Anda di halaman 1dari 36

MANAJEMEN RESIKO

PEMINDAHAN RESIKO PEMINDAHAN RESIKO KEPADA PIHAK ASURANSI

Dosen Pengampu:
Saur Costanius Simamora, SP, MM

Disusun oleh:

Nama (NIM)
Annisa Aqillah (211074013)
Arwi Budi Julian Sari (231074002)
Fernaldi Abdillah Novianto (211071028)
Rahmat Satria (231074005)
Salomo (211073006)
Yurike Dwi Anjani (211073018)

UNIVERSITAS DIRGANTARA MARSEKAL SURYADARMA


FAKULTAS EKONOMI
JAKARTA
2023
A. Asuransi

1. Pengertian Asuransi

Asuransi berasal dari kata insurance yang artinya pertanggungan. Asuransi merupakan
suatu perjanjian antara tertangung atau nasabah dengan penanggung atau perusahaan asuransi.
Pihak penanggung bersedia menanggung sejumlah kerugian yang mungkin timbul dimasa yang
akan datang setelah tertanggung menyepakati pembayaran uang yang disebut premi. Premi
merupakan uang yang di keluarkan oleh tertanggung sebagai imbalan kepada penanggung.

Ada beberapa defenisi asuransi yang perlu dipahami, beberapa diantaranya adalah sebagai
berikut:

a. Menurut undang-undang tentang usaha perasuransian UU Republik Indonesia No.2/1992


(2006 :177), Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih
yang pihak penangung mengikatkan diri pada tertanggung dengan menerima premi
asuransi untuk memberikan pengantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan
atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak
ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung yang timbul akibat suatu peristiwa yang
tidak pasti, atau untuk memberikan sutau pembayaran yang didasarkan atas meninggal
atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.
b. Menurut Abbas Salim (2007:1) mendefinisikan asuransi adalah suatu kemauan untuk
menetapkan kerugian–kerugian kecil (sedikit) yang sudah pasti sebagai
pengganti/substitusi kerugian-kerugian besar yang belum terjadi.
c. Asuransi adalah mekanisme pemindahan resiko kepada pihak lain yang menjamin
kompensasi financial secara penuh ataupun parsial untuk kerugian atau kerusakan yang
disebabkan oleh peristiwa diluar kondisi pihak tertanggung dalam hal ini adalah nasabah
produk asuransi.
d. Defenisi asuransi menurut Pasal 246 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD)
Republik Indonesia : “Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian, dengan nama
seorang penanggung mengikatkan diri pada tertanggung dengan menerima suatu premi,
untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan atau
kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dideritanya karena suatu
peristiwa yang tak tertentu”

Berdasarkan defenisi tersebut, maka dalam asuransi terkandung 4 unsur, yaitu :

 Pihak tertanggung (insured) yang berjanji untuk membayar uang premi kepada
pihak penaggung, sekaligus atau berangsur-angsur
 Pihak penanggung (insure) yang berjanji untuk membayar sejumlah uang
(santunan) kepada pihak tertanggung, sekaligus atau secara berangsur- angsur
apabila terjadi sesuatu yang mengandung unsur tak tertentu.
 Suatu peristiwa (accident) yang tak tertentu (tidak diketahui sebelumnya).
 Kepentingan (interest) yang mungkin akan mengalami kerugian karena
peristiwa yang tak tertentu.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa asuransi adalah perjanjian antara
tertanggung dengan penanggung, dimana pihak tertanggung memberikan sejumlah uang
kepada pihak penanggung atas pengalihan resiko.

2. Jenis – Jenis Asuransi

Banyak jenis- jenis asuransi di Indonesia diantaranya sebagai berikut :

a) Asuransi jiwa
Yaitu asuransi yang memberikan perlindungan financial akan musibah kematian,
cacat tetap, dan penyakit kritis. Tidak hanya itu, asuransi jiwa modern saat ini juga
memberikan fasilitas menabung untuk persiapan hari tua dengan hasil yang
umumnya lebih besar daripada bunga bank.
b) Asuransi kesehatan
Yaitu asuransi yang memberikan perlindungan berupa santunan untuk menjalani
rawat inap maupun rawat jalan, yang dapat berlaku baik dirumah sakit dalam
negeri dan luar negeri
c) Asuransi kecelakaan diri
Yaitu asuransi yang memberikan perlindungan financial atas musibah cacat tetap
maupun meninggal dunia yang diakibatkan oleh kecelakaan

d) Asuransi properti
Yaitu asuransi yang memberikan perlindungan lengkap bagi bangunan rumah
beserta isinya, mulai dari kebakaran, kebongkaran, kerusuhan, banjir, dan gempa
bumi serta tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga.
e) Asuransi perjalanan
Yaitu asuransi yang memberikan perlindungan atas perjalanan beserta hal-hal yang
terjadi didalamnnya.

Menurut Herman Darmawi (2010:27) asuransi terdiri dari dua jenis yaitu :

1) Asuransi atas orang (personal insurance), yaitu asuransi yang objeknya orang atau
penutupan asuransi atas individu-individu, dengan kata lain adalah asuransi yang
berkaitan dengan individu. Adapun risiko yang ditanggung (peril) dalam asuransi atas
orang adalah :
 Kematian
 Kecelakaan
 Pengangguran, dan
 Karena umur tua
2) Asuransi atas harta (property insurance), yaitu asuransi yang ditunjukan terhadap peril-
peril yang mungkin menghancurkan properti atau harta kekayaan. Asuransi ini di
Indonesia digolongkan sebagai asuransi kerugian.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis asuransi terdiri dari asuransi
atas orang dan asuransi atas benda. Asuransi atas orang adalah asuransi yang objeknya orang,
sedangkan asuransi atas benda adalah asuransi yang ditujukan terhadap peril-peril yang
mungkin menghancurkan harta kekayaan.

3. Manfaat Asuransi

Asuransi mempunyai manfaat bagi pihak tertanggung antara lain :

 Rasa aman dan perlindungan


 Asuransi dapat dijadikan sebagai tabungan dan sumber pendapatan
 Polis asuransi dapat dijadikan jaminan untuk mendapatkan kredit
 Pendistribusian manfaat
Sedangkan menurut Darmawi (2010:1) asuransi mempunyai banyak manfaat antara lain :

a) Asuransi Menyelidiki Risiko Investasi

Risiko unsur fundamental dalam perekonomian bebas dan bila suatu perusahaan
berusaha untuk memperoleh keuntungan dan ketidakpastian tidak dapat dihindarkan,
maka asuransi mengambil alih resiko itu.

b) Asuransi Sebagai Sumber Dana Investasi

Usaha perasuransian sebagai salah satu lembaga keuangan nonbank yang menghimpun
dana masyarakat, dan semakin penting peranannya sebagai sumber modal untuk
investasi diberbagai bidang.

c) Asuransi Untuk Melengkapi Persyaratan Kredit

Pemberi kredit tidak hanya tertarik dengan keadaan perusahaan serta kekayaannya
yang ada saat ini, tetapi juga sejauh mana perusahaan tersebut telah melindungi diri
dari kejadian-kejadian yang tak terduga dimasa depan.

d) Asuransi Dapat Menggurangi Kekhawatiran

Fungsi primer dari asuransi adalah mengurangi kekhawatiran akibat ketidak pastian.

e) Asuransi Mengurangi Biaya Modal

Tingkat resiko dan pengembalian modal berkaitan satu sama lain dan tidak dapat
dipisahkan.

f) Asuransi Menjamin Kestabilan Perusahaan

Bagi perusahaan, asuransi sebagai Goodwill antara kelompok pimpinan dan


karyawanAsuransi

g) Dapat Meratakan Hubungan

Dengan berusaha menentukan biaya-biaya “kebetulan” yang mungkin dialami pada masa yang
akan datang melalaui program asuransi, pihak perusahaan akan dapat mempertimbangkan atau
memperhitungkan total biaya untuk produk yang dijualnya.

h) Asuransi Dapat Menyediakan Layanan Profesional

Perusahaan asuransi mempunyai karyawan yang ahli di bidang asuransi untuk membantu para
tertanggung tanpa adanya bayaran tambahan.

i) Asuransi Mendorong Usaha Pencegahan Kerugian


Perusahaan asuransi memberikan perlindungan yang cukup wajar untuk
menghilangkan atas memperkecil kemungkinan yang dapat menimbulkan kerugian.

j) Asuransi Membantu Memelihara Kesehatan

Perusahaan asuransi melakukan pengecekan kesehatan berkala kepada para pemegang


polis.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan manfaat asuransi bagi pihak tertanggung adalah
memberikan rasa aman terhadap segala kemungkinan resiko, sedangkan bagi pihak
perusahaan selaku badan usaha adalah memperoleh laba yang disebut premi.

4. Asuransi Jiwa

Asuransi jiwa adalah asuransi yang memberikan jasa dalam penanggulangan risiko yang
dikaitkan dengan hidup atau meninggalnya seseorang yang dipertanggungkan, resiko yang
dipertanggung jawabkan dalam asuransi jiwa meliputi kematian, kecelakaan atau cacat, dan
kehilangan kemampuan untuk memperoleh penghasilan.

Kemudian dapat dilihat makna asuransi jiwa yang dilihat dari beberapa segi yaitu segi
jaminan, segisosial, segi ekonomi, dan segi financial.

Dari segi jaminan, asuransi jiwa merupakan asuransi dengan manusia sebagai kepentingan
interest yang diasuransikan berbeda dengan asuransi kerugian, dengan harta benda sebagai
kepentingan yang diasuransikan. Dan pengertian diatas dengan membayar premi setiap
bulannya atau selama suatu jangka waktu terbatas, seorang tertanggung sebagai imbalan dari
premi yang dibayarkan kepada penanggung menerima jaminan yaitu :

1. Pada hari tua tertanggung akan diberikan sejumlah uang sebagai santunan biaya
hidup.
2. Bila tertanggung meninggal dunia, akan diberikan sejumlah uang kepada ahli waris
tertanggung sebagai santunan biaya hidup.
3. Bila tertanggung mengalami kecelakaan fisik, akan diberikan sejumlah uang santunan
biaya hidup bila tertanggung menjadi cacat tetap/ biaya pengobatan.
Kemudian dari segi sosial, asuransi dapat diartikan sebagai suatu rencana sosial yang
bertujuan memberikan santunan kepada orang yang menderita karena ditimpa musibah, yang
santunanya diambil dari kontribusi yang dikumpulkan dari semua pihak yang berpartisipasi
dalam rencana sosial tersebut.

Sedangkan dari segi ekonomi, adalah suatu disiplin ilmu tentang usaha manusia mencari
kepuasan guna memenuhi kebutuhan kesejahteraan hidup, dengan cara berusaha mencapai
hasil maksimal dengan pengorbanan minimal, namun upaya manusia untuk mencari dan
memenuhi kebutuhan hidup tidak selalu berhasil karena setiap upaya maupun perbuatan
mengandung resiko. Jadi pada hakekatnya asuransi jiwa merupakan pelimpahan resiko oleh
tertanggung kepada penanggung agar kerugian yang diderita oleh tertanggung dijamin oleh
penanggung.

Kemudian dari segi financial, perusahaan asuransi menghimpun dana dari para tertangung
dalam bentuk premi. Dari dana yang terkumpul itu, sebagian untuk dana kliam, dan bagian
yang lainnya diinvestasikan dalam bentuk deposito, dalam surat-surat berharga (saham,
obligasi) dalam aktiva tetap seperti kantor, dan rumah untuk disewakan sehingga memperoleh
penghasilan.

Menurut Joanne dan Richard Perbedaan utama dalam akuntansi untuk asuransi jiwa
dibandingkan dengan perusahaan lainnya adalah terletak pada periode waktu antara
penerimaan premi dan pembayaran klaim. Hal ini mengharuskan pihak aktuaria berhati-hati
dalam menentukan besarnya premi agar solvabilitas dan profitabilitas perusahaan terjaga.

Asuransi jiwa memiliki karakteristik khusus yang membuat transaksi asuransi dan
akuntansi asuransi menjadi khas. Premi diterima dan diketahui, sementara klaim atau manfaat
asuransi belum terjadi dan diliputi ketidakpatian, baik kejadian maupun jumlahnya.

Menurut PSAK No. 36, karakteristik usaha asuransi jiwa antara lain :

1) Usaha asuransi jiwa merupakan suatu sistem proteksi menghadapi risiko keuangan atas
hidup atau meninggalnya seseorang dan sekaligus merupakan upaya penghimpun dana
masyarakat.
2) Premi merupakan pendapatan perusahaan asuransi, disamping hasil investasi yang
menjadi kegiatan tak terpisahkan dari usaha asuransi jwa.
3) Investasi berfungsi utama untuk memenuhi seluruh kewajiban manfaat yang akan
diberikan kepada tertanggung.
4) Kewajiban keuangan bagi usaha asuransi jiwa terkait dengan ketidakpastian terjadinya
suatu peristiwa, hal ini mempengaruhi penyajian laporan keuangan.
5) Laporan keuangan sangat dipengaruhi oleh unsur estimasi, misalnya estimasi jumlah
kewajiban manfaat polis masa depan yang dihitung berdasarkan perhitungan aktuaria,
estimasi jumlah kewajiban klaim, serta estimasi jumlah klaim terjadi namun belum
dilaporkan.

6) Pihak tertanggung ( pemberi kontrak asuransi ) membayar terlebih dahulu premi


asuransi atau titipan premi kepada perusahaan asuransi sebelum sesuatu atau peristiwa
yang diasuransikan terjadi. Pembayaran ini merupakan pendapatan bagi perusahaan
asuransi. Pada saat kontrak asuransi disetuju, perusahaan asuransi biasanya belum
mengetahui apakah akan membayar manfaat asuransi, berapa besar pembayaran itu,
dan kalau terjadi, kapan terjadinya. Hal ini akan berpengaruh pada masalah pengakuan
pendapatan dan pengukuran beban.
7) Perusahaan asuransi jiwa harus memenuhi kesehatan keuangan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang perasuransian, misalnya batas tingkat
solvabilitas.

Menurut abbas salim, asuransi jiwa sebagai asuransi yang bertujuan yang menanggung
orang terhadap kerugian finansial yang tak terduga disebabkan karena meninggalnya terlalu
cepat atau hidupnya terlalu lama .
Resiko yang mungkin timbul pada asuransi jiwa terutama terletak pada unsur waktu. Oleh
karena itu, sulit untuk mengetahui kapan seseorang meninggal dunia. Untuk memperkecil
resiko tersebut, maka sebaiknya dilakukan pertanggungan jiwa.
B. Pengertian Pendapatan dan Beban

1. Pengertian Pendapatan

Pendapatan selalu diartikan sesuai dengan jenis usaha dari suatu perusahaan. Pada
perusahaan jasa pendapatannya diperoleh dari pemberian jasa atau service, dengan demikian
pendapatan adalah pertambahan harta akibat kegiatan operasional perusahaan.

Menurut PSAK No.23 pengakuan pendapatan sangat penting untuk setiap transaksi yang
menimbulkan pendapatan. Pengakuan merupakan proses pembentukan suatu pos yang
memenuhi defenisi unsur serta kriteria pengakuan dalam neraca atau laba rugi. Pendapatan
diakuai bila besar kemungkinan manfaat ekonomi masa depan akan mengalir keperusahaandan
manfaat ini dapat diukur dengan andal.

Pengertian pendapatan menurut Soemarso (2010:230) “ Pendapatan adalah peningkatan


manfaat ekonomi selama satu periode akuntansi tertentu dalam bentuk pemasukan atau
penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang
tidak berasal dari kontribusi penanaman modal.

Sedangkan menurut FASB (Financial Accounting Standard Board) yang dikemukakan oleh
Harahap (2009:113) “ Pendapatan adalah arus kas masuk atau peningkatan nilai aset dari suatu
entitas atau penyelesaian kewajiban dari entitas atau gabungan keduanya selama periode
tertentu yang berasal dari penyerahan atau produksi barang, pemberian jasa atas pelaksana
kegiatan lainnya yang merupakan kegiatan utama perusahaan yang sedangberjalan “

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pendapatan merupakan penambahan


kotor perusahaan atas penyerahan barang atau jasa selama satu periode.

2. Pengertian Beban

Beban merupakan pengorbanan yang dikeluarkan perusahaan untuk mendapatkan manfaat


dimasa kini dan dimasa yang akan datang. Berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan beban
merupakan penurunan manfaat ekonomi selama satu periode akuntansi dalam bentuk arus
keluar atau berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan
ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada peranan modal.
Menurut Bastian Bustami dan Nurlela (2007: 4), beban adalah biaya yang telah memberikan
manfaat dan sekarang telah habis.

Menurut Armanto Witjaksono (2006:10), beban adalah arus keluar (aset) terhadap
penghasilan karena perusahaan menggunakan sumber daya ekonomi yang ada .

Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa beban merupakan pengeluaran


yang dilakukan guna memperoleh pendapatan.

C. Pengertian Pendapatan dan Pengakuan Pendapatan Menurut PSAK No. 36

1. Pengertian pendapatan

Pendapatan yang biasanya diperoleh perusahaan dalam suatu periode tertentu tergantung
kepada jenis usaha yang dikelola oleh perusahaan tersebut. Pendapatan premi merupakan
pendapatan yang berasal dari penjualan jasa asuransi dalam bentuk penjualan polis. PSAK No.
36 mengenai standar akuntansi untuk asuransi jiwa, menyebutkan ada tiga jenis pendapatan
yang diterima oleh perusahaan asuransi jiwa, yaitu :

 Pendapatan Premi, yang terdiri dari


a. Premi kontrak jangka pendek
b. Premi kontrak jangka panjang
 Pendapatan Investasi
 Pendapatan Lain-lain

2. Pengakuan pendapatan

Pengakuan pendapatan asuransi jiwa terdiri dari pendapatan premi kontrak jangka pendek
dan kontrak jangka panjang. Menurut PSAK No.62 dalam kontrak asuransi, kejadian yang
diasuransikan adalah kejadian yang mungkin terjadi dimasa yang akan datang selama periode
kontrak asuransi dan sampai masa kontrak asuransi berakhir. Pengakuan pendapatan yang
diperoleh menurut PSAK No. 36 bergantung pada komponen yang membentuk masing-masing
pendapatan tersebut, secara umum pengakuan pendapatan premi adalah pada saat
pencatatannya , yaitu pada saat polis diterbitkan ( accrual basic ) atau diterbitkannya kontrak
asuransi .
Menurut PSAK No. 25 tentang kebijakan akuntansi , menyebutkan kebijakan akuntansi
yang menghasilkan laporan keuangan yang berisi informasi relevan dan andal atas transaksi,
peristiwa dan kondisi lain serta konsisten dalam penerapannya.

Pengakuan pendapatan premi menurut PSAK No. 36 yaitu :


a. Pendapatan premi kontrak jangka pendek
Premi kontrak jangka pendek diakui sebagai pendapatan dalam periode kontrak sesuai
dengan proporsi jumlah proteksi asuransi yang diberikan. Jika periode resiko berbeda secara
signifikan dengan periode kontrak, premi diakui sebagai pendapatan selama periode risiko
sesuai dengan proporsi jumlah proteksi asuransi yang diberikan. Sebagai ilustrasi, jika
seorang nasabah asuransi jiwa menutup polis asuransi jiwanya dengan pihak penanggung
(perusahaan asuransi) sebelum masa kontrak asuransi berakhir , maka seluruh premi yang
diperoleh tersebut diakui sebagai pendapatan selama periode resiko yang diberikan, dan
perusahaan mengakui pendapatan dengan mencatatnya dalam jurnal :
Kas xx
Pendapatan xx
(mencatat pendapatan premi yang diterima)
b. Pendapatan premi kontrak jangka panjang
Premi kontrak jangka panjang diakui sebagai pendapatan pada saat jatuh tempo dari
pemegang polis. Kewajiban untuk biaya yang diharapkan timbul sehubungan dengan kontrak
tersebut diakui selama periode sekarang dan periode diperbaharuinya kontrak. Sebagai
ilustrasi, jika nasabah asuransi jiwa membayar polis asuransi sesuai dengan perjanjian yang
telah disepakati , misalkan pembayaran premi asuransi dibayar per triwulan sekali, maka pada
akhir bulan ketiga setelah kontrak polis berlaku, timbul kewajiban pemegang polis untuk
membayar premi asuransi kepada penanggung (perusahaan asuransi), dan begitu seterusnya
sampai kontrak asuransi berakhir. pada saat itu pihak perusahaan mengakui pendapatan premi
dengan mencatatnya kedalam jurnal :
Kas xx
Pendapatan xx
Terkadang nasabah terlambat dalam membayar premi asuransi setelah tanggal jatuh tempo,
maka perusahaan menjurnal :
Piutang premi xx
Pendapatan xx
Pada saat nasabah membayar premi yang telah jatuh tempo, maka perusahaan menjurnal :
Kas xx
Piutang premi xx

D. Pengertian Beban dan Pengakuan Beban Menurut PSAK No. 36

1. Pengertian beban

Beban merupakan pembayaran yang dilakukan pihak penanggung akibat adanya klaim dari
pihak tertanggung. Beban yang ada pada perusahaan asuransi jiwa dapat diklasifikasikan
sebagai berikut :

a. Beban Klaim

b. Beban Operasional

c. Beban Lain-lain

2. Pengakuan beban klaim

Pengakuan beban klaim seperti yang diungkap dalam PSAK No. 36 menganut dasar akrual
(accrual basis), dimana beban klaim diakui pada saat timbulnya kewajiban untuk
membayar klaim yang terjadi, menurut PSAK No. 36 bahwa klaim meliputi klaim yang telah
disetujui (settlet claims), klaim dalam proses penyelesaian (outstanding claims), dan klaim
yang telah terjadi namun belum dilaporkan.
Jumlah klaim dalam proses penyelesaian, termasuk klaim yang terjadi namun belum
dilaporkan, ditentukan berdasarkan estimasi kewajiban klaim tersebut. Perubahan dalam
jumlah estimasi kewajiban klaim, sebagai akibat proses penelaahan lebih lanjut dan perbedaan
antara jumlah estimasi klaim dengan klaim yang dibayarkan, diakui sebagai penambah atau
pengurang beban dalam laporan laba rugi pada periode terjadi perubahan. Sebagai ilustrasi,
jika seorang nasabah asuransi jiwa mengalami kejadian yang mengakibatkan tertanggung
meninggal dunia, maka ahliwaris nasabah melaporkan kepada pihak penanggung (perusahaan
asuransi) dan melengkapi dokumen sebagai pengajuan klaim, maka pihak penanggung
mengakui beban klaim dengan menjurnal :
Beban klaim xx
Utang klaim xx
(mencatat pengakuan beban klaim yang terjadi)
Pada saat klaim dibayarkan oleh pihak penanggung kepada ahliwaris tertanggung maka
pihak penanggung menjurnal :
Utang klaim xx
Kas xx
(mencatat pada saat pembayaran klaim yang terjadi)

E. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual adalah suatu model yang menerangkan bagaimana hubungan suatu
teori dengan faktor-faktor yang penting yang telah diketahui pada masalah tertentu.
Berdasarkan latar belakang masalah dan landasan teori, maka dirumuskan kerangaka
konseptual penelitian sebagai berikut :

Gambar 2.1
Kerangka Konseptual

Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera

Perlakuan Akuntansi Perlakuan Akuntansi


Pendapatan Premi Beban Klaim

Analisis Penerapan Standart


Akuntansi ( PSAK) NO. 36
B. Perbedaan Asuransi Dengan Aktivitas Lainnya

Perbedaan Asuransi Jiwa Dengan Asuransi Umum


ASURANSI JIWA ASURANSI UMUM
1 Yang diasuransikan adalah kesehatan Yang diasuransikan biasanya benda mati
dari pemegang polis asuransi
2 Pemberian ganti rugi lebih cepat dan Pemberian ganti rugi memerlukan waktu
biasanya gratis berminggu minggu, dan klaim asuransi tidak
gratis

Perbedaan Asuransi Dengan Perjudian


ASURANSI PERJUDIAN
1 Bertujuan mengurangi risiko yang Risiko semula belum ada dan baru muncul
sudah ada sesuah orang ikut berjudi
2 Bersifa sosial terhadap masyarakat Bersifat “tidak sosial” bisa mengacaukan rumah
dan dpt memberi keuntungan tertentu tangga / masyarakat
3 Besarnya risiko dapat diketahui dan Besarnya risiko tidak dapat diketahui dan tidak
dapat diukur besarnya dapat diukur kemungkinannya
kemungkinannya
4 Kontraknya tertulis dan mengikat Konrakny tidak tertulis dan realisasinya
kedua belah pihak tergantung etikat baik masing-masing pihak
yg terlibat

Perbedaan Asuransi Dengan Spekulasi


ASURANSI SPEKULASI
1 Kontrak persetujuannya adalah Kontrak persetujuannya adalah jual beli
pertanggungan
2 Risiko yang ditangani adalah Risiko yang ditangani adalah kemungkinan
kerugian yang mungkin timbul perubahan harga
3 Transaksi asuransi bagaimanapun Risiko tidak berkurang hanya berpindah kepada
juga lebih menguntungkan ( orang lain yang sanggup menanggung risiko tsb
operasinya berdasarkan hukum
bilangan besar) sehinga dapat
mengurangi risiko yang ada

Perbedaan Asuransi Jiwa dengan Asuransi Umum


ASURANSI BONDING
1 Meliputi dua pihak utama Meliputi tiga pihak utama
2 Pihak penjamin tidak mempunyai Pihak penjamin mempunyai hak menagihkepada
hak menagih kembali kepada principal terhadap apa yg telah dibayarkan
tertanggung kepada obligee
3 Tujuan utamanya menyebarkan Fungsi utamanya peminjaman/kredit dari surity
kerugian diantara sesama kelompok kepad aprincipal untuk endapatkan bunga
tertangngung
4 Sifat risikonya menutup kerugian Sifat risikonya menjamin kejujuran dan
seseorang tanpa harus mengenal kemampuan seseorang . Jadi surity harus
secar apribadi tertanggung mengenal principal secar apribadi
5 Kontrak dapat dibatalkan oleh Surity tdk dpt membatalkan kontraknya
penangngung bila tertanggung tidak meskipun principel tdk dpt memenuhi
memenuhi kewajibannya sesuai kewajibannya kepada surity
dengan perjanjian

Perbedaan Asuransi Jiwa dan Tabungan


ASURANSI JIWA TABUNGAN
1 Besarnya uang yg diterima dapat Besarnya uang yang akan diterima
ditentukan sendiri oleh pemegang poling tergantung pad kemauan si penabung kalau
pada saat perjanjian dibuat kemauannya makin besar yg akan diterima
makin tinggi
2 Ada unsusr keharusan (wajib) untuk Tidak ada unsur keharusan, boleh
membayar premi seecara teratur menabung boleh tidak
3 Besarnya premi yg harus dibayar Tergantung kemauan si penabung
ditetapkan berdasarkan hitungan aktuaria
4 Terdapat fungsi proteksi finansial Tidak terdapat fungsi proteksi thd risiko
5 Pada saat klaim uangnya sudah pasti walau Besarnya jumlah uang yg dirima
baru membayar sedikit tergantung jumlah tabungan
6 Bersifat kolektif Bersifa individual
C. Resiko Pihak penganggung dalam asuransi.

Asuransi merupakan salah satu teknik untuk mengelola risiko, yang cukup banyak
digunakan. Asuransi bisa dipandang sebagai alat dimana individu bisa melakukan transfer risiko
ke pihak lain dalam hal ini perusahaan asuransi, dimana pihak asuransi (penanggung) akan
mengakumulasi dana dari individu (tertanggung) untuk memenuhi kebutuhan keuangan yang
berkaitan dengan kerugian yang muncul. Pengertian semacam ini mengandung dua kata kunci
yaitu transfer risiko dan sharing kerugian.
Dari pihak tertanggung asuransi bisa dilihat sebagai kontrak dimana pihak tertanggung
bersedia membayar premi tertentu, dan sebagai gantinya perusahaan asuransi (pihak
penanggung) bersedia membayar sejumlah uang tertentu sebagai kompensasi atas kerugian yang
diderita pihak tertanggung.
Usaha asuransi merupakan mekanisme yang memberikan perlindungan pada tertanggung
apabila terjadi risiko pada masa mendatang. Apabila risiko tersebut benar-benar terjadi, pihak
tertanggung akan mendapatkan ganti rugi sebesar nilai yang diperjanjikan antara penanggung
dan tertanggung. Mekanisme perlindungan ini sangat dibutuhkan dalam dunia bisnis yang penuh
dengan risiko. Secara rasional, para pelaku bisnis akan mempertimbangakan untuk mengurangi
risiko.
Risiko merupakan sesuatu yang melekat pada setiap kegiatan usaha, kesadaran itu
membuat lembaga asuransi sangat dibutuhkan oleh para pengusaha sebagai mitra kerjanya.
Dengan adanya asuransi para pengusaha akan memperoleh ketenangan dalam menjalankan
kegiatan usahanya. Ketenangan tersebut timbul karena adanya jaminan yang pasti risiko yang
sedang terjadi ataupun yang akan terjadi selama dalam kegiatan usahanya akan beralih pada
perusahaan asuransi. Pertumbuhan dan perkembangan lembaga asuransi akan sangat dipengaruhi
oleh pertumbuhan dan perkembangan kegiatan usaha. Semakin tumbuh dan berkembang
kegiatan akan semakin tinggi kebutuhan akan asuransi, karena semakin tinggi pertumbuhan dan
perkembangan kegiatan usaha akan diikuti makin tingginya potensi risiko yang dihadapi.
Manfaat asuransi bagi tertanggung bertujuan untuk memperoleh rasa aman dan
ketenangan bagi dirinya ataupun bagi harta bendanya dan sekaligus mendorong para pengusaha
agar lebih agresif dan berani melakukan ekspansi guna memajukan usahanya tanpa harus
terbebani memikirkan besarnya potensi risiko yang akan terjadi karena risiko tersebut telah
dialihkan kepada pihak penanggung risiko dalam hal ini adalah perusahaan asuransi.
Resiko adalah bahaya, akibat, atau konsekuensi yang dapat terjadi akibat sebuah proses
yang dapat berlangsung atau kejadian yang akan datang, di dalam bidang asuransi, resiko dapat
diartikan sebagai suatu keadaan ketidakpastian, dimana jika terjadi sesuatu keadaaan atau
peristiwa yang tidak diinginkan dapat menimbulkan sebuah kerugian.
Dalam masalah asuransi di Indonesia dikenal dengan dua istilah pertanggungan dan
asuransi kedua bahasa itu diambil dari bahasa Belanda. Ada berapa resiko yang bisa terjadi di
semua bidang, dalam hal ini salah satunya dalam Asuransi. Pada asuransi ada cara untuk
mengatasi resiko dengan cara mengalihkan resiko kepada pihak lain.
Seseorang atau suatu badan hukum sekaligus yang memiliki resiko karena resiko pribadi.
Harta, kekayaan, maupun tanggung jawab hukum dapat di alihkan kepada penanggung dalam hal
ini adalah perusahaan asuransi.
Pihak yang mengalihkan suatu resiko tersebut adalah pihak tertanggung. Sedangkan yang
akan dibahas kali ini ialah yang menerima pengalihan itu adalah pihak penanggung. Dengan
menerima pembayaran premi, penanggung tersebut menanggung tergantung jika terjadi suatu
peristiwa yang tidak pasti yang dapat menimbulkan suatu kerugian bagi si tertanggung

Pihak-Pihak dalam Asuransi:

1. Tertanggung (Pemegang Polis):


- Merupakan pihak yang membeli polis asuransi dan membayar premi.
- Memiliki kepentingan finansial yang diasuransikan.

2. Penanggung:
- Merupakan perusahaan asuransi atau lembaga keuangan yang menerima premi dan
menanggung risiko yang diasuransikan.
- Bertanggung jawab untuk membayar klaim jika risiko yang diasuransikan terjadi.

Risiko Pihak Penanggung dalam Asuransi:

1. Risiko Underwriting:
- Terkait dengan kesalahan dalam menilai risiko tertanggung saat membuat keputusan untuk
menerima atau menolak suatu polis.
- Penanggung dapat mengalami kerugian jika risiko yang diasuransikan ternyata lebih tinggi
dari yang diperkirakan.

2. Risiko Moral:
- Muncul ketika tertanggung mengambil tindakan yang dapat meningkatkan kemungkinan
terjadinya klaim.
- Contoh: Seseorang yang diasuransikan mobil dengan sengaja merusak kendaraannya untuk
mendapatkan klaim asuransi.

3. Risiko Hukum:
- Terkait dengan perubahan regulasi atau hukum yang dapat mempengaruhi kewajiban
penanggung.
- Perubahan hukum yang tidak terduga dapat meningkatkan beban keuangan perusahaan
asuransi.

4. Risiko Investasi:
- Penanggung mengelola dana premi untuk investasi guna memperoleh pendapatan tambahan.
- Fluktuasi pasar keuangan dapat menyebabkan kerugian investasi yang mempengaruhi
kemampuan penanggung untuk membayar klaim.

5. Risiko Reasuransi:
- Terkait dengan penggunaan reasuransi oleh penanggung untuk mengalihkan sebagian risiko
ke perusahaan reasuransi.
- Jika perusahaan reasuransi tidak dapat memenuhi kewajibannya, penanggung tetap
bertanggung jawab.

Strategi Pengelolaan Risiko bagi Pihak Penanggung:

1. Analisis Risiko yang Mendalam:


- Melibatkan penilaian yang cermat terhadap risiko yang diasuransikan sebelum menerima
polis.
- Penanggung perlu menggunakan data dan analisis statistik untuk mengestimasi risiko secara
akurat.

2. Kebijakan Underwriting yang Bijaksana:


- Menerapkan kebijakan underwriting yang ketat untuk meminimalkan risiko penanggung.
- Menetapkan premi yang mencerminkan tingkat risiko yang sesuai.

3. Diversifikasi Portofolio:
- Mengelola risiko investasi dengan cara diversifikasi portofolio investasi.
- Ini membantu mengurangi dampak fluktuasi pasar keuangan terhadap kinerja keuangan
perusahaan asuransi.

4. Manajemen Risiko Reasuransi yang Efektif:


- Menggunakan reasuransi dengan bijak untuk mengurangi beban risiko dan melibatkan
perusahaan reasuransi yang terpercaya.

5. Pemantauan dan Evaluasi Terus-Menerus:


- Melakukan pemantauan secara terus-menerus terhadap risiko yang ada dan mengevaluasi
kembali strategi pengelolaan risiko.
TEORI NILAI GUNA (UTILITI)

A. Pengertian Nilai Guna (Utility)


Utility atau nilai guna sering digunakan sebagai istilah untuk menjelaskan
mengenai suatu manfaat barang atau komoditas tertentu. Pada teori keseimbangan,
diketahui bahwa teori keseimbangan menggambarkan antara kesesuaian antara
permintaan dan penawaran. Permintaan timbul karena konsumen memerlukan
manfaat dari komoditas yang diminta. Manfaat inilah yang dikenal dengan istilah
utilitas (utility). Jadi sebenarnya permintaan suatu komoditas menggambarkan
permintaan akan manfaat dari komoditas tersebut (Sugiarto Dkk, 2007)
Teori utility sering digunakan sebagai pendekatan dalam menjelaskan perilaku
konsumen. Pokok persoalan ekonomi yang dihadapi oleh setiap orang dalam
perannya sebagai konsumen membutuhkan bermacam barang dan jasa yang semua
harus diimbangi dengan kemampuan membeli. Konsumen harus berhadapan dengan
pilihan jenis dan jumlah barang dan jasa yang harus di beli serta harga yang harus
dibayar untuk mendapatkan barang dan jasa yang dituju.
Konsumen yang bertindak ekonomis harus mempertimbangkan pengorbanan,
yaitu harga yang harus dibayar dan hasilnya, yaitu manfaat atau nilai guna atau
kepuasan yang diperoleh dari pengeluaran uang tersebut. Sebagai contoh yaitu jika
seseorang hanya mempunyai satu baju yang baik, maka manfaat baju yang satu itu
(dan penilaiannya terhadap baju itu) amat besar. Jika baju tersebut sobek, maka
seseorang itu akan merasa susah dan perlu/butuh untuk membeli baju lain meskipun
harus membayar harga yang cukup mahal. Tetapi jika seandainya terdapat persediaan
10 baju yang masih baik di almari, manfaat dari satu potong baju itu tidak dirasakan
begitu besar. Kalau ada satu baju yang sobek, maka tingkat kebutuhan terhadap
pembelian baju menjadi menurun.
Utility atau daya guna suatu barang sebenarnya berarti kemampuan barang
tersebut untuk memenuhi kebutuhan manusia secara obyektif. Produksi menciptakan
kemampuan tersebut. Namun baru dirasakan apabila barang itu dikonsumsi. Oleh
karena itu, pengertian utility dalam analisis perilaku konsumen berarti manfaat yang
dirasakan dari konsumsi suatu barang atau kepuasan yang diperoleh dari barang / jasa
tersebut dan dengan demikian juga penghargaan konsumen terhadapnya. Jadi utility
juga merupakan suatu yang subyektif, tergantung pada pribadi yang melekat pada diri
konsumen yaitu sejauh mana kebutuhannya terpenuhi dengan konsumsi barang/jasa
tertentu (Gilarso, 2003).

B. Jenis Nilai Guna (Utility)


Terdapat 4 jenis nilai guna (utility) yaitu sebagai berikut:
a. Place Utility (Nilai Guna Tempat)
Nilai guna tempat adalah nilai guna produk yang berhubungan dengan bagaimana
produk tersedia di tempat yang dapat dijangkau oleh konsumen. Dimana produk
seharusnya tersedia di tempat yang mudah dijangkau oleh konsumen. Nilai guna
tempat dapat dimaksimalkan dengan menjadikan produk dapat dijangkau oleh
konsumen pada waktu yang tepat. Untuk mencapai hal tersebut, efektivitas, dan
efisiensi sangat dibutuhkan.
Contoh: kantin perusahaan hendaknya berada di bagian depan bangunan
perusahaan agar kantin mudah dijangkau oleh konsumen yang berasal dari
perusahaan itu sendiri maupun tamu perusahaan. Hal tersebut dilakukan untuk
meningkatkan nilai guna tempat dari kantin yaitu agar kantin tersedia di tempat
yang mudah dijangkau konsumen.
b. Form Utility (Nilai Guna Bentuk)
Nilai guna bentuk adalah nilai yang diciptakan oleh suatu bisnis dengan
menggabungkan bahan-bahan dan komponen-komponen tertentu untuk
menghasilkan suatu produk. Nilai guna bentuk merupakan nilai guna produk yang
berhubungan dengan bentuk produk yang dipasarkan 5 oleh produsen. Bentuk
yang dimaksud adalah bentuk yang lebih bermanfaat dari pada bentuk dari bahan
yang digunakan untuk membuat produk tersebut. Jadi, produk akan memiliki nilai
guna bentuk lebih tinggi jika ada perubahan bentuk dari bahan pembuat produk
tersebut. Penerapan konsep form utility ini dalam bidang pemasaran adalah
dengan meningkatkan daya jual (marketability) suatu produk melalui pengubahan
karakteristik-karakteristiknya: bentuk, ukuran, warna, fungsi, gaya (style).
Contoh: nilai guna bentuk sepotong roti itu lebih tinggi dari pada nilai guna
bentuk bahan pembuat roti seperti tepung, gula, dan telur.
c. Time Utility (Nilai Guna Waktu)
Nilai guna waktu adalah nilai guna produk yang berhubungan dengan bagaimana
produk dapat diakses oleh konsumen pada waktu produk tersebut dibutuhkan.
Contoh: baju tebal dipasarkan pada beberapa bulan sampai musim dingin
berakhir. Tujuannya adalah agar konsumen dapat membeli baju tebal pada waktu
baju tebal tersebut dibutuhkan. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan nilai guna
waktu dari produk tersebut.
d. Possession Utility (Nilai Guna Kepemilikan)
Nilai guna kepemilikan adalah nilai guna produk yang berhubungan dengan
perubahan kepemilikan produk dari satu orang ke orang lain. Nilai guna
kepemilikan terbentuk ketika seorang konsumen membeli suatu produk dari
produsen untuk memenuhi kebutuhannya. Dengan memiliki suatu barang,
seseorang bisa menggunakan secara bebas (memperoleh kontrol penuh) atas
barang itu. Possession utility memiliki arti yang sama dengan ownership utility.
Fungsi bisnis yang menciptakan possession utility dari suatu produk adalah fungsi
pemasaran. Contoh: nilai guna kepemilikan stetoskop bagi tenaga medis adalah
tinggi karena tenaga medis membutuhkan stetoskop dalam menjalankan
pekerjaannya.
C. Pendekatan Nilai Guna (Utility)
Terdapat 2 pendekatan dalam memaksimalkan nilai guna (utility) yaitu sebagai
berikut :
a. Pendekatan Kardinal (Cardinal Approach)
Pendekatan kardinal merupakan gabungan dari beberapa ahli ekonomi
aliran subjektif seperti Herman Heinrich Gossen (1854), William Stanley Jevons
(1871), dan Leon Wallras (1894). Pendekatan kardinal memberikan penilaian
subjektif akan pemuasan kebutuhan dari suatu barang. Artinya tinggi rendahnya
nilai guna suatu barang tergantung pada subjek yang memberikan penilaian. Jadi
suatu barang akan memberikan nilai guna yang tinggi bila barang dimaksud
memberikan daya guna yang tinggi bagi sang pemakai. Misalnya: Sebuah dayung
perahu akan memberikan daya guna yang tinggi bagi nelayan daripada bagi
pemain badminton. Sehingga nilai guna dayung lebih tinggi nilainya bagi nelayan
daripada bagi pemain badminton. Dalam pendekatan kardinal berlaku asumsi
sebagai berikut :
1. Daya guna diukur dalam satuan uang, yaitu jumlah uang yang bersedia
dibayar oleh konsumen dalam rangka menambah unit yang akan dikonsumsi.
2. Daya guna marginal dari uang tetap, yaitu bahwa nilai dari suatu uang dalam
satuannya adalah sama untuk setiap orang tanpa memandang statusnya.
3. Addivitas, yaitu bahwa nilai guna total adalah keseluruhan konsumsi dari
barang.
4. Daya guna bersifat independen, artinya daya guna suatu barang tidak
dipengaruhi oleh karena mengkonsumsi barang lain.
5. konsumsi suatu barang berdekatan dan dengan jumlah yang sama.
Dalam pendekatan kardinal dikenal konsep utilitas marjinal (marginal utility =
MU) dan utilitas total (total utility = TU) sebagai berikut :

1. Utilitas Marginal (Marginal Utility = MU)


Utilitas marginal adalah pertambahan atau pengurangan kepuasan yang
diperoleh seseorang sebagai akibat dari pertambahan atau pengurangan

mengkonsumsi satu unit barang tertentu untuk memenuhi kepuasannya.


Gambar 1.1 Kurva Marginal Utility (Sadono Sukirno, 2010)
2. Utilitas Total (Total Utility = TU)
Utilitas total adalah jumlah seluruh nilai guna (kepuasan) yang di peroleh

seseorang dari mengkonsumsi sejumlah barang tertentu.


Gambar 1.2 Kurva Kardinal Utility (Sadono Sukirno, 2010)

b. Pendekatan Ordinal (Ordinal Approach)


Dalam pendekatan ordinal bahwa besarnya nilai guna ordinal dapat diukur
atau dihitung dengan menggunakan pendekatan nilai relatif yaitu melalui order
atau rangking. Bila di dalam pendekatan kardinal kepuasan mengkonsumsi suatu
barang penilaiannya bersifat subjektif (tergantung pada siapa yang menilai), tentu
saja setiap orang memiliki penilaian yang berbeda. Maka dalam pendekatan
ordinal ini tingkat kepuasan dapat diurutkan dalam tingkatan-tingkatan tertentu,
misalnya rendah, sedang, tinggi. Dengan demikian, setiap kepuasan yang
diperoleh dapat teranalisis. Dalam menganalisis tingkat kepuasan masing-masing
individu dengan menggunakan pendekatan ordinal dapat menggunakankurva
indifference.

Gambar 1.3 Kurva Indifference (Sadono Sukirno, 2010)


Yang dimaksud kurva indifference adalah kurva yang menggambarkan
kombinasi 2 macam input untuk menghasilkan output yang sama (kepuasan).
Sedangkan yang dimaksud dengan kepuasan sama adalah bahwa sepanjang
kurva indifference yang pertama (KII) misalnya, tingkat kepuasan konsumen
adalah sama dimana saja (A, B, C, atau D), hanya yang membedakannya
bahwa anggaran untuk mencapai kepuasan di titik A tentu berbeda dengan di
titik C. Begitupun pada titik B, konsumen harus cukup puas bila ternyata ia
hanya mampu mencapai di titik B. Beberapa asumsi yang mendasari
pendekatan ordinal adalah sebagai berikut :
1. Rasionalitas, di mana konsumen akan berusaha meningkatkan
kepuasannya atau akan memilih tingkat kepuasan yang tertinggi yang bisa
dicapainya.
2. Konveksitas, yaitu bentuk kurva indifference cembung dari titik origin dari
sumbu absis dan ordinat.
3. Nilai guna tergantung pada jumlah barang yang dikonsumsi.
4. Transitivitas, yaitu konsumen akan menjatuhkan pada pilihan terbaik dari
beberapa pilihan.
5. Berdasarkan asumsi ke-4, maka kurva indifference tidak boleh
bersinggungan atau saling berpotongan.
Konsumen dalam memilih barang yang akan memaksimalkan tingkat
kepuasan ditunjukan dengan bantuan kurva indifference.

D. Hukum Nilai Guna (Utility) Kardinal


Hukum nilai guna yang semakin menurun dikenal dengan Hukum Gossen I,
dikemukaan oleh Herman Henrich Gossen (1818-1859), seorang ahli ekonomi dari
Jerman.Hipotesis teori nilai guna atau lebih dikenal sebagai hukum nilai guna
kardinal menurun (Law Diminishing Kardinal Benefit) : “Tambahan nilai guna yang
akan diperoleh seseorang dari mengkonsumsikan suatubarang akan menjadi semakin
sedikit apabila orang tersebut terus menerus menambah komsumsinya keatas barang
tersebut dan pada akhirnya tam-bahan nilai guna akan menjadi negatif”
Hipotesis tersebut menjelaskan bahwa pertambahan yang terus menerus dalam
mengonsumsi suatu barang, tidak secara terus menerus menambah kepuasan yang
dinikmati orang yang mengonsumsinya. Pada mulanya, setiap tambahan konsumsi
akan mempertinggi tingkat kepuasan orang tersebut, namun semakin lama, tingkat
kepuasan seseorang tersebut akan semakin menurun.
Pada akhirnya, tambahan nilai guna akan menjadi negatif yang artinya apabila
konsumsi atas barang tersebut ditambah satu unit lagi maka nilai guna total akan
menjadi semakin sedikit. Misalnya, apabila seseorang yang sedang merasa haus
memperoleh segelas air, maka ia memperoleh sejumlah kepuasan dan jumlah
kepuasan itu akan menjadi bertambah tinggi apabila ia dapat meminum segelas air
lagi. Kepuasan yang lebih tinggi akan diperolehnya apabila ia diberi kesempatan
untuk memperoleh gelas yang ke tiga. Pertambahan kepuasan ini tidak terus
berlangsung, misalnya pada gelas yang ke lima, ia merasa bahwa yang diminumnya
sudah cukup banyak dan sudah memuaskan dahaganya.
Gelas ke enam akan ia tolak karena dia merasa lebih puas meminum lima gelas
air dari pada enam gelas air. Artinya, pada gelas yang ke enam, tambahan nilai guna
adalah negatif. Nilai guna total dari meminum enam gelas air adalah lebih rendah dari
nilai guna yang diperoleh dari meminum lima gelas air. Hukum nilai guna marjinal
yang semakin menurun dapat dipahami lebih jelas dalam contoh secara angka dan
selanjutnya, contoh tersebut digambarkan dengan grafik.
E. Konsekuensi Hukum Nilai Guna (Utility) Kardinal
Konsep nilai guna telah dikembangkan oleh beberapa ahli, salah satunya adalah
Herman Heinrich Gossen. Gossen menjelaskan mengenai nilai guna total dan nilai
guna kardinal dalam hukum Gossen I.Nilai guna total adalah kepuasan total yang
dinikmati oleh konsumen ketika mengkonsumsi sejumlah barang tertentu secara
keseluruhan, sedangkan nilai guna kardinal adalah tambahan kepuasan yang
diperoleh dari setiap penambahan konsumsi barang tersebut.
Dalam nilai guna kardinal dikenal sebuah hukum yaitu Law of Diminishing
Kardinal Utility atau hukum penurunan nilai guna. Hukum tersebut menyatakan
bahwa individu akan mendapatkan nilai guna yang semakin sedikit dari suatu barang
apabila barang tersebut dikonsumsi terus menerus. Pada tahap awal konsumsi, nilai
guna yang diperoleh individu akan bertambah seiring dengan bertambahnya unit
konsumsi. Hal ini akan berlangsung hingga mencapai satu titik tertentu, titik ini dapat
dijelaskan sebagai tahap individu memperoleh kepuasan maksimal. Setelah melewati
titik tersebut, apabila individu tetap melanjutkan konsumsi atas barang yang sama,
maka nilai guna yang diperoleh justru semakin menurun.
Perubahan nilai guna kardinal suatu barang dapat dipengaruhi oleh perubahan cita
rasa dan perubahan pendapatan konsumen. Perubahan cita rasa konsumen dapat
terjadi dengan membandingkan barang yang biasa dikonsumsi dengan barang lain
akibat terjadi perubahan harga pada barang tersebut. Harga suatu barang yang
semakin naikmenyebabkan nilai guna marginalnya semakin rendah, sebaliknya harga
barang yang mengalami penurunan akan menyebabkan nilai guna marginalnya
semakin tinggi.
Teori nilai guna dapat menerangkan mengenai wujud kelebihan kepuasan yang
dinikmati oleh konsumen, atau disebut sebagai surplus konsumen. Surplus konsumen
menunjukkan adanya perbedaan antara kepuasan yang diperoleh dibandingkan
dengan pembayaran yang dilakukan untuk mendapatkan produk atau jasa tersebut,
dalam hal ini diasumsikan bahwa kepuasan yang diperoleh seseorang selalu lebih
besar. Surplus konsumen berkaitan dengan nilai guna kardinal yang semakin sedikit.
Misal 11 pada barang ke-n yang dibeli, nilai guna marginalnya sama dengan harga.
Dengan demikian, karena nilai guna kardinal barang ke-n lebih rendah dari barang
sebelumnya, maka nilai guna kardinal barang sebelumnya lebih tinggi dari harga
barang tersebut, dan perbedaan harga yang terjadi merupakan surplus konsumen.
Penggambaran tentang cardinal utility dan law diminshing cardinal utility adalah
ketika seseorang sedang lapar maka iya akan makan, setiap nasi yang ia makan akan
memiliki nilai kepuasan namun bila porsinya ditambah terus menerus pada suatu saat
akan kenyang disini disebut dengan titik kepuasaan maksimal. Namun bila sudah
mencapai kepuasaan maksimal dan terus ditambah maka akan menurunkan nilai
kepuasannya, sama seperti bila sudah kenyang namun porsi makanan terus ditambah
maka pada suatu saat akan muntah.
Gambar 1.4. Kurva law diminshing cardinal utility

Terlihat pada kurva 1.4 bahwa konsumsi suatu barang secara kontinyu akan
mencapai suatu titik yang disebut dengan titik kepuasaan puncak atau titik jenuh . dan
konsumsi yang dilakukan setelah mencapai titik puncak akan menurunkan tingkat
kepuasan dari barang tersebut secara total.

Gambar 1.5 Kurva nilai guna suatu barang

Gambar 1.5 menggambarkan tentang nilai guna suatu barang. Jumlah barang
yang terus ditambahkan akan menurunkan tingkat nilai guna dari barang tersebut.
Jika nilai guna menurun, maka solusinya adalah melakukan inovasi. Inovasi
digunakan produsen untuk mencegah konsumen beralih ke produk pesaing. Dengan
kata lain, inovasi dilakukan sebagai upaya untuk mempertahankan konsumen.
Inovasi dilihat sebagai generator penciptaan dan perbaikan atau modifikasi nilai
guna. Ketika nilai guna sudah berada pada titik maksimal dan akan turun, maka
diperlukan sebuah inovasi untuk membuat nilai guna kembali naik. Inovasi adalah
pengenalan cara baru dalam mengubah input menjadi output sehingga menghasilkan
perubahan besar dalam perbandingan antara nilai guna yang dipersepsikan oleh
konsumen atas manfaat produk (barang atau jasa) dan harga (nilai moneter) yang
ditetapkan produsen untuk dikenakan kepada konsumen dan/atau pengguna. Setiap
usaha bisnis atau usaha pelayanan publik hendaknya berinovasi untuk menciptakan
nilai guna yang lebih tinggi atas produk yang dihasilkannya bagi konsumen atau
pengguna atau pasar yang ditargetkan. Inovasi ini harus melihat dari kacamata
konsumen, bukan dari kacamata produsen semata.
Bentuk inovasi seperti inovasi produk yang dapat mencakup perubahan dalam
bungkus produk, ukuran produk atau model produk termasuk warna 13 produk,
inovasi proses dalam bentuk proses produksi menjadi lebih efisien, inovasi sistem
distribusi seperti membuat saluran distribusi lebih sederhana, dan inovasi manajemen
seperti membuat organisasi lebih fleksibel. Apapun jenis inovasi yang dilakukan,
pada akhirnya konsumen yang menentukan keputusan membeli atau tidak membeli
produk yang ditawarkan kepadanya. Karenanya, menjadi penting untuk
memperhatikan prinsip inovasi, yaitu bahwa konsumen menjadi pusat dari proses
penciptaan nilai dalam inovasi.
Pembuatan atau penciptaan produk baru harus mempertimbangkan masukan
dari konsumen. Karenanya, konsumen harus dilibatkan dari awal proses inovasi atau
penciptaan nilai. Aspek personal atau pengalaman personal konsumen dalam inovasi
menjadi penting. Hal ini berlaku pula untuk produkproduk kerajinan dan seni.
Bagaimana menciptakan produk-produk kerajinan dan seni yang diminati oleh
konsumen, tentunya dengan tetap mempertahankan kreativitas dan idealisme atau
cita-cita luhur pencipta produk itu sendiri. Prinsip inovasi mempunyai pengaruh pada
bagaimana proses penciptaan nilai dilakukan yaitu prosesnya harus bersifat ko-kreatif
(value cocreation), antara produsen dan konsumen atau calon konsumen.
Nilai guna menurut persepsi konsumen, sangat dipengaruhi oleh pengalaman
konsumen dalam ikut menciptakan nilai dan dalam menggunakan produk
dibandingkan dengan harga produk (konsumen memperoleh surplus konsumen).
Semakin tinggi nilai guna dibandingkan dengan harganya (konsumen mengalami
surplus konsumen), semakin besar kemungkinan konsumen membeli produk. Dan
semakin menarik bagi produsen untuk terus melakukan aktivitas produksi atau
aktivitas penciptaan nilainya (yang mengikutsertakan konsumen). Ini akan berdampak
pada peningkatan nilai tambah bisnis perusahaan. Keuntungan atau surplus yang
diperoleh produsen adalah pertama-tama hasil dari usahanya dalam memenuhi
kebutuhan konsumen, dalam memenuhi atau menciptakan nilai yang baik bagi
konsumen dan menurut persepsi konsumen yang sudah dilebur dalam proses
penciptaan nilai bersama dengan produsen. Suatu proses yang indah, adanya
lingkaran saling ketergantungan yang membawa manfaat bagi banyak pihak.
Ada dua kondisi ekonomi yang diperlukan agar kegiatan penciptaan nilai
bertahan. Pertama, harga yang dikenakan harus melebihi biaya produksi (uang,
waktu, biaya, kesenangan) yang dialami produsen dalam menciptakan nilai tersebut,
paling tidak pada suatu waktu tertentu ketika proses pertukaran terjadi. Kedua, harga
yang konsumen ingin bayar merupakan fungsi dari selisih kinerja antara nilai guna
yang baru dari produk baru atau dari produk lama yang sudah mengalami re-touch
dan alternatif produk terdekat yang konsumen miliki (produk-produk yang sudah
ada). Karenanya, produsen sangat penting dan perlu untuk mengikutsertakan
konsumen dalam proses penciptaan nilai. Kondisi pertama dan kedua di atas akan
berjalan dengan baik pada saat produsen berfokus pada proses penciptaan nilai yang
melibatkan konsumen (value co-creation). Tanpa adanya keuntungan/marjin positif
yang produsen alami dan tanpa adanya kelebihan nilai guna dibanding harga (surplus
konsumen) yang konsumen/pengguna alami maka dalam jangka panjang, baik
konsumen/pengguna maupun produsen tidak ingin mengulangi keterlibatan mereka
dalam kegiatan-kegiatan penciptaan nilai tersebut. Produsen harus memfokuskan
proses penciptaan nilai dengan melibatkan konsumen atau calon konsumen (value
cocreation).
F. Pemaksimuman Nilai Guna (Utility)
Setiap orang akan berusaha untuk memaksimumkan nilai guna dari barang
yang dikonsumsinya. Tidak sukar untuk menentukan pada tingkat mana nilai guna
dari menikmati barang itu akan mencapai tingkat yang maksimum apabila yang
dikonsumsinya hanya satu barang saja. Bila barang yang digunakan adalah berbagai
jenis, cara untuk menentukan corak konsumsi barang yang akan menciptaka nilai
guna yang maksimum menjadi lebih rumit. Kerumitan diakibatkan adanya perbedaan
harga dari masing-masing barang.
Syarat pemaksimuman nilai guna adalah bahwa setiap rupiah yang
dikeluarkan untuk membeli unit tambahan dari berbagai jenis barang harus
memberikan nilai guna yang sama besarnya (Sukirno, 1997). Misalkan, seseorang
melakukan pembelian dan konsumsi atas dua macam barang, yaitu : makanan dan
pakaian yang harganya berturut-turut adalah 5.000 rupiah dan 50.000 rupiah.
Misalkan tambahan satu unit makanan akan memberikan nilai guna kardinal
sebanyak 5, dan tambahan satu unit pakaian mempunyai tambahan nilai guna kardinal
sebanyak 50. Andaikata orang tersebut memiliki uang 50.000 rupiah, dengan uang
tersebut, ia dapat membeli 10 unit tambahan makanan, maka jumlah nilai guna
marginalnya adalah 10 x 5 = 50
Bila uang itu digunakan untuk membeli pakaian, yang diperolehnya hanya
satu unit dan nilai guna kardinal dari satu unit tambahan pakaian ini adalah 50.
Seseorang akan memaksimumkan nilai guna dari barang yang dikonsumsinya apabila
perbandingan nilai guna kardinal berbagai barang tersebut adalah sama dengan

perbandingan harga barang tersebut. Syarat pemaksimuman nilai guna dinyatakan


dalam rumus sebagai berikut:
Dalam persamaan diatas, MU adalah nilai guna kardinal dan PA, PB, serta
PC adalah harga barang A, barang B, dan barang C. MU barang A = P barang A ,dll ,
artinya kepuasan tertinggi yang dicapai seseorang bila ia mengkonsumsi barang A
dengan harga tersebut (PA) adalah apabila nilai guna marjinalnya sama dengan harga
yang dibayarkan untuk barang A.
G. Cara Pengukuran Nilai Guna (Utility)
1. Cara Pengukuran Nilai Guna Kardinal
Dalam pendekatan marginal dianggap manfaat atau kenikmatan yang
diperoleh seorang konsumen dapat dinyatakan secara kuantitatif. Pendekatan ini
bertitik tolak pada anggapan bahwa kepuasan konsumen dapat diukur dengan
angka. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pendekatan ini:
a. Nilai Guna Total / Total Utility (TU)
Nilai kepuasan secara keseluruhan yang diperoleh konsumen dalam
mengkonsumsi barang / jasa. Contohnya: Saat mengkonsumsi 5 unit diperoleh
kepuasan total (TU) 30
b. Nilai Guna Marginal / Marginal Utility (MU)
Tambahan kepuasan yang diperoleh konsumen dari setiap unit tambahan
barang yang dikonsumsi. Contohnya: Saat mengkonsumsi 4 unit diperoleh TU
28, sedang saat mengkonsumsi 5 unit diperoleh TU 30, jadi besarnya marginal
utility:

c. Nilai Guna Marginal Yang Semakin Menurun (Diminishing Marginal Utility)


Nilai guna marginal (MU) yang diperoleh konsumen untuk setiap tambahan
konsumsi pada mulanya meningkat tetapi sampai pada titik tertentu akan
mengalami penurunan. Contoh perhitungan dengan Pendekatan Kardinal

adalah sebagai berikut:


Tabel 1.1 Perhitungan dengan Pendekatan Kardinal
Keterangan:
1. Pada awalnya TU terus bertambah dari 50, 90, 100 dan mencapai titik
maksimum 100, bila diteruskan (minum gelas ke 5) TU akan turun
(menjadi 80)
2. Kepuasan maksimum (titik kepuasan maksimum) terjadi pada saat tingkat
TU sama dengan tingkat TU sebelumnya dan MU sama dengan nol ( pada
gelas ke-4)
3. Setelah mencapai kepuasan maksimum TU akan mengalami penurunan
(pada gelas ke 5)
4. MU turun terus dari 50, 40, 10, 0, -20 (berlakunya Law of Diminishing
Marginal Utility)
2. Cara Pengukuran Nilai Guna Ordinal
Dalam pendekatan ordinal, manfaat yang diperoleh masyarakat dari
mengkonsumsikan barang-barang tidak di kuantitatif. Pendekatan ordinal
dilakukan dengan menggunakan analisis kurva indiferensi. Kurva Indiferensi
yaitu kurva yang menunjukkan berbagai titik-titik kombinasi dua barang yang
memberikan kepuasan yang sama.
Pendekatan ordinal menganggap bahwa utilitas suatu barang tidak perlu
diukur, cukup untuk diketahui dan konsumen mampu membuat urutan tinggi
rendahnya utilitas yang di peroleh dari mengonsumsi sejumlah barang atau jasa.
Selanjutnya konsumsi dipandang sebagai upaya optimalisasi dalam konsumsinya.
Pendekatan ordinal dapat dianalisis dengan menggunakan kurva indiferen
(indifference curve) dan garis anggaran (budget line).
A. Kurva Indiferen (Indeference Curve)
Kurva indiferen adalah kurva yang menunjukkan kombinasi dua macam
barang konsumsi yang memberikan tingkat utilitas yang sama Seorang
konsumen membeli sejumlah barang, misalnya, makanan dan pakaian dan
berusaha mengombinasikan dua kebutuhan yang menghasilkan utilitas yang

sama, digambarkan dalam Tabel 2.2 Contoh pengukuran dengan pendekatan


ordinal, yaitu:
Tabel 1.2 Contoh Pengukuran dengan Pendekatan Ordinal
Apabila konsumen menyatakan bahwa :
a. A > B, berarti makan 4 kali sehari dengan membeli pakaian 2 kali setahun
lebih berdaya guna dan memuaskan konsumen daripada makan 3 kali
sehari dan membeli pakaian 4 kali setahun.
b. A < B, berarti makan 3 kali sehari dengan membeli pakaian 4 kali setahun
lebih berdaya guna dan memuaskan konsumen daripada makan 4 kali
sehari dengan membeli pakaian 2 kali setahun.
c. A = B, berarti makan 4 kali sehari dengan membeli pakaian 2 kali setahun
dan makan 3 kali sehari dengan membeli pakaian 4 kali setahun
memberikan utilitas yang sama kepada konsumen.

Contoh situasi tersebut dapat digambarkan dalam kurva berikut:


Gambar 1.6 Kurva Kombinasi 2 Jenis Barang Konsumsi
Dari gambar 1.6, terlihat bahwa dengan memperoleh lebih banyak barang
yang satu akan menyebabkan kehilangan sebagian barang yang lain.
Kombinasi makanan dan pakaian yangmemberikan utilitas sama digambarkan
sebagai kurva indiferen. Ciri-ciri kurva indiferen adalah sebagai berikut :
a. Turun dari kiri atas ke kanan bawah, hal ini berakibat pada terjadinya
keadaan yang saling meniadakan (trade-off), yaitu : jika konsumen ingin
menambah konsumsi atas satu barang, ia harus mengurangi konsumsi atas
barang lainnya.
b. Cembung ke arah titik asal (angka 0), yang menunjukkan jika konsumen
menambah konsumsi satu unit barang, jumlah barang lain yang
dikorbankan semakin kecil. Dalam analisis ilmu ekonomi hal ini sering
disebut sebagai tingkat substitusi marginal (marginal rate of substitution
atau MRS), yaitu tingkat ketika barang X bisa disubstitusikan dengan

barang Ydengan tingkat utilitas yang tetap. Secara matematis dapat di


tuliskan dengan persamaan :
c. Kurva indiferen tidak saling berpotongan
d. Jika kombinasi barang yang dikonsumsi memiliki kualitas yang semakin
banyak, maka akan memberikan utilitas yang semakin tinggi yang
ditunjukan oleh kurva indiferen yang semakin menjauhi titik 0.
B. Garis Anggaran (Budget Line)

Adanya keterbatasan pada pendapatan akan membatasi pengeluaran


konsumen untuk mengonsumsi sejumlah barang. Hal ini digambarkan dalam
garis anggaran (budget line), yaitu garis yang menunjukkan berbagai
kombinasi dari dua macam barang yang berbeda oleh konsumen dengan
pendapatan yang sama. Persamaan garis anggaran adalah:
Dimana :
I = Pendapatan konsumen
P = Harga barang atau jasa yang dikonsumsi
X,Y = Jenis Barang X dan Y

Misalnya seorang konsumen mengonsumsi barang X dan Y, harga barang X


(Px) dan harga barang Y (Py) adalah Rp1.000,00 dan pendapatan konsumen
(I) pada saat itu adalah Rp10.000,00 dan semuanya dibelanjakan untuk barang

X dan Y. dapat di gambarkan pada gambar 2.7 ini:


Gambar 1.7 Kurva Budget Line

Jika konsumen membelanjakan semua pendapatannya untuk barang Y,


dia dapat membeli sebanyak 10 unit barang X 10000., hal tersebut ditunjukkan
oleh titik A. Sebaliknya 10=1000, jika konsumen membelanjakan semua
pendapatannya untuk barang 10000.X, dia dapat membeli sebanyak 0 unit
barang Y, 10=1000 ditunjukkan oleh titik B. Menghubungkan titik A dan B
dengan suatu garis lurus dapat diperoleh garis anggaran AB yang
memperlihatkan kombinasi yang berbeda dari dua jenis barang yang dapat
dibeli konsumen dengan tingkat pendapatan yang terbatas.
Selanjutnya untuk mengetahui pada saat kapan konsumen optimalisasi
dalam mengonsumsi secara optimal, yaitu pada saat kurva indiferen (IC2)
bersinggungan dengan garis anggaran (AB), terjadi di titik (E). Adapun kurva
indiferen (IC1) dan kurva indiferen (IC3) merupakan kurva yang tidak
diharapkan oleh konsumen, karena kurva-kurva tersebut tidak menunjukkan
keseimbangan barang dan jasa yang dikonsumsi.

Kesimpulan:

Diambil dari contoh kecil yaitu untuk perusahaan kecil contohnya, asuransi menigkatkan
semngat bersaing, karena tanpa peruhaan asuransi perusahaan kecil pastinya akan menghadapi
suatu persaingan yang kurang efektif terhadap perusahaan perusahaan yang lebih besar sekala
nya.
Perusahaan besar dengan sangat aman mengatasi berbagai masalah-masalah dan beberapa
resiko. Tanpa asuransi perusahaan kecilpun akan menanggung beberapa resiko dan akan kurang
menarik untuk menanamkan modal perusahaan juga akan mengurangi gairah untuk mencari
karyawan karyawan yang berkualitas atau yang di butuhkan.

Kemudian untuk induvidu asuransi mempunyai peran penting juga untuk melindung
pendapat dari berbagai resiko yang di dapat, dan jika seseorang menabung dapat melindungi
uang mereka yang akan dicapai untuk masa depan seseorang itu sendiri, melindungi masa depan
kekeluarga seseorang dari misalnya kematian, kecelakaan, dll.

Anda mungkin juga menyukai