I. Latar Belakang
Presiden Joko Widodo dalam pidatonya tanggal 20 Oktober 2019
menyampaikan bahwa Indonesia saat ini mengalami bonus demografi, dimana
jumlah penduduk usia produktif jauh lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah
penduduk usia tidak produktif. Hal ini menjadi kesempatan besar sekaligus
masalah besar. Kesempatan besar itu akan tercipta manakala Indonesia mampu
membangun sumber daya manusia (SDM) yang unggul. Hal tersebut harus
didukung dengan ekosistem politik dan ekosistem ekonomi yang kondusif. Salah
satu caranya yakni dengan menyederhanakan dan memangkas segala bentuk
kendala regulasi.
1
terbentuk dalam sistem ‘common law’ sejak tahun 1937 dapat diterapkan di
Indonesia, meskipun Indonesia menganut tradisi sistem ‘civil law’. UU Omnibus
itu tidak lain merupakan format pembentukan UU yang bersifat menyeluruh
dengan turut mengatur materi UU lain yang saling berkaitan dengan substansi
yang diatur oleh UU yang diubah atau dibentuk. Dengan format UU Omnibus ini,
pembentukan 1 UU dilakukan dengan mempertimbangkan semua materi
ketentuan yang saling berkaitan langsung ataupun tidak langsung yang diatur
dalam pelbagai undang-undang lain secara sekaligus. Dengan demikian, materi
suatu UU tidak perlu hanya terpaku dan terbatas hanya hal-hal yang berkaitan
langsung dengan judul UU yang bersangkutan sebagaimana dipraktikkan di
Indonesia selama ini, melainkan dapat pula menjangkau materi-materi yang
terdapat dalam pelbagai undang-undang lain yang dalam implementasinya di
lapangan saling terkait langsung ataupun tidak langsung satu dengan yang lain.
2
Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik atau lebih populer disebut PP
OSS (Online Single Submission).
Di Indonesia, perizinan justru menjadi penghambat utama masuknya
investasi. Birokrasi yang terlalu panjang, waktu yang tidak sedikit, biaya dan
ditambah banyaknya pungutan tak resmi, membuat investor pikir-pikir untuk
menanamkan modal di Indonesia. Masalah-masalah ini membuat iklim investasi
menjadi tidak sehat dan terus berulang dari tahun ke tahun.Pemerintah menyadari
akan hal itu. Apalagi pemerintahan era Presiden Joko Widodo yang fokus
terhadap infrastruktur, jelas membutuhkan banyak investasi masuk ke dalam
negeri. perbaikan demi perbaikan perizinan pun dilakukan. Misalnya saja
pelayanan perizinan tiga jam yang pernah dilakukan oleh Badan Koordinasi
Penanaman Modal (BKPM) beberapa tahun lalu.
Regulasi yang lamban kerap membuat investor berpikir dua kali masuk ke
Indonesia. Presiden Joko Widodo kecewa dengan kinerja investasi Indonesia.
Pasalnya, dari 33 perusahaan Tiongkok yang merelokasi pabrik, tidak ada satu
pun yang masuk ke Indonesia. Sebanyak 23 perusahaan memilih untuk
membangun pabrik di Vietnam, sedangkan sisanya memindahkan pabriknya ke
Malaysia, Thailand, dan Kamboja.
3
angka 4,1 persen pada tahun 2018. Sebuah tingkat pertumbuhan investasi yang
jauh dari ekspektasi sekaligus anomali jika dibandingkan dengan belanja pajak
pemerintah dari tahun ke tahun.
Saat ini, ada dua UU yang mengatur masalah penanaman modal, yaitu UU
No 1/1967 tentang PMA, dan UU No.6/1968 tentang Penanaman Modal Dalam
Negeri (PMDN). Dengan adanya dua ketentuan itu, ada kesan bahwa pemerintah
bersikap diskriminatif karena membedakan PMA dan PMDN. Karena itu, BKPM
pernah mengusulkan agar UU mengenai penanaman modal diatur oleh satu UU
yang sama, yaitu UU mengenai Penanaman Modal.
Selain itu, sejak tahun 1967 sampai sekarang ada kebijakan di bidang
PMA yang tidak secara eksplisit dicantumkan dalam UU No 1/1967, tetapi diatur
dalam berbagai peraturan perundangundangan, seperti peraturan pemerintah (PP)
atau keputusan presiden (keppres). Misalnya PP No.20 Tahun 1994 tentang
Pemilikan Saham dalam Perusahaan yang Didirikan dalam Rangka PMA. Dengan
adanya satu UU yang baru dan yang mengatur masalah penanaman modal itu,
diharapkan ketentuan-ketentuan dalam PP maupun dalam Keppres dapat diadopsi
dalam UU yang baru (omnibus law).
Dalam hal pelayanan yang terpadu atau pelayanan satu atap (one stop
service), BKPM tidak dapat berperan sebagai institusi yang memberikan
pelayanan itu. Fungsi BKPM sebagaimana diatur dalam Keppres No 33/1981
tentang BKPM, sudah banyak yang diambil alih oleh departemen teknis. Hal itu
membuat investor tidak dapat dilayani secara terpadu, dan menjadi hambatan juga
bagi iklim usaha.
Kehadiran omnibus law tersebut diharapkan dapat memudahkan investor
untuk berinvestasi. Beberapa tujuan dibentuknya Omnibus Law ini antara lain:
(1) Mengatasi konflik peraturan perundang-undangan secara cepat,
efektif dan efisien;
4
(2) Menyeragamkan kebijakan pemerintah baik di tingkat pusat maupun
didaerah untuk menunjang iklim investasi;
(3) Pengurusan perizinan lebih terpadu, efisien dan efektif;
(4) Mampu memutus rantai birokrasi yang berlama-lama;
(5) Meningkatnya hubungan koordinasi antar instansi terkait karena
telah diatur dalam kebijakan omnibus regulation yang terpadu;
(6) Adanya jaminan kepastian hukum dan perlindungan hukum bagi
pengambil kebijakan.
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian menilai Omnibus Law
Ciptaker dapat meningkatkan investasi sebesar 6,6% hingga 7% dan menciptakan
2,7 juta sampai 3 juta lapangan kerja per tahun. Adapun, Kepala Badan
Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lalada menilai omnibus dapat
menarik investor asing.
Jika kita melihat kondisi investasi Indonesia saat ini bisa dikatakan baik.
Pada kuartal II 2020, sumbangannya 30,61% terhadap Produk Domestik Bruto
(PDB). Menempati posisi kedua setelah konsumsi rumah tangga yang sebesar
57,85%. Realisasi investasi tahun ini menurun karena terpukul pandemi Covid-
19, tapi selama lima tahun ke belakang trennya terus tumbuh. Paling tinggi pada
2019 sebesar Rp 809,6 triliun dari target Rp 792 triliun.
5
ekosistem investasi dan kegiatan berusaha, ketenagakerjaan, kemudahan
berusaha, dan investasi pemerintah pusat dan percepatan proyek strategis
nasional.
Terakhir pada 2019, PMA hanya sebesar 2.2% dari PDB, dan sejak 1975
belum mampu menembus 3%. Angka ini bagi Indonesia, jika dibandingkan
dengan negara tetangga, Vietnam, masih tertinggal jauh. Maka itu, dengan adanya
kemudahan investasi di Indonesia, pemerintah berharap terjadi peningkatan porsi
PMA terhadap PDB Indonesia sehingga dapat mempercepat pertumbuhan
ekonomi Indonesia.
6
Harapannya, bila penanaman modal di Indonesia bertambah, akan terbuka
kesempatan untuk membentuk lapangan kerja baru bagi masyarakat. Banyaknya
pembangunan pabrik manufaktur akibat adanya investasi yang masuk ke
Indonesia diharapkan dapat mereformasi industri di Indonesia juga. Jika
Indonesia memproduksi lebih banyak produk dan banyak melakukan ekspor
barang selain komoditas mentah, tentunya juga akan memperkuat nilai ekspor
Indonesia untuk jangka panjang dan pada akhirnya membantu memperkuat nilai
rupiah.
7
Setelah kemerdekaan Indonesia, pemerintah pada saat itu menyusun
peraturan perundang-undangan mengenai agraria melalui Panitia Agraria yang
dibentuk pada saat itu sehingga lahirlah Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960
tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria yang selanjutnya disebut UUPA
yang diberlakukan sejak tanggal 24 September 1960 sampai dengan sekarang.
Indonesia telah melewati rezim pemerintahan dari pemerintahan Orde
Lama hingga Orde Reformasi. Pergantian Presiden dan kabinet pemerintahan
yang mengakibatkan lahirnya banyak peraturan perundang-undangan sesuai
keinginan masing-masing pemerintahan yang berkuasa saat itu. Hal ini kemudian
menimbulkan persoalan regulasi dimana ada beberapa peraturan
perundangundangan yang tumpah tindih sehingga menimbulkan konflik
kebijakan.
Persoalan regulasi dibidang pertanahan dapat disimpulkan antara lain:
1. Timbulnya sengketa kewenangan dalam pengelolaan sumber daya alam
antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah pasca terbitnya peraturan
perundang-undangan yang mengatur masalah otonomi daerah dan hubungan
koordinasi antara departemen/instansi, akibat terbitnya peraturan
perundangundangan yang sifatnya sektoral dimana keberadaannya saling
bertentangan dan lebih condong mengutamakan kepentingan masing-masing
departemen/ instansinya. Sehingga hal tersebut berpotensi menimbulkan
konflik ego-sektoral dalam hal pengelolaan sumber daya alam;
2. Masih kurang mengakui kedudukan masyarakat adat atau penduduk asli yang
telah hidup di wilayah setempat sebagai pemilik tanah adat pada era
pembangunan saat ini. Banyak masyarakat adat yang menjadi korban
pembebasan tanah untuk mewujudkan pembangunan;
3. Munculnya berbagai peraturan perundang-undangan yang sifatnya sektoral
dimana secara norma tidak tunduk atau sesuai dengan asas-asas yang termuat
dalam UUPA;
4. Sebagian besar tanah di Indonesia belum bersertifikat bahkan masih banyak
kasus timbulnya sertifikat ganda pada bidang tanah yang diterbitkan oleh
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan Nasional Republik
Indonesia.
8
Reformasi regulasi pertanahan perlu dilakukan pemerintah dengan
mengacu sistem hukum di Indonesia. Sistem Hukum Indonesia sangat
menentukan arah kebijakan pemerintah. Bila sistem hukumnya baik maka arah
kebijakan pemerintah akan tersistematis dan efektif.
Inilah saatnya pemerintah untuk merekonstruksi regulasi salah satunya
regulasi pertanahan agar dapat meningkatkan iklim investasi di Indonesia. Akan
tetapi reformasi regulasi tersebut jangan sampai mengorbankan kepentingan dan
kesejahteraan rakyat Indonesia.
Gagasan konsep Omnibus Law diharapkan dapat menyelesaikan konflik
regulasi di bidang pertanahan dan diharapkan efektif menyelesaikan konflik
regulasi yang sudah lama mendera dan akibatnya bisa berujung kepada
kriminalisasi pejabat. Untuk itu dalam menerapkan konsep ini, maka harus
diberikan landasan hukum yang kuat sehingga tidak bertentangan dengan asas dan
norma pembentukan peraturan perundang-undangan.
Selanjutnya, Pasal 117 UU Ciptaker secara eksplisit menyatakan bahwa
badan usaha milik desa (Bumdes) adalah badan hukum yang didirikan oleh desa
dan/atau bersama desa-desa guna mengelola usaha, memanfaatkan aset,
mengembangkan investasi dan produktivitas, menyediakan jasa pelayanan,
dan/atau jenis usaha lainnya untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat
desa.
Ditegaskan juga, desa dapat mendirikan Bumdes, yang harus dikelola
dengan semangat kekeluargaan dan kegotongroyongan. Bumdes dapat
menjalankan usaha di bidang ekonomi dan atau pelayanan umum, serta dapat
membentuk unit usaha berbadan hukum. Karena, UU Nomor 6 Tahun 2014
tentang Desa menyebut Bumdes sebagai badan usaha, namun belum tegas tertulis
sebagai badan hukum. Itu bagian yang membebani Bumdes selama ini hingga sulit
menjalin kerja sama bisnis dengan pihak lain, serta sulit menjangkau modal
perbankan.
Akibatnya, berbagai kesempatan kerja sama, permodalan, hingga
perluasan usaha Bumdes terkendala. Bumdes merupakan aset desa-desa di
Indonesia yang akan berperan penting bagi pembangunan dan kemajuan desa.
Bumdes sebagai media bagi desa untuk lebih produktif dalam memberdayakan
9
potensinya, sehingga kebijakan pemerintah harus sejalan dan mendukung agar
ruang berusaha semakin terbuka luas. Best Practice Bumdes, kita bisa belajar pada
Bumdes Ponggok Klaten, Bumdes Pujon Kidul Malang.
Di luar itu, dikutip dari laman kemendesa.go.id (12/10/2020) UU Ciptaker
juga memberikan kemudahan, proteksi dan pemberdayaan kepada Bumdes.
Koperasi, maupun UMKM dalam melakukan usaha dan mendatangkan
kemudahan arus investasi ke pedesaan. Dengan demikian, tentu akan berimbas
pada banyak terserapnya tenaga kerja di desa dan peningkatan pertumbuhan
ekonomi desa, sekurangnya bagi penaikan pendapatan asli desa (PAD). Dengan
terbukanya lapangan kerja dan usaha di desa, maka kemudian akan meredam
gelombang urbanisasi yang secara regular menjadi persoalan baru bagi area kota-
kota besar.
Terobosan lain dalam undang-undang omnibus law Cipta Kerja, dari
klaster pengadaan tanah ialah pembentukan Bank Tanah. Ini menjadi hal yang
baru di Indonesia, yang berfungsi menjadi salah satu solusi persoalan tanah di
Indonesia.
Presiden Jokowi menyampaikan keberadaan Bank Tanah sangat penting,
dalam menjamin masyarakat terhadap kepemilikan tanah dan lahan. Di samping
itu, Bank Tanah juga diperlukan untuk menjamin kepentingan umum, kepentingan
sosial, kepentingan pembangunan nasional, pemerataan ekonomi, dan konsolidasi
lahan, serta reforma agraria.
Adapun tujuan pembentukan Bank Tanah tersebut ialah untuk menjamin
terwujudnya ketentuan yang dirumuskan pada Pasal 33 ayat (3) UUD 1945,
beserta amendemennya serta mendukung pembangunan nasional yang
berkelanjutan, adil, dan merata bagi kepentingan rakyat.
Di samping itu, tujuan pembentukan Bank Tanah juga diharapkan dapat
mengendalikan perkembangan wilayah secara efisien dan efektif, serta
mengendalikan penguasaan dan pemanfaatan tanah secara adil dan wa jar dalam
melaksanakan pem bangunan.
Dari sisi fungsi, pembentukan Bank Tanah tersebut, diharapkan :
Dapat menjadi inventarisasi dan pengembangan database tanah, administrasi
tanah, dan sistem informasi pertanahan (land keeper).
10
Dapat mengamankan penyediaan tanah untuk pembangunan, dan menjamin
nilai tanah, serta efisiensi pasar tanah yang berkeadilan, mengamankan
peruntukan, dan pemanfaatan tanah secara optimal (land warrantee).
Untuk penguasaan tanah dan penetapan harga tanah yang terkait dengan
persepsi kesamaan nilai tanah yang satu (land purchaser).
Dapat melakukan penilaian tanah yang objektif dalam menciptakan satu sisi
nilai, dalam penurunan nilai tanah yang berlaku berbagai keperluan, serta
menentukan acuan nilai tanah yang baku.
Dapat menjamin distribusi tanah yang wajar dan adil, berdasarkan kesatuan
nilai tanah, juga mengamankan perencanaan, penyediaan, dan distribusi tanah,
serta dapat melakukan manajemen pertanahan yang merupakan bagian dari
manajemen aset secara keseluruhan, dan melakukan analisis, penetapan
strategi, dan pengelolaan implementasi berkaitan dengan pertanahan.
11
yang menimbulkan ancaman serius terhadap lingkungan hidup bertanggung
jawab mutlak atas kerugian yang terjadi dari usaha dan/atau kegiatannya.
Pasal 36
12
(1) Setiap usaha dan/atau kegiatan yang wajib memiliki amdal atau UKL-
UPL wajib memiliki izin lingkungan.
(2) Izin lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterbitkan
berdasarkan keputusan kelayakan lingkungan hidup sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 31 atau rekomendasi UKL-UPL.
(3) Izin lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
mencantumkan persyaratan yang dimuat dalam keputusan kelayakan
lingkungan hidup atau rekomendasi UKL-UPL.
(4) Izin lingkungan diterbitkan oleh Menteri, gubernur, atau bupati/walikota
sesuai dengan kewenangannya.
Pasal 37
13
DAFTAR PUSTAKA
https://news.detik.com/berita/d-5201842/ini-dampak-omnibus-law-cipta-kerja-bagi-
lingkungan-dan-pekerja
https://id.wikipedia.org/wiki/Undang-Undang_Cipta_Kerja
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20201102230532-32-565122/jokowi-teken-uu-
ciptaker-1187-halaman-nomor-11-tahun-2020
https://www.dslalawfirm.com/omnibus-law/
https://finance.detik.com/infografis/d-5200698/9-manfaat-omnibus-law-cipta-kerja
https://money.kompas.com/read/2020/10/11/090645726/3-manfaat-uu-cipta-kerja-untuk-
rakyat-seperti-yang-diklaim-jokowi?page=all
https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5dd514c3403b5/jimly--omnibus-law-mestinya-
untuk-penataan-regulasi-menyeluruh/
https://bisnis.tempo.co/read/1393221/10-ketentuan-pokok-di-omnibus-law-cipta-kerja-yang-
baru-disahkan/full&view=ok
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt5dc8ee10284ae/mengenal-iomnibus-
law-i-dan-manfaatnya-dalam-hukum-indonesia/
https://nasional.okezone.com/read/2020/10/05/337/2288787/ruu-cipta-kerja-lahirkan-15-
kesepakatan-pokok
https://majalahpajak.net/pengaruh-pajak-terhadap-investasi/
https://ekonomi.bisnis.com/read/20201007/9/1301685/berkat-omnibus-law-aset-negara-dan-
bumn-bisa-dialihkan-ke-swf
https://katadata.co.id/0/analisisdata/5f8518a601e2a/efektifkah-omnibus-law-cipta-kerja-jadi-
obat-kuat-investasi
https://mediaindonesia.com/opini/354727/omnibus-law-dalam-perspektif-desa
https://nasional.kontan.co.id/news/omnibus-law-uu-cipta-kerja-ciptakan-masalah-baru-
bidang-pertanahan-bernama-bank-tanah
https://mediaindonesia.com/opini/360213/eksistensi-bank-tanah-dalam-omnibus-law
14