Anda di halaman 1dari 5

Soal Tugas 1 HKUM4303

Jakarta: Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir tengah merampingkan
perusahaan-perusahaan pelat merah. Bahkan, ia tak ragu untuk melepas ke swasta. Dalam
Rakernas Hipmi, Erick mengatakan salah satu tolok ukur pemangkasan yakni pendapatan. Jika
pendapatan (revenue) BUMN tersebut kurang dari Rp50 miliar, akan diprivatisasi agar
kinerjanya menjadi lebih baik. "Saya ingin BUMN yang revenue sudah bukan ratusan, bahkan
cuma puluhan miliar lebih baik tidak usah jadi BUMN. BUMN-BUMN yang revenue di bawah
Rp50 miliar diswastanisasikan saja," kata Erick, Jumat, 5 Maret 2021. Menurutnya BUMN yang
tidak memiliki kontribusi besar terhadap negara lebih baik diprivatisasi. Sebab, jika dibiarkan
hanya akan menjadi benalu bagi negara.

"Ngapain BUMN punya perusahaan air minum, buat apa. BUMN menyuplai aspal, buat apa, itu
yang sekarang kita mau terus kecilkan, kita ditutup-tutupin aja karena memang itu progresnya,"
ucap Erick. Selain itu, Erick juga bakal merampingkan gurita bisnis BUMN yang tidak ada
kaitannya dengan inti bisnis sang induk perusahaan. Misalnya saja PT Krakatau Steel (Persero)
ditargetkan untuk menutup anak dan cicit usaha di luar bisnis inti.

Kemudian PT PLN (Persero) diharuskan memangkas gurita bisnisnya dari 70 menjadi 50


perusahaan anak cucu cicitnya. Sementara itu, bila BUMN berniat untuk membentuk dan
mendirikan gurita bisnis baru, harus ada izin dari Kementerian BUMN. "Kurangin anak
cucu. Ngapain BUMN main yang kecil-kecil, BUMN main yang gede, yang puluhan triliun agar
kita bisa bersaing dan jadi garda terdepan dengan asing," pungkas Erick. (Des)

Sumber:
https://www.medcom.id/ekonomi/bisnis/PNgYqdLk-erick-thohir-bakal-privatisasi-bumn-yang-
untung-di-bawah-rp50-miliar

Pertanyaan:
a. Analisislah Bagaimana definisi dan karakteristik badan usaha yang berbentuk badan hukum
dan tidak berbadan hukum? Bagaiman bnetuk badan usaha PT PLN (Persero)? Jelaskan!
b. Bagaimana pertanggungjawaban perseroan terbatas sebagai badan usaha berbadan hukum
berdasarkan karakteristiknya di dalam hukum perusahaan?
c. Dari berita tersebut di atas, identifikasi dan tetapkan, apakah kebijakan pemerintah dalam
melakukan privatisasi pada BUMN sebagai suatu hal yang tepat ataukah merupakan sebuah
persoalan? Jika anda setuju dan memandang privatisasi sebagai sebuah hal yang tepat,
sebutkan alasan anda berpendapat demikian! Jika tidak setuju, sebutkan alasan anda dan
bagaimana jalan keluar (solusi nyata) untuk mengoptimalkan kinerja BUMN?
JAWABAN

1. Badan usaha berbadan hukum adalah badan usaha yang menjadi subjek hukum seperti
orang. Oleh karenanya badan usaha berbadan hukum memiliki hak dan kewajiban untuk
melakukan perbuatannya sendiri. Sementara itu, badan usaha tidak berbadan hukum bukan
merupakan subjek hukum sehingga subjek hukum dipegang oleh orang-orang yang menjadi
pendiri dan sekutunya.

Klasifikasi Badan Usaha

Yang masuk dalam klasifikasi badan usaha badan hukum diantaranya;

 Perseroan Terbatas (PT)


 Yayasan
 Koperasi
 Badan Usaha Miliki Negara (BUMN)
 Badan Usaha Milik Daerah (BUMD)

Sedangkan Badan usaha tidak berbadan hukum meliputi;

 Perusahaan perorangan yang terdiri dari usaha perorangan atau usaha dagang.
 Perusahaan persekutuan, yang terdiri dari persekutuan perdata, Firma dan Persekutuan
komanditer (CV)

Pemisahan Kekayaan

Badan usaha yang menyandang status badan hukum harus memisahkan harta kekayaan
perusahaan dengan harta pribadi para pendiri dan pengurusnya. Sehingga jika terjadi pailit,
harta yang akan disita hanya harta yang dimiliki perusahaan dan harta pribadi milik pendiri
bebas dari sitaan.

Sedangkan badan usaha tidak berbadan hukum tidak memiliki harta perusahaan. Seluruh modal
dan biaya yang digunakan saat pendirian perusahaan dan operasional perusahaan berasal dari
harta pendiri dan sekutunya. Oleh karena itu tak jarang harta para pendiri dan pegurus atau
sekutunya menjadi tercampur satu sama lain. Kemudian jika terjadi kerugian atau ada tuntutan
ganti rugi, maka harta pribadi menjadi jaminannya.

Prosedur Pendirian

Dalam proses pendiriannya, badan usaha berbadan hukum memerlukan pengesahan dari
pemerintah terhadap angaran dasar serta akta pendiriannya. Misalnya pendirian PT yang harus
mendapat pengesahan dari Menteri Hukum dan HAM.
Sementara itu badan usaha tidak berbadan hukum pada dasarnya tidak diwajibkan akta
pendirian yang dibuat di notaris. Badan usaha tidak berbadan hukum dapat didirikan dengan
akta dibawah tangan atau bahkan secara lisan. Meski begitu, agar memiliki kepastian hukum
pendirian badan usaha tidak berbadan hukum dianjurkan untuk membuat akta pendirian di
notaris

Sedangkan PT. PLN termasuk dalam bentuk Badan Usaha Berbadan hukum karena merupakan
BUMN yang jelas memiliki prosedur pendirian yang sesuai dengan hukum yang berlaku.

2. Secara umum, karakteristik PT adalah sebagai berikut:

1. PT didirikan untuk mencari keuntungan.


2. PT mempunyai fungsi komersial dan juga fungsi ekonomi.
3. Modal perusahaan PT didapat dari lembar saham yang dijual dan obligasi.
4. Perusahaan PT tidak memperoleh fasilitas apapun dari negara.
5. RUPS atau Rapat Umum Pemegang Saham akan menentukan kekuasaan tertinggi
perusahaan PT.
6. Setiap pemegang saham memiliki tanggung jawab atas perusahaan sebanyak modal
saham yang ditanamkan.
7. Pemilik saham akan mendapatkan keuntungan saham dalam bentuk dividen
8. Direksi adalah pemimpin utama perusahaan PT

Tanggung jawab hukum secara perdata ini timbul akibat :

1. Adanya Perikatan atau Kontrak;


2. Adanya Perbuatan Melawan Hukum yang dilakukan oleh Perseroan Terbatas; dan
3. Adanya Perbuatan Melawan Hukum yang dilakukan oleh Karyawan Perseroan Terbatas.

TANGGUNG JAWAB HUKUM AKIBAT ADANYA PERIKATAN ATAU KONTRAK

Perseroan Terbatas selaku subyek hukum yang mandiri dapat melakukan perbuatan hukum
sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan Terbatas itu, antara lain melakukan perikatan atau
kontrak dengan subyek hukum lainnya. Dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata Pasal
1320 jo 1338 mengatur bahwa apabila Perseroan Terbatas melakukan perikatan atau kontrak
dengan subyek hukum lain, maka Perseroan Terbatas tersebut terikat ketentuan-ketentuan
yang disepakati dalam perikatan atau kontrak dan wajib untuk mentaatinya.

Apabila Perseroan Terbatas tersebut cidera janji atau wansprestasi, maka Perseroan Terbatas
tersebut dapat dikategorikan telah melakukan pelanggaran kontrak dan dapat dituntut untuk
memenuhi kewajibannya serta membayar biaya termasuk ganti rugi yang timbul beserta
bunganya kalau ada sesuai dengan pasal 1243 Kitab Undang-undang Hukum Perdata.
Sebaliknya juga sama berlaku untuk pihak lain yang melakukan perikatan atau kontrak dengan
Perseroan Terbatas tersebut.
Penyelesaian sengketa tersebut diatas dapat dilakukan di dalam pengadilan (litigasi) atau di luar
pengadilan (negosiasi, mediasi dan arbitrase), sesuai dengan perjanjian penyelesaian sengketa
pada saat membuat perikatan atau kontrak.

TANGGUNG JAWAB PERBUATAN MELAWAN HUKUM YANG DILAKUKAN OLEH PERSEROAN

Tanggung jawab perbuatan melawan hukum ini diatur berdasarkan pasal 1365 Kitab Undang-
undang Hukum Perdata yang menentukan bahwa tiap perbuatan yang melanggar hukum dan
membawa kerugian pada orang lain, mewajibkan orang yang menimbulkan kerugian itu karena
kesalahannya untuk mengganti kerugian tersebut.

Perbuatan yang dilakukan oleh Perseroan adalah perbuatan yang dilakukan oleh Direksi
selaku alter ego Perseroan Terbatas sesuai UUPT. Apabila perbuatan tersebut tidak
mengandung ultra vires dan dilakukan untuk dan atas nama Perseroan, maka perbuatan Direksi
tersebut adalah perbuatan Perseroan. Bila perbuatan tersebut ternyata melanggar hukum dan
merugikan orang atau badan hukum lain, Perseroan wajib mengganti kerugian tersebut dan
bukan pribadi Direksi.

TANGGUNG JAWAB PERBUATAN MELAWAN HUKUM YANG DILAKUKAN OLEH KARYAWAN


PERSEROAN TERBATAS

Tanggung jawab perbuatan melawan hukum ini diatur berdasarkan pasal 1367 Kitab Undang-
undang Hukum Perdata yang menentukan bahwa Majikan-majikan dan mereka yang
mengangkat orang lain untuk mewakili urusan-urusan mereka, bertanggung jawab atas
kerugian yang disebabkan oleh pelayan-pelayan atau bawahan-bawahan mereka di dalam
melakukan pekerjaan yang ditugaskan kepada orang-orang itu.

Ketentuan dalam pasal tersebut diatas menerapkan asas respondiat superior yang berarti
atasan bertanggung jawab atas perbuatan bawahan, selama itu dilakukan dalam lingkup urusan
pekerjaan yang ditetapkan dan menimbulkan kerugian pada pihak lain. Kerugian tersebut dapat
timbul akibat kesalahan ataupun kelalaian bawahan tersebut. Asas ini dikenal juga sebagai
doktrin vicarious liability yang artinya tanggung jawab tidak langsung atau tanggung jawab atas
perbuatan orang lain.

Hal utama yang perlu diperhatikan menyangkut asas respondiat superior adalah “dalam lingkup
pekerjaan yang disepakati”. Hal ini berlaku untuk karyawan ataupun apabila melakukan
penugasan ke pihak lain seperti konsultan, outsourcing, subkontraktor dan lain-lain, sehingga
dapat ditentukan secara lebih jelas sejauh mana hal-hal yang masih menjadi tanggung jawab
majikan/Perseroan Terbatas dan mana yang tidak lagi menjadi tanggung jawab
majikan/Perseroan Terbatas.
DAFTAR REFERENSI

 Leo J. Susilo : Governance, Risk Management and Compliance, Executive’s Guide to Risk
Governance and Risk Oversight.
 Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
 Kitab Undang-undang Hukum Perdata.

3. Kebijakan pemerintah dalam melakukan privatisasi pada BUMN sebagai suatu hal yang tepat
menurut saya, adapun mengapa saya berpendapat privatisasi pada BUMN merupakan langkah
yang sangat tepat untuk diambil sebab Penjualan saham juga dapat langsung ke investor strategis
dengan mekanisme private placement. Dan juga dapat dijual kepada manajemen maupun
karyawan perusahaan BUMN.

Diatur juga dalam Undang-Undang mengenai syarat-syarat suatu BUMN bisa melakukan
privatisasi, diantaranya memerlukan bantuan dan keahlian teknis, membutuhkan dana yang besar
untuk pengembangan usaha tetapi terhalang keterbatasan dana Pemerintah dan mendorong
kelanjutan pengembangan aset melalui kerjasama dengan mitra strategis.

Artinya Pemerintah tidak bisa semena-mena melakukan privatisasi. Sebelumnya telah dilakukan
analisis menyeluruh terkait dengan rencana privatisasi.

Dan setelah adanya privatisasi nilai BUMN tersebut justru akan meningkat sesuai dengan tujuan
yang dipersyaratkan oleh Undang-Undang, sehingga tidak memberikan kerugian bagi Pemerintah.
Sebalikna nilai investasi Pemerintah di BUMN justru bertambah seiring dengan kemajuan BUMN
setelah diberikan dana dan bantuan dari investor strategis

Anda mungkin juga menyukai