Anda di halaman 1dari 22

RESUME

KLASIFIKASI BADAN USAHA BERBADAN HUKUM DAN BADAN TIDAK

BERBADAN HUKUM

Di susun oleh :
Anisyah
Tri Hidayati
Putri Audadi K.S.
Sultan
Mely Zamri
Ramadhania wati
Dosen Pembibimbing :
M. Anugrah Puji Sakti, S.H., M.H.
Mata Kuliah :
Hukum Bisnis

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SAMAWA

TAHUN AJARAN 2022/2023


BADAN USAHA

Pengertian Badan Usaha

Badan Usaha adalah kesatuan yuridis (hukum) dan ekonomis yang menggunakan

modal dan tenaga kerja untuk mencari keuntungan. Adapun beberapa hal yang diperlukan

untuk mendirikan suatu badan usaha, diantaranya Produk dan jasa yang nantinya akan dijual

atau diperdagangkan

Badan usaha dibagi menjadi dua antara lain :

A. Badan usaha yang berbadan hukum

Pengertian badan usaha yang berbadan hukum

Badan usaha yang berbadan hukum adalah badan usaha yang menjadi subjek hukum

seperti orang. Oleh karena itu, badan usaha badan hukum memiliki hak dan kewajiban

untuk melakukan perbuatan sendiri. Badan usaha berbadan hukum ini mempunyai hak

dan kewajiban sedangkan badan usaha tidak berbadan hukum tidak memiliki hak dan

kewajiban. Konsekuensi hukumnya pihak ketiga yang mempunyai perikatan hanya dapat

menuntut pendiri atau pengurusnya, dan bukan badan usahanya selayaknya pada badan

usaha berbadan hukum. Menurut undang-undang nomor 40 tahun 1999 menentukan

perusahaan pers harus berbadan hukum atau berbentuk badan hukum menurut (pasal 9

ayat 2 undang-undang pers).

Adapun usaha yang berbadan hukum yaitu :

1. Perseroan Terbatas (PT)

a. Pengertian perseroan terbatas (PT)

Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 tentang

Perseroan Terbatas.Perseroan Terbatas, yang selanjutnya disebut Perseroan, adalah

badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian,


melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham

dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-Undang ini serta peraturan

pelaksanaannya.

b. Jenis-jenis Perseroan Terbatas PT

 Perseroan Terbatas Terbuka

Perseroan Terbatas Terbuka (TBK) atau yang sering disebut dengan PT

yang sudah go-public atau Initial Public Offering (IPO) karena penyetoran

modal didalamnya bersifat terbuka untuk para masyarakat. Jenis PT ini akan

menjual sahamnya ke masyarakat melalui pasar modal.

Beberapa contoh perusahaan PT TBK adalah PT. Bank Bank Central

Asia Terbuka., PT Bank Bank Central Asia Terbuka., PT Telekomunikasi

Indonesia (Persero) Terbuka., PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Terbuka,

dll.

 Perseroan Terbatas Tertutup

Berbanding terbalik dengan PT TBK, pengertian PT tertutup adalah

jenis PT yang tidak melakukan aktivitas jual-beli sahamnya untuk masyarakat

luas. Modal yang didapat dari jenis PT ini bisa dari kalangan tertentu saja,

seperti dari sahabat, keluarga, kerabat, dll.

Beberapa contoh perusahaan PT tertutup adalah Salim Group, Bakrie

Group, Sinar Mas Group, Lippo Group, dll.

c. Dasar Hukum Pembentukan PT

Undang-undang no.40 tahun 2007 tentang perseroan terbatas Undang-undang

no.8 tahun 1997 tentang dokumen perusahaan Undang-undang no.8 tahun 1995

tentang pasar modal berkaitan dengan pembentukan PT Terbuka.


d. Cara pendirian Perseroan Terbatas (PT)

1.1. Mempersiapkan data pendirian PT

a) Nama PT

Nama PT minimal dari 3 suku kata, tidak boleh menggunakan serapan

asing dan tidak boleh menggunakan nama PT yang sudah digunakan oleh

yang lain. Pengaturan lengkap tentang pemakaian nama PT diatur dalam PP

43/2011 tentang Tata Cara Pengajuan Dan Pemakaian Nama Perseroan

Terbatas.

b) Tempat dan kedudukan PT

Tempat dan kedudukan PT adalah dimana PT beralamat dan

berkedudukan hukum. Berada di dalam wilayah Kota/Kabupaten mana .

Kedudukan PT harus sama dengan alamat PT yang dipilih. Apabila alamat PT

tersebut tidak sama dengan kudududkan PT nya, maka berdasarkan praktek

dianggap sebagai cabang dan selanjutnya harus dibuat Akta Cabang dan

diurus perizinannya.

c) Maksud dan tujuan PT

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam maksud dan tujuan

PT, yaitu:

1. Anda bisa memilih bidang usaha apapun, kecuali yang yang dilarang oleh

peraturan

2. Bidang usaha yang akan dijalankan, harus tertulis dalam akta pendirian

PT

3. Bidang usaha yang akan dijalankan, harus memiliki izin usaha.

d) Struktur permodalan PT
Menurut UU No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

mensyaratkan untuk membuat PT, minimal Modal Dasar adalah Rp 50juta,

dan minimal 25% dari Modal Dasar harus ditempatkan dan disetor.

e) Pengurus PT

Pengurus PT terdiri dari unsur Direktur dan Komisaris. Apabila

terdapat lebih dari 1 orang Direktur, maka salah satu diangkat sebagai

Direktur Utama. Terhadap Komisaris, juga berlaku hal yang sama. Direktur

bertugas menjalankan perusahaan sehari hari, termasuk tanda tangan kontrak,

tanda tangan giro dan cek atas nama perusahaan, dan kegiatan lainnya.

Komirasi bertugas memberikan nasihat kepada Direktur. Dan Komisaris tidak

berhak bertindak atas nama perusahaan, akibatnya tidak berhak tanda tangan

kontrak dan lainnya.

1.2. Menentukan domisisli PT

Domisili perusahaan menerangkan tentang dimana alamat PT berada.

1.3. Membuat akta pendirian di notaris

Akta Pendirian PT tidak harus dibuat oleh Notaris yang bertempat kedudukan

sama dengan tempat kedudukan PT. Bisa menggunakan Notaris mana saja asalkan

telah memperoleh SK pengangkatan, disumpah dan terdaftar di Kemenkumham.

Semua Pendiri PT akan tanda tangan Akta Pendirian PT dihadapan Notaris. Apabila

ada salah satu dan/atau semua pendiri PT ada yang berhalangan untuk menghadap

Notaris, maka dapat dikuasakan. Notaris juga akan membacakan isi dari Akta

Pendirian PT, juga akan menjelaskan apa saja maksud pasal-pasal dalam Akta

Pendirian PT. Pada saat penandatangan jasa pembuatan PT, Notaris juga akan

meminta beberapa dokumen-dokumen pernyataan diantaranya penggunaan nama PT,

alamat lengkap PT, penyetoran modal dan dokumen-dokumen lainnya.


1.4. Pengesahan SK Menteri pendirian PT

Setelah dibuat Akta Pendirian PT, Notaris akan mengajukan pengesahan badan

hukum atas PT kepada Menteri Hukum dan HAM. Lalu Menteri akan

mengeluarkan Surat Keputusan pengesahan badan hukum PT, sehingga PT

tersebut telah lahir sebagai badan hukum yang diakui oleh Negara. Akibat PT

telah menjadi badan hukum, maka PT dianggap sebagai suatu subjek hukum baru,

yang memiliki hak dan kewajiban yang melekat selamanya. Salah satu kewajiban

tersebut diantaranya adalah harus memiliki nomor pajak dan kewajiban untuk

lapor pajak. Dan karena telah menjadi badan hukum, PT telah bisa melakukan

kontrak dengan pihak ketiga serta melakukan perbuatan hukum lain atas nama

dirinya sendiri (atas nama PT).

1.5. Mengurus NPWP di kantor pajak

Nomor Pokok Wajib Pajak biasa disingkat dengan NPWP adalah nomor yang

diberikan kepada wajib pajak (WP) sebagai sarana dalam administrasi perpajakan

yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas wajib pajak dalam

melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya. Dalam pembuatan PT, akan

memperoleh 2 (dua) dokumen terkait dengan kewajiban perpajakan, yaitu NPWP

dan Surat Keterangan Terdaftar Pajak (SKT Pajak). Sedangkan dokumen

Pengusaha Kena Pajak (PKP) adalah optional, karena tidak semua pembuatan PT

itu wajib menjadi perusahaan PKP.

1.6. Mengurus NIB di OSS RBA

Tujuan dari mendirikan perusahaan adalah melakukan kegiatan komersil atau

dengan kata lain melakukan kegiatan usaha untuk mencari keuntungan.

OSS atau Online Single Submission adalah sistem Perizinan Berusaha Terintegrasi

Secara Elektronik yang diterbitkan Lembaga OSS untuk dan atas nama Menteri,
pimpinan lembaga, Gubernur, atau Bupati/Walikota kepada pelaku bisnis melalui

sistem elektronik yang terintegrasi.

Dasar hukum OSS adalah Peraturan Pemerintah No 24 tahun 2018 tentang

Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik.

Dengan berlakunya OSS ini diharapkan memberikan kemudahan kepada para

pelaku usaha dalam mengurus perizinan usaha, yaitu

 Kemudahan pengurusan perizinan usaha untuk melakukan izin usaha.

 Pemberian fasilitas yang tepat kepada pelaku usaha dalam melakukan

pelaporan.

 Pemberian fasilitas terhadap para pelaku usaha agar dapat terhubung dengan

pihak terlibat untuk memperoleh izin secara aman, cepat, dan real time; dan

 Penyimpanan data perizinan dalam satu identitas yaitu Nomor Induk

Berusaha (NIB).

Setiap kode KBLI memiliki risiko yang berbeda-beda. Jadi apabila kamu

memilih banyak KBLI, kamu harus memenuhi pemenuhan Sertifikat

Standar dari masing-masing kode KBLI.

2. Koperasi

a. Pengertian Koperasi

Kata koperasi diambil dari Bahasa Inggris, yakni cooperation. Jika diterjemahkan ke

dalam Bahasa Indonesia, artinya kerja sama.

Menurut UU No 25 tahun 1992, koperasi dapat diartikan sebagai sebuah badan usaha

yang beranggotakan sekumpulan orang yang kegiatannya berlandaskan prinsip koperasi

sekaligus sebagai gerakan ekonomi kerakyatan yang berasas kekeluargaan. Sementara itu,

menurut bapak proklamator kita, Mohammad Hatta, yang sekaligus menjadi bapak
Koperasi, koperasi adalah suatu jenis badan usaha bersama yang menggunakan asas

kekeluargaan dan gotong royong.

b. Dasar Hukum Koperasi

 Undang-undang No. 25 Tahun

Undang-undang No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian. Dalam

undang undang ini menegaskan bahwa pembinaan koperasi, pengesahan

perubahan anggaran dasar dan pemberian status badan hukum koperasi

merupakan wewenang serta tanggung jawab pemerintah. Wewenang tersebut

dapat dilimpahkan pada menteri yang membidangi koperasi. Dengan demikian

pemerintah bukan untuk mencampuri urusan internal organisasi koperasi

namun hanya mengawasi dan memperhatikan prinsip kemandirian koperasi.

 Peraturan Pemerintah No. 4 tahun 1994

Peraturan Pemerintah No. 4 tahun 1994 tentang Persyaratan dan Tata

Cara Pengesahan Akta Pendirian dan Perubahan Anggaran Dasar Koperasi.

Koperasi perlu diberikan status badan hukum agar dapat melaksanakan fungsi

dan perannya secara efektif . Untuk mendapatkan status badan hukum

koperasi harus memperoleh akta pendirian yang sudah mendapatkan

pengesahan dari pemerintah yang selanjutnya koperasi bertindak secara

mandiri dan melakukan tindakan hukum sesuai maksud dan tujuannya.

 Peraturan Pemerintah No. 17 tahun 1994

Peraturan Pemerintah No. 17 tahun 1994 tentang Pembubaran

Koperasi oleh Pemerintah. Pembubaran koperasi dilakukan apabila kegiatan

koperasi dirasa membahayakan atau menghambat sistem koperasi misalnya

kelangsungan hidupnya sudah tidak dapat dipertahankan lagi meskipun sudah

diberikan bantuan sekalipun atau tidak berjalan sesuai dengan undang-undang


atau anggaran dasar koperasi maka koperasi seperti ini sebaiknya di bubarkan.

Pembubaran koperasi hanya dapat dilakukan oleh pemerintah yang berwenang

dengan segala jenis pertimbangan.

 Peraturan Pemerintah No. 9 tahun 1995

Peraturan Pemerintah No. 9 tahun 1995 tentang Pelaksanaan Kegiatan

Simpan Pinjam oleh Koperasi. Kegiatan simpan pinjam sangat dibutuhkan

oleh para anggota koperasi salah satunya untuk meningkatkan modal usaha

mereka. Maka dari itu dalam peraturan pemerintah ini dimuat ketentuan yang

bertujuan agar kegiatan simpan pinjam yang dilakukan oleh koperasi

berkembang dan berjalan secara jelas, mandiri, teratur dan tangguh. Selain itu

juga memuat ketentuan untuk mengantisipasi prospek masa depan dimana

modal usaha sangat menentukan kelangsungan hidup dan anggota yang

bersangkutan.

 Peraturan Pemerintah No. 33 tahun 1998

Peraturan Pemerintah No. 33 tahun 1998 tentang Modal Penyertaan

pada Koperasi. Peraturan pemerintah ini mengatur tentang prinsip modal yang

meliputi sumber modal penyertaan, hak dan kewjiban, pengelolaan dan

pengawasan, perjanjian sebagai dasar penyelenggaraan, pengalihan modal

penyertaan dan ketentuan peralihan dibiayai oleh modal penyertaan bagi

koperasi yang selama ini telah menyelenggarakan usaha. Pelaksanaan modal

penyertaan perlu diatur dalam sebuah peraturan pemerintah untuk

mempertegas kedudukan modal penyertaan dan memberikan kepastian hukum

bagi pemodal dan koperasi. 

c. Cara pendirian Koperasi


 Pendirian Koperasi dilakukan dengan Akta Pendirian Koperasi yang dibuat

oleh Notaris dalam bahasa Indonesia.

 Akta Pendirian Koperasi memuat Anggaran Dasar dan keterangan yang

berkaitan dengan pendirian Koperasi.

 Keterangan di dalam akta memuat sekurang-kurangnya:

a. nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, tempat tinggal, dan pekerjaan

pendiri perseorangan atau nama, tempat kedudukan, dan alamat lengkap,

serta nomor dan tanggal pengesahan badan hukum Koperasi pendiri bagi

Koperasi

b. susunan, nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, tempat tinggal, dan

pekerjaan Pengawas dan Pengurus yang pertama kali diangkat.

3. Yayasan

c. Pengertian Yayasan

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan

sebagaimana telah diubah oleh Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 ("UU No.

28/2004"), yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan

dan diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan, dan

kemanusiaan, yang tidak mempunyai anggota.

d. Dasar Hukum Yayasan

Dasar hukum Yayasan baru pertama kali terbit pada tahun 2001 seiring

disahkannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2001 tentang

Yayasan (UU No 16 Tahun 2001).

Seiring berjalannya waktu, dasar hukum Yayasan diperbaharui melalui UU

No 28 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas UU Nomor 16 Tahun 2001 tentang

Yayasan.
e. Cara Pendirian Yayasan

3.1. Akta Pendirian dan Pengesahan Pendirian Yayasan

Tahap pendirian yayasan diawali dengan penandatanganan akta dihadapan

seorang notaris oleh para pendiri yayasan. Penandatanganan akta tersebut dapat

dikuasakan pada pihak lain selama terdapat surat kuasa sah dan bermerati cukup

(meterai Rp.10.000;) Setelah akta ditandatangani, notaris akan menerbitkan

salinan akta pendirian yayasan untuk dimohonkan pengesahan oleh Kementerian

Hukum dan HAM. Permohonan pengesahan akta tersebut wajib diajukan dalam

jangka waktu paling lama 10 hari terhitung sejak tanggal ditandatanganinya akta

pendirian. Selain akta pendirian, notaris juga wajib melampirkan dokumen

permohonan pengesahan lainnya berupa surat-surat pernyataan yang telah

ditandatangani oleh para pengurus yayasan yaitu:

4. Surat pernyataan tempat kedudukan disertai alamat lengkap yayasan yang

ditandatangani oleh pengurus yayasan dan diketahui oleh lurah/ kepala

desa setempat atau dengan nama lainnya.

5. Surat pernyataan tertulis dari pendiri yang memuat keterangan nilai

kekayaan yang dipisahkan sebagai kekayaan awal untuk mendirikan

Yayasan

6. Surat pernyataan pendiri mengenai keabsahan kekayaan awal tersebut

7. Surat pernyataan tidak sedang dalam sengketa kepengurusan atau dalam

perkara di pengadilan

8. Surat pernyataan kesanggupan dari pendiri untuk memperoleh kartu

Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan laporan penerimaan surat

pemberitahuan tahunan pajak


9. Surat rekomendasi yang diterbitkan oleh kementerian yang

menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang luar negeri atau

instansi terkait (khusus bagi yayasan dengan pendiri WNA).

3.2. Tambahan Berita Negara RI (TBNRI)

Setelah pendirian yayasan disahkan oleh menteri, peresmian tersebut wajib

diumumkan melalui Tambahan Berita Negara Republik Indonesia (TBNRI). Versi

digital BNRI tersebut dapat diperoleh secara langsung saat notaris melakukan

permohonan dalam bentuk sebagaimana terlampir pada contoh gambar dibawah

ini. Sedangkan untuk buku fisik TBNRI akan dicetak dan dikirimkan oleh

Percetakan Negara RI selama 1-1,5 tahun sejak permohonan diajukan notaris.

3.3. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) Yayasan

Setelah pendirian yayasan berhasil dilakukan, maka tahapan selanjutnya yaitu

memperoleh NPWP melalui Kantor Pelayanan Pajak (KPP) berdasarkan

kecamatan dimana yayasan berdomisili. Permohonan kartu NPWP ini memerlukan

beberapa dokumen diantaranya:

 KTP dan NPWP para pengurus yayasan

 Salinan akta pendirian Yayasan

 Surat pengajuan kartu NPWP.

3.4. Nomor Induk Berusaha (NIB) Yayasan

NIB yayasan merupakan identitas yang diterbitkan melalui OSS (Online

Single Submission). Dengan adanya NIB, maka yayasan memiliki nomor identitas

sebagai pengenal. Nomor identitas tersebut terdiri dari tiga belas digit angka yang

di dalamnya terdapat pengaman dan tanda tangan elektronik. NIB yang telah

diperoleh yayasan berlaku seumur hidup, sehingga pengurus yayasan tidak perlu

untuk melakukan perpanjangan secara berkala.


3.5. Tanda Daftar Yayasan

Berpedoman pada Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 6 Tahun

2021 tentang Tata Cara Pendaftaran Lembaga Kesejahteraan Sosial ("Pergub No.

6/2021"), Tanda Daftar Yayasan merupakan salah satu legalitas yang dimiliki

sebuah yayasan yang berada di wilayah DKI Jakarta. Tanda Daftar Yayasan

berfungsi untuk menyatakan bahwa suatu yayasan merupakan badan hukum yang

benar keberadaannya dan telah terdaftar pada Dinas Sosial/ Dinas Keagamaan

sesuai domisili terdaftarnya yayasan. Adapun kelengkapan berkas yang diperlukan

untuk mengajukan Tanda Daftar Yayasan diantaranya adalah:

 Akta pendirian, NPWP, NIB Yayasan

 Kartu Tanda Penduduk (KTP) pengurus

 Bukti kepemilikan/ sewa domisili yayasan

 Surat permohonan dan surat kuasa (bila permohonan dikuasakan)

 Profil yayasan

 Program kerja tahunan yang ditandatangani oleh pengurus dan

dibubuhi stempel yayasan

 Susunan pengurus dan uraian tugas

 Daftar jenis unit pelayanan sosial dan rencana jumlah warga binaan

sosial.

 Pasfoto berwarna pimpinan yayasan

 Daftar pekerja sosial.

3.6. Izin Operasional Yayasan

Selain Tanda Daftar Yayasan, yayasan di DKI Jakarta juga diwajibkan untuk

memiliki Izin Operasional Yayasan. Sebelum melakukan permohonan izin

tersebut, yayasan wajib terlebih dulu memiliki Tanda Daftar Yayasan. Adapun
dokumen yang diperlukan dalam rangka permohonan Izin Operasional Yayasan

adalah sebagai berikut:

 Akta pendirian, NPWP, NIB Yayasan

 Kartu Tanda Penduduk (KTP) pengurus

 Bukti kepemilikan/ sewa domisili yayasan

 Surat permohonan dan surat kuasa (bila permohonan dikuasakan)

 Tanda Daftar Yayasan (TDY)

 Proposal teknis Yayasan

 Susunan pengurus (ketua, sekretaris, dan bendahara) yang minimal

salah satu pengurusnya harus bertempat tinggal di Provinsi DKI

Jakarta dan memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP) DKI Jakarta

 Program kerja yayasan

 Jenis unit pelayanan sosial dan jumlah warga binaan sosial

 Daftar inventaris Yayasan

 Sumber dana Yayasan

 Daftar pekerja sosial

 Pasfoto ketua yayasan berlatar belakang warna merah.

4. Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

a. Pengertian BUMN

Menurut Undang- Undang No. 19 tahun 2003 Pasal 1, Badan Usaha Milik

Negara, yang selanjutnya disebut BUMN, adalah badan usaha yang seluruh atau

sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung

yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan.


Dasar Hukum BUMN

 Pasal 33 ayat (2) dan ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945

 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas

 Undang -undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

 Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

 Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara

 Peraturan pemerintah Nomor 45 tahun 2005 tentang Pendirian, Pengurusan,

Pengawasan, dan Pembubaran BUMN

b. Cara Pendirian BUMN

i. Pendirian BUMN meliputi:

a. pembentukan Perum atau Persero baru;

b. perubahan bentuk unit instansi pemerintah menjadi BUMN;

c. perubahan bentuk badan hukum BUMN;

d. pembentukan BUMN sebagai akibat dari peleburan Persero dan Perum.

ii. Dalam hal pendirian BUMN dilakukan dengan mengalihkan unit instansi

pemerintah menjadi BUMN, maka dalam ketentuan bahwa seluruh atau sebagian

kekayaan, hak dan kewajiban unit instansi pemerintah tersebut beralih menjadi

kekayaan, hak dan kewajiban BUMN yang didirikan.

iii. Anggaran dasar Persero memuat sekurang-kurangnya hal-hal sebagaimana diatur

dalam ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perseroan terbatas.

iv. Anggaran dasar Perum memuat sekurang-kurangnya:

a. nama dan tempat kedudukan.

b. maksud dan tujuan serta kegiatan usaha;

c. jangka waktu berdiri.


d. besarnya modal.

e. susunan dan jumlah anggota Direksi dan Dewan Pengawas serta komposisi

Dewan Pengawas.

f. tata cara pemilihan, pengangkatan, dan pemberhentian anggota Direksi dan

Dewan Pengawas.

g. tata cara penyelenggaraan rapat Direksi dan rapat Dewan Pengawas.

h. tata cara penggunaan laba;.

i. ketentuan-ketentuan lain menurut Peraturan Pemerintah.

B. Badan Usaha Yang Bukan Badan Hukum

Pengertian badan usaha yang bukan badan hukum

Badan Usaha Bukan Badan Hukum adalah “Bentuk Usaha Bukan Badan Hukum

didirikan berdasarkan perjanjian persekutuan antara dua orang atau lebih yang

mengikatkan diri untuk bekerja sama secara terus menerus dengan memberikan

pemasukan berupa uang, barang, tenaga, keahlian dan/atau klien/pelanggan guna

diusahakan bersama, mempunyai nama dan tempat kedudukan tetap dengan tujuan

mencari dan membagi bersama keuntungan yang diperoleh”. Badan usaha bukan badan

hukum merupakan badan usaha yang mencakup Persekutuan Perdata, Persekutuan Firma

dan Persekutuan Komanditer.

Sebagaimana telah dibahas sebelumnya bahwa badan usaha bukan badan hukum

terdiri dari CV, Firma dan Persekutuan Perdata. Badan usaha bukan badan hukum diatur

melalui

a. Kitab Undang- Undang Hukum Perdata (KUHPerdata),


b. Kitab Undang- Undang Hukum Dagang (KUHD). Baik KUHPerdata dan KUHD

sama- sama diundangkan berdasarkan Staatsblad Tahun 1874 Nomor 23 dan telah

dikodifikasikan maupun di bukukan.

Berdasarkan pengaturan badan usaha bukan badan hukum yang diatur di dalam

KUHD dan KUHPerdata, terdapat perbedaan yang sangat signifikan jika

dibandingkan dengan perusahaan badan hukum. Pada badan usaha bukan badan

hukum hanya diperlukan kesepakatan para pihak, sedangkan syarat pengesahan akta

pendirian oleh pemerintah tidak diperlukan, tanpa adanya formalitas, pendaftaran dan

tanpa perlu adanya pengumuman. Berikut ini akan dibahas satu persatu mengenai

badan usaha bukan badan hukum beserta dasar hukumnya sebagaimana diatur dalam

KUHD dan KUHPerdata.

1. FIRMA

a. Pengertian Firma

Berdasarkan Permenkumham Nomor 17 Tahun 2018 Pasal 1 ayat 2 menyatakan

“Persekutuan Firma yang selanjutnya disebut Firma adalah persekutuan yang

menjalankan usaha secara terus menerus dan setiap sekutunya berhak bertindak atas

nama persekutuan.”

a. Dasar hukum firma

Ketentuan Firma diatur secara khusus di dalam KUHD dan KUHPerdata sebagai

berikut:

1. Buku III KUHPerdata dalam Pasal 1618-1652

2. Pasal 16-35 KUHD (Kitab Undang-undang Hukum Dagang)


3. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 17 tahun

2018 tentang Pendaftaran Persekutuan Komanditer, Persekutuan

Firma, Dan Persekutuan Perdata (Permenkumham 17/2018)

b. Cara pendirian firma

Berdasarkan ketentuan sebagaimana diatur dalam KUHD yang masih berlaku

sampai dengan saat ini, yaitu pada pasal 22 dan 23, bahwa pendirian Firma dilakukan

dengan akta otentik, namun pendirian firma bisa saja dibuat dengan tanpa akta

autentik, sebab tidak ada keharusan untuk itu, akan tetapi demi kepentingan pihak

ketiga akta otentik tetap diperlukan. Pendaftaran firma dilakukan dengan

mendaftarkan akta firma tersebut dalam register di Kepaniteraan Pengadilan Negeri.

Kemudian berdasarkan ketentuan pasal 28 KUHD, bahwa para pesero wajib untuk

melakukan pengumuman atas akta firma tersebut di dalam Berita Negara.

Selama pendaftaran dan pengumuman belum berlangsung maka akibat

hukumnya bagi pihak ketiga adalah sebagai berikut:

i. Firma dianggap menjalankan segala macam urusan perniagaan.

ii. Didirikan dalam waktu tidak terbatas.

iii. Tidak ada sekutu yang dikecualikan untuk bertindak dan menandatangani

surat bagi persekutuan

2. Comaanditer Venootschap (CV)

a. Pengertian CV

Persekutuan Komanditer (Commanditaire Vennotschaap) yang selanjutnya

disebut CV adalah persekutuan yang didirikan oleh satu atau lebih sekutu

komanditer dengan satu atau lebih sekutu komplementer, untuk menjalankan

usaha secara terus menerus.

b. Dasar hukum
i. Kitab Undang- Undang Hukum Perdata (KUHPerdata),

ii. Kitab Undang- Undang Hukum Dagang (KUHD).

iii. Permenkumham No. 17 Tahun 2018

c. Cara pendirian

Pendirian CV tidak diatur secara khusus di dalam KUHD, akan tetapi oleh

karena CV merupakan Firma maka untuk pengaturan CV juga diberlakukan

ketentuan pasal 22 dan 23 KUHD. CV didirikan dengan membuat anggaran dasar

melalui akta pendirian yang dibuat oleh dan dihadapan Notaris, didaftarkan di PN

dan diumumkan dalam Tambahan Berita Negara. Syarat pengesahan dari

Kementerian Hukum dan HAM yaitu surat keterangan terdaftar.

3. Persekutuan Perdaata

a. Pengertian persekutuan perdata

Persekutuan Perdata adalah persekutuan yang menjalankan profesi secara terus

menerus dan setiap sekutunya bertindak atas nama sendiri serta bertanggung

jawab sendiri terhadap pihak ketiga.

b. Dasar hukum persekutuan perdata

i. KUHPerdata Pasal 1618 samaoai dengan 1652

ii. Permenkumham No.17 Tahun 2018

c. Cara pendirian persekutuan perdata

Pendirian persekutuan perdata melalui perjanjian itu haruslah memenuhi

syarat sahnya perjanjian sebagaimana ditentukan dalam Pasal 1320 KUHPerdata

yaitu kesepakatan para pihak, kecakapan, objek yang diperjanjikan dan sebab

yang halal. Syarat kesepakatan dan kecakapan merupakan syarat subjektif yang

menyangkut orang- orang yang membuat perjanjian, sedangkan syarat objek dan

sebab yang halal adalah syarat objektif yang menyangkut objek dari perjanjian (I
Ketut Oka Setiawan, 2018:63). Jika dibandingkan dengan perkumpulan biasa,

pada hakikatnya Persekutuan Perdata tidaklah berbeda dengan perkumpulan biasa,

hanya saja pada persekutuan perdata haruslah ada tujuan untuk memperoleh

keuntungan sedangkan pada persekutuan lain tidak diharuskan untuk memperoleh

keuntungan, selain itu pada persekutuan perdata, pemasukan merupakan unsur

yang mutlak harus dipenuhi, yang berupa pemasukan barang, uang dan tenaga.

DOKUMENTASI

NOTARIS & PPAT

IDEN YUSTITIA, S.H.,M.Kn


FIRMA HUKUM SAMAWA LAW OFFICE

ENDRA SYAIEFUDIN, S.H., M.H.

Anda mungkin juga menyukai