Anda di halaman 1dari 4

Dinda Redinata Fadilah

21/473879/EK/23335

Tugas Hukum Bisnis

1. Apakah kelebihan perusahaan yang berbadan hukum dengan yang tidak berbadan
hukum? Sebutkan masing-masing contohnya!
Kelebihan-kelebihan perusahaan berbadan hukum adalah sebagai berikut:
1) Terlindungi oleh undang-undang yang berlaku
2) Memperjelas pemisahan harta pribadi dengan perusahaan
3) Memudahkan perusahaan dalam mendapatkan pendanaan
4) Memiliki legitimasi dari pemerintah
5) Kepemilikan saham mudah dialihkan
6) Tidak ada batasan waktu
7) Meningkatkan kredibilitas, bonafide, dan profesionalitas
Contoh perusahaan berbadan hukum adalah Perseroan Terbatas, Yayasan, Koperasi,
BUMN, dan BUMD.
Kelebihan perusahaan tidak berbadan hukum adalah tidak terdapatnya pengaturan
jumlah modal yang harus dipersiapkan dalam menjalankan kegiatan usaha. Selain itu, biaya
jasa pembentukan Akta Pendirian dari Badan Usaha tidak berbadan hukum lebih kecil
daripada Badan Usaha yang berbadan hukum. Contoh perusahaan tidak berbadan hukum
adalah CV, Firma, dan Persekutuan Perdata.
2. Apa yang menjadi latar belakang lahirnya bentuk Perseroan Terbatas
Perserorangan dalam UU Cipta Kerja? Bagaimanakah cara pendiriannya dan
apakah terdapat perbedaan pendiriannya dengan Perseroan Terbatas biasa?
Latar belakang lahirnya bentuk Perseroan Terbata Perseorangan dalam UU Cipta
Kerja adalah bahwa konsep perseroan perorangan dengan tanggung jawab terbatas
merupakan bentuk badan hukum yang memberikan perlindungan hukum kepada para
pelaku usaha. Selain itu, UU Ciptaker mengenai Perseroan Terbatas Perseorangan ingin
menyederhanakan proses bisnis atau ease of doing business sehingga mampu menciptakan
kemudahan bisnis sehingga mampu menciptakan banyak lapangan kerja.
Cara pendirian dari Perseroan Terbatas Perseorangan adalah sebagai berikut.
1. Didirikan oleh 1 orang (termasuk Pemegang saham dan Direktur, tidak ada Komisaris)
2. Memiliki kegiatan usaha mikro dan kecil
3. Pendiri membuat surat pernyataan pendirian
4. Pendaftaran secara elektronik Perseroan Perorangan melalui Menteri Hukum dan
HAM RI
5. Mengurus NPWP Perseroan Perorangan
6. Mengurus NIB dan Izin usaha Perseroan Perorangan
Terdapat perbedaan dalam pendirian Perseroan Terbatas Perseorangan dengan
Perseoran Terbatas biasa, yaitu apabila PT Perorangan didirikan tanpa akta notaris, hanya
mengisi form pernyataan pendirian secara elektronik sedangkan PT biasa dibuat dengan
akta notaris dalam bahasa Indonesia.
3. Apakah seorang pemegang saham dapat dimintakan pertanggungjawaban melebihi
dari saham yang ia setorkan pada sebuah perseroan terbatas?
Berdasarkan peraturan mengenai Perseroan Terbatas (PT) yang diatur di dalam
Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (“UU PT”) Pasal 3 ayat
(1) dijelaskan mengenai asas separate legal personality bahwa pemegang saham PT tidak
bertanggung jawab atas kerugian perseroan melebihi saham yang dimiliki kecuali terkena
ketentuan pada Pasal 3 ayat (2) UU PT tentang piercing the corporate veil .
4. Apakah tugas-tugas seorang Direksi? Dalam hal tertentu, terdapat pembatasan-
pembatasan tugas Direksi oleh Komisaris atau Rapat Umum Pemegang Saham.
Sebutkan contoh-contoh Tindakan tertentu tersebut? Jika dilanggar apa
konsekuensi hukumnya bagi Direksi?
Sesuai dengan Pasal 100 UUPT, direksi berkewajiban menjalankan dan
melaksanakan beberapa tugas selama jabatannya menurut UUPT, yaitu:
1. Kewajiban membuat daftar (daftar pemegang saham, daftar khusus, risalah RUPS &
risalah rapat direksi);
2. Kewajiban membuat Risalah RUPS dan Risalah Rapat Direksi;
3. Kewajiban membuat laporan tahunan ;
4. Kewajiban memelihara dan menyimpan dokumen PT;
5. Kewajiban Direksi untuk memberi izin kepada pemegang saham untuk memeriksa
dokumen;
6. Kewajiban melaporkan saham yang dimiliki anggota direksi;
7. Kewajiban yuridis meminta persetujuan RUPS atas pengalihan/pengagunan
kekayaan perseroan.
Pembatasan tugas direksi dijelaskan dalam Pasal 99 UUPT. Pasal tersebut
menjelaskan bahwa kewenangan direksi dalam mewakili Perseroan bukan berarti tidak ada
pembatasan. Namun, dalam hal tertentu direksi tidak berwenang mewakili Perseroan
apabila:
1. Dalam hal terjadi perkara di pengadilan antara Perseroan dengan anggota direksi yang
bersangkutan; atau
2. Anggota direksi yang bersangkutan mempunyai benturan kepentingan dengan
Perseroan.
Kesalahan atau kelalaian direksi dalam menjalankan tugasnya hingga terjadi kerugian
direksi dan kekayaan Perseroan tidak cukup untuk membayar seluruh kewajiban Perseroan
akibat kepailitan tersebut, Pasal 114 ayat (4) UUPT mengatur bahwa setiap anggota direksi
secara kut bertanggung jawab dengan anggota dewan komisaris atas kewajiban yang
belum dilunasi. Pada pasal 97 ayat (3) UUPT juga dijelaskan apabila kerugian terjadi
karena kesalahan atau kelalaian dalam menjalankan tugasnya, Direksi dapat dituntu secara
pribadi untuk mengganti kerugian Perseroan.
5. Apakah perbedaan antara merger dan akuisisi?
Merger yang dalam Pasal 1 Angka 9 UU PT didefinisikan sebagai “Penggabungan”
adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh satu perseroan atau lebih untuk
menggabungkan diri dengan perseroan lain yang telah ada, yang mengakibatkan aktiva dan
pasiva dari perseroan yang menggabungkan diri beralih karena hukum kepada perseroan
yang menerima penggabungan dan selanjutnya status badan hukum perseroan yang
menggabungkan diri berakhir karena hukum”
Akuisis atau “Pengambilalihan” dijelaskan dalam Pasal 1 Angka 11 UU PT adalah
perbuatan hukum yang dilakukan oleh badan hukum atau orang perseorangan untuk
mengambil alih saham perseroan yang mengakibatkan beralihnya pengendalian atas
perseroan tersebut
6. Dalam hal terdapat karyawan tidak setuju perusahaannya diakuisisi, apakah akuisisi
menjadi batal? Tindaka apa yang dapat dilakukan oleh perusajhaan?
Tidak, akuisisi dapat terus berlanjut. Tindakan yang dapat dilakukan lebih lanjut
oleh perusahaan apabila terdapat karyawan yang tidak bersedia atas keputusan
pengakuisisian dan tidak bersedia melanjutkan hubungan kerja, maka hal ini dapat
dijadikan alasan terjadinya Pemutusan Hubungan Kerja (“PHK”). Hal ini diatur
dalam Pasal 81 angka 42 UU Cipta Kerja yang memuat baru Pasal 154 A ayat (1) huruf a
UU Ketenagakerjaan (1) Pemutusan hubungan kerja dapat terjadi karena alasan:
(a) perusahaan melakukan penggabungan, peleburan, pengambilalihan, atau pemisahan
perusahaan dan pekerja/buruh tidak bersedia melanjutkan hubungan kerja atau
pengusaha tidak bersedia menerima pekerja/buruh;
Selain itu, Pasal 81 angka 42 UU Cipta Kerja juga menjelaskan bagi para pekerja
yang tidak setuju atas perubahan pengendalian tersebut, maka dapat mengajukan
permohonan PHK atau mengundurkan diri. Atas PHK tersebut, karyawan berhak atas uang
pesangon dan/atau uang penghargaan masa kerja dan uang penggantian hak yang
seharusnya diterima.
7. Dalam hal Kreditur tidak setujui perusahaannya diakuisisi, apakah akuisisi menjadi
batal? Dalam transaksi seperti apa kemungkinan tersebut terjadi?
Ya, apabila kreditur menyatakan keberatan atas akuisisi, maka akuisisi dapat batal.
Hal ini sesuai dengan dalam hal kebeartan dari kreditor sampai dengan tanggal
diselenggarakannya RUPS tidak dapat diselesaikan oleh Direksi perseroan maka keberatan
tersebut harus disampaikan dalam RUPS guna mendapat penyelesaian. Sebelum keberatan
ini diselesaikan maka akuisisi tidak dapat dilaksanakan (Pasal 127 Ayat (2), (3), (5), (6),
dan (7) UUPT.
Kondisi tersebut dapat terjadi dalam transaksi apabila kreditur merasa saham dibeli
dengan harga yang tidak wajar sehingga akan merugikan pemegang saham atau Perseroan
yang mengakibatkan implikasi jangka panjang ketidakmampuan perusahaan membayar
hutang kepada kreditur. Selain itu, karena kreditur menganggap perusahaan yang
mengakuisisi kurang dari segi kredibilitas dan finansial juga untuk membayar hutang
kepadanya.

Anda mungkin juga menyukai