Anda di halaman 1dari 30

CIRI –CIRI

INDUSTRI LAYANAN KESEHATAN

15/03/2018 Indonesian Health Economics Association (InaHEA) 1


Universal Declaration of Human Right (UNO-1948):
Everyone has the right to a standard of living
adequate for health and well-being of himself and
his family, including food, clothing, housing and
medical care and necessary social services, and
the right to security in the even of unemployment,
sickness, disability, widowhood, old age or other
lack of livelihood in circumstances beyond his
control.
Hidup sehat adalah kebutuhan dasar yang harus dipenuhi sehingga
distribusi pelayanan kesehatan dilakukan atas dasar need dan bukan
demand
Karakteristik (1)
Uncertainty
• Orang tidak pernah tahu kapan ia akan sakit, butuh pelayanan apa dan
berapa biayanya di masa yang akan datang
• Uncertainty juga terjadi pada sisi supply yaitu terkait ketersediaan pelayanan
kesehatan yang dibutuhkan pasien.
• Dokter pun terkadang tidak dapat memprediksi outcome/efektifitas secara
pasti.
• Uncertainty menunjukkan adanya resiko  mendasari munculnya asuransi
kesehatan.
Karakteristik (2)

Tangible? Intangible? Logistik?


Intervensi Kesehatan dan Tingkat
Kecerdasan
Karakteristik (3)

Otak dengan
Otak tumbuh
gangguan gizi
normal
dan sakit-sakitan
Sumber: Unicef
Siklus Pewarisan Kemiskinan
Antar Generasi
Kemiskinan
(gangguan kesehatan dan gizi )

Ibu Hamil
Rendah IQ dan EQ

Bayi
Gangguan
Pertumbuhan &
Perkembangan Fisik
Balita
& Otak

Pendidikan Mutu Tenaga


Kerja rendah

Kesejahteraan
Sosial Ekonomi
(rendah)
Sumber: Ascobat Gani (2000)
Dampak ketiadaan Kesehatan
sebagai Investasi

Hilangnya Produktivitas fisik (Contoh : Investasi nutrisi sejak dalam


kandungan) (33).

Hilangnya kemampuan kognitif dan kesempatan sekolah (33)

Hilangnya sumberdaya akibat peningkatan biaya kesehatan (33).

Lost Generation (33) (34).

Kemiskinan (35)
Generasi kini dan mendatang senantiasa
menunggu kiprah kita. Jadikan manusia sehat
sejak dini

Layanan kesehatan merupakan


konsumsi sekaligus investasi
Karakteristik (4)

One stop services?


Tidak adanya koordinasi antar dokter
dalam penanganan seorang pasien
Layanan kesehatan diberikan terfragmentasi (Fragmented)
(Karakteristik 5)
TEMPO Interaktif, Jakarta: Malpraktek dokter dan petugas medis yang menyalahgunakan profesinya, kini merebak di
kalangan pekerja seks komersial (PSK). Sebagai mata pencaharian, para oknum itu memberikan antibiotik kepada para PSK
dengan propaganda, "para pekerja seks bisa kebal terhadap virus HIV, Gonorhoe dan penyakit kelamin lainnya". "Padahal
AIDS tidak sembuh dengan antibiotika," kata Kepala Seksi Penyakit Menular Suku Dinas Kesehatan Masyarakat Jakarta
Barat Ariani Murti, kepada TNR, di Jakarta, Senin (19/4)

Pemberian antibiotika secara massal itu diberikan oknum dokter yang menjadi langganan tempat hiburan tertentu.
Penggunaan antibiotik yang digalang secara massal itu dihargai mahal dengan ribuan pekerja seks yang menjadi
langganannya. Bayangkan, perputaran uang malpraktek itu mencapai Rp. 15 miliar per bulan. "Memang tidak semua
dokter melakukan praktek itu," kata Ariani.
Modus lainnya, ada juga yang mengaku-ngaku sebagai mantri atau petugas kesehatan dari Dinas Kesehatan. Setelah pihak
Dinas Kesehatan menceknya, nama-nama itu fiktif. Tapi, para oknum tetap saja sulit ditangkap, lantaran pihak tempat
hiburan segan bekerja sama dengan pemerintah.
Menurut Ariani, para oknum dokter yang diduga menyalahgunakan profesinya sudah didata. Bahkan, lima dokter yang
diduga itu, sudah pernah dipanggil Walikota Jakarta Barat pada Oktober 2003. "Tapi tidak ada yang datang," kata Ariani.
Ketidakhadiran itu diduga karena para dokter terikat secara struktural kepada pemerintah, dalam hal ini Dinas Kesehatan.
Sementara, pemerintah daerah bukanlah pihak yang memberi izi praktek dokter. Alhasil, sampai sekarang kasus ini terus
tidak menemukan kejelasan. Untuk itu, kata Ariani, pihak Departemen Kesehatan harus memberikan tindakan tegas.
"Kareka ini sudah jadi maa pencaharian mereka (para oknum)," katanya.

Yophiandi - Tempo News Room


Dalam Layanan Kesehatan Terjadi

Asymetry Consumer
Information Ignorance
• Asimetri informasi didefinisikan sebagai situasi dalam sebuah transaksi
dimana salah satu pihak memiliki pengetahuan sedangkan pihak lainnya tidak
• Memunculkan potensi moral hazard
• dokter membanjiri pasien dengan informasi dan memberikan perawatan yang
seringkali tidak diperlukan;
• dokter seringkali tidak melibatkan pasien dengan cukup dalam memberikan
perawatan yang diperlukan.
• Adverse selection dalam asuransi kesehatan komersial
• Perlu pihak ketiga  Sistem Pendanaan Kesehatan
Supply induced demand dan
unnecessary procedure
Supply induced demand:
“Purports that doctors engage in some persuasive activity to shift the patients’ demand curve in or
out depending on the physicians’ self- interest” Mc.Guire, 2001 in Dewar 2010 (2)
• Terjadi karena fungsi dokter sebagai:
 Penasehat/Adviser
 Penjual/Seller
• Bagaimana bila supply induced demand + Fee for Service?
• Perubahan sistem pembayaran ke Faskes (kapitasi, DRG)
PEMBERIAN OBAT PADA KASUS GE ANAK TANPA PENYULIT DAN
PENYERTA DI RS X TAHUN 2012

Penggunaan Obat
Antibiotika pada kasus
gastroenteritis akut pasien
anak berdasarkan golongan,
terdiri dari :
Generik 13 macam
Paten 29 macam

KESIMPULAN PENELITIAN :
1. UNSUR PENTING DALAM TERAPI DIARE AKUT TANPA PENYERTA ATAU PENYULIT (PPK KES ANAK RS HUSADA) :
 REHIDRASI
 SUPLEMEN ZINC
 PEMBERIAN MAKANAN
 TIDAK BOLEH DIBERIKAN ANTI DIARE
 ANTIBIOTIKA DIBERIKAN SESUAI INDIKASI ATAU DARI HASIL PENUNJANG
2. PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA KASUS DIARE AKUT MASIH BANYAK YANG TIDAK SESUAI DENGAN PROTOKOL TERAPI PADA PPK KES ANAK
3. PENGGUNAAN OBAT PATEN YANG BERAGAM JENISNYA  BIAYA PERAWATAN SEMAKIN MAHAL
ANTI EMETIK
Rata-rata
No Data 2015 PPK Utilisasi Keterangan 1. Belum ada penelitian atau rekomendasi
Anti Emetik x
1 Ondansetron inj 1.13 Generik pemberian anti emetic pada kasus diare
2 Narfoz 4 mg 0,49 Paten akut pada anak
3 Disflatyl tab 0,48 Paten
4 Ranitidin tab 0,31 Generik

5
Cedantron 4 mg inj
0,25 Generik
2. Pemberian berdasarkan indikasi bila ada
6 Rantin 0,11 Paten mual, muntah.
7 Vometa syr 0,08 Paten
Acpulsif 5 mg tab
8 0,03 Paten 3. Penggunaan obat paten masih tinggi ( 13
9 Entron 4 mg inj 0,03 Paten
10 OMZ Inj 0,02 Paten macam) dibanding generik (6 macam)
Motilium 10 mg tab
11 0,02 Paten
12 Polysilane syr 0,02 Paten 4. Saran :
13 Vometa drops 0,02 Paten
14 Nexium inj 0,01 Paten
a. Penggunaan disesuaikan bila ada indikasi
15 Domperidone 0.00 Generik b. Pemberian obat generick lebih ditingkatkan
16 Antasid syr 0.00 Generik
17 Monell Obat 0.00 Paten
(kendali biaya)
Omeprazole 40 mg
18 0.00 Generik
19 Pantozol inj 0.00 Paten
Karakteristik (6)
Persentase Biaya Perawatan Tifoid

Komponen Biaya Super VIP Kelas III


Kamar Perawatan 44,43 14,40
Jasa Medik 1,43 10,24
Laboratorium 0,09 1,93
Radiologi 0,94 0,96
Penunjang lain 0 0
Obat 24,21 42,50
Alat Kesehatan 0,04 17,07
Administrasi 6,41 9,10
Tindakan Medik 1,43 3,81
Nonmedical Component Consumption
Karakteristik (7)

Perizinan Rumah Sakit di Indonesia Mengacu Pada Permenkes 56


Tahun 2014
FC akta badan Izin Mendirikan Rumah Sakit,
studi kelayakan; Profil Rumah Sakit,
master plan;
Isian instrumen self assessment
Detail Engineering Design;
Gambar desain
dokumen pengelolaan dan pemantauan
lingkungan; izin penggunaan bangunan (IPB)
FC sertifikat tanah
dokumen pengelolaan lingkungan
izin undang-undang gangguan
daftar peralatan medis dan nonmedis;
Surat Izin Tempat Usaha;
daftar sediaan farmasi dan alat kesehatan;
Izin Mendirikan Bangunan (IMB);
Rekomendasi SDM (dokter, Perawat, Administrator, dll
dll dll

Izin Mendirikan Izin Operasional


Barrier to entry

Non competitive market?


Karakteristik (8)
Non profit motive?

RS menjadi RS Swasta
sumber PAD berbentuk PT
Karakteristik (9)
Mix input, joint product & mix output
Karakteristik (10)
Laporan Laba/Rugi RS X Tahun 2016
(dalam juta)
Kegiatan Rp %
Penerimaan Operasional
Penerimaan dari pasien 48.306 97,0
Penerimaan operasional lainnya 1.499 3,0
Penerimaan operasional total 49.805 100
Biaya Operasional
Gaji/Upah 24.189 48,7
Tunjangan Pegawai 4.174 8,4
Tunjangan Profesi 1.628 3,3
Obat dan bahan 15.307 30,8
Depresiasi 3.586 7,2
Bunga 819 1,6
Biaya Operasional total 49.703 100
Industri layanan kesehatan bersifat
LABOR INTENSIVE

Bagaimana dampaknya???
Bagaimana dengan kemajuan teknologi???
Wage push theory??
Karakteristik (11)
Wabah Difteri di Indonesia,
Antara Vaksinasi dan Antibiotik
KOMPAS.com - Wabah difteri makin meluas sehingga meneror masyarakat dan
pemerintah Indonesia. Bakteri penyebab difteri menyebar dengan cepat tidak
hanya di daerah yang layanan kesehatannya dinilai buruk, tapi juga menyerang
warga di ibu kota, yang dianggap memiliki sistem layanan kesehatan jauh lebih
baik. Sejak Januari hingga November 2017 tercatat 593 kasus difteri, tersebar di
95 kabupaten dan kota di 20 provinsi, dengan angka kematian 32 kasus. Data
World Health Organization (WHO) tentang penyakit difteri menunjukkan jumlah
kasus difteri di Indonesia naik turun sejak 1980-an. Penyebab wabah difteri,
antara lain, imunisasi anti difteri yang belum menyentuh seluruh anak di negeri
ini (sekitar 75 persen) dan tingkat “keampuhan” antibiotik untuk melawan bakteri
ini mulai ada penurunan.
• Kesehatan mempunyai eksternalitas yang tinggi
• Eksternalitas muncul ketika aktivitas konsumsi oleh seorang individu
berdampak pada fungsi utilitas individu yang lain.
• Ekternalitas positif vs negatif
• Bagaimana pendanaan layanan kesehatan yang memiliki eksternalitas
tinggi? Siapa yang harus membayarnya?
• Regulasi
• Public goods, merit goods, private goods
Lainnya
• Law of medical money

Anda mungkin juga menyukai