Anda di halaman 1dari 12

MANAJEMEN RISIKO KESEHATAN

KESELAMATAN KERJA (K3)


Pentingnya Manajemen Risiko

Penerapan Manajemen Risiko K3 menjadi suatu keutuhan dari sistem


manajemen suatu perusahaan / organisasi. Proses ini dapat
diterapkan di semua tingkatan kegiatan, jabatan, proyek, produk
ataupun asset. Manajemen Risiko akan memberikan dampak yang
optimal jika diterapkan sejak awal kegiatan. Meskipun demikian,
Manajemen Risiko sering dilakukan pada tahap pelaksanaan
kegiatan. Manfaat penerapan manajemen Risiko K3 ini selain
mengurangi peluang kecelakaan juga bermanfaat untuk memberikan
pemahaman kepada semua pihak mengenai petensi bahaya yang ada
pada setiap kegiatan / aktivitas di suatu proyek perusahaaan,
sehingga dapat meningkatkan pengetahuan serta kewaspadaan dan
kesadaran akan keselamatan kerja.
Proses Manajemen Risiko

1. Perencanaan 3. Analisis Risiko


Manajemen Risiko
2. Identifikasi Risiko Kualitatif
4. Analisis Risiko 5. Perencanaan Respon 6. Pengendalian dan
Kuantitatif Risiko. Monitoring Risiko.
Hirarki Pengendalian Risiko

Pengendalian risiko merupakan langkah penting


dan menentukan dalam keseluruhan manajemen
risiko. Pengendalian risiko berperan dalam
meminimalisir/ mengurangi tingkat risiko yang
ada sampai tingkat terendah atau sampai
tingkatan yang dapat ditolerir.
Cara pengendalian risiko dilakukan melalui:

1. Eliminasi : pengendalian ini dilakukan dengan cara menghilangkan sumber


bahaya (hazard).
2. Substitusi : mengurangi risiko dari bahaya dengan cara mengganti proses,
mengganti input dengan yang lebih rendah risikonya.
3. Engineering : mengurangi risiko dari bahaya dengan metode rekayasa teknik
pada alat, mesin, infrastruktur, lingkungan, dan atau bangunan.
Lanjutan

4. Administratif : mengurangi risiko bahaya dengan cera melakukan


pembuatan prosedur, aturan, pemasangan rambu (safety sign), tanda
peringatan, training dan seleksi terhadap kontraktor, material serta
mesin, cara pengatasan, penyimpanan dan pelabelan.

5. Alat Pelindung Diri : mengurangi risiko bahaya dengan cara menggunakan


alat perlindungan diri misalnya safety helmet, masker, sepatu safety,
coverall, kacamata keselamatan, dan alat pelindung diri lainnya yang
sesuai dengan jenis pekerjaan yang dilakukan.
Manajemen Risiko K3 Di Dalam Gedung

Untuk mewujudkan pelaksanaan dari rencana program K3 harus adanya upaya upaya
dalam tindakan pada proses pelaksanaan yang berkelanjutan (Khurnia, 2012).
Upaya-upaya berikut dapat seperti :

• Alat Pelindung Diri (APD). Mempersiapkan peralatan/alat pelindung diri guna


mengurangi cidera dan mencegah timbulnya penyakit akibat kerja.
• Peralatan K3. Atas dasar memperhitungkan kekuatan dari metode kerja dan kebutuhan
peralatan yang akan digunakan untuk mencegah terjadinya kecelakaan agar
dipersiapkan.
• Peninjauan ulang kontrak. Pemilihan saat menerima atau membeli barang dan jasa,
mitra kerja perusahaan harus terjamin dalam artian memenuhi persyaratan K3 agar
dipastikan pada saat menggunakan barang dan jasa dapat dijelaskan kepada semua
pihak yang akan menggunakan barang dan jasa tersebut mengenai risiko-risiko
kecelakaan kerja yang dapat terjadi .
Lanjutan
• 4. Komunikasi K3. Komunikasi lewat dua arah yang efektif dan pelaporan
secara rutin merupakan sumber penting pelaksanaan K3
• 5. Training & Pelatihan. Organisasi harus menyediakan Sumber Daya Manusia
(SDM), sarana dan dana yang memadai untuk menjamin pelaksanaan K3 sesuai
dengan persyaratan sistem K3 yang ditetapkan.
• 6. Inspeksi dan Perbaikan K3. Personel yang terlibat mempunyai kompetensi
cukup pengalaman, catatan, rekaman hasil inspeksi, pengujian, dan
pemantauan dipelihara dan tersedia dengan baik bagi tenaga kerja, kontraktor
yang terkait dan manajemen.
Manajemen Risiko K3 di Luar Gedung

1. Ruang bangunan dan halaman : semua ruang/unit dan halaman yang ada
dalambatas pagar RS (bangunan fisik dan kelengkapannya ) yang
dipergunakan untuk berbagai keperluan dan kegiatan RS.
2. Lingkungan bangunan RS harus mempunyai batas yang jelas, dilengkapi
dengan pagar yang kuat dan tidak memungkinkan orang atau binatang
peliharaan keluar masuk dengan bebas
3. Lingkungan bangunan RS harus bebas dari banjir, jika berlokasi di daerah
rawan banjir harus menyediakan fasilitas/teknologi untuk mengatasinya.
Lanjutan

4. Lingkungan RS harus bebas dari asap rokok, tidak berdebu, tidak


becek, atau tidak terdapat genangan air, dan dibuat landai
menuju ke saluran terbuka atau tertutup, tersedia lubang
penerima air masuk dan disesuiakan dengan luas halaman.
5. Pencahayaan : jalur pejalan kaki harus cukup terang, lingkungan
bangunan RS harus dilengkapi penerangan dengan intensitas
cahaya yang cukup terutama pada area dengan bayangan kuat dan
yang menghadap cahaya yang menyilaukan.
Demikian materi yang dapat kami sampaikan
sekian dan terima kasih

Om Santi Santi Santi Om

Anda mungkin juga menyukai