Anda di halaman 1dari 6

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN


SYARIF KASIM RIAU

Nama : Vinda Adelia Putri


NIM : 12170321969
Mata Kuliah / Kelas : Hukum Bisnis / E
Semester : 2 (Dua)
Dosen Pengampu : Riswan Akhir Roswandi, S.Sy., M.H.

1. Hukum bisnis adalah suatu kaidah hukum (termasuk enforcement-nya) yang mengatur
tentang tata cara pelaksanaan urusan atau kegiatan dagang, industry atau keuangan
yang dihubungkan dengan produksi atau pertukaran barang dan/atau jasa dengan
menempatkan uang dari para entrepreneur dalam risiko tertentu dengan usaha tertentu
dengan motif (dari pengusaha tersebut adalah untuk mendapatkan keuntungan
tertentu).
Komponen atau Ruang jelajah dari hukum bisnis sangat beragam, mulai dari bidang-
bidang yang tergolong konvensional, seperti tentang kontrak, perusahaan, surat
berharga, hak milik intelektual, asuransi, perpajakan, dan lain-lain, sampai dengan
bidang-bidang popular yang bersifat nonkonvensional, seperti merger dan akuisisi,
anti monopoli, dan perlindungan konsumen.
Adapun fungsi dari hukum bisnis antara lain sebagai sumber informasi yang berguna
bagi praktisi bisnis, untuk memahami hak-hak dan kewajiban dalam praktisi bisnis,
agar terwujudnya watak dan perilaku aktivitas dibidang bisnis yang berkeadilan,
wajar, sehat dan dinamis. Contoh hukum bisnis adalah undang-undang perlindungan
konsumen (UU No. 8 tahun 1999). Dalam undang-undang perlindungan konsumen
dalam pasal disebut diatur tentang kewajiban pengusaha mencantumkan lebel halal
dan kadaluarsa pada setiap produk yang ia keluarkan. Dengan kewajiban tersebut
konsumen terlindungi kesehatannya karena ada jaminan perlindungan jika produk
sudah kadaluarsa. Begitu juga dengan konsumen umat islam adanya lebel halal akan
terjamin dari mengkonsumsi produk haram.

2. Dalam Undang-Undang ketentuan pajak Indonesia No. 16 Tahun 2009, badan usaha
adalah sebuah perkumpulan orang dan atau modal yang bersatu untuk melakukan
usaha ataupun tidak melakukan usaha, yang didalamnya meliputi beberapa bentuk
perseroan yaitu perseroan terbatas, perseroan komanditer, dan lain-lainnya.
Dalam Undang-undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja, Badan Usaha
adalah badan usaha berbentuk badan hukum atau tidak berbentuk badan hukum yang
didirikan di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan melakukan usaha
dan/atau kegiatan pada bidang tertentu.
Badan Usaha adalah wadah atau entitas yang digunakan untuk melakukan usaha
secara komersil dengan tujuan untuk menarik keuntungan. Definisi lain menyatakan
bahwa badan usaha adalah suatu kesatuan organisasi dan ekonomis yang mempunyai
tujuan untuk memperoleh laba atau keuntungan dan memberikan layanan kepada
masyarakat. Dari beberapa definisi tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN
SYARIF KASIM RIAU

badan usaha merupakan suatu tempat atau organisasi yang memiliki tujuan untuk
mendapatkan laba dan untuk memberikan pelayanan pada masyarakat.
Dalam hukum perusahaan badan usaha dibedakan menjadi 2 yaitu Badan Usaha yang
Tidak Berbadan Hukum (BUTBH) dan Badan Usaha yang Berbadan Hukum
(BUBH). Badan Usaha di Indonesia sendiri masih bersumber dalam beberapa dasar
hukum. Dalam peraturan perundang-undangan hanya Perseroan Terbatas yang
memiliki Undang-Undang sendiri. Sedangkan untuk Badan Usaha lainnya masih
diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang.
A. Badan Usaha Berbentuk Badan Hukum
Karakteristik suatu badan hukum yaitu adanya pemisahan kekayaan pemilik
dengan kekayaan badan usaha, sehingga pemilik hanya bertanggung jawab
sebatas harta yang dimilikinya. Badan usaha yang berbentuk badan hukum
terdiri dari:
1) Perseoran Terbatas (PT)
PT adalah persekutuan modal, maka pemegang saham hanya
bertanggung jawab sebatas saham yang dimilikinya dan tidak meliputi
harta kekayaan pribadinya. Terkait modal dasar, besarannya
ditentukan berdasarkan keputusan para pendiri PT. Modal dasar PT
harus ditempatkan dan disetor penuh paling sedikit 25% yang
dibuktikan dengan bukti penyetoran yang sah. PT ini memiliki aturan
perundang-undnagannya dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 tentang Perseroan Terbatas dan Undag-Undang Nomor 11 Tahun
2020 tentang Cipta Kerja.
2) Yayasan
Yayasan merupakan badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang
dipisahkan dan diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu di
bidang sosial, keagamaan dan kemanusiaan yang tidak mempunyai
anggota.
3) Koperasi
Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan perorangan atau
badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan
prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat berdasar
atas asas kekeluargaan.

B. Badan Usaha Bukan Berbentuk Badan Hukum


1) Persekutuan Perdata
Persekutuan perdata (maatschap) adalah perjanjian dimana dua orang
atau lebih mengikatkan diri untuk memasukkan sesuatu ke dalam
persekutuan dengan maksud untuk membagi keuntungan. Persekutuan
perdata merupakan badan usaha bukan berbentuk badan hukum, maka
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN
SYARIF KASIM RIAU

para sekutu bertanggung jawab secara pribadi sesuai kesepakatan


mereka sendiri atau sesuai dengan ketentuan undang-undang
2) Firma
Firma merupakan suatu perseroan yang didirikan untuk melakukan
suatu usaha di bawah satu nama bersama. Para anggota memiliki
tanggung jawab renteng terhadap firma.
3) Persekutuan Komanditer (CV)
CV terdiri dari pesero aktif dan pesero pasif/komanditer. Pesero aktif
bertanggung jawab sampai dengan harta pribadi, sedangkan pesero
pasif hanya bertanggung jawab sebesar modal yang telah disetorkan ke
dalam CV.

3. Baik bagi pekerja maupun pelaku usaha, eksistensi Badan Usaha di Indonesia
sangatlah penting. Terutama bagi dunia Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Idealnya,
setiap UKM harus memiliki unit Badan Usaha untuk menaungi kegiatan bisnis dan
produksi barang serta jasa yang mereka jalankan. Dalam pengoperasiannya, ada
beberapa bentuk Badan Usaha yang diwajibkan statusnya sebagai Berbadan Hukum.
Sebagaimana yang telah di jelaskan pada nomor 2, bentuk-bentuk badan usaha
berbadan hukum, salah satu ketentuan yang pertama harus ditempuh jika badan usaha
yang kita miliki menjadi berbadan hukum adalah visi misi dari usaha tersbut harus
merupakan salah satu dari bentuk usaha berbadan hukum.
Berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, ada badan-badan usaha
yang diwajibkan berbentuk Badan Hukum, seperti misalnya Rumah Sakit yang
didirikan pihak swasta, dimana kegiatan usahanya hanya bergerak di sektor pelayanan
kesehatan. Hal ini tidak berlaku untuk rumah sakit publik yang dikelola oleh negara.
Selain itu, jika di dalam suatu Badan Usaha terdapat modal yang ditanamkan oleh
pihak asing, maka Badan Usaha tersebut wajib untuk berbentuk Badan Usaha
Berbadan Hukum. Contohnya dalam kasus ini adalah Perseroan terbatas (PT). Hal ini
juga berlaku untuk UMKM. Jika dalam perkembangannya Badan Usaha kita memiliki
pendanaan atau modal asing, maka wajib dialihkan statusnya menjadi Badan Usaha
Berbadan Hukum.
Sebagai pelaku usaha, melegalkan usaha kita menjadi berbentuk PT (Perseroan
Terbatas) misalnya, menjadi salah satu upaya untuk mengamankan dan menjamin
usaha yang kita lakukan itu sesuai dengan peraturan di Indonesia. Dengan
memiliki bentuk usaha berupa PT dapat memberikan keleluasaan bagi pengusaha
dalam beraktivitas bisnis, baik dari segi bidang usaha maupun wilayah operasional
yang lebih beragam. Bentuk usaha PT juga lebih dapat dipercaya oleh orang lain
karena berbentuk badan hukum sehingga lebih dapat beroperasi dengan leluasa.
 PT persekutuan modal atau PT biasa juga dimuat dalam undang-undang. Pasal
109 angka 2 UU Cipta Kerja yang mengubah Pasal 7 UU PT menerangkan
ketentuan cara dan syarat mendirikan PT persekutuan modal, yang singkatnya
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN
SYARIF KASIM RIAU

tahapan pendirian PT terdiri atas pembuatan dan pendaftaran akta perusahaan.


Selain itu, pengurusan NPWP untuk perpajakan dan pengurusan legalitas
usaha, seperti NIB dan perizinan.
 Ketentuan cara dan syarat pendirian PT Perseorangan termaktub dalam Pasal
109 angka 3 UU Cipta Kerja yang mengubah pasal 32 ayat (2) UU PT,
disebutkan bahwa besaran modal dasar PT ditentukan berdasarkan keputusan
pendiri PT. Modal dasar tersebut harus ditempatkan dan disetor minimal 25%,
yang dibuktikan dengan bukti penyetoran yang sah.
Bukti penyetoran tersebut wajib disampaikan secara elektronik kepada
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia dalam waktu paling lama 60 hari
terhitung sejak tanggal pengisian pernyataan pendirian untuk PT Perorangan.
Kemudahan dalam syarat pendirian PT didasarkan pada Pasal 109 angka 5 UU
Cipta Kerja yang memuat baru Pasal 153A ayat (2) UU PT, yang mana
pendirian PT perorangan cukup dilakukan dengan membuat surat pernyataan
pendirian berbahasa Indonesia, yang memuat maksud dan tujuan, kegiatan
usaha, modal dasar, dan keterangan lain berkaitan dengan pendirian PT.

4. Joint venture adalah istilah dari usaha gabungan antara dua atau beberapa perusahaan
untuk menjalin bisnis bersama dalam bentuk kebersamaan dalam suatu perusahaan,
baik perusahaan yang sudah ada atau perusahaan yang akan didirikan. Singkatnya,
perusahaan joint venture adalah perusahaan patungan.
 Untuk mempermudah pemahaman bentuk usaha ini, contoh perusahaan joint
venture di Indonesia yang paling dikenal, yakni dibentuknya PT Nestle
Indofood Citarasa Indonesia (NICI) pada tahun 2005 yang merupakan hasil
perusahaan patungan antara PT Nestle Indonesia dan PT Indofood CBP
Sukses Makmur Tbk (ICBP).
Sebagai informasi, NICI merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang
produksi bumbu masakan, seperti aneka bumbu Indofood dan Maggi. Usaha
patungan NICI berjalan selama 13 tahun. Per September 2018, PT ICBP dan
Nestle sepakat untuk mengakhiri usaha patungan mereka. PT ICBP
mengakuisisi saham Nestle di NICI sebanyak 100.000 lembar atau sekitar
50% dari total saham. Dengan akuisisi tersebut, NICI tidak menjadi
perusahaan patungan, melainkan anak perusahaan ICBP dengan kepemilikan
saham sebanyak 99,99%.
 Selain PT NICI, perusahaan Joint Venture yang dikenal di Indonesia adalah
gabungan dari perusahaan yang bergerak dibidang jaringan komunikasi dan
internet, yakni XL dan Axis yang menjadi XL Axiata.

Alasan didirikan perusahaan Joint Venture antara lain:


 Untuk menekan biaya produksi dengan melakukan investasi di negara
berkembang, di mana upah buruh tergolong lebih rendah dari negara asal.
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN
SYARIF KASIM RIAU

 Lokasi yang strategis atau dekat dari bahan baku utama yang dimiliki.
 Mencari pasar baru atau pasar yang lebih luas.
 Mendapatkan hasil dari penjualan bahan baku, royalti, penjualan hak merek,
paten, rahasia dagang, dan desain industri.
 Adanya status khusus dari suatu negara tertentu dalam perdagangan
internasional.

Adapun model manajemen dari Joint Venture, yaitu:

 Model Transplant: perusahaan induk mencangkokkan rumus-rumus bisnis dan


praktik manajemen kepada perusahaan joint venture.
 Model Dominan Parent: perusahaan saham mayoritas memiliki perananan
utama dalam penentuan gaya manajemen perusahaan (dominan). Gaya dari
perusahaan dengan saham yang lebih rendah menjadi minoritas.
 Model Independent Role: masing-masing pemegang saham memiliki
penyertaan yang sama dalam manajemen dan memiliki tanggung jawab
terpisah.
 Model Shared Management: urusan manajemen, meliputi tugas dan tanggung
jawabnya dilakukan bersama terhadap perusahaan induknya masing-masing.

Ketentuan mengenai joint venture dalam hal penanaman modal diatur dalam beberapa
peraturan, di antaranya:

 Pasal 1 angka 3 UU 25/2007


 Pasal 77 UU Cipta Kerja
 Pasal 2 PP 20/1994

5. Dalam menjalankan sebuah usaha atau bisnis tentunya kita mengharapkan akan selalu
sukses dan mendapatkan keuntungan yang besar, salah satu cara memperluas bidang
bisnis adalah dengan mengekspansi binsis ke luar negeri. Dalam proses ekspansi
bisnis ke luar negeri tentunya harus ada pertimbangan yang jelas dan matang. Sebagai
salah satu pengusaha professional saya mempertimbangkan hal berikut dalam
ekspansi bisnis ke luar negeri:
 Pengetahuan tentang Pasar, memahami nuansa bahasa lokal, persyaratan
dan preferensi pelanggan, perbedaan budaya, dan peraturan yang berlaku di
sana.
 Pendekatan Pasar, dengan cara menentukan ukuran pasar, memetakan
potensi pertumbuhan pasar dan menganalisis competitor.
 Pemilihan Mitra yang Tepat, seperti melakukan relasi lokal, jaringan bisnis,
produsen, hingga badan hukumnya.
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN
SYARIF KASIM RIAU

 Membangun Strategi Go To Market yang kuat, dapat dilakukan dengan


menganalisis pelanggan-pelanggan potensial serta strategi pelayanan yang
baik bagi mereka.
 Teliti akan Peraturan Hukum, Aturan-aturan hukum itu dibutuhkan karena
pihak-pihak yang terlibat dalam persetujuan bisnis itu membutuhkan sesuatu
yang lebih daripada sekadar janji serta itikad baik saja. Kemudian adanya
kebutuhan untuk menciptakan upaya-upaya hukum yang dapat digunakan
seandainya salah satu pihak tidak melaksanakan kewajibannya atau tidak
memenuhi janjinya. Dalam kasus ini, negara tujuan telah memenuhi kriteria
ukuran pasar, target pasar, pertumbuhan pasar, dan keuntungan yang
dihasilkan. Akan tetapi jika hukum di negara tersebut lemah tentunya meiliki
resiko yang sangat tinggi. Karena pada dasarnya, bisnis yang nantinya di
jalankan harus mengkuti aturan kerja dari peraturan hukum di negara tujuan.
Seperti aspek ketenagakerjaan, prosedur bisnis, praktik organisasi, sengketa
bisnis, merek dagang, bea cukai dan lainnya. Tentunya dengan hukum yang
lemah merupakan pilihan yang kurang tepat jika memaksakan untuk ekspansi
binis di negara tersebut.
Solusinya adalah:
 Tidak memaksakan ekspansi mitra bisnis ke negara tersebut
dikarenakan mengantisipasi resiko yang lebih tinggi dan kerugian
yang lebih tinggi dari pada keuntungan yang didapatkan (karena
dalam negara yang memiliki hukum bisnis yang lemah, bisa saja ada
kemungkinan bahwa negara tersebut akan mengakuisisi atau
memonopoli perdagangan) serta mencari negara lain yang memenuhi
pertimbangan-pertimbangan khusus dalam menjalin mitra bisnis.
 Tetap menjalin mitra dengan perusahaan di negara tersebut dengan
membuat kesepakatan bersama yang berisikan ketentuan
penyelesaian sengketa, ketenagakerjaan dan lainnya berdasarkan
peraturan perundang-undnagan yang lebih kuat, yang tentunya
menguntungkan kedua belah pihak dan memninimalisir resiko.
Karena pada dasarnya isi perjanjian merupakan undnag-undang yang
mengikat dan berlaku bagi para pihak yang membuatnya (Pasal 1338
ayat (1) KUHPerdata).

6. Nilai yang saya harapkan tentunya merupakan nilai yang maksimal, yakni 100.
Karena jawaban saya mengacu pada ketentuan perundang-undangan, fakta-fakta yang
ada, dipadukan dengan pendapat pribadi, tentunya memberikan jawaban yang jelas
dan tepat sehingga dapat digunakan sebagai acuan menjawab dari pertanyaan-
pertanyaan yang ada. Usaha saya dalam menjawab pertanyaan yang diberikan dengan
penuh semangat dan keikhlasan semoga dapat membuahkan hasil yang maksimal
pula.

Anda mungkin juga menyukai