Anda di halaman 1dari 6

1.

Penghindaran Risiko (Risk Avoidance) Metode risk avoidance berupaya untuk


meminimalisasikan risiko yang dapat menimbulkan ancaman dengan cara menghindar,
dengan cara mi gasi melalui kebijakan contohnya dengan melakukan sesuai prosedur, dan
melakukan pela han

2. Pencegahan Kerugian adalah serangkaian ndakan dan strategi yang diambil untuk
mencegah atau mengurangi kemungkinan kerugian yang dapat mbul akibat risiko. Yaitu
Pencegahan kerugian melibatkan iden fikasi risiko potensial, analisis risiko, dan
implementasi ndakan pencegahan untuk mengurangi dampak nega f yang dapat
di mbulkan oleh risiko tersebut. Pencegahan kerugian dapat mencakup melindungi aset
fisik, menerapkan kebijakan dan prosedur keamanan, mengawasi ak vitas karyawan, dan
melibatkan pela han dan edukasi untuk meningkatkan kesadaran akan potensi risiko.

3. Pengurangan Kerugian (Loss Reduc on) Pengurangan Kerugian adalah strategi untuk
mengurangi dampak kerugian yang dapat mbul akibat dari risiko yang ada. Tujuannya
adalah untuk meminimalkan kerugian finansial, operasional, atau reputasi yang dapat
terjadi akibat risiko tersebut. Pengurangan kerugian melibatkan ndakan konkret untuk
mengurangi kemungkinan terjadinya risiko atau mengurangi dampak nega fnya jika risiko
terjadi. Strategi pengurangan kerugian dapat mencakup implementasi sistem keamanan
yang lebih baik, penerapan prosedur kegiatan yang aman, persiapan dan pelaksanaan
pemulihan bencana, dan pemilihan asuransi yang tepat.

4. Pemisahan (Separa on) Pemisahan adalah strategi untuk memisahkan aset, tanggung
jawab, atau kegiatan tertentu sebagai langkah untuk mengurangi risiko. Pemisahan
melibatkan pengelompokan atau pemisahan yang tepat dari berbagai aset atau ak vitas
sehingga jika salah satu terkena risiko atau mengalami kerugian, yang lain tetap
terlindungi. Ini dapat berlaku untuk pemisahan fisik atau organisasional. Contoh
pemisahan fisik adalah memisahkan data pribadi dan data bisnis untuk mengurangi risiko
pelanggaran privasi. Contoh pemisahan organisasional adalah memisahkan fungsi audit
dari fungsi operasional untuk mencegah konflik kepen ngan

5. Duplikasi adalah langkah-langkah yang diambil untuk menggandakan proses, sistem, atau
infrastruktur tertentu sebagai langkah pencegahan jika satu bagian mengalami kegagalan
atau kerusakan. Duplikasi bertujuan untuk meningkatkan keandalan dan ketahanan sistem
serta mengurangi dampak kerugian yang dapat mbul ke ka satu bagian mengalami
masalah. Contoh dari duplikasi adalah membuat cadangan data atau backup untuk
mencegah kehilangan data jika terjadi kegagalan sistem atau bencana alam

6. Diversifikasi adalah ndakan untuk menyebarkan risiko dengan memilih dan mengelola
berbagai jenis aset atau investasi. Hal ini dilakukan dengan tujuan mengurangi risiko yang
terkait dengan ketergantungan pada satu jenis aset atau investasi yang dapat mengalami
fluktuasi nilai atau kerugian. Diversifikasi dapat dilakukan dengan memilih portofolio
investasi yang beragam, seper saham, obligasi, real estat, dan mata uang asing.
Diversifikasi juga dapat dilakukan dengan mengembangkan produk atau layanan baru,
memasuki pasar baru, atau melibatkan berbagai jenis pelanggan.

Semua konsep ini memiliki peran pen ng dalam manajemen risiko dan membantu dalam
membantu organisasi mengiden fikasi, mengelola, dan mengurangi risiko yang ada serta
menjaga keberlanjutan dan kesinambungan operasional.

Eliminasi adalah salah satu teknik pengendalian risiko yang bertujuan untuk
menghilangkan sumber bahaya sepenuhnya. Teknik ini dilakukan dengan cara meniadakan
faktor risiko atau mengurangi paparan terhadap faktor risiko sehingga sumber bahaya
dak ada lagi. Contohnya dalam industri kimia, penggunaan bahan kimia berbahaya dapat
dieliminasi dengan menggan bahan kimia berbahaya dengan bahan alterna f yang lebih
aman.

Subs tusi adalah teknik pengendalian risiko yang dilakukan dengan menggan faktor
risiko dengan alterna f yang lebih aman atau kurang berbahaya. Contohnya adalah
menggan bahan kimia berbahaya dengan bahan yang lebih aman atau menggan
metode kerja yang berisiko nggi dengan metode kerja yang lebih aman.

Kontrol merupakan upaya untuk mengendalikan risiko sehingga dampak dari bahaya atau
risiko tersebut dapat diminimalkan atau dihilangkan. Pengendalian risiko dapat dilakukan
dengan menggunakan berbagai metode seper perencanaan yang matang, pela han
karyawan, dan penggunaan peralatan keselamatan yang sesuai.
Kontrol Administra f adalah pengendalian risiko yang dilakukan melalui penyesuaian
kebijakan, prosedur, pela han, dan pengawasan terhadap pekerjaan. Hal ini bertujuan
untuk mengatur perilaku dan ndakan manusia sehingga risiko dapat diminimalkan.
Contoh pengendalian administra f termasuk pengaturan waktu kerja, rotasi pekerjaan,
pela han keselamatan, dan penegakan peraturan keselamatan.

Personal Protec ve Equipment (PPE), atau dalam Bahasa Indonesia disebut Alat Pelindung
Diri (APD), merupakan serangkaian peralatan yang dirancang untuk melindungi tubuh
penggunanya dari cedera atau infeksi. PPE melipu pakaian pelindung, helm, pelindung
mata, sarung tangan, sepatu keselamatan, alat pernapasan, dan pelindung tubuh lainnya.
Tujuan PPE adalah untuk mengurangi paparan terhadap bahaya fisik, kimia, termal,
biologis, dan bahan par kulat di tempat kerja. Namun, perlu diingat bahwa PPE bukanlah
metode pengendalian risiko yang paling efek f, karena dak menghilangkan sumber
bahaya pada sumbernya. PPE seharusnya digunakan sebagai langkah terakhir setelah
pengendalian risiko lainnya dak memungkinkan atau dak efek f.

Langkah 1 - Bangun konsultasi dan komunikasi yang efektif Tempat kerja yang
aman lebih mudah dicapai ketika pemberi kerja dan karyawan saling berbicara
tentang potensi masalah dan bekerja sama untuk mencari solusi. Konsultasi adalah
pertukaran informasi dan ide dua arah antara pemberi kerja dan karyawan. Ini
adalah elemen penting dalam identifikasi bahaya dan pengendalian risiko yang
efektif. Konsultasi harus melibatkan:
A. Berbagi informasi tentang kesehatan dan keselamatan
B. Memberi karyawan kesempatan yang wajar untuk mengekspresikan pandangan
mereka
C. Mempertimbangkan pandangan tersebut.
D. Konsultasi karyawan dapat dilakukan dengan berbagai cara, termasuk dengan
membentuk komite atau dengan mengadakan rapat rutin. Misalnya,
pembicaraan kotak alat mungkin cocok. Jika karyawan telah memilih
perwakilan kesehatan dan keselamatan yang harus dilibatkan dalam konsultasi.
Langkah 2 - Mengalokasikan tanggung jawab Seorang manajer senior,
karyawan atau seseorang yang memiliki manajemen dan kendali tempat kerja
harus diberi tanggung jawab untuk mengelola persiapan dan implementasi
rencana pengendalian risiko. Untuk mempersiapkan rencana tersebut, beberapa
hal yang dibutuhkan adalah:
A. dukungan administratif
B. nasihat ahli
C. informasi dan akses ke tempat kerja
D. pelatihan

Langkah 3 - Tentukan pengaturan kerja Sebuah rencana pengendalian risiko


dapat disiapkan untuk sejumlah area kerja. Hal ini membantu untuk membentuk
tim untuk mempersiapkan bagian yang berbeda dari rencana pengendalian
risiko. Misalnya, setiap area kerja dapat membentuk tim untuk menyiapkan
bagian mereka dari rencana pengendalian risiko. Komite bisa menjadi
kelompok yang menyatukan bagian-bagian yang berbeda menjadi satu rencana
keseluruhan. Menentukan bidang prioritas dengan menilai:
a. jenis bahaya yang terlibat
b. jumlah dan jenis insiden/cedera yang dilaporkan di setiap area
c. jumlah orang yang terlibat
d. tingkat risiko
Langkah 4 - Identifikasi bahaya Bahaya adalah sesuatu yang berpotensi
menyebabkan cedera, sakit, atau penyakit. Bahaya di tempat kerja dapat muncul
dari sejumlah sumber termasuk:
a. desain tempat kerja yang buruk
b. tugas berbahaya dilakukan di tempat kerja
c. Pabrik yang dirancang dengan buruk diperkenalkan ke tempat kerja
d. pemasangan, penggunaan, inspeksi, pemeliharaan, servis, perbaikan atau
perubahan instalasi yang salah di tempat kerja
Langkah 5 - Menilai risiko Setelah membuat daftar kemungkinan bahaya,
perusahaan harus menilai risikonya. Ini berarti mencari tahu bagaimana setiap
bahaya dapat menyebabkan kerusakan dan keseriusannya. Ini membantu untuk
memutuskan cara terbaik untuk mengendalikan setiap bahaya dan bahaya mana
yang membutuhkan perhatian paling mendesak. Untuk menilai suatu risiko,
perusahaan harus memeriksa faktor-faktor yang mempengaruhi risiko tersebut
antara lain:
a. jumlah orang yang terpapar risiko
b. berbagai jenis orang yang terpapar dan kebutuhan khusus mereka
(misalnya pekerja baru, kontraktor, anggota masyarakat, pekerja
penyandang cacat)
c. bagaimana mereka dihadapkan pada risiko
d. seberapa sering dan berapa lama mereka terpapar
e. kombinasi bahaya yang mereka hadapi
f. seberapa serius kerugiannya

Langkah 6 - Kendalikan risiko Setelah mengidentifikasi bahaya serta menilai


dan memprioritaskan risikonya, perusahaan harus mulai menerapkan tindakan
pengendalian risiko yang sesuai. Berdasarkan hukum, diharuskan untuk
menghilangkan risiko, atau jika itu tidak dapat dilakukan secara wajar,
mengurangi risiko sejauh dapat dilakukan secara wajar. Jika tindakan
pengendalian saat ini tidak memadai atau terus ada risiko dari bahaya tertentu,
hierarki pengendalian risiko dapat digunakan untuk menemukan solusi terbaik
untuk mengendalikan risiko. Pengendalian risiko harus ditinjau secara berkala
untuk memastikan bahwa pengendalian tersebut telah diterapkan dengan benar
dan untuk memantau keefektifannya. Perusahaan perlu meninjau dan, jika
perlu, merevisi pengendalian risiko setiap kali ada perubahan di tempat kerja
yang dapat memengaruhi kesehatan dan keselamatan (misalnya, perubahan
pada cara pekerjaan dilakukan atau pada peralatan yang digunakan dan saat
tindakan pengendalian tidak lagi memadai. mengontrol risikonya). Semua
karyawan harus diberi tahu tentang setiap perubahan pada praktik kerja yang
merupakan hasil dari penerapan kontrol baru dalam rencana pengendalian
risiko.

Anda mungkin juga menyukai