DISUSUN OLEH :
Investasi merupakan salah satu faktor penting dalam pertumbuhan ekonomi suatu
negara.
Investasi bertujuan untuk melindungi investor, menciptakan iklim investasi yang
kondusif, dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
Penanaman modal asing (PMA) merupakan salah satu instrumen dalam investasi
yang mempunyai nilai penting dalam pembangunan ekonomi suatu negara.
Di Indonesia sendiri Jepang merupakan salah satu investor terbesar di Indonesia,
dengan nilai investasi mencapai US$23,7 miliar pada tahun 2022.
Oleh karena itu, penting untuk mengetahui perbandingan hukum investasi antara
Indonesia dan Jepang terkait PMA. Perbandingan ini dapat memberikan gambaran
mengenai kebijakan dan regulasi PMA di kedua negara, serta implikasinya bagi
investor asing.
Rumusan Masalah
Investasi langsung adalah Investasi yang dilakukan dengan membeli saham atau
mendirikan perusahaan. Investasi langsung dapat memudahkan investor untuk mengubah
investasinya dari pembelian surat berharga (securities) satu ke sekuritas lainnya yang lebih
menguntungkan.
Istilah penanaman modal lebih mempunyai konotasi investasi langsung. Hal ini diperkuat
oleh Penjelasan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal.
Dalam Penjelasan Umum UU 25 tahun 2007 juga ditegaskan bahwa undang-undang ini
mencakupi semua kegiatan penanaman modal langsung di semua sektor.
Tentang Penanaman Modal. BKPM sebagai lembaga pemerintah non-departemen yang
berada di bawah Presiden serta dan bertanggung jawab kepada Presiden dengan tugas
melakukan koordinasi dengan hal-hal terkait penanaman modal.
Ciri-Ciri Investasi Langsung
Adalah investasi yang dilakukan melalui pasar modal dengan membeli instrumen surat
berharga seperti saham dan obligasi.
Di Indonesia investasi tidak langsung dikenal dengan investasi portofolio, investasi
portofolio diatur dalam hukum tersendiri yaitu Hukum Pasar Modal dengan ketentuan
yang tunduk pada Undang-Undang Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal.
Namun dengan adanya Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 (selanjutnya disebut UU
21 tahun 2011), kegiatan investasi portofolio ini berada pengawasan Otoritas Jasa
Keuangan (OJK).
Ciri-Ciri Investasi Tidak Langsung
Otoritas pemerintah yang bertanggung jawab atas sektor bisnis terkait akan meninjau
laporan tersebut dan menentukan apakah invests tersebut akan mengganggu keamanan
nasional, ketertiban umum, kesehatan dan keselamatan masyarakat, atau kelancaran fungsi
perekonomian nasional.
Selain pembatasan terhadap investasi asing yang diberlakukan oleh FEFTA, terdapat juga
pembatasan tertentu terhadap investasi oleh investor asing dan penunjukan direktur asing di
sektor bisnis tertentu seperti telekomunikasi, penyiaran, dan transportasi, sebagaimana
diatur dalam undang-undang Jepang yang relevan (misalnya UU Penyiaran, UU Radio, UU
Penerbangan Sipil, UU Bisnis Pengiriman Barang Konsinyasi, dan UU Keamanan Kapal
dan Fasilitas Pelabuhan
Analisis
Perbandingan Hukum Antara Indonesia dan Jepang Terkait PMA
Di Indonesia hukum investasi diatur dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang
Penanaman Modal. Mengatur tentang asas dan tujuan penanaman modal, kebijakan dasar
penanaman modal, bentuk badan usaha dalam melakukan penanaman modal di Indonesia,
perlakuan terhadap penanaman modal dari negara manapun diberlakukan sama sesuai
undang-undang, mengatur bidang usaha secara tertutup maupun terbuka, mengatur hak
kewajiban dan tanggung jawab penanam modal.
Sementara di Jepang, hukum investasi diatur dalam Hukum investasi di Jepang diatur dalam
Undang-Undang Investasi Luar Negeri (Foreign Direct Investment Law), yang pertama kali
disahkan pada tahun 1950. Undang-undang terkait penanaman modal asing tersebut sekarang
disebut dengan FEFTA (Foreign Exchange and Foreign Trade Act). Dalam undang-undang
FEFTA mengatur berbagai aspek investasi asing, termaksud: Persyaratan untuk berinvestasi
di Jepang ; Hak dan kewajiban investor asing, Prosedur perizinan investasi asing,
Penyelesaian sengketa investasi, Mizukoshi, Masaki & Hirano, Yuka & Sukada, Kei.(2023).
Japan: Foreign Direct Investment Regulations.
Lanjutan
Secara umum, hukum investasi di Indonesia dan Jepang memiliki tujuan dan prinsip yang sama. Namun, terdapat beberapa perbedaan
antara kedua negara tersebut, seperti sistem hukum, kebijakan investasi, dan proses perizinan.
Sistem hukum
Indonesia menganut sistem hukum civil law, sedangkan Jepang menganut sistem hukum civil law yang dipengaruhi oleh sistem
hukum Anglo-Saxon.
Kebijakan investasi
Indonesia memiliki kebijakan investasi yang lebih terbuka dibandingkan dengan Jepang. Hal ini terlihat dari adanya beberapa bidang
usaha yang tertutup bagi investasi asing di Jepang, sedangkan di Indonesia bidang usaha tersebut terbuka bagi investasi asing.
Perizinan
Proses perizinan investasi di Indonesia lebih kompleks dibandingkan dengan Jepang. Di Indonesia, investor asing harus
mendapatkan izin dari berbagai instansi pemerintah, sedangkan di Jepang investor asing hanya perlu mendapatkan izin dari satu
instansi pemerintah.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perbandingan Hukum Investasi antara
Indonesia dan Jepang Terkait PMA
Berikut beberapa contoh perbedaan hukum investasi antara Indonesia dan Jepang terkait
PMA:
Di Indonesia, PMA dapat dilakukan di semua bidang usaha, kecuali bidang usaha yang
dilarang oleh peraturan perundang-undangan. Sedangkan di Jepang, PMA dibatasi pada
bidang usaha yang tidak strategis bagi kepentingan nasional Jepang.
Di Indonesia, PMA harus mendapat izin dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).
Sedangkan di Jepang, PMA tidak memerlukan izin dari pemerintah pusat.
Di Indonesia, PMA harus memenuhi ketentuan perizinan dan tata ruang. Sedangkan di
Jepang, PMA hanya perlu memenuhi ketentuan perizinan.
Kesimpulan