang dapat hilang, rusak, rugi dan / (Alternative Dispute Resolution).
atau berkurang nilainya. Usaha memaksimalkan perdamaian
Adapun bentuk badan hukum dalam sengketa merupakan upaya untuk
penyelenggaraan usaha perasuransian yang menyempurnakan proses perdamaian
diperkenankan di Indonesia menurut sebagaimana dinyatakan dalam HIR/Rbg
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 yang semata-mata bersifat formalitas, karena
Tentang Perasuransian Pasal 6 adalah tidak difasilitasi oleh peradilan/hakim. Hal
perseroan terbatas, koperasi dan usaha ini merupakan proses pergaulan hidup
bersama yang telah ada pada saat undang- global khususnya dalam hubungan ekonomi
undang ini diundangkan. atau bisnis antar negara-negara di dunia
Perusahaan asuransi di Indonesia yang menghendaki adanya penyelesaian
berdasarkan Pasal 5 butir (1) Undang- alternative jika timbul suatu sengketa
Undang Nomor 40 Tahun 2014 Tentang bisnis.(Cecep, 2012).
Perasuransian memiliki ruang lingkup yaitu Penyelesaian klaim pejanjian asuransi
: Usaha Asuransi Umum, Usaha Asuransi secara negosiasi karena klaim yang tidak
Jiwa, Usaha Asuransi Umum Syariah dan terjamin (unclaimable) salah satunya
Usaha Asuransi Jiwa Syariah. melalui penyelesaian klaim secara ex gratia,
Semakin banyak perjanjian/kontrak penyelesaian ini belum banyak diketahui
asuransi dibuat otomatis akan banyak pula oleh masyarakat luas. Aturan hukum
kemungkinan terjadi tuntutan klaim dan normatif yang ada di Indonesia belum
sengketa perjanjian asuransi yang terjadi. menyatakan secara tegas dan jelas (explisit)
Di Indonesia hukum normatif prosedur penyelesaian klaim perjanjian
memperkenankan penyelesaian sengketa asuransi secara kebijaksanaan (ex gratia)
dilakukan melalui proses peradilan (litigasi) dapat dilaksanakan.
atau diluar pengadilan (non litigasi). Proses Dalam Undang-Undang Nomor 40
penyelesaian sengketa perjanjian atau Tahun 2014 Tentang Perasuransian dan
kontrak asuransi pada prinsipnya Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999
memberikan kebebasan yang Tentang Arbitrase dan Alternatif
menguntungkan para pihak, sepanjang para Penyelesaian Sengketa tidak mengatur
pihak sepakat memilih proses tehnis pelaksanaan penyelesaian klaim
penyelesaiannya. perjanjian asuransi secara kebijaksanaan (ex
Bagir Manan mengemukakan bahwa gratia), hanya ketentuan yang tercantum
penegakan hukum sebagai bentuk konkrit dalam pasal 31 butir (3) dan (4) Undang-
penerapan hukum sangat mempengaruhi Undang Nomor 40 Tahun 2014 Tentang
secara nyata perasaan hukum, kepuasan Perasuransian, dimana perusahaan asuransi
hukum, manfaat hukum atau keadilan diwajibkan untuk menanggani klaim dan
hukum secara individu atau keluhan melalui proses yang cepat
sosial.(Sukardana, 2011) sederhana, mudah diakses dan adil, serta
Menurut Mariam Darus Badrulzaman perusahaan asuransi dilarang melakukan
dalam hukum perjanjian terdapat 10 tindakan yang dapat memperlambat

50
penyelesaian atau pembayaran klaim. dokumen resmi, buku-buku, hasil penelitian
Penggunaan asuransi tentu sudah tidak yang berwujud laporan dan juga bahan
asing lagi bagi kebanyakan orang, mengingat hukum tersier yang memberikan petunjuk
jumlah pengguna asuransi semakin hari maupun penjelasan terhadap bahan hukum
semakin tinggi di Indonesia. Tingginya primer dan sekunder diantaranya majalah,
pengguna asuransi ini didominasi oleh surat kabar dan informasi yang diakses
berbagi macam produk asuransi seperti melalui media internet. Kemudian data
asuransi jiwa, asuransi kesehatan, serta tersebut dianalisa dengan membuat
asuransi perlindungan harta (mobil, rumah, deskripsi atau gambaran-gambaran fakta-
dll). fakta hukum yang terjadi dilapangan atau
dilaksanakan oleh para pihak untuk
Kesadaran masyarakat akan menyelesaikan klaim perjanjian asuransi dan
pentingnya asuransi telah semakin tinggi. dikaitan dengan filsafat hukum, teori-teori
Namun hal tersebut tidak serta merta hukum dan kaidah-kaidah hukum dan
membuat semua pengguna asuransi kemudian dikaitkan juga dengan peraturan
mengerti mengenai apa sebenarnya manfaat perundangan-undangan yang berlaku di
dan keuntungan yang didapatkan dalam Indonesia (da sollen) sehingga diperoleh
asuransi yang digunakan oleh mereka, hal ini jawaban atas permasalahan yang
bisa terjadi akibat kurangnya pemahaman dirumuskan.
mengenai ketentuan serta kebijakan yang
ditetapkan di dalam asuransi itu sendiri. PERMASALAHAN
Dalam beberapa kasus, kita seringkali Untuk memberikan arahan pada penulis
menemukan nasabah yang kecewa dan dalam melakukan penelitian ini maka
merasa dirugikan akibat penggunaan dirumuskanlah permasalahan berkaitan
asuransi yang dirasa tidak maksimal dan dengan bagaimana penyelesaian klaim
tidak sesuai dengan harapan mereka, di perjanjian asuransi secara ex gratia
mana pada dasarnya hal seperti ini bisa saja merupakan bagian dari penyelesaian
terjadi akibat kurangnya pemahaman kita sengketa secara non litigasi dan jika ditinjau
pada semua pasal serta peraturan yang dari Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014
sebenarnya “wajib” kita pahami sebelum Tentang Perasuransian dan Undang-Undang
memutuskan untuk menggunakan asuransi. Nomor 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase
Sehubungan dengan hal ini perlu dan Alternatif Penyelesaian Sengketa beserta
dilakukan kajian hukum penyelesaian klaim dengan faktornya?
perjanjian asuransi secara ex gratia ini
apakah telah memenuhi ketentuan asas
negara hukum, bersifat adil bagi para pihak PEMBAHASAN
dan cara penyelesaian klaim ini memberikan Beberapa faktor penyebab
kemanfaataan serta dapat memberikan penyelesaian klaim perjanjian asuransi
keberhasilan dalam penyelesaian bagi para diiselesaikan secara ex gratia diantaranya
pihak. Penyelesaian klaim perjanjian adalah tertanggung merupakan nasabah
asuransi secara kebijaksanaan (ex gratia) loyal (telah mengcover asuransi pada
banyak ditempuh oleh perusahaan asuransi penanggung yang sama selama bertahun -
namun belum banyak dipahami oleh tahun), tertanggung merupakan priority
masyarakat. customer, yaitu nasabah yang telah
memberikan kontribusi premi yang besar
METODE PENELITIAN bagi penanggung dan tertanggung memiliki
Metode penelitian hukum yang prospek bisnis kedepan yang baik dan
digunakan adalah secara empiris, normatif menjanjikan.Dengan pertimbangan
dan kualititatif, data primer yang diperoleh hubungan baik yang terbina selama ini, atau
langsung dari sumber pertama, juga untuk menghindarkan kasus berlanjut ke
dilakukan wawancara / interview dengan meja pengadilan, maka penanggung
pihak yang memiliki kompetensi pada membayarkan klaim tersebut dengan basis
sebuah perusahaan asuransi umum nasional ex gratia.
di Jakarta. Data sekunder diambil dari

51
Klaim perjanjian asuransi yang Undang Nomor 30 Tahun 1999 Tentang
penyelesaiannya secara ex gratia biasanya Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian
pembayaran tidak dilakukan secara penuh Sengketa telah memenuhi teori keadilan
(full payment) sebesar nilai claim untuk penanggung dan tertanggung (para
adjustment atau kerugian keuangan yang pihak) karena penyelesaian klaim cara ini
benar-benar dialami oleh tertanggung, tetapi merupakan hasil kesepakatan sehingga tidak
lebih rendah dan berdasarkan persetujuan ada yang merasa dikalahkan atau
dari penanggung. dimenangkan (win-win solution) .
Kelebihan dari penyelesaian sengketa Berdasarkan teori kemanfaatan hukum
klaim perjanjian asuransi secara ex gratia (utilitariarisme) bahwa penyelesaian klaim
adalah efisien biaya jika dibandingkan perjanjian asuransi secara ex gratia
dengan penyelesaian klaim diluar memberikan kemanfaatan bagi para pihak
pengadilan yang lainnya seperti mediasi, dalam memecahkan masalah klaim .
konsiliasi atau arbitrase. Karena dengan Sedangkan berdasarkan teori kepastian
melibatkan pihak ketiga baik itu mediator hukum meskipun penyelesaian klaim
maupun arbiter tentunya akan ada biaya perjanjian asuransi secara ex gratia, tidak
tambahan yang harus dikeluarkan sebagai diatur secara eksplisit dalam Undang-
fee untuk mediator atau arbiter , efisien Undang Nomor 40 Tahun 2014 Tentang
waktu, karena penyelesaian ini lebih bersifat Perasuransian, namun tersirat dalam bunyi
negosiasi antara para pihak yang Pasal 31 ayat 3 yang menyatakan bahwa
bersengketa maka agenda penyelesaiannya “Perusahaan asuransi, perusahaan asuransi
akan lebih mudah dan cepat, kerahasian syariah, perusahaan reasuransi, perusahaan
lebih terjaga karena penyelesaian hanya reasuransi syariah, perusahaan pialang
dilakukan oleh para pihak yang bersengketa, asuransi dan perusahaan pialang reasuransi
untuk pelaku bisnis termasuk perasuransian syariah wajib menangani klaim dan keluhan
hal ini dapat menjaga citra / image melalui proses yang cepat, sederhana,
perusahaan di masyarakat, pelaksanaan mudah diakses dan adil”, sehingga secara
penyelesaian akan lebih yakin atau pasti, tidak langsung bahwa penyelesaian klaim
karena merupakan hasil kesepakatan para perjanjian asuransi secara ex gratia
pihak dan para pihak akan merasakan tidak merupakan salah satu upaya penanggung
ada yang kalah atau menang (win win dalam menyelesaikan klaim secara cepat,
solution). Dalam bisnis perasuransian mudah dan adil.
hal ini dapat meningkatkan hubungan baik Sedangkan dalam Undang-Undang
antara tertanggung dan penangung serta Nomor 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase
meningkatkan kepercayaan tertanggung dan Alternatif Penyelesaian Sengketa juga
kepada penanggung. Penanggung akan tidak mengatur secara spesifik tentang
mendapatkan dampak positif dengan penyelesaian klaim perjanjian asuransi
timbulnya kepercayaan dari tertanggung secara ex gratia namun dapat tercermin
yang memungkinkan bertambahnya prospek dalam bunyi Pasal 6 ayat 1 yang menyatakan
bisnis ke depan baik dari tertanggung sendiri bahwa “Penyelesaian sengketa atau beda
maupun dari rekanan tertanggung, karena pendapat perdata dapat diselesaikan oleh
jaringan bisnis serta kepercayaan para pihak melalui alternatif penyelesaian
merupakan modal dasar bagi suatu sengketa yang didasarkan pada itikat baik
perusahaan asuransi dapat meningkatkan dengan mengesampingkan penyelesaian
bisnisnya secara litigasi di Pengadilan”, artinya jika
Hasil penelitian dan data yang terjadi sengketa klaim maka para pihak
diperoleh dari sumber pertama melalui berdasarkan pasal ini dapat menyelesaikan
wawancara /interview jika dihubungkan dengan itikat baik dan sepanjang tidak
dengan kaidah –kaidah hukum serta teori – melanggar hukum normatif yang berlaku.
teori hukum maka diperoleh kesimpulan Dalam dunia bisnis atau perdagangan selain
bahwa penyelesaian klaim perjanjian terdapat aturan hukum yang tertulis
asuransi secara ex gratia ditinjau dari (normative) terdapat juga hukum kebiasaan
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 yang digunakan sebagai dasar para pelaku
Tentang Perasuransian dan Undang - bisnis untuk menyelesaikan masalah.

52
Penyelesaian klaim perjanjian asuransi menjaga hubungan bisnis khususnya
secara kebijaksanaan (ex gratia) ini nasabah prioritas (priority customer),
merupakan bentuk hukum kebiasaan dalam mempertahankan account bisnis yang sudah
bisnis perasuransian dalam menyelesaikan ada, menjaga good image perusahaan serta
banding klaim asuransi yang diajukan oleh guna memberikan peluang serta prospek
tertanggung. bisnis ke depan khususnya dalam hal
Sehingga berdasarkan teori hukum rekomendasi bisnis dari nasabah kepada
keberhasilan bahwa penyelesaian klaim relasinya.
perjanjian asuransi secara kebijaksanaan (ex
gratia) diakui dapat memenuhi teori Saran
keberhasilan, dimana banyak kasus banding Diharapkan pemerintah dapat
klaim yang diajukan oleh tertanggung dapat menambahkan pasal dalam Undang-Undang
terselesaikan dengan baik (win win Nomor 40 Tahun 2014 Tentang
solution). Perasuransian untuk mengatur secara garis
Dalam Pasal 6 ayat (2) Undang- besar mengenai syarat dan ketentuan
Undang Nomor 30 Tahun 1999 Tentang penyelesaian klaim perjanjian asuransi
Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian secara ex gratia tentang kebijakan
Sengketa, menyatakan bahwa “Kesepakatan pembayaran klaim secara ex gratia, guna
penyelesaian sengketa atau beda pendapat menghindari pertimbangan yang tidak
secara tertulis adalah final dan mengikat relevan . Diharapkan meskipun penyelesaian
para pihak untuk dilaksanakan dengan klaim perjanjian asuransi secara ex gratia
itikad baik serta wajib didaftarkan di bersifat akomodasi bisnis namun
Pengadilan negeri dalam waktu paling lama penanggung juga dapat memberikan
30 (tiga puluh) hari sejak kebijakan penyelesaikan klaim secara ex
penandatanganan”, artinya dengan gratia kepada nasabah yang bersifat sosial,
penandatangan kesepakatan penyelesaian seperti : yayasan sekolah, mesjid, gereja atau
sengketa dapat menjadi dasar kepastian sarana umum masyarakat lain sebagai
hukum bagi para pihak, dengan tetap bagian dari kepedulian sosial perusahaan
menjaga itikat baik (ut most good faith), asuransi kepada masyarakat sebagai bagian
sehingga memenuhi teori kepastian hukum. dari Corporate Social Responbility (CSR).
Dari uraian diatas bahwa penyelesaian klaim
perjanjian asuransi secara ex gratia dapat DAFTAR PUSTAKA
memenuhi asas kemanfaatan , teori Aan Handriyani, “ Keabsahan Perjanjian
keberhasilan hukum dan teori kepastian Jual Beli Secara Tidak Tertulis
hukum serta tidak ada pelanggaran terhadap Berdasarkan Hukum Perdata”,
undang-undang yang berlaku di Indonesia. Volume 1, Rechsregel Jurnal Ilmu
Hukum Universitas Pamulang, 2018.
PENUTUP Abdul Kadir, “Hukum Asuransi Indonesia”,
Kesimpulan (Bandung : PT Citra Aditya, 2011).
Bahwa penyelesaian klaim perjanjian Cecep R,”Tinjauan Komparatif Hukum
asuransi secara ex gratia merupakan bagian Penyelesaian Sengketa Perjanjian
dari penyelesaian sengketa secara non Ekonomi Syariah Ditinjau dari
litigasi dan jika ditinjau dari Undang- Undang - Undang No. 30 Tahun 1999
Undang Nomor 40 Tahun 2014 Tentang Tentang Arbitrase dan Alternatif
Perasuransian dan Undang-Undang Nomor Penyelesaian Sengketa” (Pada
30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan Pengadilan Agama Cibadak,
Alternatif Penyelesaian Sengketa, tidak ada Universitas Pamulang, 2012).
hal yang dilanggar dan tidak juga melanggar Imade Sukardana, “Mediasi Dalam Sistem
norma hukum lain yang berlaku di Peradilan Perdata Indonesia Dalam
Indonesia. Beberapa faktor penyebab Rangka Mewujudkan Proses
penyelesaian klaim perjanjian asuransi Peradilan Yang Sederhana, Cepat dan
secara ex gratia adalah lebih efisien, Biaya Ringan”, (Jakarta: Prestasi
pelaksanaannya akan lebih baik hasilnya Pustaka, 2012).
karena merupakan kesepakatan para pihak,

53
Kitab Undang-Undang Hukum Dagang
(KUHD).
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
(KUHPer).
M. Suparman Sastrawidjaja, ”Aspek - Aspek
Hukum Asuransi dan Surat
Berharga”, (Bandung: PT Alumni
Bandung, 2003).
Neo Wiletno, ”Pelaksanaan Hak dan
Kewajiban Para Pihak Dalam
Perjanjian Asuransi Kecelaaan Diri
PT Asuransi Jasindo,” (Semarang:
Universitas Diponegoro, 2009).
Patrick Puwahid,” Hukum Perdata”,
(Semarang: FH Universitas
Diponegoro, 1996).
Peraturan Perundang - undangan Republik
Indonesia Nomor 40 Tahun 2014
Tentang Perasuransian.
Peraturan Perundang-undangan Republik
Indonesia Nomor 30 Tahun 1999
Tentang Arbitrase dan Alternatif
Penyelesaian Sengketa.
R.Subekti,“ Hukum Perjanjian”, (Jakarta:
PT Citra Adhitya, 1987).
Radiks Purba, “Memahami Asuransi di
Indonesia”, (Jakarta: Lembaga
Pendidikan dan Pembinaan
Manajemen, 1995).
Setiawan, ”Pokok-Pokok Hukum Perikatan”,
(Bandung : Alumni, 1979).
Siti Nurwulan et al, “Aspek Normatif Asas
Konsensualisme Dalam Penambahan
Kluasula Kontrak Tanpa Persetujuan
Para Pihak” Volume 2, Rechsregel,
Jurnal Ilmu Hukum Universitas
Pamulang, 2019.
Syahmin, ”Hukum Kontrak International”,
(Jakarta: Raja Grafindo, 2006).

54

Anda mungkin juga menyukai