Anda di halaman 1dari 4

NAMA : SELI BAROKAH

NIM : BP20100
KELAS : 20EL4
MATA KULIAH : HUKUM BISNIS

HUBUNGAN BISNIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN PEMEGANG SAHAM

Hubungan bisnis adalah kegiatan yang dilakukan karena mempunyai kepentingan dan tujuan untuk
saling mencari keuntungan satu sama lain. Tujuan tersebut antara lain seperti untuk mempercepat
proses pemasaran produk ke masyarakat luas. Ada juga yang bertujuan membantu pihak lain karena
tidak diizinkannya pihak lain memasarkan produknya di suatu negara. Namun ada pula yang
melakukannya karena ketidakmampuannya untuk berbisnis, ataupun masalah permodalannya.

Pada hubungan bisnis antara perusahaan dengan para pemegang saham ini umumnya hal seperti
penyertaan modal sudah diatur dalam anggaran dasar seperti perjanjian hutang subordinasi atau bila
ada kesepakatan antara pemegang saham yang lama dengan yang baru yaitu Shareholder Agreement.

Pemegang saham atau shareholder merupakan seseorang atau badan hukum yang bertindak sebagai
pemodal pada suatu perseroan terbatas (PT) sehingga memiliki saham pada PT tersebut. Dengan
memiliki saham pada suatu PT, maka pemegang saham dapat dianggap sebagai pemilik dari PT
tersebut. Menurut Pasal 7 ayat (1) UU No. 40/2007 tentang Perseroan Terbatas (UU PT) ,
jumlah pemegang saham dalam PT dibatasi paling sedikit sebanyak 2 orang, sedangkan jumlah
maksimum pemegang saham tidak dibatasi berdasarkan UU PT.

Lalu, sebenarnya apa fungsi dari saham dan keuntungan apa yang bisa didapatkan oleh pemegang
saham? Saham merupakan bukti kepemilikan seseorang atau badan hukum atas PT. Di mana, sebagai
pemegang saham, hak-hak yang dapat Anda peroleh antara lain menghadiri dan mengeluarkan suara
pada saat rapat umum pemegang saham (RUPS), menerima dividen, mendapatkan pembayaran atas
penjualan aset PT dari hasil likuidasi, serta hak lainnya yang ditentukan dalam anggaran dasar PT dan
undang-undang.

Ketika kita memiliki bisnis dan ingin memberikan saham kepada orang lain atau investor, hal penting
yang harus kita lakukan adalah membuat perjanjian pemegang saham sebagai perlindungan bagi para
pemegang saham.

Perjanjian Pemegang Saham atau lebih dikenal dengan Shareholders Agreement merupakan


perjanjian yang dibuat para pihak yang akan mendirikan PT untuk mengatur hak dan kewajiban para
pendiri yang akan bertindak sebagai pemegang saham dari PT tersebut. Cv Perjanjian pemegang
saham secara umum mengatur tentang hak dan kewajiban pemegang saham, pembagian dividen, hak
suara, pengalihan saham, dan hal lainnya yang mengatur hubungan para pemegang saham.
Perusahaan meyakini prinsip bisnis yang baik adalah bisnis yang beretika yakni bisnis dengan kinerja
unggul dan berkesinambungan yang dijalankan dengan mentaati kaidah-kaidah. Hubungan antara
saham yang menjadi modal dasar. Kode etik konponen etika bisnis harus ada dalam penerapan konsep
good corporate governance.

Dengan adanya perjanjian ini terdapat kejelasan dan aturan mengenai apa yang boleh dilakukan dan
tidak boleh dilakukan oleh masing-masing pemegang saham. Hubungan Bisnis Antara Perusahaan.
Perjanjian pemegang saham atau shareholder agreement merupakan perjanjian yang dibuat antara
founder sebagai pemegang saham untuk mengatur lebih lanjut mengenai hak dan kewajiban
pemegang saham pembagian dividen hak suara pengalihan saham dan hal lainnya yang mengatur
hubungan para pemegang saham. Perusahaan pun akan terus melakukan hubungan dengan orang atau
pihak yang memiliki sahamnya dan sudah tugas perusahaan untuk selalu menginformasikan secara
berkala dari waktu ke waktu kepada para pemegang saham tentang jalannya bisnis atau aktivitas
apapun yang dilakukan oleh perusahaan terkait.

Hubungan Bisnis Antara Perusahaan dengan Pemegang Saham secara sederhana dapat digambarkan
sebagai bentuk dari pelaksanaan tanggung jawab antara perusahaan sebagai badan hukum direksi dan
komisaris sebagai pengurus dengan para pemegang saham.

Berinvestasi pada saham membutuhkan banyak penelitan, juga mengharuskan kita banyak-banyak
berasumsi. Contohnya, kita berasumsi angka penghasilan dan pemasukan yang dilaporkan itu benar,
manajemen itu kompeten dan jujur, namun asumsi tersebut juga bisa berubah jadi bencana.

Memahami bagaimana bencana yang terjadi di masa lampau, bisa membantu para investor
menghindarinya di masa depan. Kita akan melihat beberapa kasus perusahaan yang mengkhianati
investornya.

Kasus Investasi Saham Jouska


Mencuatnya kasus investasi yang dinilai merugikan para nasabahnya kali ini dilakukan oleh
perusahaan penasihat perencanaan  keuangan dan konsultan investasi, PT Jouska Finansial Indonesia.
Menurut ketua Satgas Waspada Investasi (SWI) Tongam, menjelaskan bahwa ada 80 kasus
pengaduan yang masuk terkait dengan kasus dana investasi nasabah Jouska. PT Jouska dianggap
merugikan kliennya karena berbuat fatal didalam pengelolaan saham dan sepihak didalam
penempatan dana, menurut pengakuan beberapa klien, Jouska mengarahkan klien untuk
menandatangani kontrak pengelolaan rekening dana investor (RDI) dan PT. Jouska juga memiliki
akses untuk melakukan transaksi. Jouska juga berafiliasi  dengan perusahaan PT. Mahesa Strategis
Indonesia (MSI), kemudian MSI melakukan penempatan dana ke sejumlah portfolio investasi, dana
investasi tersebut dibelikan saham dan reksadana, yang salah satunya berasal dari PT Sentra Mitra
Informasi Tbk, yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan kode saham (LUCK) yang mulai
beroperasi pada tahun 2008 dibidang informasi, teknologi, dan jasa solusi menejemen, selain itu PT
Jouska juga membeli saham melalui PT. Philip Sekuritas, dengan aplikasi trading yang bernama
POEMS.
Menurut pengakuan seorang klien PT. Jouska Yakobus Alvin, menjelaskan bahwa dirinya menaruh
dana sekitar 65 juta dalam kurun waktu 2018 – 2019, namun diakhir tahun 2019  portfolio nya
mengalami floating loss (penurunan saham secara drastis) mencapai 70% dari total saham yang
dimilikinya, namun saat ia ingin melakukan cutloss (penjualan) dan beberapa kali meminta Jouska
untuk menjual saham LUCK, namun tidak ada tanggapan dari Jouska.

Selain pengakuan dari para klien, ternyata Jouska juga belum memiliki izin dari Otoritas Jasa
Keuangan (OJK), yang berarti bahwa Jouska bukanlah Lembaga Keuangan yang diakui, izin
berdirinya Jouska hanya melalui perizinan OSS (Online Single Submission) yang dikeluarkan oleh
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), dan didalam izinnya tersebut disebutkan bahwa
Jouska didirikan sebagai lembaga yang menyediakan jasa pendidikan atau sebagai lembaga kursus.

Berdasarkan fakta diatas, dapat dilihat bahwa ada beberapa hal yang dilanggar oleh PT. Jouska,
yakni :
Pertama, mengenai tindakan yang menyebabkan para klien dapat memproses kasus yang
menyebabkan kerugian tersebut secara hukum, yang dikategorikan sebagai kasus penipuan. Tindak
pidana penipuan atau perbuatan curang (bedrog) yang dilakukan PT.Jouska dapat ditemukan dalam
Pasal 378 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (“KUHP”) sebagai berikut :“Barang siapa dengan
maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, dengan memakai
nama palsu atau martabat palsu, dengan tipu muslihat, ataupun rangkaian kebohongan, menggerakan
orang lain untuk menyerahkan barang sesuatu kepadanya atau supaya memberi hutang maupun
menghapuskan piutang, diancam karena penipuan dengan pidana penjara paling lama empat tahun.

Kedua, mengenai perizinan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengatakan, Jouska tidak masuk kedalam
pengawasan OJK karena bukan lembaga jasa keuangan. Selain itu, izin usahanya pun tidak
dikeluarkan oleh OJK. Hal ini bertentangan dengan fungsi dari OJK, yaitu OJK berfungsi
menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan
kegiatan didalam sektor jasa dan keuangan (Undang-Undang No.21 tahun 2011 tentang Otoritas Jasa
Keuangan, pasal 5), tidak hanya itu, akibat yang ditimbulkan dari PT.Jouska yang tidak memiliki izin
yang jelas ini menyebabkan perjanjian yang disepakati antara klien dan PT.Jouska menjadi batal demi
hukum karena tidak terpenuhinya syarat objektif dari perjanjian tersebut (Pasal 1320 KUHPerdata),
dijelaskan juga di dalam Undang – Undang  No 8 tahun 1995 (Undang – Undang Pasar Modal),
didalam pasal 103, disebutkan bahwa : Pasal 103, yang berbunyi : “Setiap Pihak yang melakukan
kegiatan di Pasar Modal tanpa izin, persetujuan, atau pendaftaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal
6, Pasal 13, Pasal 18, Pasal 30, Pasal 34, Pasal 43, Pasal 48, Pasal 50, dan Pasal 64 diancam dengan
pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar
rupiah)”, berarti selain melanggar peraturan perizinan OJK Jouska pun menyalahi aturan didalam
Undang -  Undang Pasar Modal.

Ketiga, jika dilihat dari aduan nasabah yang mengatakan bahwa Jouska mengarahkan klien untuk
menandatangani kontrak pengelolaan rekening dana investor (RDI) dapatlah dikaitkan dengan
pelanggaran terhadap  UU ITE nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
(ITE), Jouska jelas melanggar pasal 30 ayat 1 yang berbunyi bahwa setiap orang yang dengan sengaja
dan tanpa hak atau melawan hukum mengakses komputer dan/atau Sistem Elektronik milik orang lain
dengan cara apapun.
Kesimpulan yang dapat ditarik dari kasus Jouska ini adalah adanya hal – hal yang crucial yang
dilanggar oleh PT. Jouska mulai dari pengaturan  mengenai perizinan, ITE , bahkan pengaturan
terhadap sebuah perjanjian itu sendiri, selain hal tersebut pembaca juga diharapkan agar lebih berhati
– hati didalam melakukan investasi dana, dimulai dari pengecekan perizinan lembaga, melihat
konsistensi kerja lembaga sekuritas dalam mengelola dana investor, dan jangan mudah tergiur dengan
tawaran return yang sangat besar, apalagi jika dijanjikan dalam kurun waktu tertentu, penulis dan juga
masyarakat juga berharap adanya tindakan yang tegas oleh SWI dan juga OJK yang diharapkan lebih
teliti didalam mengawasi perusahaan – perusahaan non-perbankan, agar tidak ada lagi kasus serupa
yang bersifat merugikan dan meresahkan nasabah kedepannya.

Anda mungkin juga menyukai