Anda di halaman 1dari 5

Kejahatan Pasar Modal yang Merugikan Investor di Indonesia

Apakah Anda mengetahui ada beberapa kasus kejahatan pasar modal yang merugikan investor di
Indonesia? Langkah apa saja yang harus kita lakukan sebagai investor agar terhindar dari kejahatan
pasar modal.

Kejahatan Pasar Modal

Investasi adalah salah satu hal penting dan harus dilakukan oleh setiap orang. Investasi adalah cara
untuk meningkatkan pendapatan dan cara untuk mewujudkan tujuan-tujuan keuangan Kita.

[Baca Juga: Berinvestasi Sesuai dengan Rencana Keuangan, agar Tidak Membingungkan]

Seperti yang Anda ketahui ada banyak sekali pilihan investasi, dari yang berjenis aset real (properti,
logam mulia) dan paper asset (saham, reksa dana, obligasi dan lain sebagainya). Berbicara mengenai
paper asset, tentu saja tidak lepas dari istilah pasar modal. Berikut ini video penjelasan mengenai pasar
modal dari BEI (Bursa Efek Indonesia).

YouTube Courtesy, Indonesian Stock Exchange. Pasar Modal

Salah satu ancaman atau risiko berinvestasi di pasar modal adalah terjadinya tindak pindana kejahatan
pasar modal. Ternyata di Indonesia sudah ada lebih dari 5 kasus tindak pindana kejahatan pasar modal.
Mari kita kenali apa saja jenis – jenis kejahatan pasar modal, kasus yang pernah terjadi di Indonesia dan
cara untuk terhindar dari kejahatan pasar modal.

Kasus – Kasus Kejahatan Pasar Modal di Indonesia


Berikut ini adalah kasus – kasus tindak kejahatan pasar modal di Indonesia yang pernah terjadi:

Kasus 1 : Sarijaya Permana Sekuritas (SPS)

Kasus ini terjadi pada tahun 2009, dengan modus penggelapan dana nasabah yang dilakukan oleh
komisaris utama Herman Ramli senilai hampir Rp 235 miliar. Kasus ini diindikasi merugikan 8.700 orang
nasabah. Permasalahan terjadi karena adanya penyalahgunaan uang nasabah yang dilakukan oleh
Herman Ramli.

[Baca Juga: 8 Penipuan Modus Penipuan Berkedok Investasi]

Berkaca dari kasus penggelapan dana nasabah yang sering terjadi, maka pemerintah berusaha
melakukan inovasi dengan SID (Single Investor Identification) dan sistem RDN (Rekening Dana Nasabah).
Dengan adanya SID dan RDN, diharapkan dapat mengurangi jumlah kejahatan pasar modal, khususnya
penggelapan dana nasabah.

Kasus 2 : Antaboga Delta Sekuritas

Kasus berikutnya adalah investasi bodong yang dilakuka oleh Antaboga Delta Sekuritas (ADS). ADS
menjual sebuah produk investasi berjenis reksa dana pendapatanan tetap melalui Bank Century
(sekarang bank J Trust). ADS tentunya menjanjikam hasil investasi yang menarik. Sayangnya uang
investor tidak diinvestasikan sebagai mana mestinya. Reksa dana terproteksi tersebut ternyata tidak
mendapat izin Bapepam – LK. Total kerugian nasabah atau investor mencapai angka Rp 1,4 Trilliun.

Kasus 3 : Signature Capital Indonesia

Kasus berikutnya terjadi pada tahun 2008, oleh Signature Capital Indonesia (SCI). Perusahaan SCI
merepokan saham dan waran milik nasabah tanpa izin nasabah. Kerugian investor diperkirakan
mencapai Rp 101, 69 Miliar.
[Baca Juga: Apa yang Dimaksud dengan Saham?]

Keterangan

Repo: singkatan dari repurchase agreement (persetujuan pembelian kembali). Transaksi jual beli efek
(saham dan surat berharga lainnya) antara pemilik efek dengan calon pembeli. Transaksi tersebut diikuti
dengan perjanjian pembelian kembali oleh pemilik efek pada tanggal, jumlah dan harga yang telah
disepakati bersama. Dalam kasus ini pemilik efek seharusnya nasabah Signature Capital Indonesia,
namun transaksi repo dilakukan oleh Signature Capital Indonesia.

Waran: hak untuk membeli obligasi atau saham dengan harga yang telah ditentukan sebelumnya.

Kasus 4 : AAA Sekuritas

AAA Sekuritas melakukan praktek penggelapan dan adan repo fiktif dengan aset dasar obligasi. Kasus ini
mencuat setelah laporan yang dibuat oleh Grandpruri Permai dengan kerugian Rp 120 Miliar. Hasil
persidangan memutuskan pailit kepada AAA Sekuritas.

Kasus 5 : PT Sekawan Intipratama Tbk

Kasus ini mencuat pada 11 November 2015, karena kasus gagal bayar transaksi repo dan transaksi
manipulatif PT. Sekawan Inipratama, Tbk (SIAP). Kasus ini menyeret beberapa perusahaan sekuritas,
seperti Reliance Securities, Danareksa Sekuritas dan Millenium Danatama Sekuritas. Diperkirakan
kerugian mencapai Rp 300 – Rp 400 Milliar.
2016, Kasus Reliance dan Magnus Capital Masih dalam Penyelidikan

Kasus ini berlangsung, ketika Alwi Susanto dan Sutanni (nasabah PT Reliance Securities Tbk) kesulitan
mencairkan investasinya. Berawal pada akhir tahun 2014, kedua nasabah ini ditawari produk obligasi
FR0035 oleh oknum bernama EP Larasati. Oknum tersebut mengaku karyawan Reliance. Kedua pemodal
diminta mentransfer dana investasi melalui akun di Magnus Capital. Belakangan kasus ini menjadi
semakin runyam karena investor tidak dapat menarik uangnya. Reliance mengaku bahwa oknum
tersebut dulunya adalah karyawan perusahaan dan sudah mengundurkan diri sejak pertengahan tahun
2014. Saat ini kasus tersebut masih dalam pengecekan dan pemeriksaan OJK.

artikel ini diupdate pada tanggal 25 Desember 2016

Melansir sumber harian bisnis dan investasi Kontan, diberitakan bahwa EP Larasati akhirnya divonis 2,5
tahun penjara. Hakim menyatakan, Larasati terbukti mengumpulkan dana nasabah untuk diinvestasikan
di obligasi negara seri FR 0035. Larasati menjanjikan sejumlah hasil investasi (return dari obligasi),
namun pada saat jatuh tempo ia gagal mengembalikan dan nasabah. EP Larasati didakwa tindak pidana
penipuan pasal 378 KUHP Jo pasal 55 ayat ke-1 KUHP.

10 Jenis Tindak Pidana Kejahatan Pasar Modal

Berikut ini adalah tindak pidana yang bisa terjadi dalam pasar modal.

Insider Trading: upaya mencari keuntungan di pasar modal dengan menggunakan informasi dari dalam.

Market Manipulation atau manipulasi pasar adalah serangkaian kegiatan yang menyebabkan seolah-
olah harga efek (saham, obligasi dan produk pasar modal lainnya) naik, tetap atau turun.

Unregistered Broker adalah perdagangan efek yang dilakukan oleh broker (perantara perdagangan) yang
tidak teregistrasi di OJK.

Unregistered Securities adalah perdagangan efek yang dilakukan oleh perusahaan sekuritas yang tidak
teregistrasi di OJK.

Unfair Trading adalah praktek perdagangan pasar modal yang tidak sesuai dengan ketentuan bursa.

Churning adalah praktek jual beli efek nasabah yang dilakukan oleh broker dengan tujuan meningkatkan
jumlah transaksi untuk mendapatkan komisi, tanpa memperhatikan keuntungan nasabah.
Margin Account adalah broker meminjamkan sejumlah uang kepada nasabah untuk melakukan transaksi
(jual beli) efek.

Price Manipulation tindak manipulasi yang dilakukan oleh 2 atau lebih transaksi efek. Tujuannya agar
terjadi penyimpangan harga dan mempengaruhi pihak lain.

Forgery adalah pemalsuan dokumen atau informasi yang berkaitan dengan pasar modal.

Breach Fiduciary Duty adalah tindak kejahatan yang dilakukan oleh orang yang diberi kepercayaan untuk
mengelola dana nasabah (fidusiari).

Tips untuk Investor Agar Terhindar dari Kejahatan Pasar Modal

Bursa Efek Indonesia menyadari bahwa keamanan dana pemodal di pasar modal, perlu dibentuk sebuah
perlindungan untuk investor. PT Bursa Efek Indonesia (BEI) bersama dengan PT Kliring Penjaminan Efek
Indonesia (KPEI) dan PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) mendirikan lembaga pelindungan dana
pemodal. Lemabaga tersebut bernama PT Penyelenggara Program Perlindungan Investor Efek Indonesia
(P3IEI).

Anda mungkin juga menyukai