Analisis risiko merupakan bagian dari tahap assessmen risiko dalam proses manajemen risiko
dan dilakukan terhadap risiko-risiko yang telah diidentifikasi dalam proses identifikasi risiko
(Jasamarga, 2020). Posisi analisis risiko dalam proses manajemen risiko berdasarkan ISO
31000 adalah sebagai berikut:
Menurut (Soehatman Ramli, 2010) analisa risiko adalah untuk menentukan besarnya suatu
risiko yang dicerminkan dari kemungkinan keparahan dan ditimbulkan. Banyak teknik yang
dapat digunakan untuk melakukan analisis risiko (Jasamarga, 2020) :
1. Brainstorming
Brainstorming dilakukan dengan mendorong diskusi bebas antara orang-orang
yang memiliki pengetahuan dan keahlian untuk mengidentifikasi, menganalisis
dan mengetahui opsi-opsi penanganan risiko. Teknik ini perlu difasilitasi dengan
efektif untuk dapat menstimulasi diskusi, mengarahkan diskusi kearah yang tepat
dan menangkap isu-isu yang muncul dalam diskusi. Brainstorming dapat
dilakukan secara formal ataupun informal. Brainstorming formal dilakukan
dengan lebih terstruktur dan peserta diharapkan sudah mempersiapkan diri
terlebih dahulu dan memiliki tujuan dan hasil yang jelas. Brainstorming informal
lebih tidak terstruktur dan biasa terjadi secara alami.
Empat peraturan dasar brainstorming:
Suspend Judgment, semua anggota tim harus menahan diri, tidak
menghakimi ide, pendapat dan gagasan yang diajukan oleh anggota lain
Encourage "Piggy-backing" ideas, koordinator atau fasilitator mendorong
untuk membangun ide, pendapat atau gagasan baru atau tambahan dari ide
yang sudah pernah dijalankan atau dikemukakan
Think out of the box, yakni mendorong untuk mengeluarkan pemikiran
yang baru, tidak mengulang ide atau pendapat yang sudah ada.
Record all Ideas, ada seseorang yang dapat menjadi notulen, mencatat
semua ide, pendapat ataupun gagasan yang diajukan, walaupun ide
tersebut belum tentu digunakan
2. Wawancara Terstruktur atau Semi-Terstruktur
Dalam wawancara terstruktur, pewawancara akan menanyakan pertanyaan-
pertanyaan yang sudah disiapkan sebelumnya yang mendorong narasumber untuk
melihat suatu situasi dari sudut pandang baru dan mengidentifikasi risiko dari
sudut pandang tersebut. Wawancara semi-terstruktur dilakukan dengan cara
serupa namun dapat melibatkan diskusi dan dan eksplorasi lebih lanjut.
Proses wawancara dilakukan sebagai berikut:
Mempersiapkan daftar pertanyaan untuk memandu pewawancara.
Pertanyaan harus sederhana dan bersifat tebuka, dengan bahasan yang
sesuai dengan kemampuan dan pengetahuan narasumber dan hanya
mencakup satu isu untuk setiap pertanyaan.
Mengajukan pertanyaan yang telah disiapkan kepada narasumber.
Pertanyaan harus bersifat terbuka untuk memungkinkan elaborasi.
Pewawancara harus berhati-hati agar tidak mengarahkan narasumber.
Jawaban harus diterima secara fleksibel agar pewawancara dapat
mengeksplorasi bagian-bagian yang diperlukan.
Contoh pertanyaan wawancara manajemen risiko adalah sebagai berikut:
3. Checklist
Contoh pertanyaan wawancara manajemen risiko adalah sebagai berikut:
Checklist adalah daftar bahaya, risiko atau kegagalan yang dibuat berdasarkan
pengalaman, baik melalui penilaian risiko terdahulu atau informasi historikal.
Checklist dapat digunakan untuk melakukan identifikasi risiko atau menilai
efektivitas pengendalian risiko. Checklist juga digunakan bermanfaat untuk
memeriksa apakah semua aspek telah tercakup setelah teknik lain dilakukan untuk
mengidentifikasi risiko baru.
Checklist dilakukan dengan cara sebagai berikut:
Menetapkan lingkup kegiatan.
Mengembangkan checklist yang dapat mencakup lingkup yang telah
ditetapkan dan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
Tim atau perorangan memeriksa checklist dalam setiap elemen proses atau
sistem dan menilai apakah hal yang terdapat dalam checklist sudah
terpenuhi
Contoh checklist manajemen risiko adalah sebagai berikut:
Dalam pemilihan Teknik Analisa Risiko, Menurut standar AS/NZS 4360 penggunaan metode
disesuaikan dengan kondisi dan potensi bahaya yang ada. Salah satu pendekatan yang dapat
digunakan untuk memilih teknik analisa risiko adalah dengan menggunakan pendekatan
“Tier’.
Pemilihan Metode Analisa Risiko Sumber : Standar AS/NZS 4360
Metode kualitatif digunakan jika potensi konsekuensinya rendah, proses bersifat sederhana,
ketidakpastian tinggi, biaya yang tersedia untuk kajian terbatas dan fleksibilitas pengambilan
keputusan mengenai risiko rendah dan data-data yang tersedia terbatas. Teknik semi kualitatif
dapat digunakan jika data-data yang tersedia lebih lengkap dan kondisi operasi atau proses
lebih kompleks. Sedangkan metode kuantitatif digunakan jika potensi risiko yang dapat
terjadi sangat besar sehingga perlu kajian yang lebih rinci. Misalnya untuk menentukan lokasi
pembangunan pembangkit tenaga nuklir memerlukan kajian yang sangat akurat dan
mendalam untuk menggambarkan dampak radiasi yang dapat timbul jika terjadi kecelakaan
atau kebocoran pada reactor.
Penilaian (assessment) risiko pada dasarnya adalah melakukan perhitungan atau penilaian
terhadap dampak risiko yang telah teridentifikasi, besar kecilnya dampak dari risiko akan
dapat dikategorikan, yang mana merupakan risiko dengan tingkat yang utama (major risk),
yang mempunyai dampak besar dan luasyang membutuhkan pengelolaan, atau tidak (minor
risk) yang tidak memerlukan penanganan khusus karena dampak risiko ada pada batas-batas
yang dapat diterima. Risiko diformulasikan sebagai fungsi terjadinya (likelihood) dan
dampak negative (impact). Atau indeks risiko = probabilitas (likelihood) x dampak (impact).
Daftar Pustaka
Jasamarga. (2020). Teknik dan Metode Identifikasi dan Analisis Risiko. Indonesia Highway
Corp., 6(1), 25–37.