Anda di halaman 1dari 9

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 1

Nama Mahasiswa : Muh. Aqsa M

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 043123319

Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM4303/ Hukum Perusahaan

Kode/Nama UPBJJ : FHISIP/Fakultas Hukum, Ilmu Sosial dan Ilmu


Politik

Masa Ujian : 2022/23.2(2023.1)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
TUGAS MATA KULIAH
UNIVERSITAS TERBUKA

Fakultas : FHISIP/Fakultas Hukum, Ilmu Sosial dan Ilmu Politik


Kode/Nama MK : HKUM4303/ Hukum Perusahaan
Tugas :1
Nama : Muh. Aqsa M
NIM : 043123319

Jawaban :

1. .
Seperti yang sudah disebutkan, mengetahui perbedaan PT dan CV sebelum
mendirikan usaha merupakan hal penting dan krusial. Selain dari singkatan dan
pengertian keduanya, perbedaan PT dan CV juga bisa dilihat dari beberapa
aspek, mulai dari bentuk perusahaan hingga tujuannya.

Bentuk Perusahaan
Perbedaan PT dan CV yang pertama adalah bentuk perusahaan. PT adalah
usaha berbentuk badan hukum, sedangkan CV adalah badan usaha non-hukum.
PT memiliki aturan khusus dalam UU No 40/ 2007 tentang Perseroan Terbatas
(UU PT). Sedangkan CV tidak memiliki aturan hukum yang mengatur
regulasinya. Karena status hukumnya berbeda, maka pendaftaran dan
pengesahannya juga berbeda. Pendaftaran CV dinilai lebih mudah dibandingkan
PT. Perlu diketahui, CV adalah bentuk usaha warisan dari kolonial Belanda.
Hingga kini, CV banyak digunakan oleh para pelaku UMKM.

Modal Minimum
Perbedaan PT dan CV selanjutnya bisa dilihat dari modal minimum yang
dikeluarkan oleh perusahaan. Dalam UU No 40/2007, sudah ditetapkan bahwa
modal minimum untuk mendirikan PT adalah Rp50 juta. Sementara untuk
mendirikan badan usaha bentuk CV, tidak ada modal minimumnya. Hanya saja,
modal yang dikeluarkan nantinya akan berpengaruh pada laba yang diterima di
kemudian hari. Perbedaan PT dan CV yang sangat signifikan, bukan?

Pendiri dan Status Kepemilikan


Pendiri dan status kepemilikan juga menjadi salah satu aspek perbedaan PT
dan CV yang wajib Sobat KH ketahui. Jika ingin mendirikan PT, dibutuhkan
minimal dua orang yang terlibat, dengan ketentuan boleh ada salah satu pihak
yang merupakan warga negara asing asalkan masing-masing pihak memiliki
bagian saham. Sedangkan untuk pendirian CV juga dibutuhkan minimal dua
orang, namun keduanya harus asli warga negara indonesia. Dimana salah satu
pihak yang akan berperan sebagai sekutu aktif, dan satunya lagi sebagai sekutu
pasif.

Namun perlu diketahui, menurut UU Cipta Kerja tahun 2020, minimal dua orang
pendiri dalam PT tidak berlaku bagi PT yang sahamnya dimiliki negara, BUMN,
BUMD, BUMDes, perseroan yang mengelola bursa efek, lembaga kliring dan
penjaminan, lembaga penyimpanan dan penyelesaian, dan lembaga lain sesuai
UU Pasar Modal, atau perseroan yang pendirinya adalah UMKM.

Nama Perusahaan
Nama perusahaan juga menjadi salah satu aspek perbedaan PT dan CV yang
mencolok. Untuk PT, setelah mendapatkan pengesahan dari Kemenkumham,
Sobat KH wajib mencantumkan frasa perseroan terbatas atau disingkat PT dan
harus menggunakan nama perusahaan yang belum digunakan oleh perusahaan
lainnya. Sedangkan CV, tidak memiliki aturan khusus untuk nama perusahaan.
Maka dari itu, terkadang bisa ditemukan ada nama badan usaha CV yang sama.

Prosedur Pendirian
Perbedaan PT dan CV selanjutnya bisa dilihat dari prosedur pendiriannya. PT
memerlukan pengesahan dari Menkumham, serta memerlukan notaris yang
akan mewakili permohonan kepada Menkumham. Setelah itu, Menkumham
akan mengeluarkan Surat Keputusan yang menyatakan bahwa PT dianggap
sah.

Sedangkan pada CV, pendiriannya tidak memerlukan pengesahan dari


Menkumham, dan hanya perlu didaftarkan melalui Sistem Administrasi Badan
Usaha di Kemenkumham. Setelah itu, Menkumham akan menerbitkan sertifikat
terdaftar dan menunjukan bahwa CV tersebut telah sah dan terdaftar di sistem.

Pengurusan
Hal pengurusan juga termasuk salah satu aspek perbedaan PT dan CV.
Pengurusan PT dilakukan oleh direksi yang terpilih berdasarkan Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS). Selain itu, dalam PT juga pemegang saham tidak
memiliki wewenang untuk mengelola dan mengurus PT kecuali ditunjuk sebagai
anggota direksi. Sedangkan saat mendirikan CV, pengurusannya dibagi menjadi
dua golongan, yaitu sekutu aktif dan sekutu pasif. Sekutu aktif bertugas untuk
mengurus perusahaan, sedangkan sekutu pasif hanya bertindak sebagai
penyetor modal.

Tujuan dan Kegiatan Usaha


Perbedaan PT dan CV yang terakhir adalah tujuan dan kegiatan usaha.
Perusahaan berbentuk PT memiliki tujuan yang lebih fleksibel pada bidang atau
kegiatan usaha yang dijalankannya, antara lain:

PT meliputi kegiatan usaha perdagangan, pembangunan (kontraktor),


pertambangan, pertanian, otomotif, dan jasa angkutan darat untuk industri
percetakan;
PT dengan bidang usaha khusus meliputi kegiatan usaha seperti: perusahaan
pers, perekaman film dan video, radio penyiaran swasta, pariwisata, pelayaran,
angkutan udara komersial, perusahaan bongkar muat, dan sebagainya.
Sedangkan CV memiliki keterbatasan dalam menjalankan kegiatan usaha.
Kegiatan usaha yang dapat dijalankan oleh CV antara lain: pembangunan
(kontraktor), perindustrian, perbengkelan, perdagangan, pertanian, percetakan,
dan jasa.
Sumber : https://kontrakhukum.com/

2.
Salah satu goals para pelaku usaha atau bisnis adalah perkembangan
bisnisnya. Salah satunya adalah dengan mengubah badan usaha yang tadinya
Persekutuan Komanditer (CV) menjadi Perseroan Terbatas (PT). Seperti yang
telah Anda pahami bahwa CV dan PT berbeda. Perbedaan dasar dari kedua
badan usaha tersebut adalah CV merupakan persekutuan yang tidak berbadan
hukum dan tanggung jawab dari sekutu pengurus tidak terbatas. Dalam artian,
bila ada kerugian, maka pertanggungjawaban ada pada sekutu pengurus
sampai harta pribadinya.

Sedangkan PT merupakan entitas berbadan hukum dan tanggung jawab para


pendiri terbatas, sebesar modal yang dimiliki. CV banyak menjadi pilihan oleh
para pelaku usaha sebab dalam pendiriannya tidak membutuhkan minimal
modal disetor yang mana sudah jelas diatur dalam pendirian PT.

Oleh karena perbedaan tersebut, untuk meningkatkan CV menjadi PT, tentu


tidak dapat dilakukan secara otomatis. Ada beberapa hal yang perlu Anda
perhatikan selaku pengusaha. Berikut ini hal-hall dan prosedur yang perlu Anda
perhatikan bila ingin mengubah status badan usaha dari CV ke PT:

1. Harus Ada Persetujuan dari Seluruh Sekutu


Sekutu yang pasif maupun aktif wajib memberikan kesepakatan atas perubahan
CV menjadi PT dalam sebuah rapat. Kesepakatan yang telah dibuat dalam rapat
tersebut akan dijadikan berita acara yang didalamnya menyatakan bahwa
seluruh sekutu telah sepat untuk mengubah badan usaha mereka dari CV
menjadi PT.

2. Menuntaskan Semua Perikatan CV dengan Pihak Ketiga


Dalam berbisnis, seringkali Anda melibatkan pihak ketiga dalam sebuah bentuk
perjanjian atau perikatan. Perikatan tersebut harus Anda tuntaskan terlebih
dahulu oleh CV karena berisi hak dan kewajiban CV yang bersangkutan. Bila
belum terselesaikan maka sekutu tidak dapat melakukan pengakhiran CV.

3. Menyesuaikan Anggaran Dasar CV


Bagian ini perlu dilakukan karena pada anggaran dasar CV tidak memuat
ketentuan tentang modal dasar, modal ditempatkan, dan modal disetor seperti
yang dilakukan oleh PT. Tidak ada pemisahan harta antara kekayaan CV
dengan harta pribadi sekutu juga menjadi salah satu alasannya, oleh karena itu
harus ada penilaian kembali aset milik CV.

Penggunaan jasa akuntan publik dalam melakukan revaluasi aset bisa jadi
pilihan yang menguntungkan karena akan menjamin kebenarannya.
Selanjutnya, para sekutu dapat menentukan apakah aset akan dimasukan
sebagai modal dasar pendirian PT dan berapa besar jumlah saham masing-
masing pemegang saham PT nantinya.

4. Pembuatan Akta Pendirian PT di Notaris


Akta pendirian yang memuat anggaran dasar dan keterangan lainnya yang
berkaitan dengan pendirian PT perlu dilakukan sebagaimana diatur dalam Pasal
8 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

5. Pengajuan Pengesahan PT
Selanjutnya, para pendiri secara bersamaan melakukan pengajuan permohonan
pengesahan badan hukum melalui jasa teknologi informasi sistem administrasi
badan hukum secara elektronik kepada Menteri Hukum dan HAM dengan
mengisi format isian yang kurang lebih memuat perihal:

- Nama dan tempat kedudukan PT


- Jangka waktu pendirian PT
- Maksud dan tujuan serta kegiatan usaha PT
- Jumlah modal dasar
- Modal ditempatkan
- Modal disetor
- Alamat Lengkap PT
- Perlu diingat bahwa pengisian format tersebut wajib didahului dengan
pengajuan nama PT.

6. Menteri Mendaftarkan PT
Jika seluruh persyaratan telah dipenuhi, maka Menteri Hukum dan HAM akan
menerbitkan keputusan tentang pengesahan badan hukum PT yang akan
ditandatangani langsung secara elektronik. Setelah memperoleh badan
hukumnya, Menteri akan melakukan pendaftaran PT sesuai dengan UU No. 3
Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan.

7. Menteri Menerbitkan Sertifikat Pendaftaran


Selanjutnya, Menteri Hukum dan HAM akan menerbitkan sertifikat pendaftaran
badan hukum PT secara elektronik dan pemohon dapat mencetaknya sendiri
menggunakan kertas berwarna putih ukuran F4/folio.

8. Menteri mengumumkan Akta Pendirian PT


Setelah itu, Menteri Hukum dan HAM akan mengumumkan akta pendirian PT ke
dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia dalam jangka waktu
maksimal 14 hari terhitung sejak diterbitkannya keputusan menteri.

9. Mengadakan RUPS Pertama


Kini saatnya melakukan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) pertama.
Dalam rapat ini harus dilakukan dengan tegas siapa penerima atau pengambil
alih hak dan kewajiban yang timbul dari perbuatan hukum yang dilakukan oleh
calon pendiri atau kuasanya, jika mau mengikutsertakan segala perbuatan
hukum yang terjadi saat badan usaha masih berbentuk CV ke dalam PT yang
didirikan sehingga perbuatan hukum tersebut mengikat PT yang baru didirikan.

Syarat-Syaratnya

Penyedia bisa mengajukan Permohonan Perubahan bentuk CV Menjadi PT


melalui LPSE Support dengan melampirkan :
1. Scan Surat Permohonan
2. Scan SIUP/NIB/Izin Usaha Sesuai dengan Bidang Usaha
3. Scan NPWP Perusahaan
4. Scan KTP Direktur/Direksi Lainnya
5. Akta Perubahan Terakhir
Langkah2 yang harus dilakukan Oleh Verifikator Selanjutnya :
 Verifikator Login dengan Akun SPSE nya
 Pilih Menu PENYEDIA lalu cari Akun SPSE Perusahaan tersebut
menggunakan pencarian NPWP/Nama Perusahaan
 Pilih Akun Penyedia lalu klik edit lakukan perubahan CV Menjadi PT
setelah itu klik SIMPAN

Dasar Hukum Perubahan CV ke PT

Terdapat beberapa regulasi yang mendasari hukum dari perubahan CV ke PT


yang juga perlu Anda pelajari dan ketahui. Berikut ini daftar dasar hukumnya:
 Pasal 15 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas (UU PT)
 Pasal 30 ayat (1) dan (2) UU PT
 Pasal 30 ayat (1) dan (2) UU PT
 Pasal 13 ayat (1) dan Penjelasannya UU PT
 Pasal 50 UU PT
 Pasal 109 angka 3 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta
Kerja (UU Cipta Kerja)
 Pasal 109 angka 2 UU Cipta KerjaPasal 7 Peraturan Menteri Hukum dan
Hak Asasi Manusia Nomor 21 Tahun 2021 tentang Syarat dan Tata Cara
Pendaftaran Pendirian, Perubahan, dan Pembubaran Badan Hukum
Perseroan Terbatas.
Sumber : https://www.online-pajak.com/

3. .
Berdasarkan Pasal 3 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas (“UUPT”), Perseroan Terbatas (“PT”) mengenal prinsip
"Separate Legal Entiity",
Pasal 3 ayat (1) UUPT mengatur bahwa:

“Pemegang saham Perseroan tidak bertanggung jawab secara pribadi atas


perikatan yang dibuat atas nama Perseroan dan tidak bertanggung jawab atas
kerugian Perseroan melebihi saham yang dimiliki.”

Prinsip Separate Legal Entity yaitu merupakan badan hukum yang memiliki
identitas hukum terpisah dari pemegang saham maupun pengurusnya yang
hanya bertanggungjawab sebatas aset atau nilai saham yang dimilikinya dalam
modal badan hukum itu. Prinsip ini juga mendefinisikan hak dan kewajiban suatu
PT terpisah dari hak dan kewajiban Pemegang Saham berikut pengurusnya
dalam hal PT yang bersangkutan mengalami kerugian.

Namun berdasarkan ketentuan yang berlaku, terdapat pengecualian atas


konsep tanggung jawab terbatas yaitu kondisi dimana tanggungjawab PT beralih
menjadi tanggung jawab Pemegang Saham, Dewan Komisaris atau Direksi
secara pribadi, yaitu pertanggungjawaban sampai dengan kekayaan pribadi atas
kerugian yang dialami oleh tiap-tiap pihak yang berkepentingan. Istilah hukum
tersebut dikenal dengan tindakan Piercing the Corporate Veil.

Piercing the corporate veil merupakan tindakan yang membuat pengecualian


terhadap suatu prinsip umum, di mana tanggung jawab Pendiri, dan pengurus
Perusahaan dibatasi kepada jumlah andil yang dapat menyimpang dengan cara
melaksanakan tanggung jawab pengurus perusahaan yang tidak lagi terbatas.
Dengan demikian, Piercing the corporate veil ini pada hakekatnya merupakan
doktrin yang memindahkan tanggung jawab dari perusahaan kepada Pemegang
Saham, Direksi. atau Dewan Komisaris.

Dalam konteks Piercing the Corporate Veil oleh pemegang saham, maka
pemegang saham bertanggung jawab kepada kreditor perseroan, sebagai akibat
tindakan pemegang saham tersebut yang menyebabkan harta perseroan
mengalami kerugian dan tidak dapat memenuhi kewajibannya kepada kreditor.
Pasal 3 ayat (2) UUPT memberikan kriteria tindakan Pemegang Saham sebagai
Piercing the Corporate Veil.

Pasal 3 ayat (2) UUPT, prinsip "Separate Legal Personality" tidak berlaku
apabila:

1. Persyaratan Perseroan sebagai badan hukum belum atau tidak terpenuhi;


2. Pemegang saham yang bersangkutan baik langsung maupun tidak langsung
dengan itikad buruk memanfaatkan Perseroan untuk kepentingan pribadi;

3. Pemegang saham yang bersangkutan terlibat dalam perbuatan melawan


hukum yang dilakukan oleh Perseroan; atau
4. Pemegang saham yang bersangkutan baik langsung maupun tidak langsung
secara melawan hukum menggunakan kekayaan Perseroan, yang
mengakibatkan kekayaan Perseroan menjadi tidak cukup untuk melunasi utang
Perseroan.”

Dalam konteks Piercing the Corporate Veil oleh Direksi, maka


pertanggungjawaban atas kerugian yang diderita perseroan dapat dibebankan
hingga kepada harta pribadi Direksi yang bersangkutan. Kriteria tindakan Direksi
sebagai Piercing the Corporate Veil sebagai berikut:

Persyaratan Perseroan sebagai badan hukum belum atau tidak terpenuhi


Berdasarkan Pasal 14 ayat (1) UUPT, dalam hal persyaratan perseroan sebagai
badan hukum belum atau tidak terpenuhi (i.e. Anggaran dasar perseroan belum
disahkan atau belum diumumkan dalam berita negara) maka seluruh anggota
direksi bersama-sama semua pendiri PT serta seluruh anggota Dewan
Komisaris Perseroan bertanggung jawab secara tanggung renteng atas
perbuatan hukum yang dilakukan perseroan.

Direksi melanggar prinsip Ultra vires.


Pasal 92 ayat (2) UU PT yang menjelaskan bahwa:

Direksi berwenang menjalankan pengurusan sebagaimana dimaksud dalam ayat


(1) sesuai dengan kebijakan yang dipandang tepat, dalam batas yang ditentukan
dalam Undang-Undang ini dan/atau anggaran dasar. secara sederhana, dapat
disimpulkan ultra vires itu adalah tindakan Direksi di luar maksud dan tujuan
serta kegiatan usaha Perseroan yang ditentukan dalam AD antara lain
melakukan tindakan yang dilakukan di luar maksud dan tujuan perseroan,
tindakan yang dilakukan demi kepentingannya pribadi, dan tindakan yang
dilakukan berada di luar kewenangan yang diberikan kepadanya berdasarkan
ketentuan yang berlaku.

Direksi melanggar prinsip fiduciary duty.


Dalam hal direksi melanggar prinsip menjalankan tugasnya dengan itikad baik
dan penuh tanggung jawab untuk kepentingan dan usaha Perseroan (fiduciary
duty), maka setiap anggota Direksi perseroan bertanggung jawab sampai
kekayaan pribadinya.
Prinsip fiduciary duty tersebut berlaku juga dalam hal terjadi kepailitan pada
perseroan. Hal ini diatur dalam Pasal 104 ayat (2) UUPT yang menyatakan
bahwasanya, apabila terjadi kepailitan karena kelalaian atau kesalahan direksi
dan kekayaan Perseroan tidak cukup untuk menutupi kerugian akibat kepailitan
tersebut, maka anggota Direksi secara tanggung renteng bertanggung jawab
atas kerugian tersebut.

Sumber : https://indonesiare.co.id/

Anda mungkin juga menyukai