PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
1
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perusahaan Indonesia, ( Bandung : PT Citra Aditya Bakti, 2010),
hlm. 83.
berdasarkan perjanjian antara para sekutu yang di dalamnya para sekutu mengikatkan
diri untuk memasukkan sesuatu dalam persekutuan, dengan maksud untuk membagi
keuntungan. Firma adalah persekutuan perdata yang didirikan untuk menjalankan
perusahaan dengan nama bersama. Sedangkan Persekutuan Komanditer adalah
persekutuan yang diadakan antara seorang sekutu atau lebih yang bertanggung jawab
secara pribadi untuk seluruhnya dengan seorang atau lebih sebagai sekutu yang
meminjamkannya.
Kebutuhan pengaturan atau perangkat hukum ini bukan disebabkan oleh tidak
adanya peraturan namun lebih dikarenakan oleh peraturan yang ada (dalam KUHD
dan KUHPerdata) masih merupakan peninggalan kolonial Belanda, yaitu:
Persekutuan Perdata (Maatschap) masih diatur di dalam Bab Kedelapan, bagian
kesatu, buku Ketiga Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerd) dengan judul
“Tentang Perseroan” (Pasal 1618 - Pasal 1652 KUHPerd). Dalam KUHD dikenal
bentuk usaha perorangan, Firma dan Persekutuan Komanditer (commanditaire
vennootschap), atau lebih dikenal sebagai CV diatur di dalam bab Kedua Kitab
Undang-Undang Hukum Dagang (KUHDag) dengan judul “Tentang perseroan firma
dan tentang perseroan secara melepas uang yang juga disebut perseroan komanditer”
(Pasal 16 - Pasal 35 KUHDag)2, sehingga relevansi pengaturannya sudah kurang
sesuai atau tidak update dengan pesatnya perkembangan kegiatan usaha di Indonesia
saat ini.
2
https://www.academia.edu/11868109/
MATRIKS_Persekutuan_Perdata_Firma_dan_Persekutuan_Komanditer_, diakses pada tanggal 8 Februari 2019
pukul 17.35 WIB
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana pengaturan Persekutuan Perdata, Firma dan CV dalam
Permenkumham dilihat dari ketentuan Kitab Undang-undang Hukum Dagang?
2. Bagaimanakah kedudukan CV,Firma, Persekutuan Perdata yang lebih dahulu
disahkan sebelum adanya Peraturan Menteri No.17 Tahun 2018?
BAB II
PEMBAHASAN
Setelah membaca dan memahami Permenkumham tersebut terdapat beberapa hal yang
tidak sesuai dan dirasa kurang dalam KUHD dan KUHPerdata antara lain3 :
Pasal 7 ayat (2) huruf b menentukan, “Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) paling sedikit memuat: b. nama CV, Firma, dan Persekutuan Perdata yang dapat
3
Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Repubulik Indonesa Nomor 17 Tahun 2018
Tentang Pendaftaran Persekutuan Komanditer, Persekutuan Firma, dan Persekutuan Perdata.
dipakai;”, dalam pasal ini tidak dicantumkan secara detail mengenai langkah-
langkah yang harus dilakukan apabila telah ada pemakaian nama yang sama dalam
pendaftaran tersebut dan pasal ini juga harusnya mensyaratkan adanya akta pendirian
dari Notaris untuk mengetahui kesamaan pemakaian nama.
Pasal 8 “Dalam hal nama tidak memenuhi persyaratan pengajuan dan pemakaian
nama CV, Firma, dan Persekutuan Perdata sesuai dengan ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5, Menteri dapat menolak nama CV, Firma, dan Persekutuan
Perdata tersebut secara elektronik” tidak mengatur mengenai konsekuensi CV, Firma
dan Persekutuan Perdata yang perndaftarannya ditolak oleh mentri sedang dalam
pasal 29 KUHD, ditentukan “selama pendaftran dan pengumuman belum terjadi,
maka CV, Firma, dan Persekutuan Perdata tersebut terhadap pihak ke tiga dianggap
sebagai perseroan umum untuk segala urusan, dianggap didirikan untuk waktu yang
tidak ditentukan dan dianggap tiada serta seorang perseropun dilarang melakukan
hak untuk bertindak dan bertandatangan atas CV, Firma, dan Persekutuan Perdata.
Pasal 10 ayat (4), “Apabila pendaftaran pendirian CV, Firma, dan Persekutuan
Perdata melebihi jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2), permohonan
pendaftaran pendirian CV, Firma, dan Persekutuan Perdata tidak dapat diajukan
kepada Menteri” serta Pasal 15 ayat (4), “Apabila pendaftaran perubahan anggaran
dasar CV, Firma, dan Persekutuan Perdata melebihi jangka waktu sebagaimana
dimaksud pada ayat (3), permohonan pendaftaran perubahan anggaran dasar CV,
Firma, dan Persekutuan Perdata tidak dapat diajukan kepada Menteri”. Konsekuensi
dari kedua pasal ini adalah apabila tidak dapat diajukan maka harus ada pengulangan
pembuatan akta yang menyebabkan proses tersebut menjadi tidak efesien, efektif
dan membatasi hak-hak para pihak, padahal akta yang telah diajukan oleh para pihak
tersebut adalah akta autentik yang mempunyai kekuatan pembuktian sempurna
sehingga menurut kami tidak perlu dibuat ulang.
Pasal 20 ayat (3) huruf c “Dalam mengajukan permohonan pendaftaran sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) harus dilengkapi dengan: c. dokumen lain yang menyatakan
pembubaran”, pengertian dokumen lain dalam pasal ini tidak dijelaskan apa dan
bagaimana bentuk dan ketentuannya sehingga, bisa menimbulkan multitafsir dan
kepalsuan.
Pasal 21 ayat (1) “Dalam hal permohonan pendaftaran pendirian, pendaftaran
perubahan anggaran dasar, dan pembubaran CV, Firma dan Persekutuan Perdata
tidak dapat diajukan secara elektronik karena disebabkan oleh: a. Notaris yang
tempat kedudukannya belum tersedia jaringan internet; atau b. Sistem Administrasi
Badan Usaha tidak berfungsi sebagaimana mestinya berdasarkan pengumuman resmi
oleh Menteri, Pemohon dapat mengajukan permohonan secara nonelektronik”, pasal
ini tidak konsisten, hal ini dapat dilihat dalam konsideran menimbang “bahwa untuk
melaksanakan ketentuan Pasal 15 ayat (3), Pasal 16 ayat (3), dan Pasal 17 ayat (3)
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha
Terintegrasi Secara Elektronik, perlu menetapkan Peraturan Menteri Hukum dan
Hak Asasi Manusia tentang Pendaftaran, Persekutuan Komanditer, Persekutan
Firma, dan Persekutuan Perdata;” diamana dalam konsideran menimbang dinyatakan
terintegrasi secara elektronik, namun dipasal 21 ayat (1) diatur pendaftaran secara
non-elektronik. Dan dalam hal kedudukan notaris dimana tidak terdapat jaringan
internet, notaris dirasa bisa mengusahakan membuat akta diprovinsi yang tentu
disana terdapat jaringan internet yang lebih memadai dari pada langsung menyatakan
bahwa akta tersebut tidak bisa didaftar secara elekotronik.
Pasal 22 “Apabila di kemudian hari ditemukan ketidaksesuaian data dan dokumen
pendukung dalam format pendaftaran pendirian, pendaftaran perubahan anggaran dasar, dan
pendaftaran pembubaran CV, Firma, dan Persekutuan Perdata, SKT dicabut dan dinyatakan
tidak berlaku”, dalam pasal ini tidak dijelaskan kewenangan dari siapa untuk mencabut dan
menyatakan SKT tidak berlaku.
Apabila ada CV,Firma, Persekutuan Perdata yang lebih dahulu disahkan sebelum
adanya Peraturan Menteri No.17 Tahun 2018 maka seperti didalam pasal 23 ayat (1)
Permenkumham yang berisi sebagai berikut “ Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku,
CV, Firma dan Persekutuan Perdata yang telah terdaftar di Pengadilan Negeri berdasarkan
Peraturan Menteri ini wajib mencatatkan pendaftaran tersebut sesuai dengan ketentuan
Peraturan Menteri ini ”. Dengan adanya peraturan tersebut maka dianjurkan segera
mendaftarkan CV anda sebelum 1 Agustus 2019. Pendaftaran yang dilakukan melalui Sistem
Administrasi Badan Hukum dan HAM ini sebenarnya cukup baik, karena sebagaimana kita
tahu sebelum pendaftaran dilakukan terlebih dahulu perlu pengajuan permohonan nama CV.
Hal ini membuat nama CV terkesan ekslusif sehingga tidak ada pihak lain yang
Namun apabila ternyata terdapat CV yang telah eksis bertahun-tahun dan belum
mendaftarkan nama CV-nya di kemenkumham, maka dengan adanya Pasal 23 ayat (2)
nama yang sudah dipakai secara sah oleh CV, Firma, dan Persekutuan Perdata yang sudah
BAB III
PENUTUP
1. Kitab Undang-undang Hukum Dagang dan Kitab Undang-undang Hukum Perdata menjadi
dasar hukum pengaturan mengenai persekutuan perdata, firma dan CV di Indonesia. Namun
seiring dengan perkembangan dalam masyarakat serta semakin majunya teknologi,
pengaturan tersebut dirasa sudah tidak memadai untuk dijadikan satu-satunya sumber hukum
yang mengatur. Oleh karena itulah pada tanggal 1 Agustus 2018, pemerintah mengeluarkan
Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (Permenkumham) Repubulik Indonesa
Nomor 17 Tahun 2018 Tentang Pendaftaran Persekutuan Komanditer, Persekutuan Firma,
dan Persekutuan Perdata. Tetapi terdapat beberapa hal yang tidak sesuai dan dirasa kurang
dalam KUHD dan KUHPerdata antara lain : Pasal 7 ayat (2) huruf b, Pasal 8, Pasal 10 ayat
(4), Pasal 20 ayat (3) huruf c, Pasal 21 ayat (1), dan Pasal 22.
2. Apabila CV,Firma, Persekutuan Perdata lebih dahulu disahkan sebelum adanya Peraturan
Menteri No.17 Tahun 2018 maka berlaku pasal 23 ayat (1) Permenkumham. Namun apabila
4
Ibid.
ternyata terdapat CV yang telah eksis bertahun-tahun dan belum mendaftarkan nama CV-nya
di kemenkumham, maka berlaku Pasal 23 ayat (2) Permenkumham.
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
INTERNET
https://www.academia.edu/11868109/
MATRIKS_Persekutuan_Perdata_Firma_dan_Persekutuan_Komanditer_, diakses pada
tanggal 8 Februari 2019 pukul 17.35 WIB.
PERATURAN PEMERINTAH
Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Repubulik Indonesa Nomor 17
Tahun 2018 Tentang Pendaftaran Persekutuan Komanditer, Persekutuan Firma, dan
Persekutuan Perdata.