Anda di halaman 1dari 5

Mata

Kuliah : HUKUM BISNIS

Jurusan/ smt : Manajamen /Semester 2

Kelas : MA.21.CB

Dose : Dwi Astuti ,SE.MM

Sifat : Take Home Tugas Hukum bisnis

Sallima Shofwan Fadilla - 112110555

1. Bila salah seorang direksi melakukan penggelapan asset pt dapatkan ia di berhentikan sebelum
masa jabatannya dan siapa yang berhak memberhentikan direksi tersebut dari jabatannya
selaku direktur ?
2. Jelaskan langkah-langkah prosedur yang harus di tempuh untuk mendirikan PT ?
3. Terhitung sejak kapan PT berstatus badan hukum?
4. Dalam hal –hal tertentu tanggung jawab seorang direksi menjadi tidak terbatas ,sebitkan hal –
hal atau peristiwa yang mengakibatkan tanggung jawab direksi menjadi tidak terbatas.?
5. Jelaskan apa yang dimaksud dengan kepailitan ,siapa yang dapat mengajukan permohonan
pernyataan pailit,apa akibat dijatuhkan pailit dan tugas hakim pengawas dan kurator itu ?
6. Jelaskan perbedaan antara Perusahaan perseorangan ,persekutuan perdata ,Firma dan
persekutuan koman diter ( definisi ,unsur-unsurnya ,proses pendirianya dan berakhirnya ) ?
7. Apa perbedaan prinsipil atara proses merger ,konsolidasi ,akuisisi dan separasi ?

Jawaban

1. posisi direktur dapat diberhentikan oleh pihak yang memiliki kuasa lebih besar terhadap
perusahaan, yakni pemegang saham atau stakeholders.

2. Prosedur Mendirikan PT :
1. Pengajuan Nama Perseroan Terbatas Pengajuan nama perusahaan ini didaftarkan oleh notaris
melalui Sistem Administrasi Badan Hukum (Sisminbakum) Kemenkumham. Adapun persyaratan
yang dibutuhkan sebagai berikut:

• Melampirkan asli formulir dan pendirian surat kuasa;
• Melampirkan photocopy Kartu Identitas Penduduk (“KTP”) para pendirinya dan para
pengurus perusahaan;
• Melampirkan photocopy Kartu Keluarga (“KK”) pimpinan/pendiri PT.

Proses ini bertujuan untuk akan melakukan pengecekan nama PT, dimana pemakaian PT tidak
boleh sama atau mirip sekali dengan nama PT yang sudah ada maka yang perlu siapkan adalah 2
(dua) atau 3 (tiga) pilihan nama PT, usahakan nama PT mencerminkan kegiatan usaha anda.
Disamping itu, pendaftaran nama PT ini bertujuan untuk mendapatkan persetujuan dari instansi
terkait (Kemenkumham) sesuai dengan UUPT dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 43 Tahun 2011 Tentang Tata Cara Pengajuan dan Pemakaian Nama Perseroan Terbatas.
2. Pembuatan Akta Pendirian PT. Pembuatan akta pendirian dilakukan oleh notaris yang
berwenang diseluruh wilayah negara Republik Indonesia untuk selanjutnya mendapatkan
pesetujuan dari Menteri Kemenkumham.Patut untuk dipahami, terdapat hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam pembuatan akta ini, yaitu:

• Kedudukan PT, yang mana PT harus berada di wilayah Republik Indonesia dengan
menyebutkan nama Kota dimana PT melakukan kegiatan usaha sebagai Kantor Pusat;
• Pendiri PT minimal 2 orang atau lebih;
• Menetapkan jangka waktu berdirinya PT: selama 10 tahun, 20 tahun atau lebih atau
bahkan tidak perlu ditentukan lamanya artinya berlaku seumur hidup;
• Menetapkan Maksud dan Tujuan serta kegiatan usaha PT;
• Akta Notaris yang berbahasa Indonesia;
• Setiap pendiri harus mengambil bagian atas saham, kecuali dalam rangka peleburan;
• Modal dasar minimal Rp.50.000.000,- (lima puluh juta Rupiah) dan modal disetor
minimal 25% (duapuluh lima perseratus) dari modal dasar;
• Minimal 1 orang Direktur dan 1 orang Komisaris; dan
• Pemegang saham harus WNI atau Badan Hukum yang didirikan menurut hukum
Indonesia, kecuali PT dengan Modal Asing atau biasa disebut PT PMA.

3. Pembuatan SKDP. Permohonan SKDP (Surat Keterangan Domisili Perusahaan) diajukan kepada
kantor kelurahan setempat sesuai dengan alamat kantor PT anda berada, yang mana sebagai
bukti keterangan/keberadaan alamat perusahaan (domisili gedung, jika di gedung). Persyaratan
lain yang dibutuhkan adalah: photocopy Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) tahun terakhir,
Perjanjian Sewa atau kontrak tempat usaha bagi yang berdomisili bukan di gedung perkantoran,
Kartu Tanda Penduduk (KTP) Direktur, Izin Mendirikan Bangun (IMB) jika PT tidak berada di
gedung perkantoran.

4. Pembuatan NPWP. Permohonan pendaftaran NPWP diajukan kepada Kepala Kantor Pelayanan
Pajak sesuai dengan keberadaan domisili PT. Persyaratan lain yang dibutuhkan, adalah: NPWP
pribadi Direktur PT, photocopy KTP Direktur (atau photocopy Paspor bagi WNA, khusus PT PMA),
SKDP, dan akta pendirian PT.

5. Pembuatan Anggaran Dasar Perseroan. Permohonan ini diajukan kepada Menteri
Kemenkumham untuk mendapatkan pengesahan Anggaran Dasar Perseroan (akta pendirian)
sebagai badan hukum PT sesuai dengan UUPT. Persyaratan yang dibutuhkan antara lain:

• Bukti setor bank senilai modal disetor dalam akta pendirian;
• Bukti Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sebagai pembayaran berita acara negara;
• Asli akta pendirian.

6. Mengajukan SIUP. SIUP ini berguna agar PT dapat menjalankan kegiatan usahanya. Namun
perlu untuk diperhatikan bahwa setiap perusahaan patut membuat SIUP, selama kegiatan usaha
yang dijalankannya termasuk dalam Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLUI)
sebagaimana Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik Nomor 57 Tahun 2009 Tentang Klasifikasi
Baku Lapangan Usaha Indonesia. Permohonan pendaftaran SIUP diajukan kepada Kepala Suku
Dinas Perindustrian dan Perdagangan dan/atau Koperasi Usaha Mikro Kecil Menengah dan
Perdagangan kota atau kabupaten terkait sesuai dengan domisili PT. Adapun klasifikasi dari SIUP
berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan No.39/M-DAG/PER/12/2011 Tentang Perubahan
Kedua Atas Peraturan Menteri Perdagangan No.36/M-DAG/PER/9/2007 tentang Penerbitan Surat
Izin Usaha Perdagangan adalah sebagai berikut:

• SIUP Kecil, wajib dimiliki oleh perusahaan perdagangan yang kekayaan bersihnya lebih
dari Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp.
500.000.000,- (lima ratus juta Rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;
• SIUP Menengah, wajib dimiliki oleh perusahaan perdagangan yang kekayaan bersihnya
lebih dari Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp.
10.000.000.000,- (sepuluh milyar Rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat
Usaha;
• SIUP Besar, wajib dimiliki oleh perusahaan perdagangan yang kekayaan bersihnya lebih
dari Rp. 10.000.000.000,- (sepuluh milyar Rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha.

7. Mengajukan Tanda Daftar Perusahaan (TDP). Permohonan pendaftaran diajukan kepada
Kepala Suku Dinas Perindustrian dan Perdagangan dan/atau Koperasi Usaha Mikro Kecil
Menengah dan Perdagangan kota atau kabupaten terkait sesuai dengan domisili perusahaan. Bagi
perusahaan yang telah terdaftar akan diberikan sertifikat TDP sebagai bukti bahwa
perusahaan/badan usaha telah melakukan wajib daftar perusahaan sesuai dengan Peraturan
Menteri Perdagangan Republik Indonesia No.37/M-DAG/PER/9/2007 tentang Penyelenggaraan
Pendaftaran Perusahaan.

8.Berita Acara Negara Republik Indonesia (BNRI). Setelah perusahaan melakukan wajib daftar
perusahaan dan telah mendapatkan pengesahan dari Menteri Kemenkumham, maka harus di
umumkan dalam BNRI dari perusahaan yang telah diumumkan dalam BNRI, maka PT telah
sempurna statusnya sebagai badan hukum

3. PT berstatus sebagai badan hukum sejak setelah akta pendirian PT disahkan oleh Menteri.

4. 4.Direksi bertanggung jawab atas pengurusan Perseroan dengan itikad baik. Tanggung jawab
direksi melekat penuh secara pribadi atas kerugian Perseroan, apabila anggota direksi yang
bersangkutan bersalah atau lalai dalam menjalankan tugasnya. Tanggung jawab direksi yang
terdiri atas 2 (dua) anggota direksi atau lebih berlaku secara tanggung renteng bagi setiap anggota
direksi. Pengecualian terhadap tanggung jawab secara renteng oleh anggota direksi terjadi
apabila dapat membuktikan:

• Kerugian tersebut bukan karena kesalahan atau kelalaiannya;
• Telah melakukan pengurusan dengan itikad baik dan kehati-hatian untuk kepentingan
dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan;
• Tidak mempunyai benturan kepentingan baik langsung mapun tidak langsung atas
tindakan pengurusan yang mengakibatkan kerugian;
• Telah mengambil tindakan untuk mencegah timbul atau berlanjutnya kerugian tersebut.

5. Kepailitan merupakan suatu proses penyelesaian sengketa bisnis melalui jalur litigasi yaitu melalui
pengadilan niaga. Kepailitan diatur dalam Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang
Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang atau yang disingkat dengan UUK 2004.
Sebelum diundangkannya UUK 2004, masalah kepailitan diatur dalam Staatsblad 1905:217 jo.
Staatsblad 1906:348 tentang Faillissement Verordening (Undang-undang tentang Kepailitan) yang
kemudian diperbarui melalui Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun
1998 dan kemudian disahkan menjadi Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1998. Menurut pasal 1
angka 1 UUK 2004, Kepailitan adalah sita umum atas semua kekayaan Debitur Pailit yang
pengurusan dan pemberesannya dilakukan oleh Kurator di bawah pengawasan Hakim Pengawas
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. Berdasarkan rumusan pengertian tersebut dapat
disimpulkan bahwa inti dari kepailitan adalah sita umum (beslaag) atas kekayaan debitur pailit.
Kemudian apa saja syarat sehingga debitur dapat diajukan sebagai debitur pailit? Dalam
mengajukan permohonan pernyataan pailit, terdapat beberapa syarat yang harus terpenuhi
terlebih dahulu. Syarat pengajuan permohonan pernyataan pailit dijelaskan pada pasal 2 ayat (1)
UUK 2004 yang berbunyi: “Debitor yang mempunyai dua atau lebih Kreditor dan tidak membayar
lunas sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih, dinyatakan pailit dengan
putusan Pengadilan, baik atas permohonannya sendiri maupun atas permohonan satu atau
lebih kreditornya”. Dari pasal tersebut dapat diketahui syarat untuk mengajukan debitur sebagai
debitur pailit yaitu:

• Debitur mempunyai dua atau lebih kreditur;
• Debitur tidak membayar sedikitnya satu utang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih.

Permohonan pernyataan pailit diajukan ke Pengadilan Niaga dan yang berhak mengajukannya
antara lain adalah Kreditur, Debitur, Bank Indonesia, Menteri Keuangan, Badan Pengawas Pasar
Modal dan Jaksa demi kepentingan umum. Permohonan pernyataan pailit yang telah diterima
oleh pengadilan akan diproses melalui sidang pemeriksaan dan selambat-lambatnya putusan
pailit harus dibacakan 60 (enam puluh) hari setelah tanggal pendaftaran permohonan pernyataan
pailit. Akibat Kepailitan Terhadap Kewenangan Debitur Pailit Dalam Bidang Hukum Kekayaan.
Kepailitan diawali dengan pengajuan permohonan pernyataan pailit dan akan menghasilkan
sebuah putusan pailit. Dalam putusan pailit terdapat beberapa akibat hukum bagi debitur pailit,
salah satunya berakibat pada kewenangan berbuat debitur pailit dalam bidang hukum harta
kekayaan. Hal ini mengakibatkan kewenangan debitur menjadi sangat terbatas. Debitur pailit
hanya dapat melakukan perbuatan yang dapat memberikan suatu keuntungan atau perbuatan
yang dapat menambah jumlah harta kekayaan yang selanjutnya dijadikan sebagai
boedel pailit. Tetapi apabila perbuatan debitur pailit tersebut dimungkinkan akan mendatangkan
kerugian atau dapat mengurangi harta pailit, kurator dapat meminta pembatalan perbuatan
hukum yang telah dilakukan oleh debitur pailit. Pembatalan tersebut bersifat relatif, artinya hal
itu hanya dapat digunakan untuk kepentingan harta pailit sebagaimana diatur dalam Pasal 41 UUK
2004. Tindakan yang dilakukan kurator untuk meminta pembatalan tersebut disebut dengan Actio
Paulina. Selain untuk melindungi agar harta pailit tidak berkurang, pembatalan tersebut juga
dilakukan untuk melindungi kepentingan kreditur, agar tidak dirugikan. Sebagimana yang
diatur dalam Pasal 41 ayat (2) UUK 2004, dinyatakan bahwa “Pembatalan tersebut hanya dapat
dilakukan apabila dapat dibuktikan bahwa pada saat perbuatan hukum tersebut
dilakukan, Debitur dan pihak dengan siapa perbuatan hukum tersebut dilakukan mengetahui atau
sepatutnya mengetahui bahwa perbuatan hukum tersebut akan mengakibatkan kerugian
bagi Kreditor”. Dari peraturan di atas dapat disimpulkan bahwa, kurator tidak perlu membuktikan
apakah penerima hibah mengetahui perbuatan hibah tersebut merugikan kreditur atau tidak.
Kurator hanya perlu membuktikan bahwa debitur dianggap mengetahui bahwa hibah tersebut
merugikan kreditur dan apabila hibah tersebut dilakukan dalam jangka waktu 1 (satu) tahun
sebelum putusan pernyataan pailit ditetapkan. Selain itu, dalam UUK 2004 diatur juga mengenai
pembatalan pembayaran utang oleh debitur pailit dikarenakan adanya kecurigaan guna
menguntungkan salah satu pihak kreditur. Hal tersebut diatur pada Pasal 45 UUK 2004 yang isinya
ialah “Pembayaran suatu utang yang sudah dapat ditagih hanya dapat dibatalkan apabila
dibuktikan bahwa penerima pembayaran mengetahui bahwa permohonan pernyataan pailit
Debitor sudah didaftarkan, atau dalam hal pembayaran tersebut merupakan akibat dari
persekongkolan antara Debitor dan Kreditor dengan maksud menguntungkan Kreditor tersebut
melebihi Kreditor lainnya”.

6. perusahaan perseoerangan adalah perusahaan yang modalnya hanya berasal dari satu orang
kalau firma terdiri dari beberapa orang yg mengadakan kerjasama persekutuan komanditer
adalah usaha yg didirikan atas beberapa orang yg bekerjasama untuk mencapai tujuan yg sama
pula.

7. Merger (penggabungan usaha) adalah penggabungan dari dua tau lebih perusahaan dengancara
tetap melindungi berdirinya satu perusahaan dan melikuidasi perusahaan – perusahaan yang lain.
Konsolidasi (peleburan usaha) adalah penggabungan dari dua perusahaan atau lebih dengan cara
mendirikan perusahaan baru dan melikuidasi perusahaan – perusahaan yang ada. Akuisisi adalah
pengambilalihan kepemilikan suatu perusahaan. Pemisahan (Sparasi) adalah perbuatan hukum
yang dilakukan oleh perseroan untuk memisahkan usaha yang mengakibatkan seluruh aktiva dan
pasiva perseroan beralih karena hukum kepada dua perseroan ataulebih sebagai aktiva dan pasiva
dua atau lebih perseroan.

Anda mungkin juga menyukai