Anda di halaman 1dari 10

PERIZINAN USAHA

A. PENANAMAN MODAL SERTA DASAR HUKUMNYA

a. Pengertian Penanaman Modal


Bahwa mengingat pasal 33 UUD Republik indonesia yang mengatakan bahwa perekonomian di
susun sebagai usaha bersama berdasarkan azas kekeluargaan yang menjadi cikal bakal dari Undang-
undang penanaman modal di indonesia yaitu Undang-undang No. 25 Tahun 2007. Yang di dalam
Undang-undang penanaman modal tersebut mengatakan bahwa dalam menghadapi perubahan
perekonomian global dan keikutsertaan Indonesia dalam berbagai kerja sama internasional perlu
diciptakan iklim penanaman modal yang kondusif, promotif, memberikan kepastian hukum,
keadilan, dan efisien dengan tetap memperhatikan kepentingan ekonomi nasional. Yang berarti
penanaman modal ini merupakan suatu sektor dalam ekonomi yang penting bagi indonesia.
Kegiatan investasi merupakan suatu tahapan awal proses pembangunan yang strategis namun
krusial. Strategis, karena harus mengelola sumberdaya pembangunan untuk membangun aset-aset
produksi agar menghasilkan barang dan jasa untuk keperluan domestik maupun ekspor. Krusial,
karena memerlukan daya visioner yang jauh ke depan untuk memprediksi permintaan pasar,
sehingga apabila tidak tepat sasaran akan terjadi pemborosan sumberdaya nasional. Sehubungan
dengan itu diperlukan koordinasi, sinkronisasi dan sinergisitas peran dan kegiatan pemerintah,
dunia usaha dan masyarakat lainnya dalam mengelola kegiatan investasi untuk membangun Daerah
yang berada di indonesia.
Didalam Undang-undang Penanaman modal mengatakan bahwa Penanaman Modal adalah
segala bentuk kegiatan, baik oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing
untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia. Sedankan ada bentuk pengertian lain
dari Investasi atau penanaman modal adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau badan
hukum, menyisihkan sebagian pendapatannya agar dapat digunakan untuk melakukan suatu usaha
dengan harapan pada suatu waktu tertentu akan mendapatkan hasil (keuntungan). Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pengertian dari Investasi adalah penanaman uang atau modal dalam
suatu perusahaan atau proyek untuk tujuan memperoleh keuntungan.
Didalam undang-undang lama dari Undang-undang Penanaman modal di kenal dengan sebutan
Penanaman modal secara langsung (Direct Investment) dan Penanaman Modal secara tidak
langsung (indirect investment). Kedua bahasa tersebut atau pengertian tersebut terdapa dalam
undang-undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing (UUPMA) dan Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri (UUPMDN). Pasal 1
UUPMA disebutkan: “Pengertian penanaman modal di dalam undang-undang ini hanyalah meliputi
penanaman modal asing secara langsung yang dilakukan menurut atau berdasarkan ketentuan-
ketentuan undang-undang ini dan yang digunakan untuk menjalankan perusahaan di Indonesia
dalam arti bahwa pemilik modal secara langsung menanggung risiko dari penanaman modal
tersebut”.
Sedangkan Pasal 2 UUPMDN menyebutkan: “Dalam undang-undang ini yang dimaksud
dengan “penanaman modal dalam negeri” ialah penggunaan daripada kekayaan seperti tersebut
dalam Pasal 1, baik secara langsung atau tidak langsung, untuk menjalankan usaha menurut atau
berdasarkan ketentuan-ketentuan undang-undang ini”. Dalam penjelasan pasal tersebut disebutkan:
“Penanaman modal dalam negeri ialah penggunaan modal tersebut dalam Pasal 1 bagi usaha-usaha
yang mendorong pembangunan ekonomi pada umumnya. Penanaman tersebut dapat dilakukan
secara langsung yakni oleh pemiliknya sendiri, atau tidak langsung yakni melalui pembelian
obligasi-obligasi, surat-surat kertas perbendaharaan negara, emisi-emisi lainnya (saham-saham)
yang dikeluarkan oleh perusahaan, serta deposito dan tabungan yang berjangka waktu sekurang-
kurangnya satu tahun”.

b. Bentuk-bentuk Perusahaan Penanaman Modal


Dalam melakukan kegiatan penanaman modal diperlukan suatu bentuk badan usaha. Pilihan
bentuk badan usaha akan mempengaruhi terhadap pengembangan usaha, bentuk pertanggung
jawaban, akses permodalan, pembagian keuntungan, pembubaran perusahaan, dan lain-lain.
Bentuk perusahaan dalam penanaman modal dibedakan antara pemodal asing dan pemodal
dalam negeri. Ketentuan ini diatur pada bab IV Pasal 5 UU PM, yang berbunyi:
1. Penanaman modal dalam negeri dapat dilakukan dalam bentuk badan usaha yang berbentuk
badan hukum, tidak berbadan hukum atau usaha perseorangan, sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
2. Penanaman modal asing wajib dalam bentuk perseroan terbatas berdasarkan hukum
Indonesia dan berkedudukan di dalam wilayah negara Republik Indonesia, kecuali
ditentukan lain oleh undang-undang.
3. Penanam modal dalam negeri dan asing yang melakukan penanaman modal dalam bentuk
perseoran terbatas dilakukan dengan:
a. mengambil bagian saham pada saat pendirian perseroan terbatas;
b. membeli saham; dan
c. melakukan cara lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Melihat dari Pasal 5 ayat (2) UU Penanaman Modal di atas mensyaratkan penanaman modal
asing wajib dalam bentuk perseroan terbatas berdasarkan hukum Indonesia dan berkedudukan di
dalam wilayah negara Republik Indonesia, bukan dalam bentuk CV atau bentuk yang lain. Dasar
hukum pembentukan PT mengacu pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas (UU PT) sebagai pengganti UndangUndang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan
Terbatas.
Pembentukan PT sebagai pilihan dalam melakukan usaha dipengaruhi oleh perkembangan PT
dalam perekonomian di banyak negara. Secara historis PT telah ikut meningkatkan taraf hidup
bangsa Indonesia, baik melalui penanaman modal asing maupun penanaman modal dalam negeri,
sehingga PT merupakan salah satu pilar pekonomian nasional.
Unsur pertanggungjawaban terbatas dari pemegang saham PT tersebut merupakan faktor yang
penting sebagai pendorong bagi kesediaan para calon penanam modal untuk menanamkan
modalnya dalam PT. Perusahaan yang berbentuk PT secara fungsional dituntut memberikan nilai
tambah (value added), baik berbentuk financial return bagi para pemegang saham (shareholders)
maupun social-welfare, yang sekurangkurangnya value added bagi stakeholders.
Menurut pengertian dari pasal di atas bahwa Perseroan Terbatas Penanaman Modal asing suatu
badan hukum yang didirikan di Indonesia berdasarkan Hukum indonesia yangmana modal yang
digunakan untuk pendiriannya baik secara penuh/seluruhnya atau sebagiannya dari Warga Negara
Asing.
Demi menjaga ke-stabilan penanaman modal di Indonesia, oleh karena itu Presiden
mengesahkan Peraturan Presiden Nomor 49 tahun 2021 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden
Nomor 10 Tahun 2021 Tentang Bidang Usaha Penanaman Modal.

B. Pendirian dan Pendaftaran Usaha


a. Pendaftaran Penanaman Modal

Diwajibkan bagi Penanam Modal Asing (PMA) dan dilakukan melalui Pelayanan Terpadu Satu
Pintu (PTSP) Penanaman Modal di BKPM (Badan Koordinasi Penanaman Modal) untuk
mendapatkan Izin Pendaftaran dapat di lihat dalam link berikut https://nswi.bkpm.go.id/ .
Digunakan sebagai sarana melakukan pengecekan apakah bidang usaha yang akan dimasuki tidak
masuk dalam daftar negatif investasi. Bagi Penanam Modal Dalam Negeri (PMDN) tidak wajib
melakukan pendaftaran penanaman modal kecuali jika diperlukan.
Hal ini berdasarkan dari Peraturan Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman
Modal Nomor 1 Tahun 2022 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Kemitraan Di Bidang Penanaman
Modal Antara Usaha Besar Dengan Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah Di Daerah
Pendaftaran Penanaman Modal oleh PMA dapat dilakukan sebelum atau sesudah dimilikinya
Akte Notaris dan Pengesahan Badan Hukum Perusahaan dari Departemen Hukum dan HAM.
Namun setelah mendapatkan Izin Pendaftaran Penanaman Modal, harus segera ditindaklanjuti
dengan pembuatan akte perusahaan dan Pengesahan Badan Hukum Perusahaan.
Dan apabila ingin mendaftarkan penanam modal dalam negeri cukup dengan mengakses link
dari OSS : https://oss.go.id/ Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Berbasis Risiko melalui Sistem
Online Single Submission (OSS) merupakan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020
Tentang Cipta Kerja. OSS Berbasis Risiko wajib digunakan oleh Pelaku Usaha,
Kementerian/Lembaga, Pemerintah Daerah, Administrator Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), dan
Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas Pelabuhan Bebas (KPBPB).Berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2021 terdapat 1.702 kegiatan usaha yang terdiri atas 1.349
Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) yang sudah diimplementasikan dalam Sistem
OSS Berbasis Risiko.
b. Nomor Pokok Wajib Pajak
Diwajibkan bagi perorangan dan badan usaha termasuk Penanam Modal Asing (PMA) maupun
Penanaman Modal Dalam Negeri dan menjadi persyaratan untuk pembuatan akte badan usaha dan
badan hukum usaha untuk dapat melakukan kegiatan ekonomi/usaha diwilayah hukum Indonesia.
Menjadi identitas atas kewajiban pajak yang dibebankan dari kegiatan ekonomi yang dilakukan.
NPWP diajukan dan diproses di Kantor Pelayanan Pajak yang ada di setiap daerah. Nompr Pokok
Wajib Pajak dapat di daftar melalui Link berikut : https://ereg.pajak.go.id/daftar
Peraturan terbaru mengenai kebutuhan izin usaha perusahaan saat ini tercantum dalam PP
Nomor 5 tahun 2021. Dalam PP tersebut tertulis bahwa setiap perusahaan wajib mempunyai NIB
(Nomor Induk Berusaha), Sertifikat Standar serta Izin berdasarkan resiko perusahaan.Selain itu,
juga wajib mempunyai NPWP atau Nomor Pokok Wajib Pajak untuk menunaikan tanggung jawab
perpajakan sebagai pengusaha. NPWP ini bisa Anda peroleh secara online melalui situs Online
Single Submission Risk-Based Approach (OSS-RBA).

c. Akte Pendirian Badan Usaha


Diwajibkan bagi Penanam Modal Asing (PMA) untuk mendapatkan status badan usaha
berbentuk perseroan terbatas (PT) yang sah bagi yang sudah melakukan pendaftaran penanaman
modal atau yang akan melakukan pendaftaran penanaman modal.
Diwajibkan bagi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) untuk mendapatkan status badan
usaha (berbentuk PT, CV, FA, perorangan, Koperasi, Yayasan) yang sah sebelum mendapatkan izin
prinsip penanaman modal dan perizinan lain dalam rangka operasional usaha. Akte Badan Usaha
dikeluarkan oleh notaris dan harus mendapatkan pengesahan dari Kementerian Hukum dan HAM.
Berdasarkan PP No. 5 tahun 2021 perubahan atas PP No. 24 tahun 2018 tentang pelayanan
perizinan berusaha terintegrasi secara elektronik, maka terciptalah sistem yang terintegrasi secara
elektronik yang di beri nama OSS (Online Single Submission) yang di luncurkan pada 08 Agustus
2018. Pada sistem OSS dapat membuat izin usaha dan izin komersial atau operasional. Dan pada
pemohon perizinan dapat berupa perseorangan maupun non perseorangan. OSS sendiri dapat di
akses pada alamat https://www.oss.go.id.

Pada sistem tersebut Pelaku usaha harus mendaftar terlebih dahulu untuk bisa mengakses
layanan OSS. Setelah mendapatkan hak akses pada OSS pelaku usaha harus mendapatkan NIB
(Nomor Induk Berusaha). Untuk mendapatkan NIB sendiri sudah ada pada menu OSS setelah NIB
diterbitkan pelaku usaha bisa memulai membuat izin usaha sesuai keperluan dengan layanan yang
ada pada menu OSS pada penerbitan NIB maupun surat Izin usaha berbentuk dokumen elektronik
yang berlaku Sah dengan disertai tanda tangan elektronik. Dan dapat dicetak secara mandiri. Pada
sistem ini pelaku usaha bisa melakukan pembuatan izin usaha dengan hanya di rumah atau pun di
kantor sendiri dengan mencantumkan semua persyaratan yang di butuhkan dengan cara di upload
pada OSS dan akan di verifikasi untuk mendapatkan Ijin usaha yang berlaku efektif.

Untuk Modal yang digunakan dalam Perizinan Berusaha yang diatur dalam Peraturan Presiden
10 tahun 2021 tentang Bidang Usaha Penanaman Modal, untuk usaha UMKM ada Pasal 5 ayat (2)
dalam Peraturan Presiden 10 tahun 2021, yang berbunyi:
“Bidang Usaha yang dialokasikan bagi Koperasi dan UMKM sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a ditetapkan bcrdasarkan kriteria:
a. kegiatan usaha yang tidak menggunakan teknologi atau yang menggunakan
teknologi sederhana;
b. kegiatan usaha yang memiliki kekhususan proses, bersifat padat karya, serta
mempunyai warisan budaya yang bersifat khusus dan turun-temurun; dan/atau
c. modal usaha kegiatan tidak melebihi Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar
rupiah) di luar nilai tanah dan bangunan.”
Jadi untuk UMKM modal usaha tidak boleh lebih dari Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar
rupiah). Sedangkan untuk PMA ( Penanaman Modal Asing ) nilai modal untuk investasi lebih dari
Rp. 10.000.000.000,00 (Sepuluh Miliar Rupiah), yang diatur pada Pasal 7 ayat (1) dalam PerPres 10
tahun 2021, Berbunyi:
“(1) Penanam Modal asing hanya dapat melakukan kegiatan usaha pada Usaha
Besar dengan nilai investasi lebih dari Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar
rupiah) di luar nilai tanah dan bangunan.”

d. Pengesahan Badan Hukum Usaha


Harus dilakukan terhadap akte pendirian badan usaha yang sudah dibuat agar badan usaha
tersebut sah sebagai badan hukum Perseroan Terbatas.Status Badan Hukum yang sah menjadi
persyaratan bagi penanaman modal dan dapat melanjutkan proses pengurusan izin penanaman
modal dan pengoperasian usaha pada tahap berikutnya.

C. Perolehan Fasilitas
hal ini yang akan di dapat dari pihak yang menanamkan modal yang telah terdaftar baik itu
Penanam Modal Asing maupun Penanam modal dalam negeri.
a. Izin Prinsip Penanaman Modal
Izin Prinsip harus dimiliki oleh PMA yang telah terdaftar maupun PMDN yang ingin
mendapatkan fasilitas dalam rangka penanaman modal. Fasilitas penanaman modal yang bisa
didapatkan adalah pembebasan bea masuk impor mesin, impor barang dan bahan, pembebasan
PPN dan fasilitas keringanan PPh). Pengurusan Izin Prinsip dilakukan melalui PTSP Penanaman
Modal di BKPM. Bagi PMDN, penguurusan izin prinsip.
b. Angka Pengenal Importir – Produsen (API-P)/ Umum (APIU)
API merupakan identitas pengenal bagi investor untuk melakukan impor dan mendapatkan
fasilitas impor dalam rangka penanaman modal. Penanaman modal yang bisa didapatkan adalah
pembebasan bea masuk impor mesin, impor barang dan bahan, pembebasan PPN dan fasilitas
keringanan PPh). Angka Pengenal Importir-Produsen (API-P) diperuntukan untuk impor barang
modal dan barang dan bahan yang tidak untuk dijual kembali (bukan perdagangan), sedangkan
Angka Pengenal Importir-Umum (APIU) diperuntukan untuk impor barang untuk untuk dijual
kembali (bidang perdagangan).

D. Penggunaan Tenaga Kerja Asing


a. Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing (RPTKA)
RPTKA adalah dokumen tentang perencanaan penggunaan tenaga kerja asing yang harus
dimiliki oleh kegiatan investasi (PMA dan PMDN) yang menggunakan tenaga kerja asing dalam
kegiatan usahanya. RPTKA dikeluarkan oleh Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi.
Kementerian Ketenagakerjaan bersama Kementerian Hukum dan HAM melakukan
penyederhanaan perizinan penggunaan Tenaga Kerja Asing (TKA). Penyederhanaan dilakukan
dengan memperingkas pelaksanaan Peraturan Presiden Nomor 20 Tahun 2018. Di dalamnya
tertuang poin Peraturan Menteri Ketenagakerjaan tentang Tata Cara Penggunaan TKA dan
Peraturan Menteri Hukum dan HAM tentang Tata Cara Pemberian Visa dan Izin Tinggal Bagi
TKA.
Penyederhanaan aturan itu mengintegrasikan sistem pelayanan melalui aplikasi teknologi
berbasis web bernama TKA online. TKA online adalah aplikasi teknologi informasi berbasis web
untuk memberikan pelayanan kepada pemberi kerja TKA melalui laman tka-online.kemnaker.go.id.
TKA online juga digunakan untuk mendapatkan Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing
(RPTKA) bagi para pemberi kerja TKA.
Adapun proses perizinan penggunaan TKA di 2019 dapat dilakukan secara online di laman tka-
online.kemnaker.go.id. Proses permohonan RPTKA melalui beberapa tahap antara lain:

1. Pemohon melakukan registrasi untuk memperoleh antrian online RPTKA


2. Mengisi form dokumen RPTKA
3. Mengunggah dokumen RPTKA
4. Kemenaker melakukan verifikasi RPTKA dan penjadwalan ekspose.
5. Penyampaian pengesahan RPTKA 2 hari kerja sejak syarat lengkap.
6. Pemegang RPTKA sah

Untuk mendapatkan RPTKA, pemberi kerja TKA harus mengajukan permohonan kepada Direktur
Jenderal Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja dan Perluasan Kesempatan Kerja atau Direktur
Pengendalian Penggunaan Tenaga Kerja Asing melalui sistem online dengan dua cara, yaitu:

Melakukan pengisian beberapa data di bawah ini:

1. Identitas pemberi kerja TKA;


2. Jumlah tenaga kerja Indonesia yang dipekerjakan;
3. Rencana penyerapan tenaga kerja Indonesia setiap tahun;
4. Rencana penggunaan TKA setiap tahun sesuai perjanjian kerja atau perjanjian pekerjaan;
5. Data Tenaga Kerja Pendamping; dan
6. Alasan penggunaan TKA.

Pemohon juga harus mengunggah beberapa dokumen berikut:

1. Rancangan perjanjian kerja atau perjanjian pekerjaan;


2. Bagan struktur organisasi;
3. Surat pernyataan untuk penunjukan Tenaga Kerja Pendamping;
4. Surat pernyataan untuk melaksanakan pendidikan dan pelatihan kerja bagi tenaga kerja
Indonesia sesuai dengan kualifikasi jabatan yang diduduki oleh TKA; dan
5. Surat pernyataan kondisi darurat dan mendesak dari Pemberi Kerja TKA dalam hal Pemberi
Kerja TKA mempekerjakan TKA untuk Pekerjaan Bersifat Darurat dan Mendesak.

Alur pendaftaran pengguna TKA untuk mendapatkan akun:

1. Mengajukan permohonan pendaftaran TKA secara online melalui website tka-


online.kemnaker.go.id dengan mengisi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
2. NPWP secara otomatis divalidasi oleh Sistem Informasi Pelayanan Penggunaan TKA
Online (SIPPTKA);
3. Pengguna TKA melengkapi data isian dan unggahan dokumen;
4. E-mail Pengguna TKA secara otomatis divalidasi oleh SIPPTKA;
5. Pengguna TKA membuka tautan verifikasi yang dikirimkan SIPPTKA melalui e-mail;
6. Verifikator memeriksa kelengkapan data isian dan dokumen permohonan pendaftaran
Pengguna TKA;
7. Pengguna TKA dapat menggunakan akunnya melalui laman tka-online.kemnaker.go.id.
Alur membuat Rancangan Permohonan Penggunaan Tenaga Kerja Asing (RPTKA) Baru:

1. Mengajukan permohonan Penggunaan Tenaga Kerja Asing (RPTKA) Baru secara online
menggunakan akun yang telah terdaftar dengan cara di atas;
2. Verifikasi data RPTKA dan penjadwalan telewicara;
3. Melakukan telewicara online melalui video call;
4. Pencetakan rancangan SK RPTKA;
5. Penilaian kelayakan penggunaan TKA oleh Kasi;
6. Penilaian kelayakan penggunaan TKA oleh Kasubdit;
7. Pengesahan SK RPTKA oleh Direktur;
8. Penggjna TKA dapat mencetak RPTKA melalui akun perusahaan.

b. Rekomendasi Visa Untuk Bekerja (TA-01)


Rekomendasi TA-01 adalah dokumen untuk mendapatkan fasilitas khusus visa. Tenaga kerja
asing yang dipekerjakan pada kegiatan investasi (PMA dan PMDN) yang dimiliki. Rekomendasi
TA-01 diajukan dan diproses di Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi.
c. Izin Menggunakan Tenaga Kerja Asing (IMTA)
IMTA harus dimiliki oleh penanaman modal (PMA dan PMDN) yang akan menggunakan
tenaga kerja asing dalam kegiatan investasinya di wilayah Indonesia. IMTA diajukan dan diproses
di kementerian tenaga Kerja dan Transmigrasi.
E. Izin Lahan Dan Bangunan
a. Tata Ruang dan Rencana Kota
Beberapa daerah mewajibkan penanam modal memiliki dokumen atau izin yang terkait dengan
kelayakan untuk melakukan kegiatan investasi disuatu lokasi sesuai dengan tata ruang dan atau
rencana kota di daerah tersebut. Dokumen ini dikeluarkan oleh pemerintah daerah melalui instansi
yang ditunjuk. Nama izin yang terkait dengan tata ruang dan rencana kota ini bervariasi antar
daerah. Namun beberapa daerah lain tidak mewajibkan adanya dokumen ini karena dinilai sudah
termasuk dalam dokumen penguasaan/penggunaan tanah.
b. Izin Peruntukan Penggunaan Tanah
Bagi kegiatan investasi (PMA dan PMDN) yang memerlukan tanah/lahan untuk kegiatan
investasinya, biasanya diwajibkan memiliki izin yang terkait dengan penguasaan dan pemanfaatan
tanah untuk kegiatan investasi tersebut dalam bentuk Izin Perutukan Penggunaan Tanah (IPPT).
Izin ini dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah dengan nama izin bervariasi antar daerah namun
memiliki fungsi yang sama yaitu untuk menunjukkan bahwa lahan yang akan menjadi lokasi
investasi sudah dikuasai oleh investor.
c. Izin Mendirikan Bangunan
Penanaman Modal (PMA dan PMDN) yang melakukan pendirian bangunan untuk kegiatan
investasinya harus memiliki izin untuk pendirian bangunan. Izin pendirian bangunan dikeluarkan
oleh Pemerintah daerah melalui instansi yang ditunjuk atau pelayanan terpadu perizinan satu
pintu/atap di daerah.

F. Izin Lingkungan
Izin lingkungan merupakan yang sangat penting dalam pembuatan sebuah pendirian usaha
terkadang dan sering lingkungan merupakan faktor penentu dalam pendirian usaha. Berikut
merupakan izin lingkungan yang biasa di butuhkan dalam pendirian usaha :
a. Izin Undang-undang Gangguan
Untuk menjamin bahwa kegiatan investasi tidak menimbulkan gangguan terhadap masyarakat
disekitarnya, pemerintah daerah mewajibkan adanya Izin Undang-Undang Gangguan (HO) bagi
kegiatan investasi (PMA maupun PMDN) di luar kawasan khusus. Izin UUG dikeluarkan oleh
Pemerintah daerah melalui instansi yang ditunjuk atau pelayanan terpadu perizinan satu pintu/atap
di daerah.

Saat ini Surat Izin Gangguan dikeluarkan oleh Dinas Perizinan Domisili Usaha di daerah
tingkat dua atau setingkat Kabupaten dan Kotamadya. Hal ini sesuai dengan diberlakukannya
undang-undang otonomi daerah, jadi di tiap - tiap daerah dapat mempunyai aturan yang berbeda
dalam mengeluarkan Surat Izin Gangguan. Biasanya untuk mendapatkan Surat Izin Gangguan ini,
perusahaan tidak mencemari lingkungan dan atau tidak ada dampak negatif terhadap lingkungan
dari usaha yang dilakukan.
Surat Izin Gangguan wajib di miliki bagi pengusaha atau badan usaha yang akan menjalankan
usahanya di suatu daerah dan juga sebagai syarat untuk mendapatkan Surat Izin Usaha lanjutan
seperti:

1. Izin Mendirikan Apotek Dan Toko Obat


2. Surat Izin Usaha Perdagangan
3. Izin Impor Barang Modal Bukan Baru (Bekas)
4. Surat Izin Usaha Hiburan dan perizinan lainnya.

b. Rekomendasi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)


Rekomendasi AMDAL wajib dimiliki oleh kegiatan penanaman modal (PMA dan PMDN)
yang dalam kegiatan investasinya berpotensi memberikan dampak negatif terhadap lingkungan.
Rekomendasi AMDAL dikeluarkan oleh pemerintah daerah melalui instansi pemerintah daerah
yang ditunjuk atau melalui pelayanan terpadu periizinan satu pintu/atap di daerah. Untuk kegiatan
investasi dengan skala yang lebih kecil, izin lingkungan ini dalam bentuk Rekomendasi Upaya
Kelola/Pemantauan Lingkungan (UKL/UPL)
c. Izin Pengambilan/ Pemanfaatan Air Bawah tanah
Izin Pengambilan/Pemanfaatan Air Bawah Tanah (IPABT) wajib dimiliki oleh semua kegiatan
penanaman modal baik PMA maupun PMDN dan kegiatan usaha yang dalam operasionalnya
menggunakan dan memanfaatkan air bawah tanah dengan mengginakan sumur bor atau sumur
pantek. Pengajuan Izin Pengambilan Air Bawah Tanah disampaikan kepada SKPD yang ditunjuk
oleh Kepala Daerah.

Anda mungkin juga menyukai