Anda di halaman 1dari 7

Dalam langkah-langkah manajemen risiko, terdapat beberapa perbedaan istilah atau kategori

sesuai pedoman perencanaan manajemen risiko pada masing-masing sumber. Perbedaan tersebut
akan dijabarkan pada tabel di bawah ini:

Begitu pula dengan risk responses terdapat sedikit perbedaan dalam istilah langkah yang
digunakan, sebagian ada yang membagi respons tersebut terhadap adanya ancaman (T) dan
peluang (O) namun ada yang melakukan respons risiko terhadap ancaman yang ada seperti ISO
21500.

Evaluasi Risiko
Evaluasi risiko adalah proses membandingkan antara hasil analisis risiko dengan kriteria risiko
untuk menentukan apakah risiko dapat diterima atau ditoleransi. Tujuan evaluasi risiko adalah
untuk membantu dalam membuat keputusan, berdasarkan hasil analisis risiko, berkaitan dengan
risiko yang memerlukan prioritas penanganannya.

Evaluasi risiko menggunakan perbandingan tingkat risiko yang ditemukan selama prosedur
analisis dengan kriteria risiko yang dibuat ketika konteksnya ditetapkan. Berdasarkan
perbandingan ini, penanganan perlu dipertimbangkan. Keputusan harus mempertimbangkan
konteks yang lebih luas dari risiko dan mencakup pertimbangan toleransi risiko yang ditanggung
oleh pihak lain selain manfaat risiko bagi organisasi. Keputusan harus dibuat sesuai dengan
persyaratan hukum, peraturan dan lainnya. Dalam beberapa situasi, evaluasi risiko dapat
menyebabkan keputusan untuk melakukan Analisa lebih lanjut. Evaluasi risiko juga dapat
menyebabkan keputusan untuk tidak memperlakukan risiko dengan cara lain selain
mempertahankan pengendalian yang ada. Keputusan ini akan dipengaruhi oleh karakteristik
risiko organisasi dan kriteria risiko yang telah ditetapkan. Jika diputuskan dalam evaluasi risiko
bahwa risiko harus diterima tanpa modifikasi, maka akan sesuai untuk mencatat keputusan
sehingga dapat ditinjau secara berkelanjutan.

Tujuan evaluasi risiko adalah untuk memutuskan apakah suatu risiko dapat diterima atau tidak
dapat diterima oleh organisasi dalam kaitannya dengan tujuannya. Hal ini melibatkan
perbandingan tingkat risiko yang ditemukan selama proses analisis dengan kriteria risiko yang
ditetapkan sebelumnya. Berdasarkan perbandingan ini, pengendalian (risk treatment) harus
dipertimbangkan. Keputusan harus mempertimbangkan konteks risiko yang lebih luas dan
mencakup pertimbangan risiko yang ditanggung pihak lain. Ini termasuk persyaratan hukum,
peraturan, dan lainnya. Jika berlaku, konsekuensi positif dan negatif harus dipertimbangkan
dalam evaluasi risiko. Dalam situasi seperti itu, evaluasi harus dilakukan berdasarkan kriteria
risiko dengan tujuan untuk mencapai tujuan proyek.

Adapun tahap pelaksanaan evaluasi risiko sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal 17
Permenkes No. 25 Tahun 2019 tentang Penerapan Manajemen Risiko Terintegrasi Di
Lingakungan Kementerian Kesehatan meliputi kegiatan:
a. Menetapkan hal yang menjadi pertimbangan dalam melakukan evaluasi risiko; dan
b. Melakukan evaluasi risiko secara berkala
Hal yang menjadi pertimbangan dalam melakukan evaluasi risiko meliputi:
a. Risiko yang perlu mendapatkan penanganan;
b. Prioritas penanganan risiko; dan
c. Besarnya dampak penanganan risiko

Pengendalian Risiko
Menurut PMI PMBOK, setelah melakukan analisis risiko secara kuantitatif dan kualitatif serta
evaluasi risiko, maka langkah selanjutnya dalam manajemen risiko adalah plan risk responses
(rencana respon risiko) yaitu suatu proses mengembangkan opsi dan tindakan untuk
meningkatkan peluang dan mengurangi ancaman terhadap tujuan proyek. Manfaat utama dari
proses ini adalah mengatasi risiko berdasarkan prioritasnya, memasukkan sumber daya dan
aktivitas ke dalam anggaran, jadwal dan rencana manajemen proyek sesuai kebutuhan.

Dalam proses plan risk responses, beberapa dokumen proyek diperbaharui sesuai kebutuhan,
misalnya, ketika respons risiko yang tepat dipilih dan disetujui, mereka dimasukkan dalam daftar
risiko. Daftar risiko harus ditulis dengan tingkat rincian yang sesuai dengan peringkat prioritas
dan respons yang direncanakan. Seringkali risiko tinggi dan sedang dibahas secara rinci. Risiko
yang dinilai sebagai prioritas rendah dimasukkan dalam daftar pantauan untuk pemantauan
berkala. Strategi untuk risiko negative atau tiga strategi ancaman, yang biasanya menangani
ancaman atau risiko yang mungkin berdampak negatif pada tujuan proyek jika terjadi, adalah:
menghindari, mentransfer, dan mitigasi. Strategi keempat adalah menerima, dapat digunakan
untuk risiko negative atau ancaman sebagaimana risiko positif atau peluang. Setiap strategi
respons risiko memiliki beragam dan keunikan pengaruh dalam kondisi risiko. Strategi ini harus
dipilih agar sesuai dengan kemungkinan dan dampak risiko pada keseluruhan objek masalah.
Pencegahan dan strategi mitigasi biasanya merupakan strategi yang baik untuk risiko kritis
dengan dampak tinggi, sementara pengungsian (pemindahan) dan penerimaan adalah strategi
yang baik untuk ancaman yang minimal berdampak kritis dan dengan dampak yang rendah
secara keseluruhan. Strategi untuk risiko positif atau peluang dengan tiga dari empat respons
disarankan untuk menangani risiko dengan potensi dampak positif pada tujuan proyek:
pemanfaatan, berbagi dan meningkatkan. Strategi keempat adalah penerimaan, dapat digunakan
untuk risiko atau ancaman negative serta risiko atau peluang positif.
Pengendalian risiko merupakan langkah penting dan menentukan dalam keseluruhan manajemen
risiko. Pengendalian risiko berperan dalam meminimalisir/mengurangi tingkat risiko yang ada
sampai tingkat terendaha atau sampai tingkatan yang dapat ditolerir. Cara pengendalian risiko
dilakukan melalui:
a. Eliminasi: pengendalian ini dilakukan dengan cara menghilangkan sumber bahaya
(hazard). Eliminasi dapat dicapai dengan memindahkan objek kerja atau sistem kerja
yang berhubungan dengan tempat kerja yang kehadirannya pada batas yang tidak dapat
diterima oleh ketentuan, peraturan atau standar baku K3 atau kadarnya melampaui Nilai
Ambang Batas (NAB) diperkenankan. Eliminasi adalah cara pengendalian risiko yang
paling baik, karena risiko terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat
dikendalikan atau ditiadakan.
b. Substitusi: mengurangi risiko bahaya dengan cara mengganti proses, mengganti input
dengan yang lebih rendah risikonya. Hal ini dimaksudkan untuk menggantikan bahan-
bahan dan peralatan yang lebih berbahaya dengan yang kurang berbahaya atau yang lebih
aman, sehingga pemaparannya selalu dalam batas yang masih bisa diterima.
c. Rekayasa Teknik (Engineering): mengurangi risiko dari bahaya dengan metode rekayasa
teknik pada alat, mesin, infrastruktur, lingkungan dan atau bangunan
d. Isolasi (isolation): isolasi merupakan pengendalian risiko dengan cara memisahkan
seseorang dari objek kerja, seperti menjalankan mesin-mesin produksi di tempat tertutup
(control room).
e. Administratif: mengurangi risiko bahaya dengan cara melakukan pembuatan prosedur,
aturan, pemasangan rambu (safety sign), tanda peringatan, training dan seleksi terhadap
kontraktor, material serta mesin, cara pengatasan, penyimpanan, dan pelabelan.
f. Alat Pelindung Diri: mengurangi risiko bahaya dengan cara menggunakan alat pelindung
diri misalnya safety helmet, masker, sepatu safety, coverall, kacamatan keselamatan dan
alat pelindung diri lainnya yang sesuai dengan jenis pekerjaan yang dilakukan.
Penanganan Terhadap Risiko
Penanganan risiko menggunakan pemilihan satu atau lebih pilihan untuk memodifikasi risiko,
dan melaksanakan pilihan tersebut. Setelah diimplementasikan, penanganannya atau modifikasi
proses pengendalian risiko. Penanganan risiko terdiri atau siklus prosedur sebagai berikut:
a. Menilai penanganan risiko
b. Memutuskan apakah tingkat risiko residual yang ada
c. Jika tidak ditoleransi, menghasilkan penanganan risiko baru, dan
d. Menilai efektivitas penanganan itu.
Pemilihan penanganan risiko tidak harus saling tertutup atau tepat dalam segala situasi. Pilihan
yang dapat dilakukan mencakup hal berikut:
a. Menghindari risiko dengan memutuskan untuk tidak memulai atau melanjutkan dengan
kegiatan yang menimbulkan risiko;
b. Mengambil atau meningkatkan risiko untuk memanfaatkan peluang;
c. Menghilangkan sumber risiko
d. Mengubah kemungkinan;
e. Mengubah konsekuensi;
f. Berbagi risiko ke pihak lain atau pihak tertentu (termasuk kontrak dan pembiayaan
risiko), dan
g. Mempertahankan risiko dengan keputusan

Kegiatan pengendalian adalah langkah lanjutan dari hasil pengendalian adalah langkah lanjutan
dari hasil penilaian risiko. Setelah risiko diidentifikasi dalam register risiko, maka perlu
diidentifikasi pula pengendalian yang telah ada serta pengendalian yang perlu dirancang dalam
rangka mengelola risiko sesuai dengan risk appetite pemilik risiko. Identifikasi pengendalian
yang sudah ada dimaksudkan untuk menilai apakah pengendalian tersebut sudah efektif atau
belum untuk mengatasi risiko yang mungkin terjadi. Jika tidak efektif atau kurang efektif, maka
perlu dibangun/dirancang pengendalian yang baru. Alat/sarana pengendalian dapat berupa
kebijakan-kebijakan dan prosedur-prosedur yang diharapkan dapat menimimalkan terjadinya
risiko sehingga tujuan organisasi dapat tercapai.
Langkah-langkah dalam merancang kegiatan pengendalian adalah sebagai berikut:
a. Berdasarkan hasil penilaian risiko, pemilik risiko mengidentifikasi apakah kegiatan
pengendalian yang ada telah efektif untuk meminimalisasi risiko.
b. Kegiatan pengendalian yang telah ada tersebut perlu dinilai efektivitasnya dalam rangka
mengurangi probabilitas terjadinya risiko (abatisasi) maupun mengurangi dampak risiko
(mitigasi).
c. Selain itu, juga perlu diperhatikan ada/tidaknya pengendalian alternatif (compensating
control) yang dapat mengurangi terjadinya risiko.
d. Terhadap risiko yang belum ada kegiatan pengendaliannya maupun yang telah ada,
namun dinilai kurang atau tidak efektif, perlu dirancang kegiatan pengendalian yang
baru/merevisi kegiatan pengendalian yang sudah ada.
e. Menerapkan kegiatan pengendalian yang telah dirancang dalam mengelola risiko.
Identifikasi kecukupan dan efektivitas pengendalian yang sudah ada dan rencana kegiatan
pengendalian yang baru/revisi didokumentasikan dalam formular Analisis Kecukupan dan
Rencana Kegiatan Pengendalian.

Terdapat lima langkah dasar yang berhubungan dengan penanganan terhadap risiko yang dapat
dilihat pada tabel di bawah ini:
Strategi Keterangan
Menghindar/menolak Tidak mengambil risiko
Mengurangi Mengurangi kemungkinan terjadinya risiko
Mendanai/menerima Mendanai risiko apabila terjadi
Menanggulangi Meminimalkan akibat dari risiko
Mengalihkan Mengalihkan risiko ke pihak lain

Referensi
1. Soputan GE. (2014). Manajemen Risiko Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3): Studi
Kasus Pada Pembangunan Gedung SMA Eben Haezar. Jurnal Ilmiah Media Engineering.
Vol 4(4). Universitas Sam Ratulangi.
2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2019 Tentang
Penerapan Manajemen Risiko Terintegrasi Di Lingkungan Kementerian Kesehatan.
3. Rehacek P. (2017). Risk Management Standards for Project Management. International
Journal of Advanced and Applied Sciences: Czech Republic

Anda mungkin juga menyukai