Anda di halaman 1dari 27

RINGKASAN

MATERI

Oleh

ADELLA KAMBU
NIM. 202313201001

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


STIKES PAPUA
TAHUN 2024
RINGKASAN TUGAS
MANAGEMENT RISIKO K3

Manajemen Risiko K3
Manajemen Risiko K3 adalah suatu upaya mengelola resiko untuk mencegah terjadinya
kecelakaan yang tidak diinginkan secara komprehensif, terencana dan terstruktur dalam satu
kesisteman yang baik. Sehingga memungkinkan manajemen untuk meningkatkan hasil
dengan cara mengidentifikasi dan menganalisis resiko yang ada
Manajemen Risiko dapat diartikan sebagai proses, mengidentifikasi, mengukur dan
memastikan risiko dan mengembangkan strategi untuk mengelolah risiko tersebut.
Manajemen risiko akan melibatkan prosesproses, metode serta teknik yang membantu
manajer proyek maksimumkan probabilitas dan konsekuensi dari event positif dan minimasi
probabilitas dan konsekuensi event yang berlawanan

Tujuan Managemen Risiko


1. Memaksimalkan pencapaian tujuan organisasi dengan meminimalkan kerugian 2.
Membantu meminimalisasi meluasnya efek yang tidak diinginkan terjadi. 3. Melakukan
peningkatan pengambilan keputusan pada semua level. 4. Menyusun program yang tepat
untuk meminimalisasi kerugian pada saat terjadi kegagalan. 5. Menciptakan manajemen yang
bersifat proaktif bukan bersifat reaktif. 6. Melaksanakan program manajemen secara efisien
sehingga memberikan keuntungan bukan kerugian

Manfaat Managemen Risiko


1. Menekan biaya untuk penanggualangan kejadian yang tidak diinginkan 2. Menjamin
kelangsungan usaha dengan mengurangi risiko dari setiap kegiatan yang mengandung
bahaya. 3. Meningkatkan pemahaman dan kesadaran mengenai risiko operasi bagi setiap
unsur dalam organisasi/ perusahaan. 4. Memenuhi persyaratan perundangan yang berlaku. 5.
Menimbulkan rasa aman dikalangan pemegang saham mengenai kelangsungan dan keamanan
investasinya.

Proses Managemen Risiko


a. Perencanaan Manajemen Risiko, perencanaan meliputi langkah memutuskan bagaimana
mendekati dan merencanakan aktivitas manajemen risiko untuk proyek. b. Identifikasi
Risiko, tahapan selanjutnya dari proses identifikasi risiko adalah mengenali jenis-jenis risiko
yang mungkin (dan umumnya) dihadapi oleh setiap pelaku bisnis. c. Analisis Risiko
Kualitatif, analisis kualitatif dalam manajemen risiko adalah proses menilai (assessment)
dampak dan kemungkinan dari risiko yang sudah diidentifikasi. Proses ini dilakukan dengan
menyusun risiko berdasarkan efeknya terhadap tujuan proyek. Skala pengukuran yang
digunakan dalam analisis kualitatif adalah Australian Standard/New Zealand Standard

Identifikasi bahaya yang sering digunakan:


1. HIRARC
2. Job Safety Analisis
3. FMEA

Elemen Pengendalian Risiko


1. Perencanaan (Plan), terdiri dari : a. Identifikasi bahaya, penilaian risiko dan pengendalian
biasanya dikenal dengan metode HIRARC b. Persyaratan legal dan lainnya c. Objektif K3
dan program K3

Hirarki Pengendalian Risiko:


1. Eliminasi (elimination) adalah teknik pengendalian dengan menghilangkan sumber
bahaya, misalnya lobang dijalan ditutup, ceceran minyak di lantai dibersihkan, mesin yang
bising dimatikan. Cara ini sangat efektif karena sumber bahaya dieliminasi sehingga potensi
risiko dapat dihilangkan. Karena itu, teknik ini menjadi pilihan utama dalam hirarki
pengendalian risiko.
2. Subtitusi (subtitution) adalah teknik pengendalian bahaya dengan menganti alat, bahan,
sistem atau prosedur yang berbahaya dengan yang lebih aman atau rendah bahayanya. Teknik
ini banyak digunakan, misalnya bahan kimia berbahaya dalam proses produksi diganti
dengan bahan kimia lain yang lebih aman.
3. Engineering Control (pengendalian teknis) Sumber bahaya biasanya berasal dari
peralatan atau sarana teknis yang ada di lingkungan kerja. Karena itu pengendalian bahaya
dapat dilakukan melalui perbaikan pada desain, memodifikasi alat pelindung diri agar lebih
nyaman dipakai, mesin bising dapat diperbaiki secara teknis misalnya dengan memasang
peredam suara sehingga tingkat kebisingan dapat ditekan.
4. Administrative Control (pengendalian administratif) Pengendalian bahaya juga dapat
dilakukan secara administratif misalnya dengan istirahat, mengatur jadwal kerja atau shift
kerja, cara kerja atau SOP kerja yang lebih aman, rotasi atau pemeriksaan kesehatan.
5. Alat Pelindung Diri (APD) Alat pelindung diri dirancang untuk melindungi diri dari
bahaya di lingkungan kerja, agar tetap selalu aman dan sehat. APD yang disediakan
perusahaan harus memenuhi syarat, layak dan nyaman saat diapakai pekerja

Akibat yang ditimbulkan dalam suatu kegiatan:


a. Peluang/probability = risiko
b. Akibat/konsekuensi = kejadian

Pasal 3 UU No. 1 Tahun 1970, 18 syarat keselamatan kerja yang harus dipenuhi oleh setiap
perusahaan 1. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran 2. Mencegah dan
mengurangi bahaya peledakan 3. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada
waktu kebakaran dan kejadian-kejadian lain yang berbahaya 4. Mencegah dan mengurangi
kecelakaan 5. Memberi pertolongan pada kecelakaan
Memberi alat pelindung diri pada para pekerja 7. Mencegah dan mengendalikan timbul atau
menyebar luasnya suhu, kelembapan, debu, kotoran, asap, uap, gas, embusan angin, cuaca,
sinar atau radiasi, serta suara dan getaran 8. Mencegah dan mengendalikan timbulnya
penyakit akibat kerja, baik fisik maupun psikis, peracunan, infeksi dan penularan 9.
Memperoleh penerangan yang cukup dan sesua
Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik 11. Menyelenggarakan penyegaran
udara yang cukup 12. Memelihara kebersihan, kesehatan, dan ketertiban 13. Memperoleh
keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan cara dan proses kerjanya 14.
Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman, atau barang
15. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan 16. Mengamankan dan
memperlancar pekerjaan bongkar mua, perlakukan dan penyimpanan barang 17. Mencegah
terkena aliran listrik yang berbahaya 18. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan
pada pekerjaan yang bahaya kecelakaanya menjadi bertambah tinggi.

(Soputan) Risiko adalah manifestasi atau perjuwudan potensi bahaya yang mengakibatkan
kemungkinan kerugian menjadi lebih besar. Tergantung dari cara pengolahannya, tingkat
resiko mungkin berbeda dari yang paling ringan atau rendah sampai ke tahap yang paling
berat atau tinggi. (The Standards Australia/New Zealand 4360:2004) Risiko adalah suatu
kemungkinan dari suatu kejadian yang tidak diinginkan yang akan mempengaruhi suatu
aktivitas atau objek
Tipe risiko.
Risiko yang dapat dikendalikan oleh manajemen perusahaan. Risiko ini bisa terjadi pada saat
perusahaan akan membangun pabrik baru atau saat meluncurkan produk baru, jika salah
memprediksi, perusahaan akan menerima risiko berupa kerugian 2. Risiko yang sulit
dikendalikan manajemen perusahaan, contohnya adalah risiko kebakaran akibat adanya
hubungan pendek arus listrik

Jenis Risiko
1 Financial risk adalah risiko yang berdampak pada kinerja keuangan perusahaan, seperti
kejadian risiko akibat dari tingkatan fluktuasi mata uang, tingkat suku bunga, termasuk juga
risiko pembelian kredit, likuidasi dan pasar 2. Operational risk adalah kejadian risiko yang
berhubungan dengan operasi organisasi perusahaan, mencakup risiko yang berhubungan
dengan sistem. 3. Strategic risk adalah risiko yang mencakup kejadian tentang strategis
perusahaan, politik ekonomi, peraturan dan perundagan, pasar bebas, risiko yang berkaitan
dengan reputasi perusahaan, kepemimpinan dan perubahan keinginan perusahaan 4. Hazard
risk adalah risiko yang berhubungan dengan kecelakaan fisik, seperti kejadian risiko sebagai
akibat bencana alam dan berbagai kerusakan yang menimpa perusahaan dan karyawan

Macam Risiko
1. Risiko murni adalah risiko yang apabila terjadi menimbulkan kerugian dan terjadinya
tanpa disengaja. Contoh: terjadinya kecelakaan di jalan raya, kebakaranm dan tersengat
listrik.
2. Risiko fundamental adalah risiko yang tidak hanya dirasakan oleh satu individu saja
contohnya adalah risiko akibat bencana alam.
3. Risiko spekulatif adalah risiko yang sengaja ditimbulkan dan menyebabkan ketidakpastian
untuk memberikan keuntungan atau tujuan tertentu. Contoh: perusahaan melakaukan
pinjaman untuk modal produksi .
4. Risiko dinamis adalah risiko yang ditimbulkan karena perkembangan pola pikir manusia
dalam ilmu tekonologi maupun bidang ekonomi. Contoh: upaya pencarian tempat tinggal
alternatif selain bumi.
5. Risiko khusus adalah risiko yang bersumber pada peristiwa tunggal dan pada umumnya
mudah untuk diketahui penyebabnya. Contoh: kapal kandas, dan jatuhnya pesawat.
6. Risiko statis adalah kebalikan dari risiko dinamis. Contohnya adalah risiko yang harus
dihadapi saat usia senja, dan risiko kematian.
Kategori Tingkat Risiko
1. Risiko Tinggi, mencakup pekerjaan konstruksi yg pelaksanaannya berisiko sangat
membahayakan keselamatan umum, harta benda, jiwa manusia, dan lingkungan serta
terganggunya kegiatan konstruksi.
2. Risiko Sedang, Mencakup pekerjaan konstruksi yg pelaksanaannya dpt berisiko
membahayakan keselamatan umum, harta benda dan jiwa manusia serta terganggunya
kegiatan konstruksi.
3. Risiko Kecil, mencakup pekerjaan konstruksi yg pelaksanaannya tidak membahayakan
keselamatan umum dan harta benda serta terganggunya kegiatan konstruksi.
RINGKASAN TUGAS
NILAI AMBANG BATAS

Nilai Ambang Batas dan Indeks Pemaparan Biologis (Biological Exposure Indices), bila
pengendalian lingkungan tidak bisa mengurangi kadar bahan kimia di tempat kerja maka
perlu dilakukan :
1. Pemantauan biologis (biological monitoring)
2. Indeks pemaparan biologis (biological exposure Indices) Yaitu suatu nilai panduan untuk
menilai hasil pemantauan biologis yang penetuan nilainya ditentukan dengan mengacu pada
nilai NAB

1. Indonesia terdapat NAB berdasarkan SNI 19-0232-2005 & Permenakertrans


No.13/MEN/X/2011 tentang NAB Faktor fisika & Faktor Kimia di tempat kerja; 2. Amerika
terdapat ACGIH (American Conference of Governmental Industrial Hygienists) TLVs
(Threshold Limit Values); NIOSH (National Institute for Occupational Safety & Health)
RELs (Recommended Exposure Limits) & OSHA (Occupational Safety & Health
Administration) PELs (Permissible Exposure Limits); 3. UK terdapat UK Workplace
Exposure Limit EH40/2005; 4. Australia terdapat Exposure Standards for Atmospheric
Contaminants in the occupational environment – NOHSC 1995; 5. German terdapat MAK
(Maximale Arbeitsplatzkonzentrationen) & BAT (Biologische Arbeitsstofftoleranzwerte).

Standar ini terdapat 3 jenis NAB :


1. NAB rata-rata tertimbang waktu (Time Weighted Average) zat kimia di udara tempat
kerja, terdapat tenaga kerja yang dapat terpapar zat kimia seharihari selama tidak lebih dari 8
jam/hari atau 40 jam/minggu.
2. NAB kadar tertinggi yang diperkenankan : kadar zat kimia di udara tempat kerja yang
tidak boleh dilampaui meskipun dalam waktu sekejap.
3. NAB paparan singkat yang diperkenankan : kadar zat kimia di udara tempat kerja yang
tidak boleh dilampaui agar tenaga kerja yang terpapar pada periode singkat yaitu tidak lebih
dari 15 menit, masih dapat menerimanya tanpa mengakibatkan iritasi, kerusakan jaringan
tubuh dan terbius.

NAB tertimbang rata-rata 8 jam (Thershold Limit Value – Time Weighted Average TLV-
TWA), NAB-Pajanan singkat yang diperkenankan (TLVShort Term Exposure Limit- TLV-
STEL 15 Menit),serta NAB-Konsentrasi tertinggi yang diperkenankan (TLV Ceiling),
NAB/NBP menggunakan satuan mg/m3 atau ppm.

Di Indonesia batas pajanan dikenal dengan NAB zat kimia di udara tempat kerja yang
mengacu pada SNI 19-0232-2005.Standar ini memuat tentang NAB rata-rata tertimbang
waktu (Time Weighted Average) zat kimia di udara tempat kerja, dimana terdapat tenaga
kerja yang dapat terpapar zat kimia sehari-hari selama tidak lebih dari 8 jam/hari atau 40
jam/minggu.

Karsinogen berdasarkan standar ini dibagi menjadi 5 yaitu :


A-1 : Zat Kimia yang terbukti karsinogen untuk manusia (confirmed human carcinogen);
A-2 : Zat Kimia yang diperkirakan karsinogen untuk manusia (suspected human
carcinogen);
A-3 : Zat Kimia yang terbukti bersifat karsinogen terhadap binatang percobaan;
A-4 : Zat Kimia yanag belum cukup bukti untuk diklasifikasikan karsinogen terhadap
manusia ataupun binatang;
A-5 : Tidak diperkirakan karsinogen terhadap manusia

Contoh nilai NAB untuk BTX pada standar ini :


1. Benzen : 32 mg/m3 atau 10 bds (ppm); A2
2. Toluen : 188 mg/m3 atau 50 bds (ppm); A4
3. Xylen: 434 mg/m3 atau 100 bds (ppm); A4

ACGIH (American Conference of Governmental Industrial Hygienists), TLVs


(Threshold Limit Values)
a. TLV didalam ACGIH sebagai Nilai Ambang Batas yaitu konsentrasi di udara bahan kimia
yang merepresentasikan kondisi dimana hampir seluruh pekerja dapat terpajan berulang kali,
hari demi hari pada keseluruhan waktu kerja dalam kehidupannya, tanpa timbulnya efek
kesehatan yang merugikan.
b. TLV disusun untuk melindungi pekerja dewasa normal dan sehat. Terdapat 3 kategoriTLV
pada TLV-ACGIH ini, yaitu:
1. TLV-TWA (Thershold Limit Value-Time Weighted Average), Konsentrasi rata-rata
tertimbang waktu untuk 8 jam kerja atau 40 jam perminggu tanpa adanya efek kesehatan
yang merugikan.
2. TLV-STEL (Thershold Limit Value- Short Term Exposure Limit), Nilai ambang batas
untuk pajanan 15 menit yang tidak boleh dilampau pada setiap waktu selama hari kerja,
meskipun 8 jam TWA mendekati (TLVTWA) Maksimum terjadinya STEL adalah 4 kali
dalam sehari & Terdapat jangka waktu 60 menit diantaranya, meskipun konsentrasinya tidak
melebihi TLV-TWA amaka konsentrasi STEL tidak boleh melebihi 5 kali nilaiTLV-
TWAnya.
3. TLV – Ceiling ((Thershold Limit ValueCeiling), Konsentrasi tertinggi yang tidak
diperkenankan tercapai pada setiap bagian pajanan kerja.

Karsinogen berdasarkan standar ini dibagi menjadi 5 yaitu :


1. A-1 :Zat Kimia yang terbukti karsinogen untuk manusia (confirmed human carcinogen);
2. A-2 : Zat Kimia yang diperkirakan karsinogen untuk manusia (suspected human
carcinogen);
3. A-3 : Zat Kimia yang terbukti bersifat karsinogen terhadap binatang percobaan;
4. A-4 : Zat Kimia yanag belum cukup bukti untuk diklasifikasikan karsinogen terhadap
manusia ataupun binatang;
5. A-5 : Tidak diperkirakan karsinogen terhadap manusia

OSHA (Occupational Safety & Health Administration)


PELs (Permissible Exposure Limits)
1. Merupakan konsentrasi rata-rata tertimbang waktu (TWA) yang tidak boleh tercapai
selama 8 jam kerja atau 40 jam perminggu.
2. STEL atau ST adalah konsentrasi 15 menit yang tidak boleh tercapai.
3. C atau disebut Ceiling concentrations adalah konsentrasi tertinggi yang ditetapkan oleh
OSHA yang tidak diperkenankan tercapai. a. Benzene : TWA = 1 ppm, ST = 5 ppm; b.
Toluen : TWA = 100 ppm, Ceiling = 300 ppm c. Xylen : TWA = 100 ppm (435 mg/m3 )
NIOSH (National Institute for Occupational Safety & Health)
RELs (Recommended Exposure Limits)
1. Konstrasi rata-rata tertimbang waktu hingga 10 jam kerja selama 40 jam perminggu.
2. STEL atau disingkat ST adalah konsentrasi pajanan selama 15-menit yang tidak boleh
tercapai selama hari kerja.
3. Nilai ambang batas tertinggi atau Ceiling REL disingkat C merupakan konsentrasi tertinggi
yang tidak diperkenankan tercapai. NIOSJ juga mengeluarkan nilai IDLH (Immediately
Dangerous to Life or Health).

Tujuan IDLH untuk menentukan :


\1. Konsentrasi di udara dimana pekerja dapat melarikan diri tanpa mengalami luka maupun
dampak kesehatan yang merugikan yang bersifat irreversibel jika pajanan terjadi pada kondisi
adanya kegagalan pada perangkat perlindungan pernafasan.
2. Nilai IDLH ditentukan berdasarkan efek yang mungkin timbul sebagai dampak dari
pajanan 30 menit.
3. Nilai 30 menit ini bukan berarti pekerja dapat bekerja pada kondisi tersebut, melainkan
hanya untuk melarikan diri, dan upaya lain untuk dapat keluar dari lokasi.

UK Workplace Exposure Limit EH40/2005


1. WEL-TWA (batas pajanan periode 8 jam) & WEL-STEL : Batas pajanan periode pendek
selama 15 menit. Satuan yang digunakan untuk batas pajanan mg/m3 dan atau ppm.
2. Temperatur yang digunakan untuk konversi adalah 20˚C, dengan tekanan 760 mmHg.
3. Rumus untuk mengkonversi dari ppm menjadi mg/m3 WEL dalam mg m-3 = (WEL dalam
ppm x Berat Molekular)/ 24,06.
a. Temperatur yang digunakan adalah 20˚C, TLV-ACGIH yang menggunakan temperature
25˚C, hal ini karena perbedaan temperatur standar yang digunakan pada kedua negara ini.
b. Notasi lain yang digunakan pada WEI adalah Carc & Sen. Jika TLV-ACGIH terdapat
BEIs, maka pada WEL terdapat BMGV (Biological Monitoring Guidance Values) yaitu nilai
suatu bahan yang telah ditentukan nilai panduan monitoring biologisnya.
MATERI RINGKASAN
PSIKOLOGI INDUSTRI

Psikologi tidak mempelajari jiwa/mental secara langsung karena sifatnya yang abstrak, tetapi
psikologi membatasi pada manifestasi dan ekspresi dari jiwa/mental seseorang yakni berupa
tingkah laku dan proses atau kegiatannya Psikologi ilmu pengetahuan yang mempelajari
tingkah laku dan proses mental

1. Perkembangan teknologi produksi semakin canggih Otomatisasi


2. Faktor manusia (tenaga kerja) tetap penting
3. Faktor-faktor risiko penyebab penyakit atau kecelakaan akibat kerja harus diperhatikan
Faktor fisik, kimia, biologis, ergonomis/fisiologis dan psikologis.

Produktivitas yang optimal Hak bagi tenaga kerja

SEJARAH PERKEMBANGAN PSIKOLOGI INDUSTRI


1.SEBELUM PD I
2.SETELAH PD II
3.SEKARANG

Konsep Psikologi Industri dalam K3


Konsep psikologi Keselamatan kerja yang berfungsi untuk meningkatkan kinerja setiap
individu yang ada dalam organisasi menjadi salah satu kategori yang harus diperhatikan

Ilmu psikologi
Ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dalam perannya sebagai tenaga kerja dan
sebagai konsumen, baik secara perorangan maupun secara kelompok, agar temuannya dapat
diterapkan dalam industri untuk kepentingan dan kemanfaatan bersama
Munsterberg (dalam Berry 1998) Psikologi Industri adalah ilmu yang mempelajari tingkah
laku manusia dalam dunia kerja Suatu keseluruhan pengetahuan (a body of knowledge) yang
berisi fakta, aturan- aturan dan prinsip-prinsip tentang perilaku manusia pada pekerjaan.
Pengetahuan ini dapat disalah gunakan sehingga dapat membahayakan dan merugikan pihak2
yang terlibat
Psikologi industri harus ditujukan untuk kepentingan dan kemanfaatan pihak-pihak yang
terlibat, baik perusahaan sebagai organisasi maupun karyawannya

Ruang Lingkup Psikologi Industri


1. Perilaku manusia yang langsung dapat diamati
2. Perilaku manusia yang tidak langsung dapat diamati

1. Perilaku manusia dipelajari dalam perannya sebagai tenaga kerja dan sebagai konsumen
2. Perilaku manusia dalam interaksi dengan pekerjaan, lingkungan fisik dan lingkungan
psiko-sosialnya di pekerjaan

Peran Psikologi Industri


1.Rekrutmen dan Seleksi: suatu upaya untuk mengajak orang yang sesuai kualifikasi untuk
melamar suatu pekerjaan 2.Sikap Kerja meliputi: kepuasan Kerja, komitmen, perilaku yang
memberi kontribusi pada perusahaan dan perilaku yang membahayakan diri orang lain
3.Training dan pengembangan: peningkatan kompetensi 4.Penilaian kinerja: semakin baik
atau buruk

Peran Psikologi
1. Mentalistik perubahan individu pekerja
2. Kondisional perubahan kondisi kerja atau faktor-faktor di luar diri si pekerja

Ruang Lingkup Psikologi Industri di Wilayah Kerja:


1. Seleksi dan Penempatan karyawan
2. Pelatihan dan pengembangan
3. Pengembangan organisasi
4. Pengukuran kinerja
5. Kualitas hidup tenaga kerja
6. Psikologi konsumen
7. Psikologi rekayasa

Masalah pada Psikologi Industri


1. Person dengan Person 2. Person dengan Group 3. Person dengan Object : Orang Dgn
Alat/Fasilitas 4. Problem Of The Inner Man Himself : Masalah Pribad
TUJUAN PSIKOLOGI INDUSTRI
→Harus menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat. Input : uang,
tenaga kerja, teknologi, informasi dan metode cth : barang militer di tukar dengan beras

1.Menjaga dan meningkatkan efektifitas dari orang-orang yang bekerja di dalamnya, dalam
proses produksi dan distribusi. Mis : pelatihan
2.Menjaga dan meningkatkan human value dari orang yang bekerja, dengan cara memenuhi
kebutuhan tenaga kerja
MATERI RINGKASAN
SISTEM MANAGEMENT K3

DASAR HUKUM SMK3


1. Undang – Undang No. 01 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja;
2. Undang – Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan;
3. Undang – Undang No. 02 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi;
4. Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja;
5. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No. 26 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Penilaian
Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja;
6. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 05 Tahun 2014 tentang Pedoman Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum;
dan
7. Peraturan Menteri Kesehatan No. 66 Tahun 2016 tentang Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Rumah Sakit.

➢Perusahaan wajib menerapkan SMK3 di tempat kerja dengan menintegrasikan sistemnya


dengan SMK3. (mempekerjakan tenaga kerja paling sedikit 100 (seratus) orang atau kurang
dari 100 orang namun dikategorikan mempunyai tingkat potensi bahaya tinggi).

➢Di Sektor Pelayanan Publik misalnya, Menteri Kesehatan melalui Permenkes No. 66
Tahun 2016 meminta seluruh layanan kesehatan baik itu Klinik, Posyandu, Puskesmas,
hingga Rumah Sakit wajib menerapkan SMK3

➢Di sektor Konstruksi, melalui Permen PU No. 05 Tahun 2014 seluruh perusahaan bidang
konstruksi WAJIB menerapkan SMK3. Tujuannya adalah agar dapat meningkatkan
efektifitas perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja yang terencana, terukur, terstruktur
dan terintegrasi; dapat mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja;
serta menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman dan efisien untuk mendorong
produktifitas.

PP No. 50 Tahun 2012, tujuan SMK3


1. Meningkatkan efektifitas perlindungan K3 yang terencana, terukur, terstruktur dan
terintegrasi
2. Mencegah dan mengurangi KK dan PAK dengan melibatkan unsur manajemen,
pekerja/buruh, dan/atau serikat pekerja/serikat buruh
3. Menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman, dan efisien untuk mendorong
produktivitas.

Tahapan SMK3 Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 5 Tahapan SMK3


1.Penetapan Kebijakan K3;
2.Perencanaan K3;
3.Pelaksanaan Rencana K3;
4.Pemantauan dan Evaluasi Kinerja K3; dan
5.Peninjauan dan Peningkatan Kinerja K3.

1. Penetapan Kebijakan
❖ Tinjauan awal kondisi K3 di tempat kerja.
❖ Menyusun naskah
❖ Kebijakan K3 disahkan oleh pucuk pimpinan perusahaan.
❖ Sosialisasikan kepada seluruh tenaga kerja, tamu, kontraktor, pemasok dan pelanggan.
Kebijakan K3 ini perlu ditinjau secara berkala.
1. Menjamin bahwa kebijakan tersebut masih sesuai dengan perubahan yang terjadi dalam
perusahaan dan peraturan perundang-undangan.
2. Menempatkan organisasi K3 pada posisi yang dapat menentukan keputusan perusahaan;
menyediakan anggaran, menyediakan tenaga kerja yang berkualitas, dan menyediakan sarana
pendukung yang diperlukan di bidang K3
3. Menetapkan personil yang memiliki tanggung jawab, memiliki wewenang dan kewajiban
yang jelas dalam penanganan K3.

2. Perencanaan K3
1. Hasil Penelaahan Awal.
2. Identifikasi Potensi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Resiko.
3. Peraturan Perundang-Undangan dan Persyaratan Lainnya.
4. Sumber Daya yang Dimiliki.
3. Pelaksanaan K3
1. Tindakan Pengendalian.
2. Perancangan dan Rekayasa.
3. Prosedur dan Instruksi Kerja.
4. Penyerahan Sebagian Pelaksanaan Pekerjaan.
5. Pembelian/Pengadaan Barang dan Jasa.
6. Produk Akhir.
7. Upaya Menghadapi Keadaan Darurat Kecelakaan dan Bencana Industri.
8. Rencana dan Pemulihan Keadaan Darurat.

4. Pemantauan dan Evaluasi


1. Pemeriksaan, Pengujian dan Pengukuran.
2. Audit Internal SMK3.
Hasil temuan dari pelaksanaan pemantauan dan evaluasi kinerja serta audit SMK3 harus
didokumentasikan dan digunakan untuk tindakan perbaikan dan pencegahan. Pemantauan dan
evaluasi kinerja serta Audit SMK3 dijamin pelaksanaannya secara sistematik dan efektif oleh
pihak manajemen.

5. Peninjauan dan Peningkatan Kinerja SMK3


Untuk menjamin kesesuaian dan keefektifan yang berkesinambungan guna pencapaian tujuan
SMK3, maka harus melakukan tinjauan ulang
1.Penerapan SMK3 secara berkala
2.Tinjauan ulang SMK3 harus dapat mengatasi implikasi K3 terhadap seluruh kegiatan,
produk barang dan jasa termasuk dampaknya terhadap kinerja perusahaan. Tinjauan ulang
penerapan SMK3 paling sedikit meliputi evaluasi terhadap kebijakan K3; tujuan, sasaran dan
kinerja K3; hasil temuan audit SMK3; dan evaluasi efektifitas penerapan SMK3, dan
kebutuhan untuk pengembangan SMK3.

Unsur SMK3
12 Elemen SMK3 (PP No. 50 Tahun 2012)
1.Pembangunan dan pemeliharaan komitmen 2.Strategi pendokumentasian 3.Peninjauan
ulang perancangan dan kontrak 4.Pengembalian dokumen 5.Pembelian 6.K3 pekerja sesuai
SMK3 7.Standar pemantauan 8.Pelaporan dan perbaikan kekurangan 9.Pengelolaan material
dan perpindahannya 10.Pengumpulan dan penggunaan data 11.Audit SMK3
12.Pengembangan keterampilan dan kemampuan

Hasil audit (Permenaker 05/Men/1996) 1.Tingkat pencapaian penerapan 0 – 59 % dan


pelanggaran peraturan perundangan dikenai tindakan hukum 2.Nilai 60 – 84 % diberi
Sertifikat dan bendera perak 3.Nilai 85 – 100 % diberi Sertifikat dan bendera emas

Hambatan Penerapan SMK3


1. Penerapan yang disampaikan pada institusi kerja kurang optimal dan K3 2. Bukan
merupakan prioritas di perusahaan bersangkutan 3. Motivasi tenaga kerja, supervisor, dan
manajemen yang rendah untuk menerapkan K3 di tempat kerja 4. Kondisi khusus seperti
pekerja yang tidak biasa dan tidak routine, kegiatan nonproduksi, adanya sumber energi
tinggi, situasi konstruksi tertentu, dan lingkungan diluar tempat kerja yang tidak mendukung
5. Kesalahan pada penentuan goal, perencanaan, pelaksanaan dan kontrol penerapan K3 6.
Pengambilan keputusan yang kurang cermat, kesalahan penilaian, kalkulasi administrasi yang
tidak tepat, ketrampilan manajemen yang rendah
MATERI RINGKASAN
TOKSIKOLOGI INDUSTRI

Ilmu yang mempelajari kerusakan/cedera pada organisme (hewan, tumbuhan, manusia) yang
diakibatkan oleh suatu materi, substansi, dan/atau energi. Ilmu yang mempelajari racun, tidak
saja efeknya, tetapi juga mekanisme terjadinya efek tersebut pada organisme.

Ilmu yang mempelajari secara kuantitatif dan kualitatif pengaruh jelek dari zat kimiawi, fisis,
dan biologis terhadap sistem biologis. Ilmu yang mempelajari tentang mekanisme kerja dan
efek yang tidak diinginkan dari bahan kimia yang bersifat racun serta dosis yang berbahaya
terhadap tubuh manusia.

TOKSIKOLOGI ILMU YANG MEMPELAJARI TENTANG MEKANISME KERJA DAN


EFEK YANG TIDAK DIINGINKAN DARI BAHAN KIMIA YANG BERSIFAT RACUN
SERTA DOSIS YANG BERBAHAYA TERHADAP TUBUH MANUSIA

TOKSIKOLOGI INDUSTRI SALAH SATU CABANG ILMU TOKSIKOLOGI YANG


MENARUH PERHATIAN PADA PENGARUH PEMAJANAN BAHAN-BAHAN YANG
DIPAKAI DARI SEJAK AWAL SEBAGAI BAHAN BAKU, PROSES PRODUKSI,
HASIL PRODUKSI BESERTA PENANGANANNYA TERHADAP TENAGA KERJA
YANG BEKERJA DI UNIT PRODUKSI TERSEBUT.

Toksin atau Racun 1. Zat yang dalam dosis yang kecil dapat menimbulkan kerusakan pada
jaringan hidup (Sax, 1957). 2. Zat yang bila masuk ke dalam tubuh dalam dosis cukup,
bereaksi secara kimiawi dapat menimbulkan kematian/kerusakan berat pada orang sehat
(Goodman & Gilman,1956). 3. Semua zat pada hakekatnya adalah racun, dosisnyalah yang
membedakan racun dari obat (Paracelsus, 1493- 1541). 4. Zat yang bila dapat memasuki
tubuh dalam keadaan cukup, secara konsisten menyebabkan fungsi tubuh jadi tidak normal.
Toksin atau racun dapat berupa kimia, fisik, dan biologi

Keracunan atau Intoksikasi 1. Keadaan tidak normal akibat efek racun. 2. Perubahan
morfologi, fisiologi, pertumbuhan dan perkembangan tubuh, ataupun pengurangan usia hidup
suatu organisme dan mengakibatkan kerusakan kapasitas fungsi atau gangguan kemampuan
bertahan terhadap racun ataupun meningkatkan kerentanan organisme terhadap zat beracun
berasal dari lingkungan

Toksisitas adalah kemampuan racun (molekul) untuk menimbulkan kerusakan apabila masuk
ke dalam tubuh dan lokasi organ yang rentan terhadapnya. Taraf toksisitas dapat dinyatakan
dengan angka 1-6

Taraf Toksisitas Digunakan untuk menilai taraf toksisitas suatu racun yang sedang diuji-coba
pada berbagai organisme. Taraf toksisitas tergantung pada faktor: 1. Spesies uji, 2. Cara
racun memasuki tubuh/potal entri, 3. Frekuensi dan lamanya paparan, 4. Konsentrasi zat
pemapar, 5. Bentuk, sifat kimia/fisika zat pencemar, 6. Kerentanan berbagai spesies terhadap
pencemar.

FAKTOR YANG MENENTUKAN TINGKAT KERACUNAN 1. Sifat Fisik bahan kimia


Bentuk yang lebih berbahaya bila dalam bentuk cair atau gas yang mudah terinhalasi dan
bentuk partikel bila terhisap, makin kecil partikel makin terdeposit dalam paru-paru 2. Dosis
(konsentrasi) Semakin besar jumlah bahan kimia yang masuk dalam tubuh makin besar efek
bahan racunnya E = T x C E = efek akhir yang terjadi (< NAB) T = time C = concentration

3. Lamanya pemajanan Gejala yang ditimbulkan bisa akut, sub akut dan kronis 4. Interanksi
bahan kimia Aditif : efek yang timbul merupakan penjumlahan kedua bahan kimia mis.
Organophosphat dan enzim cholinesterase Sinergistik : efek yang terjadi lebih berat dari
penjumlahan jika diberikan sendiri2 ex. Pajanan asbes dengan merokok Antagonistik : bila
efek menjadi lebih ringan
5. Distribusi Bahan kimia diserap dalam tubuh kemudian didistribusikan melalui aliran darah
sehingga terjadi akumulasi sampai reaksi tubuh 6. Pengeluaran Ginjal merupakan organ
pengeluaran sangat penting, selain empedu, hati dan paru-paru 7. Faktor tuan rumah (host) -
Faktor genetic - Jenis kelamin : pria (peka bahan kimia pada ginjal, wanita pada hati) - Factor
umur - Status kesehatan - Hygiene perorangan dan perilaku hidup

Dosis Versus Konsentrasi


1. Letal dose/dosis letalis (LD): angka yang sangat pasti, karena mengukur zat yang masuk ke
dalam tubuh, misal: a. LD 10 adalah dosis yang dapat mematikan 10% hewan percobaan b.
LD 50 adalah dosis yang mematikan 50% dari populasi hewan percobaan, digunakan untuk
mengkonversikan dosis aman hasil bioesei kepada dosis aman bagi manusia, dimana LD50
pada hewan dianggap sebagai LD100 pada manusia. c. LD 100, sering dicari untuk keperluan
pemberantasan insekta pengganggu, karena dikehendaki 100% kematian insekta untuk
mencegah terjadinya resistensi.

JENISNYA
1. Racun super: 5 mg/kgBB atau kurang: Nikotin 2. Amat sangat beracun: (5-50 mg/kgBB):
Timbal arsenat 3. Amat beracun: (50-500 mg/kgBB): Hidrokinon 4. Beracun sedang: (0.5-5
g/kgBB): Isopropanol 5. Sedikit beracun: (5-15 g/kgBB): Asam ascorbat 6. Tidak beracun:
(>15 g/kgBB): Propilen gliko

2. Letal concentred/konsentrasi letal (LC50): konsentrasi yang mematikan 50% populasi


hewan uji 1. Istilah ini banyak kelemahannya, karena kematian hewan sebetulnya ditentukan
oleh xenobiotik yang masuk ke dalam tubuh atau dosis. 2. Tidak didapat kepastian bahwa
konsentrasi media itu sama dengan dosis yang memasuki tubuh 3. Pengukuran LC dalam
pelaksanaannya sangat mudah

EFEK
1. Efek aditif, yaitu efek yang terjadi bila kombinasi dua atau lebih bahan kimia saling
mengkuatkan. 2. Efek akut, yaitu efek yang terjadi sesudah terpajan dalam waktu singkat
(jam, hari) 3. Efek kronis, yaitu efek yang terjadi setelah pajanan yang cukup lama (bulanan,
tahunan). 4. Efek sistemik, yaitu efek toksik pada jaringan seluruh tubuh.

Klasifikasi Bahan Beracun


1. Berdasarkan penggunaan bahan: solvent, aditif makanan 2. Berdasarkan target organ: hati,
ginjal, paru, sistem haemopoetik 3. Berdasarkan fisiknya: gas, debu, cair, fume, uap 4.
Berdasarkan kandungan kimia: aromatik amine, hidrokarbon, 5. Berdasarkan toksisitasnya:
ringan, sedang dan berat 6. Berdasarkan fisiologinya: iritan, asfiksan, karsinogenik

Efek Toksik Pada Tubuh


a. Lokal dan Sistemik - Lokal: bahan yang bersifat korosif, iritatif - Sistemik: terjadi setelah
bahan kimia masuk, diserap dan distribusikan ke tubuh - Konsentrasi bahan berbahaya tidak
selalu paling tinggi dalam target organ (misal, target organ methyl merkuri adalah otak, tapi
konsentrasi tertinggi ada di hati dan ginjal, DDT target organnya adalah susunan pusat syaraf
pusat tapi konsentrasi tertinggi pada jaringan lemak)

b. Efek Reversibel dan Irreversibel - Reversible: bila efek yang terjadi hilang dengan
dihentikannya paparan bahan berbahaya. Biasanya konsentrasi masih rendah dan waktu
singkat. - Irreversible: bila efek yang terjadi terus menerus bahkan jadi parah walau pajanan
telah dihentikan (misal karsinoma, penyakit hati), biasanya konsentrasi tinggi dan waktu lama

c. Efek Langsung dan Tertunda - Efek langsung: segera terjadi setelah pajanan (misal
sianida). - Efek tertunda: efek yang terjadi beberapa waktu setelah pajanan (efek
karsinogenik) d. Reaksi Alergi dan Idiosynkrasi - Reaksi alergi (hipersensitivitas) terjadi
karena sensitisasi sebelumnya yang menyebabkan dibentuknya antibodi oleh tubuh. - Reaksi
Idiosynkrasi merupakan reaksi tubuh yang abnormal terhadap genetik (misal kekurangan
enzim succynicholin)
RINGKASAN MATERI
PROMOSI DAN PROGRAM K3

Pengertian
Promosi Berbagai kebijakan dan aktivitas di tempat kerja yang dirancang untuk membantu
pekerja dan perusahaan di semua level untuk memperbaiki dan meningkatkan kesehatan
mereka dengan melibatkan partisipasi pekerja, manajemen dan stakeholder lainnya (WHO)
Memberdayakan masyarakat di tempat kerja untuk mengenali masalah dan tingkat
kesehatannya serta mampu mengatasi, memelihara, meningkatkan dan melindungi
kesehatannya sendiri juga memelihara dan meningkatkan tempat kerja yg sehat (Kemenkes)

Promosi K3
1.Membuat meningkatkan pengendalian seseorang terhadap keselamatan dan kesehatannya
sendiri
2.Meningkatnya perilaku sehat dan selamat tenaga kerja
3.Didasari intervensi lingkungan dan sosial sehingga seseorang dapat hidup yang berkualitas
dengan pencegahan penyebab terjadinya penyakit dan kecelakaan

PENTINGNYA PROMOSI K3
1.Salah satu strategi pemecahan masalah dan pencapaian tujuan K3 2.Upaya pemeliharaan
kesehatan dan keselamatan pekerja melalui pemberdayaan tenaga kerja agar mampu
memelihara kesehatan dan keselamatan diri sendiri di tempat kerja atau saat bekerja
3.Menciptakan lingkungan yang kondusif/ mendukung terbentuknya dan terpeliharanya gaya
hidup sehat

Tujuan Promosi K3
Memberi informasi dan merubah perilaku pekerja agar kondusif bagi kesehatan optimal :
keseimbangan fisik, emosi, spritual, intelektual, dan sosial

Ruang Lingkup
1.Orang => Pekerja 2.Organisasi => Manajemen perusahaan 3.Masyarakat => Kelompok
pekerja 4.Lingkungan kerja
PRINSIP PROMOSI K3
1.Komprehensif
2.Partisipasi dan Pemberdayaan
3.Kerjasama multisektoral
4.Keadilan sosial
5.Berkesinambungan

TAHAPAN PROMOSI K3
1. Komitmen Manajemen
2.Koordinasi
3. Rekognisi Kebutuhan
4.Prioritas
5. Perencanaan
6.Pelaksanaan
7. Evaluasi
8.Perbaikan

Langkah Promosi K3
a. Mengadakan inventarisasi permasalahan kesehatan di tempat kerja maupun di lingkungan
masyarakat
b.Penyampaian program promosi kesehatan kepada pimpinan perusahaan
c. Menetapkan prioritas program kegiatan berdasarkan kemampuan perusahaan dan kondisi
lingkungan
d.Mengevaluasi kegiatan setiap kurun waktu dan melaporkan hasilnya kepada pimpinan
perusahaan
e. Memberikan penghargaan kepada perorangan atau kelompok yang telah berhasil
melaksanakan program promkes

Manfaat Promosi K3
Bagi Manajemen 1. Meningkatkan dukungan terhadap PKDTK 2. Citra perusahaan positif 3.
Meningkatnya moral pekerja 4. Menurunnya PHK 5. Menurunnya angka absensi 6.
Meningkatkan produktivitas 7. Menurunnya biaya kesehatan/asuransi
Bagi Pekerja
1. Meningkatkan percaya diri 2. Meningkatnya produktivitas 3. Menurunnya risiko penyakit
4. Menurunnya stress 5. Meningkatkan kepuasan dan semangat kerja 6. Meningkatkan
pengetahuan pencegahan penyakit 7. Meningkatkan kesehatan individu 8. Meningkatkan
kesehatan keluarga

SASARAN PROMOSI K3
1. Primer Manajemen dan pekerja pada semua tingkatan 2. Sekunder Keluarga manajemen
dan pekerja 3.Tersier Pihak yang memiliki kaitan dengan kesehatan pekerja

Pelayanan Kesehatan
1.Pelayanan promotif
2.Pelayanan preventif
3.Pelayanan kuratif
4.Pelayanan rehabilitative

Program K3
1.Penyelidikan/ ivestigasi kecelakaan kerja
2.Penyebaran statistic kecelakaan kerja
3.Safety monitoring
4.Safety talk
5.Pelatihan
6.Emergency response
RINGKASAN MATERI
HIGIENE DAN SANITASI INDUSTRI

Hygiene Upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan subjeknya
seperti mencuci tangan dengan air bersih dan sabun untuk melindungi kebersihan tangan,
mencuci piring untuk kebersihan piring, membuang bagian makanan yang rusak untuk
melindungi keutuhan makanan secara keseluruhan.

Hygiene adalah ilmu yang berhubungan dengan masalah kesehatan, serta beragai usaha untuk
mempertahankan atau memperbaiki kesehatan. Hygiene juga mencakup upaya perawatan
kesehatan diri, termasuk ketepatan sikap tubuh. Upaya hygiene mencakup perlunya
perlindungan bagi pekerja yang terlibat dalam pengolahan makanan agar terhindar dari sakit,
baik sakit yang terjadi pada umumnya serta sakit yang disebabkan oleh kecelakaan kerja.
Secara garis besarnya, hygiene merupakan usaha seseorang atau individu dan sanitasi
merupakan faktor dari lingkungan sesorang atau individu

Ruang Lingkup Hygiene


1. Personal Hygiene atau kebersihan perorangan adalah suatu usaha untuk memelihara
kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis.
2. Hygiene Makanan dan Minuman adalah suatu usaha untuk menjaga dan memelihara
kebersihan makanan dan minuman yang dikonsumsi oleh manusia.

Sanitasi
Suatu usaha pencegahan penyakit yang menitik beratkan kegiatan pada usaha kesehatan
lingkungan hidup manusia. Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan
melindungi kebersihan lingkungan dari subyeknya

Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan
lingkungan dari subyeknya. Misalnya menyediakan air yang bersih untuk keperluan mencuci
tangan, menyediakan tempat sampah untuk mewadahi sampah agar tidak dibuang
sembarangan (Kementerian Kesehatan).

sanitasi adalah penciptaan atau pemeliharaan kondisi yang mampu mencegah terjadinya
kontaminasi makanan atau terjadinya penyakit yang disebabkan oleh makanan
Ruang Lingkup Sanitasi
1. Penyediaan air bersih/air minum “water supply” ini meliputi pengawasan terhadap
kualitas, kuantitas dan pemanfaatan air. 2. Pengolahan sampah “refuse disposal” ini meliputi
cara pembuangan sampah, peralatan pembuangan sampah dan cara penggunaannya. 3.
Pengolahan makanan dan minuman “food sanitation” ini meliputi pangadaan, penyimpanan,
pengolahan dan penyajian makanan. 4. Pengawasan/pengendalian serangga dan binatang
pengerat “insect and rodent control” ini meliputi cara pengendalian serangan dan binatang
pengerat. 5. Kesehatan dan keselamatan kerja, ini melakukan kegiatan K3 meliputi ruang
kerja “misalnya dapur”, pekerjaan, cara kerja dan tenaga kerja.

Higiene sanitasi makanan


Upaya untuk mengendalikan faktor makanan, orang, tempat dan perlengkapannya yang dapat
atau mungkin dapat menimbulkan penyakit atau gangguan kesehatan dengan tujuan agar
pengolahan makanan sesuai dengan standarnya maka diperlukan higiene dan sanitasi yang
baik

Manfaat Hygiene dan Sanitasi


1. Memastikan tempat beraktivitas bersih. 2. Melindungi setiap individu dari faktor
lingkungan yang dapat merusak kesehatan fisik dan mental. 3. Tindakan pencegahan terhadap
penyakit menular. 4. Tindakan pencegahan terhadap kecelakaan kerja.

Sanitasi makanan merupakan salah satu dalam usaha menjaga kebersihan serta keamanan
makanan untuk terhindar dari keracunan dan penyakit-penyakit. Sanitasi pangan/makanan
adalah upaya untuk mencegah kemungkinan bertumbuhnya dan berkembang jasad renik
pembusuk dan pathogen dalam makanan, minuman, peralatan dan bangunan yang dapat
merusak pangan dan membahayakan manusia

Prinsip Hygiene dan Sanitasi Makanan Prinsip hygiene dan sanitasi makanan adalah
pengendalian terhadap tempat bangunan, peralatan, orang dan bahan makanan. Prinsip ini
penting untuk diketahui karena berperan sebagai factor kunci keberhasilan usaha makanan.
Suatu usaha makanan yang telah tumbuh dan berkembang dengan baik, jika melalaikan
prinsipprinsip hygiene sanitasi makanan dan minuman, besar kemungkinan pada suatu saat
akan merugikan.
Prinsip hygiene makanan dan minuman 1. Pemilihan Bahan Makanan 2. Penyimpanan
bahan makanan 3. Pengolahan Makanan 4. Penyimpanan makanan 5. Pengangkutan makanan
6. Penyajian makanan

Faktor Yang Memengaruhi Hygiene Sanitasi Makanan


Faktor makanan
1. Keadaan bahan makanan 2. Cara penyimpanan bahan makanan 3. Proses pengolahan 4.
Cara pengangkutan makanan yang telah dimasak 5. Cara penyimanan makanan yang masak
6. Cara penyajian makanan masak

Faktor peralatan
1. Persyaratan peralatan dalam proses pengolahan makanan diantranya adalah : 2. Permukaan
alat harus utuh tidak cacat dan mudah dibersihkan 3. Lapisan permukaan alat tidak mudah
larut dalam asam/basa atau garam yang lazim dipakai dalam proses makanan. 4. Apabila alat
tersebut kontak dengan makanan, maka alat tersebut tidak akan mengeluarkan bagian berat
beracun berbahaya

Anda mungkin juga menyukai