Anda di halaman 1dari 6

Kuis Mata Kuliah Etika Bisnis dan Profesi Akuntan:

Buatlah analisa kasus sesuai dengan pembagian topik berdasarkan 10 jenis tindak pidana kejahatan di
pasar modal (hasil analisa wajib di turnitin dengan bats similarity < 10%), diketik dengan font time new
roman 12 spasi 1 margin all 2.5 cm kertas A4. Tugas dibuat minimal 3 halaman dan disubmit pada media
madepkulon.perbanas.ac.id

10 Jenis Tindak Pidana Kejahatan Pasar Modal


Berikut ini adalah tindak pidana yang bisa terjadi dalam pasar modal.
1. Insider Trading: upaya mencari keuntungan di pasar modal dengan menggunakan informasi dari
dalam. ABSENSI 1, 11, 21, 22
2. Market Manipulation atau manipulasi pasar adalah serangkaian kegiatan yang menyebabkan
seolah-olah harga efek (saham, obligasi dan produk pasar modal lainnya) naik, tetap atau turun.
ABSENSI 2, 12, 23, 31
3. Unregistered Broker adalah perdagangan efek yang dilakukan oleh broker (perantara
perdagangan) yang tidak teregistrasi di OJK. ABSENSI 3, 13, 24
4. Unregistered Securities adalah perdagangan efek yang dilakukan oleh perusahaan sekuritas yang
tidak teregistrasi di OJK. ABSENSI 4, 14, 25
5. Unfair Trading adalah praktek perdagangan pasar modal yang tidak sesuai dengan ketentuan
bursa. ABSENSI 5, 15, 26, 32
6. Churning adalah praktek jual beli efek nasabah yang dilakukan oleh broker dengan tujuan
meningkatkan jumlah transaksi untuk mendapatkan komisi, tanpa memperhatikan keuntungan
nasabah. ABSENSI 6, 16, 27, 28
7. Margin Account adalah broker meminjamkan sejumlah uang kepada nasabah untuk melakukan
transaksi (jual beli) efek. ABSENSI 7, 17
8. Price Manipulation tindak manipulasi yang dilakukan oleh 2 atau lebih transaksi efek. Tujuannya
agar terjadi penyimpangan harga dan mempengaruhi pihak lain. ABSENSI 8, 18, 33
9. Forgery adalah pemalsuan dokumen atau informasi yang berkaitan dengan pasar modal.
ABSENSI 9, 19
10. Breach Fiduciary Duty adalah tindak kejahatan yang dilakukan oleh orang yang diberi
kepercayaan untuk mengelola dana nasabah (fidusiari). ABSENSI 10, 20, 29, 30
CONTOH HASIL ANALISA KASUS DAN SISTEMATIKA PENULISAN

JUDUL:
Kasus Dana Investasi Jouska dan Kaitannya dengan Etika Bisnis

1. LATAR BELAKANG KASUS


PT. Jouska Finansial Indonesia mendapatkan sejumlah laporan bahwa perusahaan ini tersandung kasus
pengalokasian dana yang merugikan para kliennya. Berdasarkan laporan tanggal 21 Desember 2020,
nilai kerugian investasi 41 nasabah Jouska tercatat mencapai Rp16 miliar. PT. Jouska Finansial Indonesia
mengalokasikan dana pada instrumen saham yang kemudian  harga saham mengalami penurunan
secara drastis. Tindakan tersebut menjadi salah satu penyebab kerugian yang dialami oleh para klien.

2. KETERKAITAN TEORI DENGAN ANALISA DAN PEMBHASAN KASUS


2.1. Pelanggaran Etika Bisnis pada Kasus Jouska
PT. Jouska Finansial Indonesia melakukan beberapa tindakan yang melenceng dari teori etika bisnis yang
tidak sesuai dengan standar praktik perencanaan keuangan di Indonesia. Bahwa tidak seharusnya ia
mengelola uang klien dengan memperjualbelikan portofolio klien walaupun kuasa sudah diberikan oleh
klien. 
Merujuk UU No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal Manajer Investasi, SWI (Satgas Waspada Investasi)
memperkirakan bahwa adanya penyalahgunaan kewenangan yang dilakukan oleh PT Jouska, dimana PT
Jouska bukan sebagai manajer investasi atau penasihat keuangan tetapi lebih dari itu, mereka mengelola
dana klien. Dugaan ini terdapat dari hasil 80 pengaduan para klien PT Jouska yang terima oleh tim Satgas
Waspada Investasi. 
Dalam teori etika bisnis yang di dalamnya terdapat teori deontologi yang  menekankan bahwa
kewajiban organisasi atau individu didalam organisasi wajib untuk bertindak secara baik. Dalam kasus
ini, PT Jouska sudah melanggar dari teori yang ada di dalam etika bisnis yaitu teori deontology. Sudah
jelas bahwa tersangka tidak bertanggung jawab dan mementingkan perusahaannya saja demi meraup
keuntungan dengan menyalahgunakan kewajibannya yang seharusnya hanya menjadi manajer investasi
atau penasihat klien. Jousaka melebihi itu, mereka mengelola dana klien yang seharusnya tidak
dilakukan.
PT Jouska Indonesia juga melanggar prinsip-prinsip yang ada pada etika bisnis yang pertama yaitu;
prinsip kejujuran, dimana prinsip ini merupakan prinsip yang sangat dibutuhkan dalam berdirinya
sebuah perusahaan, tetapi PT Jouska secara tidak langsung membohongi 80 kliennya bahkan diduga
lebih dari itu. Kedua, prinsip mutual benefit principle yaitu saling menguntungkan antara kedua belah
pihak yaitu PT Jouska dan kliennya, kemudian disini juga sudah jelas bahwa klien dari PT Jouska merasa
dirugikan, yang berarti PT Jouska melanggar prinsip etika bisnis yang ada, karena seharusnya klien dan
perusahaan sama-sama untung. Lalu individu yang ada didalam perusahaan PT Jouska ini juga melanggar
prinsip integritas moral yaitu tuntutan menjaga nama baik pimpinan maupun perusahaannya. PT Jouska
bahkan merupakan perusahaan yang sudah diblokir oleh OJK.

2.2. Korupsi pada Kasus Jouska


Berdasarkan kronologi kasus yang terjadi dalam perusahaan PT. Jouska Finansial Indonesia, polisi
menetapkan Aakar Abyasa Fidzuno selaku direktur utama perusahaan Jouska dan Tias Nugraha Putra
selaku direktur perusahaan PT. Amarta Investa yang menjadi salah satu entitas perusahaan dari  PT.
Jouska sebagai tersangka atas kasus tindakan pencucian uang dan  penggelapan. Tersangka berupaya
untuk mengarahkan kliennya agar kontrak terkait dengan pengelolaan Rekening Dana Investor dengan
perusahaan afiliasi bernama PT. Mahesa Strategis Indonesia dapat ditandatangani. 
Pernyataan yang terdapat didalamnya yaitu terkait pemberian kuasa PT. Mahesa Strategis Indonesia
sehingga mereka dapat melakukan pengalokasian dana ke dalam beberapa portofolio yang digunakan
untuk investasi dengan membeli saham dan reksadana, salah satunya yaitu saham PT. Mitra Informatika
Tbk berkode  LUCK. Saham ini dibeli secara masif sehingga  berdampak pada harga saham LUCK yang
meningkat secara signifikan namun, bukan dari valuasi keadaan keuangan, aset, atau prospektus dari
LUCK. 
Tindakan tersebut merupakan salah satu permainan harga saham yang dilakukan oleh PT. Jouska
Finansial Indonesia dengan pemegang saham LUCK yang terdiri atas Caroline, Christine dan Josephine.
Kerjasama ini ditandai dengan adanya penandatanganan yang melawan suatu hukum. Berdasarkan
jenis-jenis tindakan korupsi, kronologi kasus PT. Jouska Finansial Indonesia terkait adanya kesepakatan
permainan harga saham yang memberikan dampak positif berupa peningkatan harga saham bagi
pemegang saham LUCK meskipun bukan berasal dari valuasi keadaan keuangan saham LUCK yang sudah
dijelaskan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa tindakan ini dikategorikan ke dalam jenis korupsi yang
berupa korupsi investif.

2.3. Teori Kontrak (Contract Theory) pada Kasus Jouska


Jouska sebagai perusahaan yang menyediakan jasa perencana keuangan telah merugikan banyak
kliennya. Pasalnya, mereka tidak hanya bergerak dalam perencanaan keuangan, tetapi juga mengelola
keuangan klien yang notabennya bukan menjadi kewenangan Jouska. Perusahaan ini juga tidak terdaftar
di dalam OJK sebagai sebuah perusahaan manajer investasi sehingga dapat dikatakan sebagai
perusahaan yang ilegal untuk dapat mengelola dana para klien. Sebanyak 10 klien Jouska melapor
kepada kepolisian karena mereka mendapatkan kerugian finansial yang besar akibat bekerja sama
dengan perusahaan tersebut. Tim Satgas Waspada Investasi (SWI) juga menerima aduan dari beberapa
klien Jouska yang mengatakan bahwa perusahaan ini bukan hanya memberikan nasihat terhadap
keuangan, melainkan juga ikut mengeksekusi dan mengelola dana nasabah sehingga banyak dari klien
yang merasa dirugikan.
Klien juga diminta tanda tangan oleh Jouska mengenai kontrak bersama PT Amarta Investa dan PT
Mahesa Strategies Indonesia dimana kedua perusahaan tersebut dikenalkan sebagai manajer investasi.
Disini, jouska terlibat sebagai perantara antara klien dengan manajer investasi tersebut. Namun, setelah
diketahui lebih dalam, ternyata founder Jouska yakni Aakar terlibat di dalam dua perusahaan tersebut
sebagai komisaris serta perusahaan manajer investasi ini juga tidak memiliki izin OJK.
Terdapat laporan dari sebagian klien yang menyampaikan bahwa dana mereka digunakan untuk
membeli saham PT Sentral Mitra Informatika Tbk yang memiliki kode saham LUCK. Setelah ditelusuri
lebih lanjut, ternyata hampir seluruh klien digunakan dananya oleh Jouska untuk membeli saham LUCK.
Hal ini tidak diketahui oleh klien dan tidak terdapat dalam kontrak sebelumnya. Sampai pada akhirnya,
saham LUCK mengalami penurunan yang sangat drastis. Awalnya, saham LUCK memiliki harga sekitar Rp
1.900 sampai Rp. 2.020, tetapi terjadi penurunan yang tajam menjadi Rp. 400 pada Desember 2019. 
Hal ini menyebabkan klien Jouska mengalami kerugian finansial yang amat besar. Jouska memang
memiliki akses untuk mengelola Rekening Dana Investor (RDI) klien sehingga dapat melakukan
pembelian dan penjualan saham. Namun, klien baru mendapatkan informasi mengenai transaksi
tersebut setelah pembelian atau penjualan dilakukan oleh Jouska. Selain itu, ada juga keterangan dari
yang menjelaskan bahwa klien tidak memiliki kuasa untuk mengintervensi keputusan Jouska dalam
mengalokasikan dana di beberapa saham dan tidak disertakan pula konfirmasi dari klien. 
Melihat kasus di atas, dapat diketahui bahwa Jouska memiliki kontrak dengan kliennya bernama kontrak
nominaat karena antara pihak perusahaan dengan klien melakukan perjanjian jual-beli. Namun, dalam
kejadian ini dapat dianalisis bahwa Jouska telah melanggar teori kontrak yang mana klien selaku agen
tidak mendapatkan informasi yang jelas mengenai mekanisme penawaran yang didapatkan. Jouska
selaku penyedia jasa perencanaan keuangan seharusnya hanya memberi nasihat kepada kliennya dan
tidak mengelola atau mengintervensi dana mereka. Selain itu, miskomunikasi yang terjadi cenderung
menguntungkan Jouska setelah diindikasikan bahwa perusahaan ini memiliki kesepakatan pula dengan
PT Sentral Mitra Informatika Tbk (LUCK).

3. SIMPULAN
4. DAFTAR PUSTAKA
a. dari jurnal penelitian (60%)
b. media online atau yang lain (40%)
DAFTAR ABSENSI
USERNAME DAN PASSWORD TURNITIN

Anda mungkin juga menyukai