Anda di halaman 1dari 29

BAB IV

DEMAND DAN SUPPLY PELAYANAN


KESEHATAN
Oleh

PUJIYANTO
Departemen AKK FKMUI

Indonesian Health Economics Association


15/03/2018 1
(InaHEA)
Outline
A. Pengantar
B. Demand terhadap pelayanan kesehatan
C. Faktor penentu demand terhadap Pelkes
D. Elastisitas demand thd Pelkes & faktor
penentunya
E. Supply pelayanan kesehatan
F. Faktor penentu supply pelayanan kesehatan
G. Elastisitas supply Pelkes & faktor penentunya
H. Keseimbangan pasar pelayanan kesehatan
Indonesian Health Economics Association
15/03/2018 2
(InaHEA)
A. Pengantar
• Kebutuhan Pelkes bersifat unik Vs kebutuhan lain  
Utility
• Pelkes: sesungguhnya orang tidak ingin mengonsumsi
Pelkes
• Mengapa orang mengonsumsi Pelkes yang tidak
diinginkannya?
• The true demand adalah kesehatan tapi tidak ada yang
menjual kesehatan  demand thd kesehatan tidak
dapat diukur secara langsung.
• Demand thd kesehatan didekati dg mengukur demand
thd Pelkes  derived demand
Indonesian Health Economics Association
15/03/2018 3
(InaHEA)
B. Demand thd Pelkes
• Demand adalah jumlah barang/jasa yang dibeli
oleh konsumen pada tingkat harga dan satuan
waktu tertentu.
• Hukum demand: pada harga yang tinggi, demand
sedikit dan sebaliknya.
• Dg asumsi ceteris paribus demand bergerak
sepanjang kurva demand (harga naik demand turun
dan harga turun demand naik).

Indonesian Health Economics Association


15/03/2018 4
(InaHEA)
Gbr: Kurva demand

Rp
D2
H2

D1
H1

J2 J1 Jml

Indonesian Health Economics Association


15/03/2018 5
(InaHEA)
• Pada tingkat harga yang sama  demand bisa
berubah (jadi lebih banyak atau lebih sedikit) 
pergeseran kurva demand: kekanan atau kekiri.
Misalnya, terjadi perubahan penghasilan (naik atau
turun), perubahan preferensi, edukasi/promkes, dll.

Indonesian Health Economics Association


15/03/2018 6
(InaHEA)
Gbr: Pergeseran kurva demand

Rp
D2 D2’
H2

D1 D1’
H1

J2 J2’ J1 J1’ Jml

Indonesian Health Economics Association


15/03/2018 7
(InaHEA)
• Karakteristik kebutuhan Pelkes beragam  perilaku
demand Pelkes unik (tidak selalu konsisten dg hukum
demand).
• Klasifikasi kebutuhan thd Pelkes preventif, kuratif, dan
rehabilitatif.
• Pada kasus ringan bisa menunda pengobatan 
menurunkan demand jika tarip naik dan sebaliknya.
• Pada kasus gawat darurat yang mengancam jiwa 
berapapun mahal tarip tetap akan dibeli  hukum
demand tidak berlaku (demand tidak ditentukan oleh
ATP melainkan forced to pay=FTP).
Indonesian Health Economics Association
15/03/2018 8
(InaHEA)
• Demand thd Pelkes dimulai dari adanya kebutuhan
(health needs) + willingness to pay (WTP) dan
ability to-pay (ATP).
• Informasi WTP dan ATP  dimanfaatkan untuk
penetapan harga (tarip) pelayanan  maksimasi
laba.
• Pelkes menyangkut kebutuhan dasar dan HAM 
pemerintah membuat regulasi tarip Pelkes maupun
mewajibkan penduduk masuk kedalam sistem
jaminan kesehatan sosial atau skema National
Health Service (NHS).
Indonesian Health Economics Association
15/03/2018 9
(InaHEA)
• Demand barang umum biasanya terbatas pada satu
jenis barang/jasa, berulang, & jumlahnya
ditentukan konsumen  informasi simetris.
• Demand thd Pelkes berupa sekumpulan pelayanan:
jasa konsultasi dokter, laboratorium, rontgent,
obat, dll & jumlahnya diserahkan pada profesi
kesehatan (dokter dan dokter gigi) informasi
asimetris.
• Peluang/tantangan induksi Pelkes  indikasi fraud.

Indonesian Health Economics Association


15/03/2018 10
(InaHEA)
C. Faktor penentu demand thd Pelkes
1) Kebutuhan Pelkes (yang dipersepsi pasien)
• Setiap orang mempunyai kebutuhan pelayanan
kesehatan yang berbeda  kelompok umur  beda
jenis kebutuhan Pelkes.
• Persepsi sakit  pemicu (trigger) pencarian
pengobatan.
• Makin tinggi insiden sakit  makin tinggi demand thd
Pelkes.
• Upaya pencegahan penyakit  menurunkan insiden
sakit dikemudian hari  demand thd Pelkes akan
menurun.
Indonesian Health Economics Association
15/03/2018 11
(InaHEA)
C. Faktor penentu demand thd Pelkes
2) Preferensi pasien
• Preferensi adalah sikap dan selera individu pada suatu
produk (misalnya, jenis pelayanan kesehatan tertentu).
• Preferensi dibentuk berdasarkan pengalaman, faktor
genetik, informasi iklan, kepercayaan/agama, dan
faktor sosial-budaya lainnya. Misalnya, persalinan di
dukun beranak (paraji), operasi plastik, dll.
• Demand thd jenis Pelkes yg sesuai preferensi pasien 

Indonesian Health Economics Association


15/03/2018 12
(InaHEA)
C. Faktor penentu demand thd Pelkes
3) Penghasilan
• Makin tinggi penghasilan  disposable income  
demand thd Pelkes 
• Penghasilan rendah  (hampir) seluruh penghasilan
dihabiskan untuk belanja kebutuhan pokok  disposable
income <<<  demand thd Pelkes <<<

4) Harga/tarip pelayanan
• Makin mahal harga/tarip Pelkes  demand <<<
• Namun, untuk Pelkes sangat esensial dan menyangkut life
safing  faktor harga tidak berpengaruh  demand
inelastis.

Indonesian Health Economics Association


15/03/2018 13
(InaHEA)
5) Biaya perjalanan dan waktu tunggu
• Biaya Pelkes = biaya yang dibayarkan ke Faskes + biaya
perjalanan P/P + biaya atas waktu tunggu di Faskes
(opportunity cost).
• Makin tinggi biaya perjalanan & waktu tunggu  makin
tinggi total biaya Pelkes  demand <<<

6) Mutu layanan kesehatan (yang dipersepsi pasien)


• Makin baik mutu Pelkes  demand thd Pelkes >>> 
maksimasi kepuasan  makin murah biaya per unit
kepuasan

Indonesian Health Economics Association


15/03/2018 14
(InaHEA)
D. Elastisitas demand thd Pelkes dan
faktor penentunya
• Demand tidak konstan sepanjang waktu  ada faktor2 yang
mempengaruhi demand.
• Perubahan demand akibat berubahnya harga  elastisitas
demand dari harga (Ed)
• Ed = respon relatif pada jumlah demand terhadap
perubahan harga
• Ed = % perubahan jumlah demand / % perubahan harga
• Ed = 0 s/d tak terhingga
• Ed < 1 inelastic, Ed = 1 unitary elastic, Ed > 1 elastis, dan Ed =
tak terhingga elastis sempurna
• Pelkes kuratif biasanya inelastis
• Pelkes preventif/kosmetik biasanya elastis
Indonesian Health Economics Association
15/03/2018 15
(InaHEA)
Faktor penentu elastisitas demand
1) Ketersediaan subsitusi
• Tersedia substitusi  cenderung bersifat elastis, dan
sebaliknya
2) Proporsi penghasilan yang dibelanjakan untuk
barang/jasa itu
• Makin besar proporsi penghasilan yang dibelanjakan
untuk suatu barang/jasa  elastis demand >>>
3) Jeda waktu dengan perubahan harga
• Makin jauh dari saat terjadinya perubahan harga 
demand akan makin elastis.

Indonesian Health Economics Association


15/03/2018 16
(InaHEA)
E. Supply pelayanan kesehatan
• Dg asumsi ceteris paribus, hubungan antara harga dan
kemauan produsen memasok barang/jasa digambarkan
dalam bentuk kurva supply.
• Secara grafis, jika sumbu X adalah harga dan sumbu Y
adalah jumlah barang/jasa maka kurva supply adalah
garis miring dari sisi kiri bawah ke kanan atas.
• Makin tinggi harga barang/jasa  makin banyak
jumlah barang/jasa yang dipasok, dan sebaliknya.
• Jika harga lebih rendah dari biaya produksi  produsen
pun akan menarik diri dari pasar
Indonesian Health Economics Association
15/03/2018 17
(InaHEA)
Gbr: Kurva supply

Rp
S2
H2

S1
H1

J1 J2 Jml

Indonesian Health Economics Association


15/03/2018 18
(InaHEA)
• Pelkes melibatkan beragam input sumberdaya
• SDM: dokter, dokter gigi, perawat, apoteker, manajemen umum, dll.
• Alat/teknologi kesehatan, obat dan perbekalan kesehatan.
• Upaya pelayanan kesehatan (UKP): Fasilkes RS, klinik, apotek,
laboratorium, dll.
• Supply input sumberdaya dan upaya Pelkes diatur lebih
ketat (highly regulated)  dampak dari ciri informasi
asimetris.
• Ada mekanisme perizinan pendirian dan operasioanal
lembaga pendidikan tinggi tenaga kesehatan maupun
Fasilkes.
• Bisa dibuat banyak kurva supply Pelkes: kurva supply dokter,
dokter gigi, apoteker, perawat, obat, alat kesehatan, rawat
jalan, rawat inap, gawat darurat, laboratorium, apotek, dll.
Indonesian Health Economics Association
15/03/2018 19
(InaHEA)
F. Faktor penentu supply Pelkes
1) Harga faktor produksi
• Jika harga faktor produksi berubah (naik atau
turun)  kurva supply bergeser.
• Jika harga faktor produksi naik maka kurva supply
akan bergeser ke kiri, artinya jumlah pasokan pada
setiap tingkat harga akan berkurang, dan
sebaliknya.

Indonesian Health Economics Association


15/03/2018 20
(InaHEA)
Gbr: Pergeseran kurva supply

Rp
S2’ S2
H2

S1’ S1
H1

J1’ J2’ J1 J2 Jml

Indonesian Health Economics Association


15/03/2018 21
(InaHEA)
2) Harga pelayanan substitusi
• Pada barang yang ada substitusinya, jika harga
barang substitusinya naik  pasokan bertambah,
dan sebaiknya.
• Namun, dibidang kesehatan tidak ditemukan
adanya pelayanan substitusi dari Pelkes  hanya
ada pelayanan komplementer maupun alternatif
(belum terbukti manfaatnya).

Indonesian Health Economics Association


15/03/2018 22
(InaHEA)
G. Elastisitas supply Pelkes dan faktor
penentunya
• Supply barang/jasa tidak konstan sepanjang waktu 
perubahan supply akibat berubahnya harga 
elastisitas supply dari harga (disingkat Es).
• Es = respon relatif pada jumlah supply terhadap
perubahan harga.
• Es = % perubahan jumlah supply / % perubahan harga.
• Nilai Es = 0 s/d tak terhingga.
• Es = 0 inelastis sempurna, Es < 1 inelastic, Es = 1 unitary
elastic, Ess> 1 elastis, Es = tak terhingga elastis
sempurna.

Indonesian Health Economics Association


15/03/2018 23
(InaHEA)
G. Elastisitas supply Pelkes dan faktor
penentunya
Nilai Es dipengaruhi oleh dua faktor yaitu:
1) Sifat dari perubahan harga faktor produksi
• Jika kenaikan pasokan hanya dapat dilakukan dengan tambahan
biaya yang sangat tinggi  elastisitas supply bersifat inelastis, dan
sebaliknya.
• Jika kapasitas produksi sudah digunakan optimal, misalnya
seluruh tempat tidur dan kapasitas kerja dokter dan perawat RS
sudah digunakan  penambahan jumlah pasokan layanan RS
butuh membangun gedung dan merekrut tenaga dokter dan
perawat baru  supply inelastis.
• Kondisi sangat sukar mendapatkan faktor produksi baru
(keterbatasan jumlah lulusan dokter spesialis)  supply inelastis

Indonesian Health Economics Association


15/03/2018 24
(InaHEA)
G. Elastisitas supply Pelkes dan faktor
penentunya
2) Jangka waktu analisis dilakukan.
• Dalam jangka pendek supply  bersifat inelastis
• Dalam jangka panjang supply  bersifat elastis.

Indonesian Health Economics Association


15/03/2018 25
(InaHEA)
H. Keseimbangan pasar Pelkes
• Pasar: bertemunya demand dan supply, dg interest maksimasi
utility.
• Interest konsumen Vs interest produsen.
• Konsumen ingin harga murah Vs produsen ingin margin laba besar
(harga tinggi/mahal)
• Konsumen mau membeli banyak jika harganya murah Vs
produsen hanya mau memasok sedikit  terjadi kelangkaan
barang/jasa di pasar (excess demand)  konsumen bersedia
menaikkan harga pembelian  produsen mau menambah
pasokan, dst.
• Konsumen mau membeli sedikit jika harganya mahal Vs produsen
mau memasok banyak  terjadi kelebihan barang/jasa di pasar
(excess supply)  produsen bersedia menurunkan harga 
kosumen mau menambah jumlah pembelian, dst.

Indonesian Health Economics Association


15/03/2018 26
(InaHEA)
H. Keseimbangan pasar Pelkes
• Proses interaksi demand dan supply  tidak terjadi
lagi kelebihan/kelangkaan barang/jasa di pasaran
 titik keseimbangan pasar
• Titik keseimbangan pasar  tidak ada waste
• Mekanisme pasar menunjukkan peran optimal
dalam pengalokasian sumberdaya secara efisien 
invisible hand.
• Namun keadaan ideal itu hanya cocok untuk barang
kebutuhan umum dan privat  informasi simetris
antara produsen dan konsumen.
Indonesian Health Economics Association
15/03/2018 27
(InaHEA)
Kurva keseimbangan pasar
Rp
S

Excess supply
H2

H0
Titik keseimbangan pasar

H1

J1’ J2 J0 J2’ J1 Jml

Indonesian Health Economics Association


15/03/2018 28
(InaHEA)
• Pada titik keseimbangan pasar  ada kelompok
masyarakat yang memiliki daya beli (ATP) dibawah
harga pasar  tidak bisa membeli Pelkes
(terlempar dari pasar)  Utk pelayanan kuratif
atau gawat darurat  tidak bisa ditunda karena
bisa mengancam jiwa.

Indonesian Health Economics Association


15/03/2018 29
(InaHEA)

Anda mungkin juga menyukai