Anda di halaman 1dari 36

BAB V

ASPEK HUKUM, SOSIAL, DAN LINGKUNGAN

Aspek yang akan ditinjau pada bab lima adalah aspek sosial, hukum, dan
lingkungan. Hal ini bertujuan agar perusahaan memiliki pondasi yang kuat dan
berpedoman hak serta kewajiban dalam mengelola maupun menjakankan kegiatan
yang berkaitan dengan sosial, hukum, dan lingkungan. Berikut ini merupakan
pertimbangan aspek sosial, hukum, dan lingkungan dalam mendirikan PT. Karya
Matita Indonesia.

1.1 Aspek Hukum


Negara Indonesia merupakan negara hukum yang memiliki hukum tertulis
yang digunakan untuk mengatur masyarakat dalam menjalankan kehidupan
sehari-hari, serta segala bentuk kegiatan dan aktivitas yang berjalan pada suatu
negara. Hukum bersifat mengikat agar setiap orang dari segala jenis golongan
maupun organisasi mematuhi dan melaksanakan hukum yang berlaku. Dalam
membangun dan menjalankan perusahaan, diperlukan landasan hukum yang
berlaku yang bertujuan untuk mengatur tata cara dalam pelaksanaan perusahaan.
Dalam menjalankan bisnis di Indonesia, terdapat 3 jenis badan usaha yaitu
badan usaha swasta, badan usaha negara, dan koperasi. Menurut Undang-Undang
Dasar Nomor 3 Pasal 1 Tahun 1982 yang membahas tntang wajib daftar
perusahaan, badan usaha merupakan setiap bentuk usaha yang menjalankan setiap
jenis usaha yang bersifat tetap dan terus menerus dan yang didirikan, bekerja serta
berkedudukan dalam wilayah Negara Republik Indonesia yang bertujuan untuk
memperoleh keuntungan atau laba.
Aspek hukum dalam pendirian PT. Karya Matita Indonesia didasari pada
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 yang mengatur tentang pendirian
perseroan terbatas (PT) beserta dengan pengoperasian perseroan tersebut.
Pendirian perseroan terbatas juga diatur pada Undang-Undang Nomor 11 Tahun
2020 tentang cipta lapangan kerja yang mengatur perizinan usaha juga perzinan
pendirian perusahaan di Indonesia. PT. Karya Matita Indonesia mengikuti dan
menaati peraturan yang berlaku. PT Karya Teknik ATITA merupakan perusahaan
yang bergerak dalam bidang produksi furniture yang digunakan untuk membantu
kegiatan olahraga. Proses pendirian PT. Karya Matita Indonesia sangat
memperhatikan dan menaati seluruh peraturan serta undang-undang yang berlaku
guna melegalisasikan perusahaan serta mendapat pengakuan resmi oleh negara.

1.1.1 Hak Atas Kekayaan Intelektual


Hak atas kekayaan intelektual atau biasa disebut dengan HAKI atau HKI
merupakan hak dasar yang timbul akibat hasil dari olah piker manusia yang
menghasilkan suatu produk. Pada dasarnya HAKI atau HKI memiliki manfaat
ekonomis yaitu hal untuk memperoleh hasil dari suatu kreativitas intelektual.
Melalui HAKI seseorang yang menciptakan suatu karya cipta atau produk
kreativitas intelektual berhak menerima HAKI sehingga orang lain tidak dapat
memanfaatkan secaar ekonomis suatu karya cipta tanpa adanya izin dari pencipta.
Negara Republik Indonesia memiliki dasar hukum yang membahas hak atas
kekayaan intelektual, berikut ini merupakan dasar hukum yang membahas HAKI:
- UU Nomor 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta. Dimana UU ini berisi
tentang hak cipta, pencipta, perlindungan hak cipta, dan juga ciptaan
yang dilindungi.
- UU Nomor 4 tahun 2001 tentang merek. Dimana UU ini berisi tentang
merek, merek dagang, merek jasa, merek kolektif, dan jangka waktu
perlindungan terhadap merek.
- UU Nomor 31 tahun 2000 tentang desain industri. Dimana UU ini berisi
tentang desain industri dan jangka waktu perlindungannya.
- UU Nomor 32 tahun 2000 tentang desain tata letak sirkuit terpadu.
Dimana UU ini berisi tentang desain tata letak dan sirkuit terpadu.
- UU Nomor 30 tahun 2000 tentang rahasia dagang.
Hak atas kekayaan intelektual produk “self distributed sorting ball storage”
termasuk HAKI jenis hak paten yang diatur pada UU Nomor 14 Tahun 2001 dan
hak cipta yang diatur dalam UU Nomor 28 Tahun 2004. HAKI jenis ini dinilai
sesuai karena produk “self distributed sorting ball storage” merupakan produk
inovasi yang tidak pernah ada di pasar dan belum ada competitor yang membuat
produk yang menyerupai produk ini, sehingga diperlukan perlindungan atas karya
dan segera mematenkan merk dan nama produk agar sepenuhnya legal dan sah
miliki PT. Karya Matita Indonesia didepan hukum dengan dasar UU yang berlaku
dan telah disebutkan di atas.
Terdapat beberapa tahapan dalam mendaftarkan hak paten produk dari
Direktoran Jendral Kekayaan Intelektual, berikut ini merupakan tahapan yang
perlu dilakukan untuk mendaftarkan hak paten produk:
1. Membuat atau meregistrasi akun pada situs paten.dgip.go.id.
2. Memilih “BUAT PERMOHONAN BARU” untuk membuat permohonan
yang baru.
3. Mengunggah data pendukung yang diperlukan serta mengisi formular
yang ada.
4. Melakukan pembayaran dengan menekan menu “PEMESANAN KODE
BILLING PATEN” dan “PEMESANAN KODE BILLING
SUBSTANTIF”.
5. Selesaikan pembayaran yang diperlukan dan pastikan seluruh data yang
diunggah telah lengkap.
6. Menunggu permohonan diproses.
Adapun data pendukung yang perlu diunggah calon pemohon, berikut ini
merupakan data yang perlu diunggah oleh pemohon:
1. Deskripsi permohonan paten dalam Bahasa Indonesia
2. Klain
3. Abstrak
4. Gambar invensi dalam bentuk PDF dan gambar untuk publikasi dalam
bentuk JPG
5. Surat pernyataan kepemilikan invensi oleh inventor
6. Surat pengalihan hak apabila inventor dan pemohon hak paten berbeda
atau apabila pemohon hak paten merupakan badan atau firma hukum
7. Surat kuasa jika pemohon mengajui lewai konsultan
8. Surat keterangan UMK apabila pemohon berbentuk usaha mikro
9. SK akta pendirian jika pembohon merupakan lembaga Pendidikan atau
litbang pemerintah
Berikut ini merupakan tahapan yang perlu dilakukan untuk mendaftarkan
hak cipta secara online:
1. Masuk ke situs e-hakcipta.dgip.go.id
2. Membuat akun untuk memperoleh username dan password
3. Masuk ke dalam situs dengan menggunakan akun yang telah dibuat
4. Mengunggah dokumen persyaratan yang diperlukan
5. Melakukan sejumlah pembayaran yang diperlukan setelah mendapatkan
kode bayar pendaftaran hak cipta
6. Menunggu proses pengecekan dokumen persyaratan formal
7. Persetujuan permohonan, sertifikat dapat diunduh dan dicetak sendiri
oleh pemohon yang bersangkutan

1.1.2 Jenis Badan Usaha


Badan usaha merupakan kusatuan dari hukum, dimana badan usaha berisi hak dan
kewajiban, teknis, dan prinsip ekonomis yang dibentuk untuk menperoleh
keuntungan atau laba. Terdapat 2 jenis badan usaha yaitu BUMN dan BUMS,
dimana BUMS terdiri dari firma, CV, dan PT. Badan usaha yang ditetapkan
penulis adalah berupa PT (Perseroan Terbatas).
PT atau Perseroan Terbatas diatur dalam UU Nomor 40 Tahun 2007 Pasal 7
Ayat 1 yang mendukung proses pemilihan jenis badan usaha yaitu perseroan
didirikan oleh 2 (dua) atau lebih dengan akta notaris yang dibuat dalam Bahasa
Indonesia dan sebagaimana pada Pasal 1 Ayat 16, diaman setelah sebagai mana
Pasal 7 Ayat 1 dipenuhi akan dilanjutkan ke Kementrian Hukum. Pemilihan jenis
badan usaha ini juga didukung oleh UU Nomor 11 Tahun 2020 tentang cipta kerja,
dimana syarata didirikannya sebuah PT adalah sedikitnya 1 (satu) orang dan
dengan adanya Undang-Undang Cipta Kerja ini tidak adanya lagi pembatasan
jumlah modal untuk berdirinya suatu PT sebagaimana diatur pada PP Nomor 29
Tahun 2016 yaitu sebesar Rp 50.000.000,- yang menjadi faktor penghambat dalam
pembuatan suatu PT (Perseroan Terbatas).
1.1.3 Syarat dan Persiapan Pendirian Perseroan Terbatas
Perseroan Terbatas (PT) merupakan suatu jenis badan usaha yang memiliki modal
dari saham yang dimiliki satu atau lebih orang. Syarat pendirian Perseroan
Terbatas (PT) diatur pada UU Nomor 40 Tahun 2007. Berikut ini merupakan
syarat-syarat pendirian sebuah Peseroan Terbatas:
1. Pendiri (Direktur dan Komisaris) minimal terdiri dari 2 orang atau lebih,
kecuali perseroan memenuhi kriteria usaha mikro dan kecil maka
perseroan dapat didirikan hanya dengan 1 orang saja berdasarkan
perubahan yang tercantum pada pasal 109 angka 2 UU No. 11 Tahun
2020 tentang Cipta Kerja.
2. Nama perseroan didahului dengan frase Perseroan Terbatas atau disingkat
dengan “PT”.
3. Setiap pendiri atau para pemegang saham wajib mengambil bagian dalam
perusahaan.
4. Akta pendirian perseroan harus disahkan oleh Kementerian Hukum dan
HAM.
5. Akta pendirian memuat anggaran dasar dan keterangan lain berkaitan
dengan pendirian Perseroan.
6. Menetapkan jumlah modal dasar sesuai dengan besaran modal dasar yang
ditentukan berdasarkan pendiri perseroan dan modal disetor (nilai modal
setor minimal 25% dari modal dasar).
7. Penyetoran modal saham dapat dilakukan dalam bentuk uang dan atau
dalam bentuk lainnya.
8. Penyetoran saham dalam bentuk benda tidak bergerak harus diumumkan
dalam 1 (satu) Surat Kabar atau lebih, dalam jangka waktu 14 (empat
belas) hari setelah akta pendirian ditandatangani atau setelah RUPS
memutuskan penyetoran saham tersebut.
9. Perseroan harus mempunyai maksud dan tujuan serta kegiatan usaha
yang tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan, ketertiban umum, dan atau kesusilaan.
10. Nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan, tempat tinggal, dan
kewarganegaraan pendiri perseorangan, atau nama, tempat kedudukan
dan alamat lengkap serta nomor dan tanggal keputusan menteri mengenai
pengesahan badan hukum dari pendiri Perseroan.
11. Nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan, tempat tinggal,
kewarganegaraan anggota Direksi dan Dewan Komisaris yang pertama
kali diangkat.
12. Nama pemegang saham yang telah mengambil bagian saham, rincian
jumlah saham, dan nilai nominal saham yang telah ditempatkan dan
disetor.
13. Akta Pendirian serta data pada Akta yang berupa identitas perusahaan,
modal awal,jumlah saham, industri usaha, alamat, dan tujuan pendirian
harus berbahasa Indonesia.
Berikut ini merupakan hal yang perlu disiapkan berupa kelengkapan data
dan dokumen yang adakan disampaikan pada notaris untuk pembuatan akta
pendirian PT. Karya Matita Indonesia:
1. Data persiapan
Nama : PT. Karya Matita Indonesia
Tempat/Lokasi perusahaan : Jalan Cipondoh, Tangerang, Banten
Modal :
Lokasi PT. Karya Matita Indonesia pada peta/maps dapat dilihat pada
Gambar 5.1.

Gambar 5.1 Lokasi PT. Karya Matita Indonesia


Contoh surat domisili PT yang dikeluarkan oleh RT/RW pada daerah
setempat dapat dilihat pada Gambar 5.2.

Gambar 5.2 Contoh Surat Keterangan Domisili Perusahaan


(Sumber: https://www.bfi.co.id/id/blog/surat-keterangan-domisili-dan-cara-
mudah-membuatnya)
Pendiri Lamberth F. S. C., Jonathan Fransaputra,
Fedra Hardianto Putri, Def Rideck Antama
Komisaris Jonathan Fransaputra
Notaris Fedra Hardianto
Direktur Deff R. Antama
Penanggung Jawab Lamberth Fredryk S. C.
Tujuan Pendirian Industri Manufaktur Alat Olahraga
2. Dokumen bukti identitas pendiri PT. Karya Matita Indonesia
Pendiri 1: Lamberth Fredryk Samuel Corputty
Pendiri 2: Jonathan Fransaputra
Pendiri 3: Fedra Hardianto Putri
Pendiri 4: Def Rideck Antama
Pendiri 1 merangkap sebagai penanggung jawab PT, pendiri 3
merangkap sebagai notaris PT, dan pendiri 4 merangkap sebagai direktur
PT. Selanjutnya dapat dilihat pada Gambar 5.3 sampai dengan Gambar
5.6 KTP dari keempat pendiri PT. Karya Matita Indonesia.

Gambar 5. 3 KTP Pendiri 1

Gambar 5. 4 KTP Pendiri 2

Gambar 5. 5 KTP Pendiri 3


Gambar 5.6 KTP Pendiri 4
Setelah mengumpulkan seluruh data pendiri perusahaan, berikutnya
melakukan pendirian perusahaan melalui website OSS. Berikut ini merupakan
tahapan yang perlu dilakukan dalam mendirikan perusahaan pada situs OSS:
1. Masuk ke situs OSS yaitu https://oss.go.id/.

Gambar 5.7 Situs OSS


2. Membuat akun pada situs OSS.

Gambar 5.8 Membuat Akun pada Situs OSS


3. Mengisi seluruh syarat pembuatan akun pada situs OSS.

Gambar 5.9 Mengisi Syarat Pembuatan Akun OSS


4. Setelah selesai membuat akun, selanjutnya melakukan login/masuk
dengan akun yang sudah terdaftar pada situs OSS.

Gambar 5.10 Melakukan Login pada Situs OSS


5. Klik menu “Perizinan Berusaha”, lalu pilih “Permohonan Baru”.

Gambar 5.11 Klik Menu “Perizinan Berusaha”, lalu “Pemohon


Baru”
6. Mengisi data seluruh pelaku usaha lalu klik “Simpan Data”, dilanjutkan
dengan mengisi data bidang usaha.

Gambar 5.12 Mengisi Data Seluruh Pelaku Usaha


7. Melengkapi data ‘PEMILIHAN BIDANG USAHA”, lalu setelah selesai
klik tombol “Simpan”.

Gambar 5.13 Melengkapi Data “Pemilihan Bidang Usaha”


8. Melengkapi formulir detail usaha dengan pilihan lokasi di daratan.
Melengkapi “Data Detail Usaha”.

Gambar 5.14 Melengkapi Formulir Detail Usaha


Selanjutnya memilih tipe gambar peta antara “Point” dan “Polygon”. Jika
memilih “Point” maka harus memasukan titik Latitude dan Longtitude
yang sesuai dengan lokasi perusahaan berdiri. Jika memilih “Polygon”,
maka harus mengunggah file polygon dalam format SHP Complete.

Gambar 5.15 Tipe Gambar Peta “Point” dan “Polygon”


Dilanjutkan dengan menjawab pertanyaan “Apakah kegiatan usaha
merupakan rencana Pembangunan dan pengembangan Objek Vital
Nasional?”. Jika “Ya” maka sistem akan mengarahkan untuk memasukan
beberapa dokumen tambahan lainnya. Jika “Tidak”, akan dilanjutkan
melengkapi data jumlah investasi untuk bidang usaha, lalu klik tombol
“VALIDASI RISIKO”, lanjutkan dengan mengisi data usaha tambahan,
lalu klik “Tambah Produk/Jasa”.

Gambar 5.16 Mengisi Dokumen Tambahan Detail Usaha


9. Melengkapi data produk atau jasa yang dijual.

Gambar 5.17 Melengkapi Data Produk atau Jasa yang Dijual


10. Memeriksa daftar produk/jasa, lalu klik tombol “SELESAI”

Gambar 5.18 Memeriksa Daftar Produk atau Jasa


11. Periksa data usaha, setelah itu klik tombol “SELANJUTNYA”

Gambar 5.19 Memeriksa Data Usaha


12. Melengkapi dokumen persetujuan lingkungan berdasarkan KBLI/bidang
usaha tertentu.

Gambar 5.20 Melengkapi Dokumen Persetujuan Lingkungan


Selanjutnya, lengkapi parameter kewajiban dokumen lingkungan, lalu
klik tombol “LANJUT”.

Gambar 5.21 Melengkapi Parameter Kewajiban Dokumen


Lingkungan
13. Pahami setiap kotak centang/checkbox pada pertanyaan yang tersedia,
dan mengisi kotak centang/checkbox tersebut. Klik checkbox yang
berisikan kesanggupan dalam mengelola perusahaan dan siap menerima
konsekuensi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Jika sudah, klik tombol “LANJUT”.

Gambar 5.22 Memahami Pernyataan Mandiri Yang Ada


14. Periksa draft perizinan berusaha (NIB), lalu klik tombol “TERBITKAN
PERIZINAN BERUSAHA”.

Gambar 5.23 Memeriksa Draft Peizinan Berusaha (NIB)


15. Perizinan berusaha telah terbit. Dokumen perizinan berusaha meliputi
pernyataa mandiri K3L, pernyataan mandiri kesediaan memenuhi standar
usaha, surat pernyataan kesanggupan pengelolaan dan pemantauan
lingkungan hidup (SPPL), dan pernyataan kesanggupan pengelolaan
lingkungan hidup (PKPLH).

Gambar 5.24 Penerbitan Dokumen Perizinan Berusaha


16. Contoh surat NIB yang sudah diterbitkan.

Gambar 5.25 Contoh Surat NIB


17. Contoh surat SS (Sertifikat Standar) yang sudah diterbitkan.

Gambar 5.26 Contoh Surat SS (Sertifikat Standar)

5.2 Aspek Sosial


Aspek sosial memiliki arti bertanggung jawab terhadap dampak sosial yang
diakibatkan oleh perusahaan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Inti
dari aspek sosial adalah respect for people atau meghargai orang lain (Aryawan,
A., dkk. 2017). Penelitian menunjukan bahwa aspek sosial memiliki pengaruh
pada citra perusahaan, hal ini menunjukan bahwa dengan adanya bantuan dana
yang bergulir dari perusahaan pada masyarakat sekitar lingkungan perusahaan
dapat membatu masyarakat sekitar dalam meningkatkan kesejahteraan.
5.2.1 Hubungan Perusahaan dengan Karyawan
UU No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan pada pasal 1 bab 1
mengatakan hubungan kerja adalah hubungan antara pengusaha dengan
pekerja/buruh berdasarkan perjanjian kerja, yang mempunyai unsur pekerjaan,
upah dan perintah. Hubungan kerja tentunya dibentuk oleh pengusaha dan
karyawan yang dapat disebut sebagai perjanjian kerja bersama. Perjanjian kerja
bersama adalah perjanjian yang merupakan hasil perundingan antara serikat
pekerja/serikat buruh atau beberapa serikat pekerja/serikat buruh yang tercatat
pada instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan dengan
pengusaha, atau beberapa pengusaha atau perkumpulan pengusaha yang memuat
syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban kedua belah pihak.
Dalam menjalani perusahaan, tentunya PT. Karya MATITA menerapkan
etika perusahaan yang berhubungan dengan pekerja yang dinamakan hubungan
industrial. Hubungan industrial adalah suatu sistem hubungan yang berbentuk
antara para pelaku dalam proses produksi barang dan/atau jasa yang terdiri dari
unsur pengusaha, pekerja/buruh dan pemerintah yang berdasarkan pada nilai-nilai
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.
Berikut merupakan etika perusahaan dengan pekerja. Berikut merupakan etika
yang dilakukan PT. Karya MATITA dengan pekerja.
1. Status pekerja dalam suatu perusahaan meliputi pekerja dan calon
pekerja. Selain kategori tersebut, Perseroan juga merekrut karyawan
kontrak untuk tahapan atau proyek tertentu. Terhadap kedua jenis
karyawan tersebut, Perseroan berkomitmen untuk memperlakukan
seluruh karyawan sesuai hak dan kewajibannya sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
2. Perusahaan menerapkan sistem pengelolaan sumber daya manusia
berdasarkan prinsip keterbukaan, keadilan, dorongan dan
ketidakberpihakan karena perbedaan suku, asal usul, jenis kelamin,
agama dan kelahiran serta hal-hal yang tidak berkaitan dengan kinerja.
Perusahaan juga mengakui hak pekerja untuk berorganisasi berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3. Perusahaan senantiasa mengembangkan dan meningkatkan kualitas aset
karyawan yang merupakan aset utama perusahaan. Oleh karena itu,
pengembangan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia di
perusahaan sangatlah penting.
4. Perusahaan senantiasa melatih dan mengembangkan karyawannya
dengan berpedoman pada budaya perusahaan, kebijakan perusahaan di
bidang sumber daya manusia, peraturan dasar sumber daya manusia dan
peraturan dasar organisasi. Perseroan juga memastikan bahwa peraturan
di atas telah memenuhi standar tata kelola perusahaan yang baik.
5. Perusahaan menyadari sepenuhnya dinamika perubahan lingkungan
bisnis. Untuk itu, seluruh jajaran di dalam perusahaan, baik direksi,
manajemen, dan karyawan, akan selalu berupaya menjalin kemitraan
untuk saling mendukung dalam mencapai tujuan dan sasaran kemajuan
secara umum. Perusahaan akan selalu berupaya meningkatkan kualitas
manajemen dan kualitas pekerja agar dapat bekerja secara efektif dan
efisien.
6. Karyawan juga mempunyai banyak kewajiban terhadap perusahaan.
Kewajiban karyawan terhadap perusahaan antara lain
 Seluruh karyawan harus mematuhi nilai-nilai perusahaan dan segala
peraturan yang dikeluarkan perusahaan
 Setiap karyawan wajib mengutamakan kepentingan perusahaan yang
berhubungan langsung atau tidak langsung dengan tanggung jawabnya
 Setiap karyawan harus memaksimalkan kemampuan dan upayanya
dalam menyelesaikan tugas pekerjaan yang diberikan.
 Setiap karyawan mempunyai tanggung jawab untuk melindungi aset
dan reputasi baik perusahaan.
 Setiap pekerja yang menjadi atasan mempunyai kewajiban untuk
mengembangkan dirinya dan memberi contoh bagi pekerja di
lingkungannya.
Perusahaan PT. Karya MATITA tentunya berpedoman pada Peraturan
Pemerintah Undang-Undang Cipta Kerja yang mengatur tentang PKWT, alih
daya, waktu kerja, waktu istirahat, dan pemutusan hubungan kerja. Pedoman ini
dilakukan agar para pekerja mempunyai kepastian hukum pada saat bekerja di PT.
Karya MATIITA. Berikut merupakan aturan ketenagakerjaan yang diatur dalam
UU Cipta Kerja.
1. Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PWKT)
Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) adalah perjanjian kerja antara
pekerja/buruh dengan pengusaha untuk mengadakan hubungan kerja
dalam waktu tertentu atau untuk pekerjaan tertentu. Berdasarkan UU
Cipta Kerja No 35 Tahun 2021 Pasal 4, PWKT didasarkan atas 2 hal
yaitu berdasarkan jangka waktu (ayat 1) dan bersadarkan selesainya suatu
pekerjaan tertentu (ayat 2). Pada pasal 5 ayat (1) dikatakan bahwa PWKT
berdasarkan jangka waktu dibuat untuk pekerjaan-pekerjaan tertentu
seperti pekerjaan yang penyelesaiannya tidak terlalu lama, pekerjaan
yang bersifat musiman atau pekerjaan yang berhubungan dengan produk
atau hal kegiatan baru. Pekerjaan yang diperkirakan penyelesaiannya
dalam waktu yang tidak terlalu lama sebagaimana dimaksud dalam Pasal
5 ayat (1) huruf a dilaksanakan paling lama 5 (lima) tahun. Pekerjaan
yang pelaksanaannya bersifat musiman sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) hanya dapat dilakukan pada musim tertentu atau cuaca tertentu.
PWKT berdasarkan selesainya suatu pekerjaan dibuat untuk pekerjaan
yang sekali selesai atau pekerjaan yang sifatnya sementara. PKWT
berdasarkan selesainya suatu pekerjaan tertentu sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5 ayat 2 didasarkan atas kesepakatan para pihak yang
dituangkan dalam Perjanjian Kerja. Kesepakatan yang dituangkan
memuat ruang lingkup dan batasan suatu pekerjaan dinyatakan selesai,
serta lamanya waktu penyelesaian pekerjaan disesuaikan dengan
selesainya suatu pekerjaan.
2. Alih Daya
Alih daya adalah merupakan pengalihan pekerjaan tertentu berdasarkan
perjanjian yang disepakati antara perusahaan alih daya dengan
perusahaan pemberi pekerjaan. Mengenai aspek hukum hubungan kerja
antara pekerja/buruh dengan perusahaan outsourcing, yakni bahwa
hubungan kerja antara perusahaan alih daya dengan pekerja/buruh yang
dipekerjakannya didasarkan pada perjanjian kerja yang dibuat secara
tertulis, baik perjanjian kerja waktu tertentu maupun perjanjian kerja
waktu tidak tertentu. Pada pasal 18 PP 35 tahun 2021 dikatakan bahwa
hubungan herja antara perusahaan alih daya dengan pekerja/buruh yang
dipekerjakan, didasarkan pada PKWT atau PKWTT yang harus dibuat
secara tertulis. Selain itu, perusahaan alih daya harus berbentuk badan
hukum dan wajib memenuhi perizinan berusaha yang diterbitkan oleh
Pemerintah Pusat dengan syarat dan tata cara memperoleh perizinan
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
mengenai norma, standar, prosedur, dan kriteria perizinan.
3. Waktu Kerja dan Waktu Istirahat
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 35 tahun 2021 pasal 21 ayat 2
dikatakan bahwa waktu kerja yang dimaksud ialah 7 jam 1 hari dan 40
jam 1 minggu untuk 6 hari kerja dalam 1 minggu atau 8 jam 1 hari dan
40 jam 1 minggu untuk 5 hari kerja dalam 1 minggu. Ketentuan waktu
kerja tersebut tentunya tidak berlaku bagi sektor usaha atau pekerjaan
tertentu. Sementara itu, waktu istirahat yang diberikan kepada
pekerja/buruh yaitu 1 hari untuk 6 hari kerja dalam 1 minggu atau 2 hari
untuk 5 hari kerja dalam 1 minggu. Waktu kerja untuk sektor usaha atau
pekerjaan tertentu diatur dalam PP No. 35 tahun 2021 pasal 23-25.
Selanjutnya, waktu lembur yang bisa dilakukan oleh perusahaan adalah
paling lama 4 jam dalam 1 hari dan 18 jam dalam kurun waktu 1 minggu.
Waktu kerja lembur tersebut tidak termasuk dalam pekerjaan yang
dilakukan pada waktu istirahat mingguan dan/atau hari libur resmi.
4. Pemutus Hubungan Kerja (PHK)
Dalam PP No. 35 tahun 2021 pasa1 1 no 25 dikatakan bahwa Pemutusan
Hubungan Kerja atau PHK adalah pengakhiran hubungan kerja karena
suatu hal tertentu yang mengakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban
antara pekerja/buruh dan pengusaha. PHK dapat terjadi karena beberapa
hal diantaranya perusahaan melakukan penggabungan atau peleburan,
perusahaan tutup karena kerugian, perusahaan pailit, dan lain-lain. Selain
itu, PHK juga dapat terjadi karena pekerja/buruh mengundurkan diri dari
perusahaan dan pekerja/buruh mengkir selama 5 hari kerja. Dalam PHK
tentunya terdapat beberapa akibat yang harus dilakukan oleh perusahaan.
Hak akibat yang ada terdapat dalam PP No.35 tahun 2021 pasal 40-59.
Selain aturan ketenagakerjaan diatas, PT. Karya Matita Indonesia juga
menyediakan jaminan kesehatan dan kesejahteraan kepada para karyawan.
Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 Pasal 86 Ayat (1) Huruf a menyebutkan
bahwa “setiap pekerja mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas
keselamatan dan kesehatan kerja”. Kemudian pada Ayat 2 disebutkan juga “untuk
melindungi keselamatan pekerja/buruh guna mewujudkan produktivitas kerja
yang optimal diselenggarakan upaya keselamatan dan kesehatan kerja”. Maka dari
itu, PT Karya Matita Indonesia memberikan sistem kesehatan kepada seluruh
karyawan dimana sistem kesehatan yang diberikan tebagi menjadi 2, yaitu:
a. Pembiayaan Kesehatan
Pembiayaan kesehatan adalah sejumlah dana yang disediakan untuk
menyelenggarakan upaya kesehatan. Biaya ini diperoleh bealth
provider untuk investasi, biaya operasional, dan health consumer
untuk imbal jasa pelayanan.
b. Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan adalah upaya yang diselenggarakan oleh
perusahaan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan,
mencegah dan menyembuhkan penyakit, memulihkan kesehatan
perorangan, keluarga, kelompok maupun masyarakat.
Berdasarkan Undang-undang No. 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial
Tenaga Kerja, pemeliharaan kesehatan diartikan sebagai upaya penanggulangan
dan pencegahan gangguan kesehatan yang memerlukan pemeriksaan, pengobatan,
dan perawatan, termasuk pemeriksaan kehamilan dan pertolongan persalinan.
Ruang lingkup jaminan pemeliharaan kesehatan dalam undang-undang ini
meliputi:
a. Rawat jalan tingkat pertama
b. Rawat jalan tingkat lanjutan
c. Rawat inap
d. Pemeriksaan kehamilan dan pertolongan persalinan
e. Penunjang diagnostik
f. Pelayanan khusus, dan
g. Pelayanan gawat darurat
Dalam UU No.3 tahun 1992, dikatakan bahwa program Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) wajib dikuti oleh setiap perusahaan yang
mempekerjakan tenaga kerja sebanyak 10 orang atau lebih, atau membayar upah
paling sedikit Rp 1.000.000 per bulan. Program BPJS Kesehatan dan
Ketenagakerjaan merupakan hak dari tenaga kerja. Pasal 6 UU No. 3 Tahun 1992
dan Pasal 2 ayat (1) PP No. 14 Tahun 1993, menyebutkan bahwa lingkup program
jaminan sosial tenaga kerja saat ini meliputi 4 (empat) program, yakni:
a. Jaminan kecelakaan kerja
b. Jaminan kematian
c. Jaminan hari tua
d. Jaminan pemeliharaan kesehatan

5.2.2 Hubungan Perusahaan dengan Masyarakat


Hubungan perusahaan dengan masyarakat adalah sebuah aspek penting
dalam tanggung jawab sosial perusahaan. Menarik tenaga kerja lokal melalui
kehadiran perusahaan merupakan aspek penting dalam menjalin hubungan positif
antara perusahaan dan masyarakat di wilayah operasinya. Kegiatan ini
mencerminkan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) dan kontribusi positif
perusahaan terhadap pembangunan ekonomi dan sosial masyarakat setempat.
Dengan merekrut, melatih dan mempekerjakan pekerja dari daerah sekitar, dunia
usaha memberikan sejumlah manfaat penting. PT. Karya MATITA tentunya
menjaga hubungan yang baik dengan masyarakat agar tercipta suasana lingkungan
sosial yang baik bagi perusahaan. Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan
dalam menjalin hubungan yang baik antara perusahaan dengan masyarakat
diantaranya adalah:
a. Melakukan penyerapan tenaga kerja setempat melalui keberadaan
perusahaan. Menyerap tenaga kerja lokal membantu memperkuat
perekonomian lokal dengan menciptakan lapangan kerja bagi
masyarakat lokal. Dengan mengurangi pengangguran, masyarakat
menjadi lebih stabil dan memiliki daya beli yang lebih baik. Hal ini
pada tentunya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi lokal,
dengan modal yang dihasilkan oleh para pekerja dan dapat
dibelanjakan di wilayah tersebut.
b. Dalam UU Nomor 40 Tahun 2007, Pasal 15 mengenai anggaran dasar
suatu perusahaan yang memiliki ketentuan sesuai UU tersebut. PT
Karya Matita Indonesia akan melaksanaan pembuatan akta pendirian
yang sesuai dengan UU Nomor 40 Tahun 2007 Pasal 8. Selain itu, PT.
Karya Matita Indonesia juga akan memiliki anggaran dasar sebagai
data nama dan tempat kedudukan perusahaan. Hal ini dilakukan agar
pembangunan perusahaan tidak melanggar hukum.
c. Dalam UU Nomor 4 Tahun 2009 Pasal 1 No. 28 dikatakan bahwa
pemberdayaan masyarakat adalah usaha untuk meningkatkan
kemampuan masyarakat, baik secara individual maupun kolektif, agar
menjadi lebih baik tingkat kehidupannya. PT. Karya MATITA akan
mengimplementasikan UU ini untuk menjaga kelestarian lingkungan
yang ada disekitar perusahaan. Pemeliharaan lingkungan sekitar juga
akan menjadi fokus perusahaan agar tidak mencemari lingkungan
yang ada. Pembuangan limbah secara sembarangan juga tentunya
akan diatasi dengan menanggulangi limbah dan mengolah limbah
yang ada sehingga tidak merusak lingkungan sekitar dan aktivitas
masyarakat sekitar tidak terganggu
d. Dalam UU Nomor 13 Tahun 2011 Pasal 36 mengenai pendanaan
dalam penanganan fakir miskin yang salah satunya meliputi dana yang
disisihkan dari perusahaan perseroan. PT. Karya MATITA tentunya
akan membantu fakir miskin melalu pendanaan. Selain itu, PT. Karya
Matita juga akan membantu fakir miskin dalam hal pekerjaan dengan
cara membuka lowongan pekerja bagi para fakir miskin. Hal ini
diharapkan dapat membantu orang-orang yang pengangguran
sehingga mereka bisa mendapatkan pekerjaan dan mempunyai
penghasilan tetap.
e. Melakukan program CSR atau corporate social responsibility. Seperti
dalam UU Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas atau PT
pasal 1 no. 3, dikatakan bahwa tanggung jawab sosial dan lingkungan
adalah komitmen perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan
ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan
lingkungan yang bermanfaat, baik bagi perseroan sendiri, komunitas
setempat, maupun masyarakat pada umumnya. Tujuan utama CSR
adalah menciptakan nilai tambah bagi masyarakat dan pemangku
kepentingan lainnya, selain mencapai tujuan keuntungan finansial. Hal
ini menciptakan hubungan positif antara dunia usaha dan masyarakat
dan dapat menghasilkan manfaat sosial yang nyata, seperti
memperbaiki lingkungan, meningkatkan kualitas hidup masyarakat
dan memberdayakan ekonomi dan masyarakat. Berdasarkan
efektivitasnya, terdapat 6 pilar CSR, yaitu
 Cause Promotion
Perseroan menyediakan pendanaan atau bentuk kontribusi
lainnya untuk kegiatan yang bertujuan meningkatkan kesadaran
dan kepedulian terhadap permasalahan sosial. Perusahaan dapat
mengelola kegiatan ini sendiri, menjadi mitra utama atau
menjadi sponsor.
 Cause-Related Marketing
Perusahaan mendedikasikan persentase tertentu dari keuntungan
penjualannya untuk memecahkan masalah sosial. Biasanya
melalui aktivitas pada produk tertentu dan dalam jangka waktu
tertentu. Kegiatan ini dilakukan bekerjasama dengan organisasi
nirlaba, untuk saling menguntungkan dan bertujuan untuk
meningkatkan penjualan bagi perusahaan.
 Corporate Social Marketing
Perusahaan melaksanakan kegiatan yang bertujuan untuk
meningkatkan perilaku masyarakat, misalnya di bidang
kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan. Kegiatan ini
biasanya berbentuk kampanye.
 Corporate Philanthropy
Perusahaan memberikan kontribusi langsung terhadap suatu
kegiatan atau pengentasan masalah sosial melalui dukungan atau
layanan tunai.
 Community Volunteering
Perusahaan mendorong karyawan dan mitra bisnis untuk
menghabiskan waktu luang mereka untuk mendukung
komunitas lokal dan memecahkan masalah lokal.
 Social Responsible Business Practices
Perusahaan menjalankan kegiatan usaha dan investasi untuk
memecahkan permasalahan sosial guna meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dan menjaga lingkungan.
Dari ke-enam pilar CSR yang telah dijelaskan diatas, pilar yang
menjadi penerapan PT. Karya Matita Indonesia adalah pilar corporate
philanthropy. PT. Karya Matita Indonesia memberikan kontribusi
langsung terhadap masyarakat melalui beberapa hal, diantaranya
memberikan bantuan serta sumbangan lainnya kepada masyarakat
melalui kegiatan bakti sosial. Selain itu, PT. Karya Matita Indonesia
juga memberikan sumbangan kepada masyarakat yang membutuhkan
pada saat hari raya keagamaan. melakukan program pemberdayaan
masyarakat dan program Pendidikan

5.2.3 Hubungan Perusahaan dengan Pemerintah


Perusahaan harus membangun relasi dan berhubungan baik dengan
pemerintah sebagai bentuk keberlangsungan jalan nya sebuah perusahaan.
Hubungan antara dunia usaha dan pemerintah tentunya merupakan faktor penting
dalam berbagai aspek ekonomi dan sosial. Kerjasama yang baik antara sektor
usaha dan pemerintah dapat membawa manfaat besar bagi pembangunan
ekonomi, menciptakan lapangan kerja, dan meningkatkan manfaat publik. Perlu
diingat bahwa setiap perusahaan memiliki beberapa kewajiban yang sudah
ditetapkan oleh pemerintah. Salah satu kewajiban yang harus dilakukan oleh
perusahaan adalah membayar pajak penghasilan kepada pemerintah. Pajak adalah
kontribusi kepada negara yang bersifat memaksa dan wajib dibayar oleh Wajib
Pajak, baik orang pribadi, badan ataupun perusahaan. Menurut Peraturan Direktur
Jenderal (Perdirjen) Pajak Nomor PER-32/PJ/2015, PPh 21 adalah pajak
penghasilan berupa gaji, upah, biaya, tunjangan dan pembayaran lainnya atas
nama apapun dan dalam bentuk apapun. . itu akan menjadi seperti itu. berkaitan
dengan pekerjaan atau jabatan, jasa dan kegiatan yang dilakukan oleh orang
perseorangan dikenakan pajak nasional. Untuk membayar pajak ini, perusahaan
sering kali langsung memotong penghasilan karyawannya. Perusahaan juga wajib
memberikan bukti pemotongan PPh 21 bagi karyawannya setelah membayar
pajak kepada pemerintah. Selain PPh 21, ada juga PPh Pasal 23, Pasal 26, Pasal
25 dan Pasal 29 dimana PPh Pasal 23 dikenakan pada penghasilan berupa modal,
penyerahan jasa atau hadiah dan penghargaan. Selain Pajak Penghasilan (PPh),
pemerintah juga menetapkan pajak untuk Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang
dibebankan atas transaksi jual beli barang atau jasa yang dilakukan oleh wajib
pajak pribadi maupun wajib pajak badan.
Dalam menjaga hubungan yang baik dengan pemerintah, PT. Karya
MATITA tentu tidak hanya berfokus pada pembayaran pajak saja. PT. Karya
MATITA tentunya akan banyak berkolaborasi dengan pemerintah dalam kegiatan-
kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan yang bersifat sosial dan menjangkau
masyarakat luas. Selain itu, PT. Karya MATITA juga akan mengundang
pemerintah dalam kegiatan-kegiatan seperti, ulang tahun perusahaan, rapat
perusahaan dengan pemerintah, dan undangan lainnya. Hal ini diharapkan dapat
membuat hubungan perusahaan dengan pemerintah semakin erat dan baik.

5.3 Aspek Lingkungan


Lingkungan hidup merupakan satu kesatuan semua sumber daya, termasuk
makhluk hidup, yang saling berinteraksi dan saling mempengaruhi sehingga
membentuk suatu keseimbangan yang harmonis untuk kelangsungan hidupnya
(Qisti, D., A., dkk. 2021). Dalam mendirikan perusahaan, tentunya PT. Karya
Matita Indonesia memperhatikan faktor faktor lingkungan sekitar perusahaan.
Faktor faktor yang diperhatikan oleh perusahaan tentunya meliputi faktor internal
dan faktor eksternal. Faktor lingkungan yang akan diperhatikan tentunya harus
dianalisa terlebih dahulu, Analisa aspek lingkungan dilakukan pada pemilihan
lokasi dan penanggulangan limbah.
5.3.1 Pemilihan Lokasi
Lokasi yang dipilih oleh PT. Karya Matita Indonesia untuk mendirikan
perusahaan adalah daerah Cipondoh, Tangerang, Banten. Tentunya ada beberapa
pertimbangan mengapa lokasi tersebut yang dijadikan sebagai letak perusahaan
diantaranya yaitu:
1. Harga sewa tanah
Harga sewa tanah di lokasi Cipondoh, Tangerang terbilang cukup
murah dimana harga sewa tanah mencapai Rp 400.000.000 per tahun.
Hal ini tentu menjadi kelebihan tersendiri karena harga sewa tanah
yang tidak terlalu mahal dan berada di daerah kawasan industri.
2. Lokasi sumber bahan baku
Bahan baku utama PT. Karya Matita Indonesia adalah besi hollow,
dimana lokasi pabrik besi hollow juga berada di daerah Tangerang.
Selain itu, lokasi bahan baku lainnya seperti akrilik dan multiplek juga
terdapat di daerah Tangerang.
3. Lokasi pasar produk
Pasar produk yang diinginkan oleh PT. Karya Matita Indonesia adalah
daerah Jabodetabek. Dengan demikian, lokasi pasar produk yang tidak
jauh dan dibantu dengan fasilitas jalan tol membuat pengiriman
barang produk ke daerah sekitar tidak sulit.
4. Tersedianya listrik dan SDM
Listrik dan sumber daya manusia tentu merupakan hal yang sangat
diperlukan perusahaan untuk membantu dalam mengolah produk dari
bahan mentah menjadi produk jadi. Tangerang merupakan salah satu
daerah kawasan industri, sehingga ketersediaan listrik dan sumber
daya manusia.
5. Pelayanan keamanan
Keamanan disekitaran pabrik tentu juga menjadi pertimbangan dalam
memilih lokasi pabrik. Perusahaan harus memastikan lokasi pabrik
aman dan berdekatan dengan pelayanan keamanan serta kesehatan
lainnya. Sehingga, jika terjadi suatu hal yang tidak diinginkan
perusahaan dapat mengantisipasi bahaya lebih cepat.
5.3.2 Penanggulangan Limbah
Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014 Pasal 1 Ayat 3 mengatakan
“Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disebut Limbah B3
adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung B3”. Kemudian pada
Ayat 1 dijelaskan bahwa “Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya
disingkat B3 adalah zat, energi, dan/atau komponen lain yang karena sifat,
konsentrasi, dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung,
dapat mencemarkan dan/atau merusak lingkungan hidup, dan/atau membahayakan
lingkungan hidup, kesehatan, serta kelangsungan hidup manusia dan makhluk
hidup lain. Limbah B3 dapat berasal dari berbagai sumber, bukan hanya dari
industri; kegiatan rumah tangga juga menghasilkan beberapa jenis limbah ini,
seperti bekas pengharum ruangan, pemutih pakaian, deterjen pakaian, pembersih
kamar mandi, pembersih kaca dan jendela, pembersih lantai, pengkilat kayu,
pembersih oven, pembasmi serangga, lem perekat, spray rambut, dan batu baterai.
Berdasarkan sumbernya, limbah B3 dibedakan menjadi 3 jenis yaitu:
1. Limbah B3 dari sumber tidak spesifik. Limbah ini tidak berasal dari
proses utama, melainkan dari kegiatan pemeliharaan alat, inhibitor
korosi, pelarutan kerak, pencucian, pengemasan dan lain-lain.
2. Limbah B3 dari sumber spesifik. Limbah ini berasal dari proses suatu
industri (kegiatan utama).
3. Limbah B3 dari sumber lain. Limbah ini berasal dari sumber yang
tidak diduga, misalnya prodak kedaluwarsa, sisa kemasan, tumpahan,
dan buangan produk yang tidak memenuhi spesifikasi.
Pada proses produksi yang dilakukan oleh PT. Karya Matita Indonesia,
terdapat beberapa proses yang menghasilkan limbah utama diantaranya adalah
proses pemotongan besi, proses, pemotongan multiplek, dan proses penghalusan.
Limbah yang dihasilkan pada proses pemotongan besi,pemotongan multiplek, dan
penghalusan multiplek berbentuk limbah padat. Selain itu, pada proses pengecatan
juga terdapat limbah yang dihasilkan dari pengecatan yang berbentuk cair. Berikut
merupakan contoh limbah yang dihasilkan dari proses pemotongan besi dan
multiplek serta proses penghalusan multiplek yang dapat dilihat pada Gambar 5.
dan Gambar 5.

Gambar 5. 27 Limbah Besi

Gambar 5. 28 Limbah Kayu


Pengolahan limbah mandiri di PT. Karya Matita Indonesia tidak dapat
dilakukan karena belum adanya tempat pengolahan limbah yang dapat mengelola
seluruh limbah hasil produksi di PT. Karya Matita Indonesia. Pengolahan limbah
yang ada di perusahaan nantinya akan diserahkan kepada pihak pengelola limbah
dengan cara mengirimkan limbah untuk ditampung dan bisa dikelola oleh pihak
tersebut. Untuk limbah kayu sendiri nantinya akan dikirim kepada pengrajin kayu
dengan harapan bisa ditangani dan diolah menjadi sesuatu yang berguna.
Sementara itu, limbah besi hollow nantinya akan dikirim kepada perusahaan yang
dapat mengolah besi hollow agar dapat diproduksi menjadi barang yang berguna
kembali.
Tujuan pengelolaan limbah B3 adalah untuk mencegah dan menanggulangi
pencemaran atau kerusakan lingkungan hidup yang disebabkan oleh limbah B3
serta untuk memperbaiki kualitas lingkungan yang telah tercemar sehingga dapat
kembali berfungsi seperti sebelumnya. Ada tiga aspek utama yang dapat dilakukan
dalam melakukan pengelolaan limbah B3, yaitu minimisasi limbah dari
sumbernya, melakukan pemilahan limbah B3 dari limbah non B3 serta
sumbernya, dan pengolahan limbah B3. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk
meminimisasi limbah B3 antara lain:
1. Mengganti bahan yang menghasilkan limbah B3 dengan bahan lain
yang tidak berbahaya.
2. Menggunakan bahan sehemat mungkin sesuai petunjuk pemakaian
dan sampai habis.
3. Melakukan daur ulang kemasan atau produk bekas. Produk yang
mengandung logam berat, tidak boleh dibakar atau dibuang
sembarangan.
Selain itu, diperlukan juga penanggulangan dampak kerusakan lingkungan
yang dapat dilakukan dengan melakukan atau menerapkan prinsip 4R (Reduce,
Reuse, Recycle, and Replant). Menggunakan bahan yang ramah lingkungan, rutin
melakukan upaya pembersihan sumber air, dan menanam pohon di setiap lahan
yang tersedia.

1.1.1 AMDAL
AMDAL atau Analisa Mengenai Dampak Lingkungan merupakan kajian
mengenai dampak usaha pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses
pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan kegiatan di Indonesia.
Dasar hukum AMDAL di Indonesia diatur dalam PP Nomor 27 Tahun 2012
tentang “Izin Lingkungan Hidup”. Dalam pembuatan AMDAL terdapat beberapa
dokumen yang perlu disiapkan oleh PT. Karya Matita Indonesia:
1. Penunjukan konsultan yang bersertifikat AMDAL untuk kegiatan
pembangunan perusahaan.
2. Perizinan usaha mulai dari izin lokasi, izin eksplorasi, izim usaha atau
izin operasional, IMB.
3. Penyusunan dokumen AMDAL yang terdiri dari Analisis Dampak
Lingkungan (AMDAL), Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL).
4. Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) telah mengikuti landasan dan
pedoman peratutan.
Persetujuan kelayakan lingkungan merupakan hal yang penting dalam
membuat suatu perusahaan. Proses verifikasi persetujuan lingkungan dapat
dilakukan melalui situs OSS. Berikut ini merupakan tahapan yang harus dilakukan
untuk mem-verifikasi persetujuan lingkungan melalui OSS:
1. Mengujungi situs OSS, yaitu https://oss.go.id/.

Gambar 5.29 Mengunjungi Situs OSS


2. Melakukan login pada situs OSS.
Gambar 5.30 Melakukan Login Pada Situs OSS
3. Pilih menu “Pemrosesan Perizinan”, lalu klik “Verifikasi Pemenuhan
Persyaratan”.

Gambar 5.31 Memilih Menu “Pemrosesan Perizinan”


4. Pilih data “Permohonan Persetujuan Lingkungan”, lalu klik “Proses
Verifikasi”.
Gambar 5.32 Memilih “Permohonan Persetujuan Lingkungan”
5. Isi data pelaku usaha, data usaha, dan beberapa dokumen yang harus
diunggah.

Gambar 5.33 Mengisi Data Pelaku Usaha, Data Usaha, dan


Beberapa Dokumen Tambahan
6. Selanjutnya mengisi formulir lalu mencentang “Disclaimer” dan klik
“Proses Permohonan”.

Gambar 5.34 Mengisi Formulir


7. Status permohonan pelaku usaha akan otomatis berubah menjadi telah
terverifikasi.

Gambar 5.35 Status Permohonan Terverfikasi

Anda mungkin juga menyukai