A. Perseroan Terbatas
1.
organisasi
perseroan,
yang
berwenang
mengangkat
dan
10
dimilikinya.
Karena
modalnya
terdiri
dari
saham-saham
yang
dapat
12
Amirizal, Hukum Bisnis, Risalah Teori dan Praktik, Djambatan, Jakarta, 1999.hal. 5
Ahmad Yani, Gunawan Widjaja, Loc. Cit, hal. 7.
13
Munir fuady, Perseroan Terbatas Paradigma Baru, Citra Aditya Bakti, Bandung,
2003, h. 108-109.
hukum, yaitu subyek hukum pribadi (natuurlijk persoon) dan subyek hukum
berupa badan hukum (rechts persoon).
(2) "Badan hukum adalah suatu
dipenuhinya syarat minimal pendiri PT yakni 2 (dua) orang yang untuk kemudian
diajukan pada notaris agar dibuatkan akta pendirian yang sepenuhnya
menggunakan bahasa Indonesia. Akan tetapi ketentuan yang mewajibkan
Perseroan didirikan oleh 2 (dua) orang atau lebih tidak berlaku bagi persero yang
seluruh sahamnya dimiliki oleh negara; atau perseroan yang mengelola bursa
efek, lembaga kliring dan penjaminan, lembaga penyimpanan dan penyelesaian,
dan lembaga lain sebagaimana diatur dalam Undang-Undang tentang Pasar
Modal.
Akta pendirian yang diajukan selain memuat anggaran dasar juga berisi
antara lain 14 :
a. Nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan, tempat tinggal, dan
kewarganegaraan pendiri perseorangan, atau nama, tempat kedudukan dan
14
untuk
memperoleh
Keputusan
Menteri
sebagaimana
dimaksud diatas harus diajukan kepada Menteri Hukum dan HAM paling
lambat 60 (enam puluh) hari terhitung sejak tanggal akta pendirian
ditandatangani, dilengkapi keterangan mengenai dokumen pendukung. Apabila
dalam hal permohonan untuk memperoleh Keputusan Menteri tidak diajukan
dalam jangka waktu tersebut, maka akta pendirian menjadi batal sejak
lewatnya jangka waktu tersebut dan perseroan yang belum memperoleh status
badan hukum bubar karena hukum dan pemberesannya dilakukan oleh pendiri.
Proses selanjutnya apabila format isian telah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan, maka Menteri Hukum dan Ham akan langsung
menyatakan tidak berkeberatan atas permohonan yang bersangkutan secara
elektronik. Dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung
sejak tanggal pernyataan tidak berkeberatan sebagaimana dimaksud, pemohon
yang bersangkutan wajib menyampaikan secara fisik surat permohonan yang
dilampiri dokumen pendukung. Apabila semua persyaratan telah dipenuhi
secara lengkap, paling lambat 14 (empat belas) hari, Menteri Hukum dan Ham
akan menerbitkan keputusan tentang pengesahan badan hukum Perseroan yang
ditandatangani secara elektronik. Akan tetapi jika persyaratan tentang jangka
waktu dan kelengkapan dokumen pendukung tidak dipenuhi, Menteri Hukum
dan Ham langsung memberitahukan hal tersebut kepada pemohon secara
elektronik, dan pernyataan tidak berkeberatan akan gugur. Jika pernyataan
tidak berkeberatan gugur, maka pemohon dapat mengajukan kembali
permohonan untuk memperoleh Keputusan Menteri.
Akan tetapi jika setelah perseroan memperoleh status badan hukum dan
kemudian pemegang saham menjadi kurang dari 2 (dua) orang, dalam jangka
waktu paling lama 6 (enam) bulan terhitung sejak keadaan tersebut pemegang
persetujuan
perubahan
anggaran
dasar,
penerimaan
3.
sero atau saham. Sedangkan kata terbatas menunjuk kepada tanggung jawab yang
terbatas dari sekutu pemegang saham yang tidak melebihi nilai nominal saham
yang dimilikinya. Agar suatu perseroan berfungsi dengan baik, maka perseroan
tersebut harus memiliki kekayaan sendiri. Kekayaan ini dimulai dengan
perolehannya dari para pendiri yang telah mengambil saham dengan kewajiban
untuk menyetor sejumlah uang sebesar nilai saham yang telah diambilnya itu.
Karenanya pada setiap saham dicantumkan jumlah uang yang merupakan nilai
nominal saham tersebut.keseluruhan dari jumlah nilai saham tersebut merupakan
modal dasar perseroan. Dalam struktur modal perseroan, menurut UUPT dapat
dibagi menjadi beberapa, yakni sebagai berikut :
1. Modal dasar (maatschappelijk kapital atau gemeenschappelijk kapital) adalah
modal maksimum dimana dapat dikeluarkan tanpa perubahan anggaran dasar
dan tanpa persetujuan terlebih dahulu dari Menteri Hukum dan HAM.
2. Modal yang ditempatkan (geplaasts kapital), yaitu sejumlah modal dengan
nilai nominal yang diambil para pendiri.
3. Modal yang disetor (gestoort kapital) adalah modal yang telah di penuhi
kewajiban penyetorannya. 15
Dikatakan disini, bahwa modal awal pada saat perseroan didirikan, para
pendiri sudah harus memenuhinya dan merekalah yang pertama kali yang
memberikan modal pada perseroan yang didirikannya itu.
Dalam peraturan lama ( pasal 50 dan 51 KUHD), para pendiri harus ikut
serta dalam modal perseroan sekurang-kurangnya 20% pada saat perseroan
didirikan dan 10% modal perseroan sudah harus disetor sebelum diperoleh
pengesahan. Sedangkan berapa jumlah minimum modal dasar perseroan tidak
ditentukan, begitu pula kapan batas waktu penyetoran penuh harus dilakukan oleh
15
Agus Budiarto, Seri Hukum Perusahaan : Kedudukan Hukun dan Tanggung Jawab
Pendiri Perseroan Terbatas, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2009, hal 43
para pendiri yang mengambil saham juga tidak ditentukan, tetapi semua itu
ditentukan dalam anggaran dasarnya.
Sebaliknya, dalam UUPT ditentukan dengan tegas bahwa suatu perseroan
terbatas harus mempunyai modal dasar minimum sebesar Rp 50.000.000,- (lima
puluh juta rupiah) sebagaimana yang telah di tentukan dalam pasal 32 ayat (1).
Dan modal tersebut, paling sedikit 25% (dua puluh lima persen) sudah harus
ditempatkan dan disetor penuh, seperti dinyatakan dalam pasal 33 ayat (1) UUPT.
Hal yang terdapat didalam UUPT tersebut diatas adalah sangat penting
artinya bagi eksistensi, kelangsungan hidup maupun pengembangan perseroan
terbatas sebagai organisasi ekonomi. Sebab bagaimanapun juga modal merupakan
sarana untuk meraih laba yang sebesar-besarnya yang nantinya akan dibagibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk deviden. 16
Dalam akta pendirian suatu perseroan terbatas pasti dicantumkan jumlah
modal peseroan terbatas yang terbagi dalam saham-saham. Bila dilihat kembali
Undang-Undang No. 15 Tahun 1995 didalam Pasal 24 ayat (2), maka terdapat 2
jenis saham, yakni sebagai berikut :
1. Saham atas nama (op naam, registered stock) adalah saham yang nama
pemiliknya sudah tertera didalamnya. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari
agar tidak jatuh ke tangan orang yang tidak berhak, sebab pengalihannya
memerlukan prosedur balik nama.
2. Saham atas tunjuk (aan toonder, bearer stock) adalah saham yang tidak
menyebut nama pemiliknya dan biasanya disebut sebagai saham blanko.
Peralihannya tidak memerlukan proses balik nama, namun cukup dari tangan
ke tangan, sebab saham ini melegitimasi pemegangnya sebagai pemilik,
kecuali dibukikan terbalik.
Ibid, hal 51
4.
Dalam PT (Pasal 1 ayat (2) UU No. 40). Untuk lebih jelasnya akan dijabarkan
sebagai berikut :
1. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
a.
Pengertian RUPS
Pengertian RUPS terdapat dalam Pasal 1 ayat 4 UU NO. 40 Tahun 2007
Jika
diberikan kepada Direksi atau Dewan Komisaris maka apa yang dimaksud dalam
pasal tersebut sebenarnya adalah RUPS dalam kekuasaannya tidak mutlak.
Artinya, kekuasaan yang diberikan oleh undang-undang kepada RUPS tidak
berarti bahwa RUPS dapat melakukan lingkup tugas dan wewenang yang telah
17
mengenai
peraturan
akan
diadakan
pemanggilan
perundang-undangan
di
bidang
RUPS
pasar
dengan
modal.
2. Direksi
a. Pengertian Direksi
Menurut Pasal 1 ayat (5) UU No. 40 Tahun 2007, yang disebut dengan
Direksi adalah :
Organ Perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan
Perseroan untuk kepentingan Perseroan, sesuai dengan maksud dan tujuan
Perseroan serta mewakili Perseroan, baik di dalam maupun di luar pengadilan
sesuai dengan ketentuan anggaran dasar.
b. Tugas Direksi
Untuk mengetahui tugas dari direksi harus dilihat dari anggaran dasar PT
dan pada umunya berkisar pada hal-halk berikut : 19
1) Mengurus segala urusan perseroan
2) Menguasai harta perseroan
3) Dalam hubungannya dengan pihak ketiga, direksi masing-masing atau
bersama-sama mempunyai hak mewakili perseroan mengenai hal-hal dalam
bidang usaha yang menjadi tujuan perseroan. Direksi bertanggung jawab
penuh mengenai pengurusan perseroan untuk kepentingan dan tujuan dari
perseroan serta mewakili perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan.
4) Dalam hubungannya dengan harta kekayaan perseroan, Direksi harus
mengurus dan menguasai dengan baik, menginventarisasi secara teliti dan
cermat. Segala perbuatan hukum mengenai hak dan kewajiban perseroan
dicatat dalam pembukuan sedemikian rupa sesuai dengan norma-norma
pembukuan yang lazim.
18
3. Dewan Komisaris
Pasal 1 ayat (6) : Dewan Komisaris adalah Organ Perseroan yang
bertugas melakukan pengawasan secara umum dan/atau khusus sesuai dengan
anggaran dasar serta memberi nasihat kepada Direksi. Mengenai uraian
lengkapnya tentang Dewan komisaris akan dijabarkan dalam pasal-pasal berikut :
Pasal 108
(1) Dewan Komisaris melakukan pengawasan atas kebijakan pengurusan,
jalannya pengurusan pada umumnya, baik mengenai Perseroan maupun usaha
Perseroan, dan memberi nasihat kepada Direksi.
(2) Pengawasan dan pemberian nasihat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan untuk kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan
Perseroan.
(3) Dewan Komisaris terdiri atas 1 (satu) orang anggota atau lebih.
(4) Dewan Komisaris yang terdiri atas lebih dari 1 (satu) orang anggota
merupakan majelis dan setiap anggota Dewan Komisaris tidak dapat
bertindak sendirisendiri, melainkan berdasarkan keputusan Dewan Komisaris.
(5) Perseroan yang kegiatan usahanya berkaitan dengan menghimpun dan/atau
mengelola dana masyarakat, Perseroan yang menerbitkan surat pengakuan
utang kepada masyarakat atau Perseroan Terbuka wajib mempunyai paling
sedikit 2 (dua) orang anggota Dewan Komisaris.
Pasal 109
(1) Perseroan yang menjalankan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah
selain mempunyai Dewan Komisaris wajib mempunyai Dewan Pengawas
Syariah.
(2) Dewan Pengawas Syariah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas
seorang ahli syariah atau lebih yang diangkat oleh RUPS atas rekomendasi
Majelis Ulama Indonesia.
(3) Dewan Pengawas Syariah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertugas
memberikan nasihat dan saran kepada Direksi serta mengawasi kegiatan
Perseroan agar sesuai dengan prinsip syariah.
Pasal 110
(1) Yang dapat diangkat menjadi anggota Dewan Komisaris adalah orang
perseorangan yang cakap melakukan perbuatan hukum, kecuali dalam waktu
5 (lima) tahun sebelum pengangkatannya pernah:
a. dinyatakan pailit;
b. menjadi anggota Direksi atau anggota Dewan Komisaris yang dinyatakan
bersalah menyebabkan suatu Perseroan dinyatakan pailit; atau
c dihukum karena melakukan tindak pidana yang merugikan keuangan
negara dan/atau yang berkaitan dengan sektor keuangan.
(2) Ketentuan persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak mengurangi
kemungkinan instansi teknis yang berwenang menetapkan persyaratan
tambahan berdasarkan peraturan perundang-undangan.
(3) Pemenuhan persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
dibuktikan dengan surat yang disimpan oleh Perseroan.
Pengangkatan
anggota
Dewan
Komisaris
yang
tidak
memenuhi
persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 110 ayat (1) dan ayat (2) batal
karena hukum sejak saat anggota Dewan Komisaris lainnya atau Direksi
mengetahui tidak terpenuhinya persyaratan tersebut. Dalam jangka waktu paling
lambat 7 (tujuh) hari terhitung sejak diketahui, Direksi harus mengumumkan
batalnya pengangkatan anggota Dewan Komisaris yang bersangkutan dalam Surat
Kabar dan memberitahukannya kepada Menteri untuk dicatat dalam daftar
Perseroan.
Anggota Dewan Komisaris diangkat oleh RUPS yang untuk pertama kali
pengangkatan anggota Dewan Komisaris dilakukan oleh pendiri dalam akta
pendirian dengan jangka waktu tertentu dan dapat diangkat kembali. Hal
B. Kepailitan
Secara etimologi kepailitan berasal kari kata pailit, selanjutnya istilah
pailit berasal dari bahasa Belanda faillit yang mempunyai arti ganda yaitu
sebagai kata benda dan kata sifat. Istilah faillit sendiri berasal dari Perancis yaitu
faillite yang berarti pemogokan atau kemacetan pembayaran, sedangkan dalam
Bahasa Inggris dikenal dengan kata to fail dengan arti sama, dan dalam bahasa
latin disebut failire. Kemudian istilah kepailitan dalam pengertian hukum istilah
faillit mengandung unsur-unsur tersendiri yang dibatasi secara tajam, namun
definisi mengenai pengertian itu tidak ada dalam undang-undang. Selanjutnya
istilah pailit dalam Bahasa Belanda adalah faillit, maka ada pula sementara orang
yang menerjemahkan sebagai faillit dan faillissement sebagai kepailitan.
Kemudian pada negara-negara yang berbahasa Inggris untuk pengertian
pailit dan kepailitan mempergunakan istilah bankrupt dan bankruptcy. 20
Menurut Munir Fuady yang dimaksud dengan pailit atau bangkrut adalah
suatu sitaan umum atas seluruh harta debitor agar dicapainya perdamaian antara
debitor dan para kreditor atau agar harta tersebut dapat dibagi-bagi secara adil di
antara para kreditor. 21
R. Subekti berpendapat bahwa kepailitan adalah suatu usaha bersama
untuk mendapatkan pembayaran bagi semua orang yang berpiutang secara adil. 22
H. M. N. Puwosutjipto berpendapat bahwa kepailitan adalah segala
sesuatu yang berhubungan dengan peristiwa pailit. Pailit adalah keadaan
berhenti membayar (utang-utangnya). 23
Sedangkan dalam Blacks Law Dictionary pailit atau bankrupt adalah the
state or condition of a person (individual, partnership, corporation, municipality)
who is unable to pay its debt as they are, or become due. The term includes a
20
Munir Fuady, 2002, Hukum Pailit, Citra Aditya Bakti, Bandung, Halaman 8
R.Subekti, 1995, Pokok-Pokok Hukum Dagang, Intermasa, Jakarta, Halaman 28
23
H.M.N. Purwosutjipto, Pengertian Dan Pokok-Pokok Hukum Dagang Indonesia,
Djambatan, Jakarta, Halaman 28
22
person against whom an voluntary petition has been filed, or who has been
adjudged a bankrupt. 24
dapat
dlihat
bahwa
pengertian
pailit
dihubungkan
dengan
24
Bryan A. Garner, 1999, Black Laws Dictionary, West Group, St. Paul, Halaman 141.
Ahmad Yani dan Gunawan Widjaja, 1999, Seri hukum Bisnis, Raja Grafndo Persada,
Jakarta, Halaman 11
25
26
1. Kepailitan adalah sita umum atas semua kekayaan Debitor Pailit yang
pengurusan dan pemberesannya dilakukan oleh Kurator di bawah
pengawasan Hakim pengawas sebagaimana diatur dalam undangundang ini.
2. Kreditor adalah orang yang mempunyai piutang karena perjanjian atau
undang-undang yang dapat ditagih di muka pengadilan.
3. Debitor adalah orang yang mempunyai utang karena perjanjian atau
undang-undang yang pelunasannya dapat ditagih di muka pengadilan.
Dari ketentuan pasal 1 tersebut diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa syaratsyarat yuridis agar suatu perusahaan dapat dinyatakan pailit adalah
a) Adanya utang
Istilah utang menurut pasal 1 UUK merujuk pada hukum perikatan dalam
hukum perdata. Menurut pasal 1233 KUH Perdata, kewajiban atau utang
timbul dari perjanjian atau undang-undang. Ada kewajiban untuk
memberikan sesuatu, untk berbuat sesuatu dan tidak berbuat sesuatu (Pasal
1234 KUH Perdata). Bagi debitur, kewajiban tersebut adalah utang yang
memberikan hak menagih kepada kreditur (tagihan/piutang). Kegagalan
debitur untuk memenuhi kewajiban sebagaimana mestinya dapat menjadi
dasar suatu permohonan kepailitan atau permohonan Penundaan
Kewajiban Pembayaran Utang.
b) Minimal satu dari hutang sudah jatuh tempo
Suatu utang jatuh waktu dan harus dibayar jika utang itu sudah waktunya
untuk dibayar. Dalam perjanjian biasanya diatur kapan suatu utang harus
dibayar. Jika dalam perjanjian tidak mengatur ketentuan mengenai jatuh
tempo utang, maka dalam pasal 1238 KUH Perdata diatur bahwa pihak
yang berutang dianggap lalai apabila ia dengan surat teguran telah
dinyatakan lalai dan dalam surat tersebut debitur diberi waktu tertentu
untuk melunasi utangnya.
c) Minimal satu dari hutang dapat di tagih
d) Adanya Debitur
e) Adanya Kreditur
f) Krediturnya lebih dari satu
g) Pernyataan pailit dilakukan oleh Pengadilan Niaga
h) Permohonan pernyataan pailit diajukan oleh pihak yang berwenang, yaitu
-
Pihak Debitur
Debitur yang mempunyai dua atau lebih kreditur dan tidak membayar
sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih, bisa dijatuhi
keputusan kepailitan. Debitur dsini dapat terdiri dari satu orang atau badan pribadi
atau badan hukum.
Pihak-pihak yang dapat dinyatakan pailit adalah :
1. Orang perorangan
Dalam hal ini baik laki-laki maupun perempuan dapat dinyatakan pailit oleh
pengadilan, baik yang sudah menikah maupun yang belum menikah. Namun
ketetuan yang terdapat Undang-undang Kepailitan No. 37 Tahun 2004 pasal 4
ayat (1) menyatakan bahwa dalam hal permohonan pernyataan pailit diajukan
oleh debitur yang masih terikat dalam pernikahan yang sah, permohonan
hanya dapat diajukan atas persetujuan suami atau istrinya. Selanjutnya dalam
ayat (2) disebutkan bahwa ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
tidak berlaku apabila tidak ada persatuan harta.
2. Perserikatan-perserikatan atau perkumpulan-perkumpulan yang bukan badan
hukum seperti maatschap, firma dan perkumpulan komanditer.
3. Perseroan-perseroan atau perkumpulan-perkumpulan yang berbadan hukum
seperti Perseroan Terbatas (PT), Koperasi dan Yayasan.
4. Harta peninggalan atau warisan dapat dinyatakan pailit oleh Hakim.
termasuk korporasi yang berbentuk badan hukum maupun yang bukan hukum
dalam likuidasi.
Melalui ketentuan ini jelas bahwa setiap orang baik orang perseorangan
atau korporasi termasuk korporasi yang berbentuk badan hukum maupun yang
bukan badan hukum dalam likuidasi dapat mengajukan permohonan pailit dan
dapat diajukan pailit.