Perusahaan pada pemahaman secara umum yang diberikan oleh pembuat undang-
undang adalah perbuatan yang dilakukan secara terus-menerus, terang-terangan,
dalam kedudukan tertentu dan bertujuan untuk mencari laba. Pada metode pendekatan
secara mikro, perusahaan dalam ranah privat pada kajian hukum ekonomi di pandang
sebagai salah satu subyek hukum yaitu subyek hukum dari para pelaku ekonomi.
Subyek hukum yang dimaksud adalah :
Menurut Hukum secara umum adalah tiap-tiap seorang manusia sudah menjadi
subyek hukum secara kodrati atau secara alami. Anak-anak serta balita pun sudah
dianggap sebagai subyek hukum. Manusia dianggap sebagai hak mulai ia dilahirkan
sampai dengan ia meninggal dunia. Bahkan bayi yang masih berada dalam kandungan
pun bisa dianggap sebagai subyek hukum bila terdapat urusan atau kepentingan yang
menghendakinya (Pasal 2 KUH Perdata).
Namun, yang dimaksud dalam kajian Hukum Ekonomi adalah sejak manusia
dinyatakan dewasa yaitu menurut Pasal 330 KUH Perdata dan Pasal 1330 KUH
Perdata yaitu orang yang telah berumur 21 tahun atau sudah pernah menikah dan tidak
dalam pengampuan, sampai dengan meninggalnya orang yang dimaksud, yang
kemudian beralih ke ahli warisnya.
Termasuk dalam pengertian ini, adalah setiap individu atau kelompok pada kategori
pelaku ekonomi yaitu individu dan kelompok yang melakukan perbuatan secara terus-
menerus, terang-terangan pada kedudukan tertentu serta memiliki tujuan untuk
memperoleh keuntungan.
2. Badan Hukum (Rectpersoonlijkeheid)
Suatu badan yang terdiri dari kumpulan orang yang diberi status “persoon” oleh
hukum sehingga mempunyai hak dan kewajiban. Badan hukum dapat menjalankan
perbuatan hukum sebagai pembawa hak manusia. Seperti melakukan perjanjian,
mempunyai kekayaan yang terlepas dari para anggotanya dan sebagainya. Pada
pandangan Hukum Ekonomi sebagai subyek hukum, badan hukum harus memenuhi
syarat-syarat yang telah ditentukan oleh undang-undang.
Pelaku ekonomi yang dimaksudkan, meliputi Pelaku ekonomi pada sekala besar,
menengah, kecil dan mikro. Kategori pelaku ekonomi ini, dapat didasarkan pada
jumlah permodalan yang dimiliki oleh pelaku ekonomi dan dapat juga didasarkan
pada jumlah tenaga kerja yang diserap oleh pelaku ekonomi tersebut.
3. Fungsi Produksi adalah menciptakan hingga menambah fungsi dari sebuah barang
atau bisa juga jasa. Proses produksi tentunya ada berbagai macam yang bisa
disesuaikan dengan bidang perusahaan bergerak.
5. Fungsi Personalia yang merupakan pegawai atau personel yang diberikan tanggung
jawab sesuai dengan bidang keahliannya masing-masing. Sehingga adanya fungsi
personalia ini juga sangat penting untuk menjaga agar efektivitas serta efisiensi
pekerjaan yang dilakukan dalam perusahaan dapat berjalan secara optimal sesuai yang
diharapkan sebelumnya.
Pengajuan nama perusahaan ini didaftarkan oleh notaris melalui Sistem Administrasi Badan Hukum
(Sisminbakum) Kemenkumham.
Adapun persyaratan yang dibutuhkan sebagai berikut:
Proses ini bertujuan untuk akan melakukan pengecekan nama PT, dimana pemakaian PT tidak
boleh sama atau mirip sekali dengan nama PT yang sudah ada maka yang perlu siapkan adalah 2
(dua) atau 3 (tiga) pilihan nama PT, usahakan nama PT mencerminkan kegiatan usaha anda.
Disamping itu, pendaftaran nama PT ini bertujuan untuk mendapatkan persetujuan dari instansi
terkait (Kemenkumham) sesuai dengan UUPT dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 43 Tahun 2011 Tentang Tata Cara Pengajuan dan Pemakaian Nama Perseroan Terbatas.
Pembuatan akta pendirian dilakukan oleh notaris yang berwenang diseluruh wilayah negara
Republik Indonesia untuk selanjutnya mendapatkan pesetujuan dari Menteri Kemenkumham.
Patut untuk dipahami, terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan akta ini, yaitu:
Kedudukan PT, yang mana PT harus berada di wilayah Republik Indonesia dengan menyebutkan
nama Kota dimana PT melakukan kegiatan usaha sebagai Kantor Pusat;
3. Pembuatan SKDP
Permohonan SKDP (Surat Keterangan Domisili Perusahaan) diajukan kepada kantor kelurahan
setempat sesuai dengan alamat kantor PT anda berada, yang mana sebagai bukti
keterangan/keberadaan alamat perusahaan (domisili gedung, jika di gedung). Persyaratan lain yang
dibutuhkan adalah: photocopy Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) tahun terakhir, Perjanjian Sewa
atau kontrak tempat usaha bagi yang berdomisili bukan di gedung perkantoran, Kartu Tanda
Penduduk (KTP) Direktur, Izin Mendirikan Bangun (IMB) jika PT tidak berada di gedung
perkantoran.
4. Pembuatan NPWP
Permohonan pendaftaran NPWP diajukan kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak sesuai dengan
keberadaan domisili PT. Persyaratan lain yang dibutuhkan, adalah: NPWP pribadi Direktur PT,
photocopy KTP Direktur (atau photocopy Paspor bagi WNA, khusus PT PMA), SKDP, dan akta
pendirian PT.
6. Mengajukan SIUP
SIUP ini berguna agar PT dapat menjalankan kegiatan usahanya. Namun perlu untuk diperhatikan
bahwa setiap perusahaan patut membuat SIUP, selama kegiatan usaha yang dijalankannya termasuk
dalam Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLUI) sebagaimana Peraturan Kepala Badan
Pusat Statistik Nomor 57 Tahun 2009 Tentang Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia.
Permohonan pendaftaran SIUP diajukan kepada Kepala Suku Dinas Perindustrian dan Perdagangan
dan/atau Koperasi Usaha Mikro Kecil Menengah dan Perdagangan kota atau kabupaten terkait
sesuai dengan domisili PT. Adapun klasifikasi dari SIUP berdasarkan Peraturan Menteri
Perdagangan No.39/M-DAG/PER/12/2011 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri
Perdagangan No.36/M-DAG/PER/9/2007 tentang Penerbitan Surat Izin Usaha Perdagangan adalah
sebagai berikut:
SIUP Kecil, wajib dimiliki oleh perusahaan perdagangan yang kekayaan bersihnya lebih
dari Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 500.000.000,- (lima
ratus juta Rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;
SIUP Menengah, wajib dimiliki oleh perusahaan perdagangan yang kekayaan bersihnya
lebih dari Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp.
10.000.000.000,- (sepuluh milyar Rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat Usaha;
SIUP Besar, wajib dimiliki oleh perusahaan perdagangan yang kekayaan bersihnya lebih
dari Rp. 10.000.000.000,- (sepuluh milyar Rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
Permohonan pendaftaran diajukan kepada Kepala Suku Dinas Perindustrian dan Perdagangan
dan/atau Koperasi Usaha Mikro Kecil Menengah dan Perdagangan kota atau kabupaten terkait
sesuai dengan domisili perusahaan. Bagi perusahaan yang telah terdaftar akan diberikan sertifikat
TDP sebagai bukti bahwa perusahaan/badan usaha telah melakukan wajib daftar perusahaan sesuai
dengan Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia No.37/M-DAG/PER/9/2007 tentang
Penyelenggaraan Pendaftaran Perusahaan.
Setelah perusahaan melakukan wajib daftar perusahaan dan telah mendapatkan pengesahan dari
Menteri Kemenkumham, maka harus di umumkan dalam BNRI dari perusahaan yang telah
diumumkan dalam BNRI, maka PT telah sempurna statusnya sebagai badan hukum
3. Saya memilih untuk mendirikan Persekutuan Komanditer, dengan pertimbangan-pertimbangan sebagai
berikut :
a. Persekutuan Firma merupakan badan usaha yang didirikan oleh sekelompok orang, yang berakibat apabila
salah satu dari anggota kelompok itu meninggal dunia atau mengundurkan diri dari persekutuan firma maka
secara otomatis persekutuan firma itu bubar.
b. Tujuan dari dibentuknya persekutuan firma didasarkan pada tujuan bersama yang tidak terpisah dengan
tujuan pribadi masing-masing anggota persekutuan;
c. Setiap anggota dari persekutuan dapat melakukan perbuatan hukum, mengeluarkan dan menerima uang
atas nama persekutuan yang mengikat persekutuan dengan pihak ketiga Pasal 17 ayat [1] KUHD.
d. Apabila terdapat hutang atas perbuatan yang dilakukan oleh salah satu anggota persekutuan atas piutang
pihak ketiga, maka pihak ketiga dapat menuntut pelunasannya kepada anggota persekutuan firma yang
lainnya;
e. Terhadap persekutuan firma, karena merupakan kelompok usaha orang maka anggota persekutuan
bertanggung jawab sampai dengan harta pribadi Pasal 18 KUHD;
Hal ini telah diatur dalam Pasal 3 ayat (1) UU No.40/2007 tentang Perseroan Terbatasyang
menyatakan bahwa “Para pemegang saham tidak bertanggung jawab secara pribadi atas tindakan
PT dan perikatan yang dilakukan oleh PT melebihi dari saham yang dimiliki oleh masing-masing
pemegang saham”.
Artinya, Anda sebagai pemodal sekaligus pemegang saham pada PT hanya bertanggung jawab
sebatas persentase saham yang Anda miliki. Tanggung jawab ini antara lain berkaitan dengan
hubungan yang dibuat oleh PT dan pihak ketiga seperti perjanjian utang, di mana PT meminjam
uang dari pihak ketiga sebagai kreditor. Apabila ternyata PT gagal menjalankan kegiatan usahanya
dan tidak mampu melunasi utang, maka aset pribadi dari pemegang saham tidak dapat digunakan
untuk melunasi utang. Berbeda halnya dengan CV, di mana jika suatu hari terjadi kerugian, maka
Anda sebagai pemilik bisnis akan diminta pertanggungjawabannya, dan diperbolehkan
menggunakan aset pribadi untuk melunasi kewajiban CV dengan pihak ketiga.