Faried, W.M.
P E ND A HU L UA N
Kegiatan Belajar 1
2. Hubungan Antarpasar
Misalkan mula-mula perekonomian sudah berada pada keseimbangan
umum, di mana semua pasar baik pasar output maupun pasar input telah
9.4 Pengantar Ekonomi Mikro
kegiatan produksi. Di pasar input juga tak ada dorongan bagi mereka untuk
keluar dan atau masuk ke pasar input lain.
Keterangan:
: Aliran output atau input
: Aliran uang berupa biaya, penerimaan, pengeluaran atau pendapatan
Gambar 9.1.
Keseimbangan Umum dan Interaksi Pasar Output dan Pasar Input
Pada dua jenis penyesuaian terakhir diperlukan model lebih lengkap yang
melibatkan jenis komoditi dan faktor-faktor produksi lain.
a. Penyesuaian pasar jangka pendek
Dalam jangka pendek, penyesuaian yang terjadi hanya terbatas pada
keadaan dan struktur pasar, serta perusahaan berproduksi sesuai kapasitas
yang telah ada, tanpa melihat Pasar Output kemungkinan masuk atau
keluarnya perusahaan dari industri satu ke industri lain, atau antarpasar input
dari jenis yang satu ke jenis lain.
Pada posisi awal keseimbangan umum masing-masing perusahaan
memperoleh laba normal. Kenaikan permintaan komoditi X akan menggeser
kurva permintaan ke atas dari DX1 menjadi DX2, hingga perusahaan
memperoleh keuntungan supernormal pada tingkat harga keseimbangan baru
dengan harga PX2. Perusahaan akan menaikkan produksi. Ia masih menjual
pada harga lebih tinggi sebesar biaya marjinal. Penjumlahan kurva-kurva
biaya marjinal secara mendatar dari seluruh produsen merupakan kurva
penawaran SX1. Karena itu akan lebih menguntungkan bagi perusahaan-
perusahaan untuk menaikkan kuantitas output dari X1 menjadi X2.
Pada sisi pasar input, ekspansi output menyebabkan perusahaan-
perusahaan pada industri X harus menggunakan lebih banyak input L. Hal ini
karena permintaan input merupakan permintaan turunan hingga kenaikan
produksi komoditi X menyebabkan kenaikan permintaan tenaga kerja dan
DL1 menjadi DL2. Pemilik input di pasar L ingin menawarkan lebih banyak
kuantitasnya, misalnya tenaga kerja dengan bekerja lebih banyak jam atau
hari per minggu. Hal ini menggeser kurva penawaran input SL1 sebagai reaksi
terhadap kenaikan harga input yang lebih tinggi WL2.
Penyesuaian jangka pendek dengan arah berlawanan akan dialami pada
industri komoditi Y. Permintaan produknya turun menjadi DY2 dan
menyebabkan harga turun dari PY1 menjadi PY2. Pada harga ini. produsen
mengalami kerugian ekonomis. Melihat hal ini mereka bereaksi dengan
mengurangi tingkat produksi dan bergerak ke sebelah kiri kurva biaya
marjinal karena mereka tetap memproduksi pada tingkat output di mana
harga sama dengan biaya marjinal (P = MC). Pada pasar input K yang
digunakan untuk memproduksi komoditi Y. permintaan mengalami
penurunan dari DK1 menjadi DK2. dan menyebabkan harga input
keseimbangan input turun menjadi WK2.
Gambar 9.2.
Keseimbangan Umum Sistem Harga:
9.12 Pengantar Ekonomi Mikro
lebih tinggi daripada pada persaingan murni. Akibatnya sumber daya yang
dialokasikan pada industri tersebut terlalu sedikit, hingga tak tercapai alokasi
sumber daya secara optimal. Monopsoni atau monopoli di pasar input juga
cenderung menyebabkan hal yang sama. Informasi tak sempurna
menyebabkan keputusan yang diambil tak memberikan hasil optimal. Proses
penyesuaian atas setiap perubahan kondisi pasar berjalan lambat dan tak
lengkap. Karena itu dapat disimpulkan ketidaksempurnaan pasar di dunia
nyata menyebabkan alokasi sumber daya menjadi kurang efisien dan sistem
harga persaingan kurang responsif terhadap perubahan kemajuan teknologi,
selera, atau perubahan tersedianya sumber daya dibandingkan pasar
persaingan murni.
Sektor-sektor
Pemakai (Konsumen) Logam
Sektor- Tekstil dan Pertanian/ Rumah Tangga Output
dan Energi
Sektor Produksi industri Kecil Pangan (Tenaga Kerja) Total
Mesin
Produsen
(1) Logam & Mesin 100 650 100 50 100 1.000
(2) Tekstil & Industri kecil 400 250 350 750 250 2.000
(3) Energi 150 50 50 50 2.900 500
(4) Pertanian /Pangan 150 100 500 500 5.250 6.500
(5) Rumah tangga (Tenaga kerja) 100 200 1000 5.500 500 10.000
2. Surplus Konsumen
Jumlah pengeluaran total seorang konsumen yang menjadi penerimaan
produsen suatu komoditi, merupakan perkalian antara kuantitas yang
dikonsumsi serta harganya. Selisih antara nilai yang dibayar oleh konsumen
yaitu nilai pasar dan manfaat total yang diperoleh konsumen disebut surplus
konsumen. Hal ini karena konsumen memperoleh lebih banyak nilai manfaat
daripada nilai yang ia bayar, yang merupakan akibat berlakunya Hukum Nilai
Guna Marjinal yang Menurun.
Surplus konsumen muncul karena konsumen membayar harga yang
sama untuk setiap barang yang dibeli. Tak ada bedanya apakah barang
tersebut merupakan unit pertama yang dibeli atau unit terakhir, katakan
misalnya barang konsumsi tersebut adalah sepotong ayam goreng. Seperti
yang ditunjukkan oleh Hukum Nilai Guna Marjinal yang menurun, satuan
yang dibeli dan dikonsumsi lebih dulu akan berharga atau memberikan
kepuasan atau manfaat per unit lebih besar daripada unit yang dikonsumsi
berikutnya. Bila transaksi pembelian tak lagi memberikan manfaat kepuasan
kepada konsumen, ia akan berhenti dan mengkonsumsi.
Gambar 9.4 menunjukkan konsep surplus konsumen untuk seorang atau
satuan rumah tangga konsumen yang mengkonsumsi nasi gudeg. Katakanlah
harga nasi gudeg adalah Rp5.000.000,00 per bungkus.
ESPA4111/MODUL 9 9.19
Gambar 9.4.
Surplus Konsumen untuk Satu Rumah Tangga Konsumen
Konsumen dapat membeli pada harga tersebut berapa bungkus pun yang
ingin beli. Ini ditunjukkan oleh garis mendatar PP. Banyaknya nasi gudeg
yang dibeli didasarkan pada pertimbangan sebagai berikut. Nasi gudeg
pertama nilainya sangat tinggi baginya karena sebelumnya ia sangat lapar dan
memberi kepuasan atau nilai guna sangat tinggi. Ia bersedia membayar
sebesar Rp4.000,00 ribu per bungkus. Kurva permintaan individu berlereng
menurun mencerminkan hukum Nilai Guna Marjinal yang semakin Menurun.
Kurva permintaan karenanya merupakan skedul kesediaan membayar
berdasarkan manfaat atau Nilai Guna Marjinal yang diperoleh dengan
membeli dan membayar satuan barang tersebut. Tetapi ia membayar harga
untuk satu bungkus tersebut dan juga bungkus-bungkus seterusnya yang
dibeli hanya sebesar Rp5.000,00. Dengan demikian maka ia memperoleh
surplus konsumen sebesar Rp35.000,00 untuk satuan bungkus pertama nasi
yang dibeli dan dikonsumsi, dan begitu seterusnya.
Tetapi coba lihat surplus tersebut makin kecil karena harga per bungkus
tetap sementara kurva permintaan, yang juga menunjukkan kesediaan
membayar berdasarkan nilai guna menurun. Konsumen hanya membeli
sampai unit yang memberi Nilai Guna Marjinal sama dengan harga atau ia
hanya membeli bila ia memperoleh surplus konsumen. Jadi konsumen
tersebut akan membeli sebesar 8 bungkus nasi dengan demikian ia
memperoleh surplus. konsumen yang maksimal. Surplus konsumen total
merupakan area di bawah kurva permintaan individu namun di atas garis
horizontal harga (PP).
Konsep surplus konsumen digunakan untuk memutuskan sejauh mana
suatu barang, katakanlah barang publik misalnya jalan atau jembatan, harus
diproduksi atau dibangun agar diperoleh manfaat total maksimal bagi
masyarakat keseluruhan. Kurva permintaan pasar total akan suatu komoditi
diperoleh dengan menjumlahkan secara mendatar semua kurva permintaan
individu. Untuk barang publik, misalnya jembatan yang berlaku prinsip non-
eksklusif, maka penjualan kepada para individu pemakai jalan atau
penyeberang jembatan tersebut tak dapat dilakukan. Dengan demikian
dengan mekanisme pasar tak dapat diputuskan apakah jembatan tersebut
dibangun atau tidak. Konsep surplus konsumen bisa membantu
menyelesaikan, bila biaya pembangunan jembatan ditambah dengan semua
biaya pemeliharaan dan pengoperasian sepanjang periode waktu pemakaian
lebih kecil atau paling tidak sama dengan jumlah semua surplus konsumen
sepanjang waktu pemakaian, maka jembatan tersebut harus dibangun karena
9.20 Pengantar Ekonomi Mikro
Gambar 9.6.
Efisiensi Alokasi Sumber dan Deadweight Loss
L AT IH AN
RA NG K UM A N
dalam jangka pendek dan jangka panjang. Penyesuaian yang pertama tak
mencakup perubahan kapasitas produksi, hanya meliputi perubahan
harga dan kuantitas keseimbangan pasar.
Bila semua persyaratan dan asumsi dipenuhi, mekanisme harga
pasar persaingan yang logis, akan menuntun ke hasil penyelesaian
kesejahteraan optimal. Syarat-syarat tersebut adalah pemenuhan
kepentingan pribadi dan kondisi persaingan.
Tabel Input-Output suatu perekonomian negara merupakan upaya
penggambaran hubungan yang erat dan kompleks antarsektor, industri
atau pasar dalam suatu perekonomian. Dengan anggapan bahwa
koefisien produksi konstan, tabel tersebut mencoba menggambarkan
output suatu sektor digunakan sebagai input, pada sektor-sektor lain.
Tabel ini bisa digunakan untuk membuat perencanaan pembangunan
ekonomi secara konsisten.
Pareto optimum atau efisiensi alokatif sumber daya pada sisi
konsumsi dapat digambarkan dengan menggunakan konsep Batas
Kemungkinan Nilai Guna. Ini analog dengan konsep Batas
Kemungkinan Produksi. Secara sederhana, dianggap hanya ada dua
individu konsumen yang mengkonsumsi bermacam bundel kombinasi
barang-barang konsumsi. Garis atau Kurva Batas Kemungkinan Nilai
Guna yang semakin jauh dari titik asal ke kanan atas menunjukkan
pencapaian Nilai Guna atau kepuasan lebih tinggi.
Surplus konsumen yang ditunjukkan dengan kurva permintaan
individual berlereng menurun karena berlakunya Hukum Nilai Guna
yang semakin Menurun, sementara konsumen membeli komoditi pada
harga yang sama yaitu harga pasar. Dengan demikian ada selisih antara
nilai manfaat yang diperoleh dengan harga yang dibayar, yang disebut
surplus konsumen. Konsumen akan terus menambah pembelian barang-
nya sampai tingkat di mana surplus konsumen not, atau di mana nilai
guna yang diperoleh atas konsumsi barang tersebut sama dengan harga.
Rente ekonomi atau surplus produsen analog dengan surplus
konsumen. Hal ini karena Biaya Marjinal berlereng menanjak naik,
sementara produsen menjual output-nya pada harga yang sama yaitu
harga pasar. Surplus produsen merupakan selisih antara harga pasar
dengan Biaya Marjinal. Biaya marjinal dalam kondisi pasar persaingan
murni menggambarkan kurva penawaran produsen. Produsen akan
memproduksi sampai pada tingkat output di mana rente ekonomi not
atau di mana Biaya Marjinal sama dengan harga.
Penyelesaian harga dan kuantitas keseimbangan pasar yang
merupakan hasil perpotongan antara kurva permintaan dan kurva
penawaran memberikan surplus ekonomi, yang merupakan surplus
konsumen dan surplus produsen yang maksimum. Bila output diproduksi
9.24 Pengantar Ekonomi Mikro
Kegiatan Belajar 2
b. Eksternalitas
Hasil ideal oleh pengaturan tangan gaib juga tak dapat dicapai bila
kegiatan ekonomi tumpah ke luar (spill over) dari pasar bersangkutan, yang
disebut eksternalitas. Eksternalitas yang bisa terjadi pada kasus pencemaran
udara di mana sebuah pabrik mengeluarkan asap atau debu yang mengganggu
kesehatan atau ketenteraman dan harta milik masyarakat yang seharusnya.
Namun pabrik tidak membayar biaya-biaya atas kerugian ini. Contoh lain
adalah pencemaran air sungai, danau atau laut, risiko proses produksi pabrik
yang tak aman atau fasilitas pusat pembangkit nuklir tenaga listrik. Di sisi
lain ada pula eksternalitas positif atau eksternalitas ekonomis di mana
masyarakat memperoleh manfaat atas penemuan suatu produk baru yang
tidak dilakukannya. Demikian pula manfaat yang diperoleh oleh seluruh
masyarakat karena program perbaikan dan pemeliharaan kesehatan
masyarakat yang dapat memberantas penyakit cacar, polio, tipus, malaria,
dan wabah penyakit lain. Eksternalitas terjadi bila aktivitas produsen atau
rumah tangga individu menimbulkan biaya atau manfaat kepada pihak lain
tanpa mereka menerima pembayaran atau membayar biaya yang sesuai
c. Barang publik
Ini adalah kegiatan ekonomi yang memberi manfaat kepada masyarakat
yang tak dapat diserahkan pelaksanaan atau penyelenggaraannya kepada
perusahaan swasta. Contohnya adalah pertahanan dan keamanan,
pemeliharaan hukum dan ketertiban, pembuatan jalan raya, dukungan
keuangan untuk riset dan pengembangan ilmu murni serta kesehatan
masyarakat. Manfaat barang tersebut menyebar luas ke seluruh masyarakat
hingga tak ada produsen atau konsumen yang secara individu mempunyai
rangsangan untuk melaksanakan, maka pemerintahlah yang wajib
menyediakan barang publik.
Gambar 9.7.
Keseimbangan Pasar
Dengan demikian, maka terjadi alokasi sumber daya yang terlalu sedikit
pada industri barang X. Hal ini karena pada tingkat output kurang dari QE,
kurva permintaan yang mencerminkan manfaat tambahan, terletak di atas
kurva penawaran yang mencerminkan biaya tambahan. Atau katakanlah di
sini manfaat marjinal lebih besar daripada biaya marjinal.
Hal sebaliknya terjadi bila tingkat output yang diproduksi adalah Q2
pada Gambar 9.7 (a), di sini biaya marjinal satuan output terakhir yang
diproduksi yang dinyatakan oleh kurva penawaran, lebih tinggi daripada
manfaat marjinal satuan output tambahan. Output terlalu banyak diproduksi
dan sumber daya terlalu banyak dialokasikan untuk memproduksi barang X.
Hanya pada titik keseimbangan QE merupakan tingkat output yang efisien
atau optimum. Jadi, bila semua pasar dalam industri adalah kompetitif maka
ESPA4111/MODUL 9 9.33
membebankan biayanya pada pihak lain maka biayanya turun. Hal ini terlihat
pada Gambar 9.7 (b). Kurva penawaran, yang mencerminkan kurva biaya,
bergeser dari turun S menjadi S, yang mencerminkan kurva penawaran yang
mencakup semua biaya, termasuk biaya eksternal berupa biaya atau
pengeluaran yang diperlukan untuk memasang alat penyaringan pencemaran.
Bagi perusahaan produsen yang bersangkutan akan menguntungkan dan juga
efisien bagi seluruh masyarakat bila memproduksi pada tingkat output Q0.
Yang merupakan tingkat output optimum. Dengan adanya pencemaran maka
biaya nampak lebih rendah dari kurva penawaran adalah S, akibatnya tingkat
output keseimbangan yang diproduksi sebesar QE. Tingkat output ini
memang memenuhi kriteria keuntungan maksimum bagi perusahaan individu
yang bersangkutan, tetapi tak bisa memenuhi tingkat output optimal yang
memberikan kesejahteraan maksimum bagi seluruh masyarakat, jumlah
output yang diproduksi terlalu banyak sebesar Q0QE.
Hal sebaliknya terjadi bila ada manfaat eksternal, secara grafik
mempengaruhi atau menurunkan kurva permintaan, yang mencerminkan
manfaat yang diperoleh oleh konsumen. Lihat Gambar 9.7 (c), dengan
adanya manfaat eksternal maka kurva permintaan bergeser dari D, menjadi
D. Produksi barang-barang dan jasa-jasa mungkin menimbulkan manfaat
sosial atau manfaat eksternal kepada pihak lain yang tak ada hubungannya
dengan pihak-pihak di pasar bersangkutan. Contohnya adalah penemuan
sinar rontgen dan suntikan imunisasi polio, pendeteksian secara dini
penderita TBC serta pencegahan terhadap penularan suatu kuman penyakit
memberikan manfaat langsung kepada para konsumen, sama halnya dengan
pendidikan dan pelatihan.
Kembali ke Gambar 9.7 (c), maka permintaan pasar D mencerminkan
manfaat total lebih kecil daripada manfaat sesungguhnya. Sementara itu D1
mencerminkan manfaat total berupa manfaat privat yang diperoleh oleh
individu perorangan atau lembaga yang bersangkutan ditambah manfaat
eksternal diperoleh oleh pihak ketiga di luar pasar bersangkutan. Permintaan
dan penawaran pasar menghasilkan tingkat output komoditi sebesar QE yang
ternyata lebih rendah daripada tingkat output optimum efisien ideal sebesar
Q0, yang merupakan tingkat output keseimbangan bila pasar bisa
mencerminkan semua manfaat privat dan sosial. Bila dibandingkan keadaan
pada D1, dan S maka untuk semua satuan output antara QE dan Q0, manfaat
tambahan atau marjinal melebihi biaya marjinal seperti yang ditunjukkan
oleh kurva-kurva permintaan dan penawaran.
Bila terdapat eksternalitas maka alokasi sumber daya akan berkurang
atau tak optimal. Kasus biaya eksternal menyebabkan alokasi sumber daya
menjadi terlalu banyak sementara pada kasus manfaat eksternal terjadi
ESPA4111/MODUL 9 9.35
alokasi sumber daya yang terlalu kecil (dibandingkan bila tak terdapat
eksternalitas) dan tingkat output dapat mencapai optimal ideal.
Analisis eksternalitas berlaku untuk kasus eksternalitas disekonomis
maupun ekonomis. Contoh eksternalitas ekonomis adalah hasil riset
pengembangan pertanian padi atau perkebunan tanaman keras yang
memberikan manfaat kepada usaha tani kecil perorangan maupun perkebunan
besar. Dalam pasar kompetitif, produsen tidak tertarik mengadakan riset dan
pengembangan produk sendiri karena kecilnya manfaat marjinal privat yang
diperoleh akibat eksternalitas dalam penggunaan ilmu pengetahuan, tak ada
insentif bagi perusahaan atau unit produksi swasta untuk mengadakan riset di
bidang pertanian. Namun, manfaat ekonomis secara keseluruhan cukup besar
dengan ditemukan dan digunakannya bibit unggul atau teknik baru rotasi
tanaman. Dengan menambahkan semua manfaat privat maka diperoleh
manfaat sosial yang besar sekali bagi seluruh masyarakat. Keadaan seperti ini
menuntun pada kesimpulan lain bahwa bila industri bersangkutan merupakan
industri monopolis maka ia akan melakukan riset dan pengembangan
produsen karena dapat memperoleh seluruh manfaat. Karena itu dikatakan
dalam industri monopolis diharapkan bisa diperoleh penemuan dan inovasi
baru daripada dalam suasana persaingan murni.
perkotaan, apakah untuk bahan kimia beracun itu mempunyai efek merusak
permanen atau hanya temporer? Ketetapan ambang batas semacam ini tak
dapat secara efisien mengalokasikan penurunan pencemaran di antara
perusahaan industri hingga mereka yang biaya penanggulangan
pencemarannya rendah mungkin sekali harus menanggung biaya tinggi.
Karena adanya kritik atau kelemahan penetapan ambang batas
pencemaran yang merupakan metode pengendalian langsung maka beberapa
kalangan menyarankan pengenaan pajak pencemaran. Mekanisme bekerjanya
sebagai berikut, perusahaan industri pencemar lingkungan ditetapkan harus
membayar pajak atas pencemaran sebesar nilai kerusakan eksternal.
Perusahaan yang berorientasi mencapai keuntungan maksimum akan
mencapai keseimbangan pada tingkat produksi di mana biaya marjinal
penurunan pencemaran sama untuk privat ataupun untuk seluruh masyarakat.
Upaya penanggulangan pencemaran lewat pengenaan pajak polusi dapat
menurunkan pencemaran atau eksternalitas disekonomi lain secara lebih
fleksibel dan efisien, karena hanya beberapa pajak eksternalitas diperlukan
dibandingkan dengan ribuan peraturan penetapan ambang batas polusi.
1. Barang Publik
Barang-barang dan jasa-jasa yang diproduksi dan dikonsumsi
masyarakat dapat dibedakan secara garis besar menjadi barang privat dan
barang publik. Contoh barang privat adalah nasi, sepatu, radio, pakaian,
pesawat televisi, dan lain-lain, yang diperjualbelikan melalui sistem pasar;
sementara barang publik seperti pertahanan dan keamanan nasional, mercu
suar, pengendalian banjir dan program pemberantasan hama penyakit
dilakukan oleh pemerintah. Mengapa demikian? Alasan utamanya adalah
aplikasi prinsip noneksklusi serta tumpahan manfaat eksternal yang besar.
Pada barang privat berlaku prinsip eksklusif, prinsip ini tak berlaku pada
barang publik. Pada kasus barang privat, mereka yang ingin atau bersedia
membayar harganya akan memperoleh barang tersebut, sedangkan mereka
yang tak membayar dikeluarkan atau dapat dipisahkan tak memperoleh
manfaat barang tersebut. Untuk barang publik, prinsip eksklusif tak dapat
diterapkan, karena tak ada cara yang secara praktis dapat memisahkan
individu-individu untuk memperoleh manfaat beberapa barang dan jasa bila
mereka menolak membayar. Contoh klasik adalah mercu suar yang memberi
ESPA4111/MODUL 9 9.39
petunjuk arah kepada semua kapal yang lewat. Dalam hal ini tak mungkin
menghalangi beberapa kapal yang lewat untuk memperoleh jasa panduan
atau petunjuk arah, katakanlah bagi mereka yang tidak mau membayar biaya
pembangunan atau pengoperasiannya. Alasannya, bila bisa diperoleh manfaat
tanpa harus membayar, mengapa harus membayar, (sementara pihak lain
telah membayarnya). Di sini muncul penumpang gratis (free riders), yakni
pihak yang ikut mengkonsumsi tapi tidak ikut membiayai. Mekanisme pasar
tak dapat berlaku dan tak ada rangsangan bagi sektor swasta untuk
memproduksi atau menyediakan. Cerita yang sama juga berlaku untuk
fasilitas jalan raya kecuali jalan tol bebas hambatan yang dapat
mengeksklusifkan para penggunanya. Untuk penyelenggaraan fasilitas
semacam ini sektor swasta tak akan melaksanakan karena tak bisa menjual,
dan karena itu tidak menguntungkan. Meskipun fasilitas jasa tersebut
menghasilkan manfaat tetapi sistem pasar tidak mengalokasikan sumber daya
kepadanya.
Selain barang publik murni di mana prinsip eksklusif tak dapat
sepenuhnya diterapkan, bisa juga terjadi manfaat eksternal. Barang-barang
seperti misalnya pendidikan, jalan kecil dan besar, perlindungan polisi dan
pemadam kebakaran, suntikan untuk pencegahan penyakit, jasa pembuangan
sampah dan, kebersihan, dan saluran air buangan disebut barang kuasi publik.
Ini dapat dipenuhi oleh sektor swasta melalui mekanisme sistem harga
ataupun dilaksanakan oleh pemerintah. Banyak pertimbangan perlu
dilakukan, namun salah satu yang terpenting adalah pertimbangan efisiensi
pelaksanaan.
Barang publik atau barang kuasi publik yang disediakan dan
dilaksanakan oleh pemerintah dilakukan berdasar pilihan sekelompok orang
atau secara kolektif, yang ditentukan melalui proses pengambilan keputusan
politis. Dana pemerintah yang digunakan untuk membiayai, dihimpun dari
pajak rumah tangga perorangan dan produsen, hingga menyimpang ke luar
dari aliran melingkar penerimaan pendapatan antara sektor perusahaan dan
sektor rumah tangga. Pajak tersebut akan menurunkan permintaan agregatif
sektor swasta akan barang-barang dan jasa-jasa d4n selanjutnya menurunkan
permintaan sumber daya ekonomi.
alokasi sumber daya yang optimal, sektor publik pemerintah dapat mengatasi
atau memperbaiki kegagalan pasar. Namun demikian, akan muncul pula
kegagalan sektor publik dan sering disebut kegagalan birokrasi. Sektor
birokrasi dipenuhi oleh prosedur ketat hingga menimbulkan inefisiensi dalam
pelaksanaan fungsinya.
Pemerintah memang bisa menyelesaikan masalah eksternalitas dan
barang publik secara .optimal dan lebih baik; demikian pula dalam mengatasi
masalah distribusi pendapatan. Analisis biaya manfaat dapat digunakan
menuju keputusan yang secara ekonomis efisien di sektor publik. Beberapa
faktor berikut merupakan alasan mengapa terjadi kegagalan birokrasi dan
mengapa sektor publik menghasilkan inefisiensi ekonomi?
a. Kepentingan golongan tertentu. Keputusan di sektor publik dimaksudkan
untuk kepentingan mayoritas warga negara, namun sering kali
menyimpang karena ada tekanan dari kelompok kepentingan ekonomi
kuat.
b. Biaya tak jelas sementara manfaat jelas dan langsung. Para politisi dan
pengambil keputusan, lebih menekankan dan membela serta
melaksanakan program yang memberikan manfaat jelas dan langsung
namun biayanya tak jelas atau tersembunyi. Nonselektif Proses politik
pengambilan keputusan di sektor publik cenderung bersifat nonselektif
dibandingkan dengan pilihan keputusan di sektor barang dan jasa swasta.
Di sektor swasta para konsumen dapat mengungkapkan dan memilih
preferensi secara tepat atas pilihan komoditi yang ada, tetapi di sektor
publik pilihannya berupa beberapa program berbeda untuk penyediaan
barang-barang dan jasa publik.
c. Birokrasi dan efisiensi. Sektor swasta sering kali dikatakan lebih efisien
dibandingkan dengan bekerjanya lembaga-lembaga sektor publik. Hal ini
bukan karena kurang atau perbedaan kompetensi. Lembaga swasta
bekerja dalam kerangka sistem mekanisme pasar, para manajer dan
karyawan mempunyai insentif pribadi yang besar untuk bekerja keras
dan efisien guna menurunkan biaya agar dapat memperoleh keuntungan
maksimum yang merupakan kriteria penilaian kinerja mereka. Mereka
yang efisien memperoleh keuntungan besar, bertahan, makmur, dan
tumbuh menjadi besar dan kuat, dan begitu sebaliknya. Tetapi tak ada
kriteria jelas yang secara periodik dan sistematis dapat diterapkan untuk
mengevaluasi efisiensi lembaga-lembaga birokrasi publik dalam menilai
kinerja atau upaya pelayanan mereka. Ada banyak segi harus
ESPA4111/MODUL 9 9.41
L AT IH AN
RA NG K UM A N
T ES FO R M AT IF 2
2) Biaya dan manfaat yang ditanggung dan diterima oleh pihak-pihak lain
di luar yang ditanggung dan diterima oleh produsen dan konsumen
barang sering dan jasa disebut ....
A. biaya dan manfaat internal
B. eksternalitas
C. subsidi
D. biaya transaksi
Kegiatan Belajar 3
dan bertanggung jawab penuh, beberapa sekutu lain tidak aktif dan
hanya bertanggung jawab sebesar modal yang disetorkan.
3. Perseroan Terbatas. Para pemilik/pemegang saham tidak mengendalikan
perusahaan dan hanya bertanggung jawab terbatas sebesar modal saham
yang disetor. Pada bentuk ini terdapat pemisahan secara tegas antara
pemilik dan manajemen atau pengelola perusahaan, sedangkan pada dua
bentuk lain tidak terdapat pemisahan semacam ini.
Dua kutub ekstrim bentuk pasar persaingan murni dan monopoli murni
boleh dikatakan tak dijumpai dalam kenyataan. Bentuk yang ada lebih
banyak bersifat oligopoli atau persaingan monopolistik dengan berbagai
variasi dan intensitas. Hal ini menyangkut kebijakan penetapan harga dalam
jangka panjang. Karena itu, asumsi perilaku untuk memaksimumkan
keuntungan jangka pendek yang digunakan dalam model penetapan harga
dikritik karena jauh dari kenyataan pada pasar oligopoli. Tingginya
keuntungan jangka pendek menyebabkan perusahaan baru dapat mengatasi
halangan masuk dan memperoleh bagian pasar yang akan mengurangi
keuntungan perusahaan lain di masa datang. Dapat dibayangkan dengan
berjalannya waktu perusahaan oligopolis harus mempertimbangkan kebijakan
di luar jangka pendek untuk mempertahankan keuntungan dengan jalan
menghalangi pesaing baru masuk ke pasar. Perusahaan oligopolis harus
mempunyai kebijakan yang lebih tepat untuk memaksimumkan keuntungan
dalam jangka panjang.
Memaksimumkan keuntungan jangka panjang harus menghitung nilai
harapan sekarang dari keuntungan sekarang maupun keuntungan di masa
datang. Ini karena perusahaan menghadapi kondisi yang tidak pasti di masa
datang dan harus menggunakan analisis nilai sekarang agar keuntungan di
masa datang dapat dibandingkan dengan keuntungan sekarang. Perusahaan
harus memilih tingkat harga yang memaksimumkan nilai harapan sekarang
atau expected present value (EPV) atas keuntungan. Prakiraan harus dibuat
dengan memperhitungkan kemungkinan masuknya perusahaan baru di masa
datang, dihubungkan dengan setiap tingkat harga sekarang. Kemudian
pengaruh perusahaan baru terhadap tingkat harga harus diprakirakan,
termasuk pertumbuhan atau penurunan seluruh pasar, seperti pangsa pasar
masing-masing perusahaan di masa datang. Demikian pula kondisi
permintaan harus diperhitungkan sebelum estimasi keuntungan
diformulasikan. Dalam beberapa kasus, penelitian struktur biaya sangat
berfaedah, tetapi kadangkala dijumpai banyak halangan dalam
pembuatannya.
9.50 Pengantar Ekonomi Mikro
Gambar 9.8.
Maksimisasi Penjualan dengan Batasan Keuntungan Minimal
Gambar 9.9.
Rintangan Harga untuk Perusahaan dengan Struktur Biaya Tinggi
ESPA4111/MODUL 9 9.53
Gambar 9.10.
Rintangan Harga untuk Perusahaan dengan Struktur Biaya Rendah
optimal diperoleh melalui penetapan harga atas dasar biaya marjinal. Namun
monopoli alami cenderung menaikkan harga di atas biaya marginal dan
tingkat optimal, hingga alokasi sumber daya secara optimal tidak tercapai.
Alasan lain timbulnya BUMN adalah alasan idiologis di mana sosialisasi
produksi akan menghilangkan eksploitasi satu kelas oleh kelas lain,
pemilikan faktor produksi oleh negara akan menciptakan masyarakat tanpa
eksploitasi.
Warisan zaman penjajahan menyebabkan pemerintah tidak mempunyai
pilihan lain selain mengambil alih perusahaan pemerintah atau swasta
kolonial. Pendekatan ekonomi politik berusaha mengemukakan hubungan
erat antara politik, ekonomi, dan kekuatan sosial dalam hubungan
pembentukan BUMN. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan
lembaga politik ekonomi dalam keadaan sosial-politik tertentu yang mampu
menciptakan surplus. Secara teoritis, BUMN dimiliki oleh pemerintah tetapi
dalam kenyataan pengawasan ada pada satu atau beberapa golongan yang-
mempunyai kekuatan politik melalui partai politik, golongan birokrat,
golongan teknokrat dalam perusahaan, atau kelompok tenaga kerja. Mereka
melakukan pengawasan atas faktor produksi dan pembagian surplus atau
keuntungan dan dalam kasus tertentu menguasai alokasi subsidi dari
anggaran pemerintah. Persaingan golongan/kelompok tidak hanya tampak
dalam hal pemilikan tetapi juga dalam pengawasan operasional, penentuan
strategi, dan pembagian surplus. Oleh karena itu, BUMN muncul bukan
hanya karena kegagalan pasar saja tetapi juga karena kebutuhan sosial-politik
dan aktivitas kelompok kuat yang berkepentingan.
b. Alasan Pragmatis
Badan usaha milik negara (BUMN) merupakan salah satu bentuk campur
tangan pemerintah dalam perekonomian melalui pemilikan dan pengawasan
perusahaan. Bentuk lain intervensi pemerintah adalah melalui subsidi dan
perpajakan serta peraturan-peraturan. Alternatif mana yang akan dipilih
tergantung pada perbandingan biaya dan manfaat sosial masing-masing
campur tangan tersebut, BUMN merupakan salah satu bentuk intervensi
pemerintah guna mengatasi kegagalan mekanisme pasar dalam mencapai
alokasi sumber daya secara optimal. Monopoli bukan hanya menyebabkan
biaya sosial serta alokasi yang salah tetapi tidak adanya persaingan juga
menyebabkan tambahan biaya. Manfaat sosial diperoleh karena pemerintah
menetapkan harga sama dengan biaya marjinal hingga alokasi sumber dapat
9.58 Pengantar Ekonomi Mikro
L AT IH AN
RA NG K UM A N
T ES FO R M AT IF 3
Daftar Pustaka