Anda di halaman 1dari 10

PERKEMBANGAN

HUKUM INVESTASI
INDONESIA
Untuk memenuhi nilai tugas mata kuliah Hukum Investasi
Dosen pengampu : Reni Sulistyawati, S. H. Mhum.

Disusun oleh :

BERGAS RESYA MAHENDRA (206102)

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SOERJO NGAWI
Tahun pelajaran 2020/2020
Latar Belakang

Salah satu tujuan pembentukan pemerintahan negara adalah untuk memajukan kesejahteraan
umum. Amanat tersebut, antara lain, telah dijabarkan dalam Pasal 33 Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan merupakan amanat konstitusi yang melandasi
pembentukan seluruh peraturan perundang-undangan di bidang perekonomian. Konstitusi
mengamanatkan agar pembangunan ekonomi nasional harus berdasarkan prinsip demokrasi yang
mampu menciptakan terwujudnya kedaulatan ekonomi Indonesia. Keterkaitan pembangunan
ekonomi dengan pelaku ekonomi kerakyatan dimantapkan lagi dengan Ketetapan Majelis
Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor XVI Tahun 1998 tentang Politik Ekonomi
Dalam Rangka Demokrasi Ekonomi sebagai sumber hukum materiil. Dengan demikian,
pengembangan penanaman modal bagi usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi menjadi
bagian dari kebijakan dasar penanaman modal. Berkaitan dengan hal tersebut, penanaman modal
harus menjadi bagian dari penyelenggaraan perekonomian nasional dan ditempatkan sebagai
upaya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional, menciptakan lapangan kerja,
meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan, meningkatkan kapasitas dan kemampuan
teknologi nasional, mendorong pembangunan ekonomi kerakyatan, serta mewujudkan
kesejahteraan masyarakat dalam suatu sistem perekonomian yang berdaya saing. Tujuan
penyelenggaraan penanaman modal hanya dapat tercapai apabila faktor penunjang yang
menghambat iklim penanaman modal dapat diatasi, antara lain melalui perbaikan koordinasi
antar instansi Pemerintah Pusat dan daerah, penciptaan birokrasi yang efesien, kepastian hukum
di bidang penanaman modal, biaya ekonomi yang berdaya saing tinggi, serta iklim usaha yang
kondusif di bidang ketenagakerjaan dan keamanan berusaha. Dengan mendasarkan hal-hal
tersebut di atas, Pemerintah Indonesia telah menerbitkan Undang- Undang Nomor 1 Tahun 1967
tentang Penanaman Modal Asing sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 11
Tahun 1970 tentang Perubahan dan Tambahan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang
Penanaman Modal Asing dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal
Dalam Negeri sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1970 tentang
Perubahan dan Tambahan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal
Dalam Negeri.Dalam perkembangannya, kesemua peraturan perundang-undangan tersebut di
atas telah digantikan dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang
Penanaman Modal.Pembentukan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007tentang Penanaman
Modal didasarkan pada semangat untuk menciptakan iklim penanaman modal yang kondusif
sehingga Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 mengatur hal-hal yang dinilai penting, antara
lain yang terkait dengan cakupan undang-undang, kebijakan dasar penanaman modal, bentuk
badan usaha, perlakuan terhadap penanaman modal, bidang usaha, serta keterkaitan
pembangunan ekonomi dengan pelaku ekonomi kerakyatan yang diwujudkan dalam pengaturan
mengenai pengembangan penanaman modal bagi usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi,
hak, kewajiban, dan tanggung jawab penanam modal, serta fasilitas penanaman modal,
pengesahan dan perizinan, koordinasi dan pelaksanaan kebijakan penanaman modal yang di
dalamnya mengatur mengenai kelembagaan, penyelenggaraan urusan penanaman modal, dan
ketentuan yang mengatur tentang penyelesaian sengketa. Mendasarkan pada uraian latar
belakang tersebut di atas, penulis berkeinginan untuk mengetahui secara mendalam mengenai
dampak diterbitkannya Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007, khususnya terhadap penanaman
modal di Indonesia ke dalam bentuk penulisan makalah yang berjudul :

" Perkembangan hukum Investasi Indonesia " .

Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah pembaruan yang ada pada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007?

2. Peranan investor asing (Foreign Direct Investment) dalam memulihkan perekonomian


Indonesia serta dampak Kebaruan Yang Ada Pada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007,
Khususnya Terhadap Penanaman Modal Asing Di Indonesia?

Pembahasan

A. Pembaruan Yang Ada Pada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007

Hal-hal baru yang ada pada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 adalah sebagai berikut:
1. Pengertian penanaman modal asing dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007, modal asing tidak
hanya diartikan direct investment tetapi juga meliputi pembelian saham (portofolio) Pasal 1 butir 10 jo.
Pasal 5 ayat (3). Dengan demikian, pintu masuk PMA lebih diperluas dalam Undang-Undang Nomor 25
Tahun 2007.

2. Pihak investor. Lain halnya dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007, yang membuka
kesempatan bagi Negara, perseorangan, badan usaha, badan hukum yang semuanya berasal dari luar
negeri dapat menanamkan modalnya di Indonesia (Pasal 1 butir 6).

3. Perlakuan terhadap investor. Perlakuan yang sama diberikan dan diatur dalam Undang-Undang
Nomor 25 Tahun 2007 dalam Bab V. PMA diperlakukan sama dengan PMDN. Di samping itu, PMA dari
negara mana pun, pada prinsipnya diperlakukan sama, kecuali dari suatu negara yang memperoleh hak
istimewa berdasarkan perjanjian dengan Indonesia.

4. Pelayanan satu pintu. Pasal 12 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 memberikan
kemudahan pelayanan satu pintu kepada PMA dan Terdapat kepastian hukum dalam kemudahan
pelayanan melalui satu pintu.

5. Perizinan dan kemudahan masuknya tenaga kerja asin, dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007
karena tenaga kerja asing lebih mudah masuk ke Indonesia. Memang, tenaga kerja warga Negara
Indonesia harus tetap diutamakan, namun, investor tetap memiliki hak menggunakan tenaga ahli WNA
untuk jabatan dan keahlian tertentu (Pasal 10).

6. Pajak Undang-Undang, dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tidak hanya fasilitas pajak saja
namun diberikan fasilitas fiscal, lebih luas cakupannya mengingat pajak hanyalah salah satu bagian dari
fiscal. Sehingga, pemberian fasilitas kepada investor asing lebih besar karena tidak hanya pemberian
fasilitas pajak namun lebih dari itu yaitu berupa fiscal. Hal ini lebih menguntungkan investor asing.

7. Negative list, Kelonggaran dapat ditemukan dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 karena
tidak dicantumkan jenis usaha yang masuk dalam negative list (Pasal 11). Negative list tersebut diatur
kemudian dalam peraturan perundang-undangan. Ini berarti, jenis usaha yang dapat diberikan kepada
investor asing lebih fleksibel dan lebih terbuka.

8. Peranan daerah. Kesempatan bagi investor asing untuk menanamkan modalnya di Indonesia juga
terbuka lebih lebar. Pasalnya, dalam konsiderans Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007, Pemerintah
daerah diberikan otonomi seluas-luasnya untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan
penyelenggaraan penanaman modal, berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan.

Uraian di atas menggambarkan citra baru penanaman modal asing di Indonesia melalui pengaturan
dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 yang diharapkan dapat meningkatkan investasi di
Indonesia. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 nampak lebih terbuka baik dari cara penanaman
modal asing masuk, subyek investor asing yang semakin beragam maupun bidang usaha yang dapat
diusahakan penanaman modal asing, serta peranan daerah dalam mengundang penanaman modal asing
secara langsung.

Di samping itu, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 juga meningkatkan kepastian hukum terutama
dalam pelayanan dan pemberian perijinan.

B. Peranan investor asing (Foreign Direct Investment) dalam memulihkan perekonomian Indonesia serta
dampak Kebaruan Yang Ada Pada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007, Khususnya Terhadap
Penanaman Modal Asing Di Indonesia

FDI bermula saat sebuah perusahaan dari satu Negara menanamkan modalnya dalam jangka panjang ke
sebuah perusahaan di Negara lain. Dengan cara ini perusahaan yang ada di Negara asal (home country)
bisa mengendalikan perusahaan yang ada di Negara tujuan Investasi (host country) baik sebagian atau
seluruhnya.

Indonesia telah ditetapkan Undang-Undang Penanaman Modal Asing (Undang-Undang Nomor 1 Tahun
1967) dikeluarkan untuk menarik investasi asing guna membangun ekonomi nasional, yang memiliki
wewenang dalam hal ini adalah Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) untuk memberikan
persetujuan dan ijin atas investasi langsung luar Negeri. FDI kini memainkan peran penting dalam proses
internasionalisasi bisnis. Perubahan yang sangat besar telah terjadi baik dari segi ukuran, cakupan, dan
metode FDI dalam dekade terakhir. Perubahan-perubahan ini terjadi karena perkembangan teknologi,
pengurangan pembatasan bagi investasi asing dan akuisisi di banyak negara, serta deregulasi dan
privatisasi di berbagai industri. Berkembangnya sistem teknologi informasi serta komunikasi global yang
makin murah memungkinkan manajemen investasi asing dilakukan dengan jauh lebih mudah. Investor
asing merupakan salah satu pendorong pertumbuhan ekonomi karena mampu memberikan kontribusi
pada ukuran-ukuran ekonomi nasional seperti produk Domestik Bruto (PDB/GDP), Gross Fixed Capital
Formation (GFCF, total investasi dalam ekonomi negara tuan rumah) dan saldo pembayaran. Mereka
juga berpendapat bahwa FDI mendorong pembangunan karena-bagi negara tuan rumah atau
perusahaan lokal yang menerima investasi itu-FDI menjadi sumber tumbuhnya teknologi, proses,
produk, produk sistem organisasi, dan keterampilan manajemen yang baru.

Hal ini pula yang dialami Indonesia pada masa pemerintahan Soeharto, para investor asing datang
berbondong-bondong ke Indonesia untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Di bidang
pertambangan, kehutanan, perkebunan, dan juga tekstil serta manufaktur dari Negara-negara Barat,
dan juga Jepang terus mengalir. Pada periode ini merupakan masa pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Peningkatan PDB riil rata-rata tiap tahun sebesar 7,7 persen, hal ini dapat terlaksana karena adanya
bantuan dari para investor asing yang sedemikian percaya untuk menanamkan modal di Indonesia.
Kendati pada akhirnya para FDI mengetahui bahwa pelaksanaan kebijakan pembangunan ekonomi sarat
akan KKN, namun mereka sepertinya menutup mata.

Undang-Undang Penanaman Modal Pertama (Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967) yang dikeluarkan
oleh orde baru di bawah pemerintahan Soeharto sebenarnya mengatakan dengan jelas bahwa beberapa
jenis bidang usaha sepenuhnya tertutup bagi perusahaan asing. Pelabuhan, pembangkitan, dan
transmisi listrik, telekomunikasi, pendidikan, penerbangan, air minum, KA, tenaga nuklir, dan media
massa dikategorikan sebagai bidang usaha yang bernilai stragtegis bagi negara dan kehidupan sehari-
hari rakyat banyak, yang seharusnya tidak boleh dipengaruhi pihak asing (Pasal 6 ayat 1). Setahun
kemudian, Undang-Undang penanaman Modal Dalam negeri (Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968)
menyatakan: “Perusahaan nasional adalah perusahaan yang sekurang-kurangnya 51% daripada modal
dalam negeri yang ditanam di dalamnya dimiliki oleh Negara dan/atau swasta nasional” (Pasal 3 ayat 1).
Dengan kata lain, pemodal asing hanya boleh memiliki modal sebanyak-banyaknya 49% dalam sebuah
perusahaan. Namun kemudian, Pemerintah Indonesia menerbitkan peraturan pemerintah yang
menjamin investor asing bisa memiliki hingga 95% saham perusahaan yang bergerak dalam bidang “...
pelabuhan; produksi dan transmisi serta distribusi tenaga listrik umum; telekomunikasi; penerbangan,
pelayaran, KA; air minum, pembangkit tenaga nuklir; dan media massa “ (Peraturan Pemerintah Nomor
20 Tahun 1994 Pasal 2 ayat 1 dan Pasal 5 ayat 1).
Investor asing merupakan salah satu dari sekian banyak faktor yang kemudian mampu menstabilkan
kembali perekonomian Indonesia, serta mampu menjadikan Indonesia sebagai salah satu Negara yang
mampu mensejahterakan rakyatnya dalam kurun waktu yang relatif singkat.

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 memberikan kemudahan-kemudahan yang condong berlebihan


kepada investor yang menanamkan modalnya di Indonesia.

Secara gamblang memang terkesan adanya upaya untuk menarik minat investor dalam menanamkan
modalnya di Indonesia, dengan segala cara, namun tanpa disadari kondisi tersebut akan menjadikan
bangsa Indonesia bagaikan dalam penjajahan yang kedua.

Disadari atau tidak, dengan fasilitas-fasilitas yang diberikan kepada penanam modal asing sebagaimana
telah diuraikan, akan menjadikan bangsa Indonesia semakin kalah bersaing di negerinya sendiri. Bangsa
Indonesia akan menjadi pembantu di rumahnya sendiri.

Hal tersebut sangat mungkin terjadi, logikanya dengan pembatasan-pembatasan yang ada pada Undang-
Undang PMA lama saja bangsa Indonesia sudah sangat ketat dalam bersaing apalagi dengan
diberikannya fasilitas-fasilitas “empuk”. Banyak dijumpai kasus-kasus yang menunjukkan sangat
dominannya pengaruh asing dalam bisnis di Indonesia, hal ini tentunya akan menjadi lebih parah lagi
apabila Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007tetapdiberlakukan.

Sebenarnya, strategi untuk menarik investasi masuk ke Indonesia tidak perlu mengobral semurah-
murahnya kekayaan alam. Apabila mencermati yang terjadi dalam praktek, kurangnya minat investastor
asing untuk menanamkan modal Indonesia lebih condong disebabkan karena faktor-faktor birokrasi
yang njelimet, belum lagi adanya aparat pemerintah yang mata duitan, misalnya birokrasi perizinan baik
ijin lokasi, IMB, amdal, ijin lingkungan, domisili, dan lain sebagainya, banyak dijumpai adanya birokrasi
yang berbelit-belit dan aparat yang seakan-akan minta jatah.

Diterbitkannya Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007, akan memperparah keadaan, memang diakui
penerbitan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tersebut dalam waktu sekejap akan banyak
mengundang investor, namun dalam jangka panjangnya para investor tersebut akan menguasai obyek-
obyek vital perekonomian Indonesia sedangkan bangsa Indonesia tidak hanya sekedar menjadi
pembantu di rumahnya sendiri tetapi akan menjadi pengemis di rumahnya sendiri.
Demikianlah dampak-dampak dari adanya kemudahan-kemudahan dan fasilitas-fasilitas yang diberikan
kepada penanam modal asing sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007.

Kesimpulan

Pembaruan Yang Ada Pada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Nampak lebih terbuka baik dari cara
penanaman modal asing masuk, subjek investor asing yang semakin beragam maupun bidang usaha
yang dapat diusahakan penanaman modal asing secara langsung dan meningkatkan kepastian hukum
terutama dalam pelayanan dan pemberian perijinan.

Investor asing merupakan salah satu dari sekian banyak faktor yang kemudian mampu menstabilkan
kembali perekonomian Indonesia, serta mampu menjadikan Indonesia sebagai salah satu Negara yang
mampu mensejahterakan rakyatnya dalam kurun waktu yang relatif singkat. Namun dampak
diterbitkannya Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007, akan memperparah keadaan, memang diakui
penerbitan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tersebut dalam waktu sekejap akan banyak
mengundang investor, namun dalam jangka panjangnya para investor tersebut akan menguasai obyek-
obyek vital perekonomian Indonesia sedangkan bangsa Indonesia tidak hanya sekedar menjadi
pembantu di rumahnya sendiri tetapi akan menjadi pengemis di rumahnya sendiri

Daftar Pustaka

-Salim, H dan Budi Sutrisno.2012.Hukum Investasi di Indonesia.Jakarta:Rajawali Pers.

Perundang-undang:

-Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal


-Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing

-Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri

Anda mungkin juga menyukai