Seorang wirausaha dalam menjalankan kegiatan usaha atau bisnisnya membutuhkan berbagai sumber daya. Secara umum, sumber daya yang diperlukan untuk menjalankan sebuah kegiatan usaha adalah sumber daya manusia, sumber daya alam, sumber daya modal, dan sumber daya manajerial. Selain itu, untuk menjalankan usaha, seorang wirausaha memerlukan adanya legalitas dari usaha yang dijalankannya. Legalitas usaha merupakan sumber informasi resmi untuk semua pihak yang berkepentingan mengenai identitas dan hal-hal yang menyangkut badan usaha yang bersangkutan. Seberapa pentingkah legalitas usaha ini? Berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 1 ayat (3) bahwa Indonesia adalah negara yang berdasar atas hukum. Hal ini berarti seluruh sendi kehidupan dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara harus berdasarkan pada norma-norma hukum dimana hukum dijunjung tinggi di Negara ini sebagai alat pengatur kehidupan berbangsa dan bernegara. Pemerintah maupun warga negara harus taat dan patuh terhadap aturan-aturan hukum yang berlaku tanpa terkecuali. Salah satu bentuk ketaatan terhadap hukum adalah seorang wirausaha harus melegalkan usahanya. Legalitas usaha sangat penting agar seorang wirausaha mendapatkan kepastian dan perlindungan hukum sehingga pelaku usaha bisa terlindungi dari persoalan hukum yang mungkin terjadi saat proses pengembangan usahanya. Selain itu, dengan mengurus legalitas usaha, pelaku usaha dapat membuka peluang pasar karena dengan adanya legalitas usaha maka kredibilitas usaha yang dijalankannya semakin terpercaya sehingga masyarakat tidak ragu untuk memilih produk barang/jasa yang ditawarkan. Pelaku usaha tentunya juga ingin agar usaha yang dijalankannya suatu saat dapat berkembang. Untuk mengembangkan usahanya tersebut, tentunya tidak terlepas dari tambahan atau suntikan modal dari perbankan. Di sisi lain. perbankan tidak akan sembarangan untuk menggelontorkan dana kredt modal usahanya. Salah satu syarat pengajuan kredit modal usaha adalah adanya izin usaha. Tanpa legalitas, pelaku usaha bakal mengalami kesulitan mendapatkan akses permodalan. Dalam konteks badan usaha, legalitas berwujud kepemilikan izin usaha. Izin usaha merupakan bentuk persetujuan atau pemberian izin dari pihak berwenang atas penyelenggaraan suatu kegiatan usaha oleh seorang pengusaha atau suatu perusahaan. Beberapa dokumen legalitas usaha misalnya akta pendirian perusahaan, nomor pokok wajib pajak perusahaan, surat izin usaha, izin ganguan atau HO (Hinderordonnantie), izin lokasi, izin lingkungan, dan banyak izin-izin lainnya sesuai bidang usahanya masing-masing. Bukan hanya usaha yang skalanya besar saja yang harus memiliki izin, tetapi usaha dengan skala mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Prosedur perizinan yang berbelit-belit, memakan waktu yang lama, dan berbiaya tinggi menyebabkan banyak pelaku usaha, utamanya skala mikro, kecil dan menengah, tidak terdorong untuk mendapatkan izin usaha. Ditambah lagi dengan adanya pemain pungutan liar (pungli), semakin membuat malas para pelaku usaha malas untuk mengurus izin usaha. Mengingat pentingnya legalitas usaha membuat pemerintah menerbitkan Peraturan Presiden (Perpres) tentang Percepatan Pelaksanaan Berusaha. Kebijakan ini dikeluarkan untuk meningkatkan standar pelayanan perizinan berusaha yang efisien, mudah dan terintegrasi tanpa mengabaikan tata kelola pemerintah yang baik. Salah satu bentuk kebijakannya yakni Peraturan Presiden No. 98/2014 tentang Izin Usaha Mikro dan Kecil (IUMK). Dengan adanya Peraturan Presiden ini, maka usaha mikro dan kecil yang memenuhi syarat hanya perlu memperoleh satu jenis izin yaitu IUMK, di tingkat kecamatan dalam waktu satu hari setelah diajukan.
11.2 Bentuk-Bentuk Usaha
Banyaknya izin usaha sangat tergantung pada kegiatan dan bentuk usahanya. Secara umum, dikenal tiga bentuk usaha yaitu usaha pribadi atau perseorangan, persekutuan (firma dan komanditer/CV), dan perseroan. Ketiganya memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Oleh sebab itu, dapat dikatakan mustahil untuk merekomendasikan suatu bentuk bisnis yang sesuai untuk segala jenis usaha. 1. Bentuk Usaha Pribadi / Perseorangan Bentuk usaha ini merupakan bentuk usaha yang paling sederhana. Usaha perseorangan merupakan bentuk usaha yang dimiliki dan dikelola oleh satu orang. Orang ini bertanggung jawab atas keseluruhan harta kekayaan perusahaan tersebut dan mempunyai hak atas keseluruhan laba dari hasil usaha. Namun orang tersebut juga mempunyai kewajiban tidak terbatas akan utang yang ditanggung oleh perusahaan apabila mengalami kerugian. Orang lain boleh ikut serta dalam hal permodalan dengan mendapatkan imbalan tetap atau laba tertentu sesuai dengan perjanjian tetapi pengelolaan tetap berada di tangan pemilik. Hal ini karena seluruh harta kekayaan pribadinya berada dalam status jaminan bagi usaha yang akan dijalankan. Bagi wirausaha pemula, tidak ada salahnya untuk mencoba terlebih dahulu bentuk usaha ini. 2. Bentuk Usaha Persekutuan Persekutuan (firma dan komanditer) merupakan bentuk organisasi bisnis dimana dua orang atau lebih bertindak sebagai pemilik dari perusahaan sehingga bertanggung jawab dan hak yang ada akan ditanggung oleh mereka. Firma adalah persekutuan untuk menjalankan suatu usaha oleh dua orang atau lebih dibawah satu nama bersama dimana tanggung jawab masing-masing anggota firma tidak terbatas. Laba yang diperoleh dari usaha dibagi bersama-sama, sedangkan kerugian semua anggota firma ikut menanggungnya. Persekutuan Komanditer (CV) adalah perseroan yang didirikan untuk menjalankan suatu perusahaan yang dibentuk oleh satu orang atau lebih sebagai pihak yang bertanggung jawab secara tanggung- renteng untuk keseluruhannya dan satu orang atau lebih sebagai pihak lain yang mempercayakan uangnya atau pemberi pinjaman uang. Dalam CV ada dua macam anggota yaitu anggota aktif dan anggota pasif. Anggota aktif adalah anggota yang mengurus perusahaan dan melibatkan seluruh harta pribadinya, sedangkan anggota pasif ialah anggota yang hanya menyerahkan modalnya saja tetapi tidak melibatkan harta pribadinya, sehingga tidak memiliki hak mencampuri pengelolaan perusahaan. 3. Perseroan Terbatas Perseroan Terbatas (PT) ialah badan hukum yang didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham, dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang serta peraturan pelaksanaannya. Pemiliknya memiliki bagian sebanyak saham yang dimilikinya. Karena modalnya terdiri dari saham-saham yang dapat diperjualbelikan, perubahan kepemilikan perusahaan bisa dilakukan tanpa perlu membubarkan perusahaan Selain bentuk-bentuk usaha yang disebutkan diatas, terdapat beberapa bentuk usaha lainnya seperti waralaba, koperasi, dan lain sebagainya. Usaha waralaba merupakan bentuk khusus dari lisensi dimana pemberi hak bukan hanya menjual haknya tetapi juga turut serta membantu si penerima hak dalam melakukan bisnisnya. Cukup banyak perusahaan yang melakukan hal ini seperti KFC, Pizza Hut, Mc Donald’s dan lain sebagainya. Badan usaha yang mendapatkan tempat khusus di Indonesia adalah koperasi. Landasan dari bentuk usaha jenis ini adalah Pancasila dan Undang- Undang Dasar 1945 dimana usaha ini dijalankan dengan asas kekeluargaan. Tujuan utamanya adalah memajukan kesejahteraan anggotanya dan ikut membangun tatanan perekonomian nasional. Koperasi adalah bentuk usaha yang dimiliki dan dioperasikan oleh orang-seorang demi kepentingan bersama. Prinsip dasar keanggotaan koperasi adalah bersifat sukarela, pengelola asetnya secara demokratis, pembagian sisa hasil usaha secara proporsional, pemberian balas jasa terbatas serta adanya pendidikan dan kerja sama untuk penelitian dan pengembangan. Sistem permodalan koperasi terdiri atas modal sendiri dan modal pinjaman. Modal sendiri terdiri atas simpanan pokok, simpanan wajib, dana cadangan serta hibah. Sedangkan modal pinjaman terdiri atas pinjaman dari anggota dan dari koperasi atau badan lainnya. Setelah mempelajari berbagai bentuk usaha ini maka diharapkan calon wirausaha bisa menentukan bentuk usaha yang akan dipilihnya dan tentu sangat bergantung pada motivasi usaha dan permodalan yang dimiliki.
11.3 Macam-Macam Legalitas Usaha
Setelah mempelajari dan memahami mengenai bentuk usaha, maka materi yang perlu dipahami selanjutnya yaitu mengenai berbagai macam legalitas usaha. Macam-macam legalitas usaha yaitu izin usaha dan sertifikasi. Izin usaha merupakan suatu bentuk dokumen resmi dari instansi berwenang yang menyatakan sah/dibolehkannya seseorang atau badan untuk melakukan suatu usaha atau kegiatan tertentu. Adapun sertifikasi dapat diartikan sebagai suatu pengakuan bahwa usaha atau produk dari hasil usaha telah memenuhi standar tertentu. 1. Izin Usaha Izin Usaha merupakan suatu bentuk persetujuan atau pemberian izin dari pihak berwenang (pemerintah) atas penyelenggaraan suatu kegiatan usaha oleh seorang pengusaha atau suatu perusahaan. Berbicara mengenai perizinan memang tidak diwajibkan kepada semua jenis usaha, khususnya usaha kecil. Terlebih bagi pedagang kecil keliling yang tidak menetap dan pedagang kaki lima (PKL) tidak diwajibkan memiliki perizinan usaha. Perizinan usaha diperlukan dengan maksud agar tercipta tertib usaha, pemerataan kesempatan berusaha, dan adanya kepastian usaha. Sebelum membahas mengenai jenis-jenis izin usaha, berikut ini merupakan dokumen yang diperlukan oleh suatu usaha: a. Tanda Daftar Perusahaan b. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) c. Bukti Diri Berikut beberapa jenis izin usaha yang dikeluarkan oleh pemerintah yang menyangkut izin usaha, antara lain: a. Surat Izin Tempat Usaha (SITU) SITU adalah izin yang diberikan kepada perorangan, perusahaan, badan untuk memperoleh tempat usaha sesuai dengan tata ruang wilayah yang diperlukan dalam rangka penanaman modal. b. Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) SIUP adalah surat izin untuk dapat melaksanakan kegiatan perdagangan. c. Izin Usaha Mikro dan Kecil (IUMK) IUMK adalah tanda legalitas kepada seseorang atau pelaku usaha/kegiatan tertentu dalam bentuk izin usaha mikro dan kecil dalam bentuk satu lembar. Dasar hukum IUMK tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 98 Tahun 2014 tentang Perizinan untuk Usaha Mikro dan Kecil dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 83 Tahun 2014 tentang Pedoman Pemberian Izin Usaha Mikro dan Kecil. d. Surat Izin Usaha Industri (SIUI) SIUI adalah surat izin untuk dapat melaksanakan kegiatan usaha di industry. e. Surat Keterangan Domisili Usaha (SKDU) SKUD adalah surat yang menyatakan domisili seseorang atau suatu badan usaha. 2. Sertifikasi Selain harus memiliki izin usaha, beberapa bentuk usaha juga dianjurkan untuk mengantongi sejumlah sertifikasi. Jika izin usaha diperlukan guna memberikan kepastian usaha, maka sertifikasi ini penting untuk memberikan kepastian perlindungan kepada konsumen. Berikut ini adalah macam-macam sertifikasi yang diperlukan, antara lain: a. Sertifikasi Halal Sertifikasi ini dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI). Sertifikasi ini diperlukan untuk menunjukkan kehalalan suatu produk sesuai dengan syariat Islam. b. Sertifikasi Izin Edar Sertifikasi yang dikelaurkan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) terkait dengan izin edar produk pangan, minuman, dan obat-obatan. c. Sertifikasi Standar Nasional Indonesia (SNI) Standar Nasional Indonesia (SNI) adalah satu-satunya standar yang berlaku secara nasional di Indonesia yang dirumuskan oleh Komite Teknis Perumusan SNI dan ditetapkan oleh BSN. Penerapan SNI pada dasarnya bersifat sukarela. Namun untuk keperluan melindungi kepentingan umum, keamanan negara, perkembangan ekonomi nasional, dan pelestarian fungsi lingkungan hidup, pemerintah dapat memberlakukan SNI tertentu secara wajib. d. Sertifikasi Pangan Industri Rumah Tangga (P-IRT) Sertifikasi atas suatu produk yang berasal dari industri kecil berskala rumah tangga. Sertifikasi ini dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan.
Latihan Anda diminta untuk mendatangi berbagai instansi yang berhubungan dengan legalitas usaha. Dapatkan berbagai formulir untuk kepentingan formulir usaha dan jelaskan apakah terdapat masalah pada pengurusan aspek legalitas usaha ini.