KEPAILITAN
SEJARAH HUKUM PERUSAHAAN ERA PASKA
REFORMASI
DOSEN : DR.Dhaniswara K. Harjono,SH.MH.MBA
DISUSUN OLEH:
HEDDY KANDOU
NIM : 1902190032
PROGRAM STUDI
MAGISTER ILMU HUKUM
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
2020
SEJARAH HUKUM PERUSAHAAN DI ERA PASKA
REFORMASI
Kodifikasi Pengaturan
Hal lain yang menjadi catatan penting adanya kodifikasi hukum ini adalah,
kodifikasi dalam RUU Badan Usaha ini adalah Kodifikasi Parsial, artinya
kodifikasi yang terfokus pada suatu hal tertentu atau terpisah dari kodifikasi
rumpun hukum yang lebih luas. Maksudnya, RUU Badan Usaha merupakan
Kodifikasi Parsial dari KUHPerdata dan KUHD selaku kitab
Kodifikasi General dalam hal keperdataan. Selain daripada itu, RUU Badan
Usaha ini nantinya juga merupakan bentuk pembaruan/reformasi hukum dalam
bidang keperdataan, khususnya hukum korporasi.
Kodifikasi ini menjadi penting mengingat hal ini selaras dengan instruksi Presiden
terkait reformasi regulasi yang merupakan program prioritas dalam Rencana Kerja
Pemerintah tahun 2017. Reformasi regulasi ini lahir dikarenakan percepatan
pembangunan yang dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo selama ini
terkendala oleh banyaknya regulasi yang mempersulit. Dengan adanya kodifikasi
dalam RUU Badan Usaha, secara otomatis maka peraturan-peraturan yang telah
berlaku (existing) digantikan dengan pengaturan yang lebih sederhana dalam satu
peraturan atau satu kitab undang-undang.
Dalam tataran praktis, pendirian Persekutuan Perdata, Firma, dan CV juga masih
dilakukan dengan didaftarkan pada Kepaniteraan Pengadilan Negeri. Hal ini tidak
sesuai dengan fungsi Pengadilan sebagai pemegang kekuasaan yudikatif,
mengingat pendirian badan usaha merupakan bagian dari pelaksanaan kekuasaan
eksekutif di bawah kendali Presiden. Sebagai perbandingan, pendirian PT,
Yayasan, dan Badan Hukum Perkumpulan, dilakukan di Direktorat Jenderal
Administrasi Hukum Umum, Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia selaku
pelaksana fungsi eksekutif Presiden di bidang pelayanan jasa hukum. Dengan
demikian, perlu adanya pendirian dan pengadministrasian badan usaha
Persekutuan Perdata, Firma, dan CV yang terintegrasi dengan pendirian dan
pengadministrasian badan usaha PT, Yayasan, dan Badan Hukum Perkumpulan
yang sudah ada saat ini. Pengintegrasian ini akan menjadi lebih ideal apabila
dirumuskan dalam satu sistem hukum dan teknologi yang seragam, namun tetap
mempertahankan keunikan dan karakter khusus dari masing-masing jenis badan
usaha dimaksud.
Apabila keempat jenis izin diatas digabungkan kedalam 1 (satu) izin, maka
pemrosesan pendirian PT yang tadinya membutuhkan 7 (tujuh) tahapan dapat
dipangkas menjadi 2 (dua) tahapan, dan jangka waktu 24,9 hari kerja dapat
dipersingkat menjadi hanya cukup 2 (dua) atau 3 (tiga) hari saja. Secara praktek,
hal ini bukanlah hal yang mustahil dan Singapura terbukti mampu
mengimplementasikan hal tersebut.
Harus diakui bahwa untuk mewujudkan RUU Badan Usaha bukanlah perkara
mudah. Penyusunan RUU ini akan membutuhkan proses panjang dan biaya yang
tinggi. Namun, kendala ini bukanlah masalah apabila kita melihat jauh kedepan
bahwa RUU ini adalah investasi jangka panjang Pemerintah di bidang
perekonomian, yang akan memberikan banyak manfaat di masa yang akan datang.
Dalam tataran praktis, pendirian Persekutuan Perdata, Firma, dan CV juga masih
dilakukan dengan didaftarkan pada Kepaniteraan Pengadilan Negeri. Hal ini tidak
sesuai dengan fungsi Pengadilan sebagai pemegang kekuasaan yudikatif,
mengingat pendirian badan usaha merupakan bagian dari pelaksanaan kekuasaan
eksekutif di bawah kendali Presiden. Sebagai perbandingan, pendirian PT,
Yayasan, dan Badan Hukum Perkumpulan, dilakukan di Direktorat Jenderal
Administrasi Hukum Umum, Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia selaku
pelaksana fungsi eksekutif Presiden di bidang pelayanan jasa hukum. Dengan
demikian, perlu adanya pendirian dan pengadministrasian badan usaha
Persekutuan Perdata, Firma, dan CV yang terintegrasi dengan pendirian dan
pengadministrasian badan usaha PT, Yayasan, dan Badan Hukum Perkumpulan
yang sudah ada saat ini. Pengintegrasian ini akan menjadi lebih ideal apabila
dirumuskan dalam satu sistem hukum dan teknologi yang seragam, namun tetap
mempertahankan keunikan dan karakter khusus dari masing-masing jenis badan
usaha dimaksud.
Harus diakui bahwa untuk mewujudkan RUU Badan Usaha bukanlah perkara
mudah. Penyusunan RUU ini akan membutuhkan proses panjang dan biaya yang
tinggi. Namun, kendala ini bukanlah masalah apabila kita melihat jauh kedepan
bahwa RUU ini adalah investasi jangka panjang Pemerintah di bidang
perekonomian, yang akan memberikan banyak manfaat di masa yang akan datang.