Anda di halaman 1dari 18

hukum

investasi
Investment law
Disusun Oleh : Sangga Aritya Ukkasah,
S.H., M.H
Pengertian, ruang lingkup dan asas-asas hukum investasi

A. Istilah dan Pengertian Hukum Investasi Menurut Para Ahli


Istilah Hukum Investasi berasal dari terjemahan Bahasa Inggris, yaitu “investment Law”.

 Ida Bagus Wyasa Putra, hukum investasi adalah : “Norma-norma hukum mengenai kemungkinan-
kemungkinan dapat dilakukannya investasi, syarat-syarat investasi, perlindungan dan mengarahkan
agar investasi dapat mewujudkan kesejahteraan.

 Fitz Gerald menjelaskan investasi sebagai aktivitas yang berkaitan dengan usaha penarikan sumber-
sumber yang dipakai untuk mengadakan modal pada saat sekarang yang selanjutnya akan
menghasilkan aliran produk baru di masa yang akan datang.

Investasi adalah kegiatan penanaman modal yang dilakukan oleh investor, dengan tujuan memperoleh
keuntungan dimasa yang akan datang. (H. Salim H. S. dan Budi Sutrisno).
Hukum Investasi
“Keseluruhan kaidah hukum yang mengatur hubungan antara investor dengan penerima modal, bidang-bidang
usaha yang terbuka untuk investasi, serta mengatur tentang prosedur dan syarat-syarat dalam melakukan investasi
dalam suatu negara”. (H. Salim HS & Budi Sutrisno)

Kaidah Hukum Investasi

Kaidah Hukum Investasi Tertulis Kaidah Hukum Investasi Tidak Tertulis

Hal yang diatur dalam investasi adalah hubungan antara investor dengan penerima modal. Status investor dapat
digolongkan menjadi dua macam, yaitu investor asing dan investor domestic. Bidang usaha merupakan bidang
kegiatan yang diperkenankan atau dibolehkan untuk berinvestasi. Prosedur dan syarat-syarat merupakan tata cara
yang harus dipenuhi oleh investor dalam menanamkan investasi. Negara merupakan tempat dimana investasi itu
ditanamkan.
Dari uraian diatas, •Adanya kaidah hukum;
•Adanya subjek, dimana subjek dalam hukum investasi
adalah investor dan negara penerima investasi;
dapat dikemukakan •Adanya bidang usaha yang diperkenankan untuk
berinvestasi;
unsur-unsur hukum •Prosedur dan syarat-syarat untuk melakukan investasi;
dan
investasi, yaitu : •Negara.
B. Objek dan Ruang Lingkup Hukum Investasi
Objek kajian merupakan sasaran didalam penyelidikan atau pengkajian hukum investasi,
dalam hal ini objek hukum investasi dibagi menjadi dua macam, yaitu objek materiil dan
objek forma.
Objek materiil yaitu bahan (materiil) yang dijadikan sasaran dalam penyelidikan, objek
materiil hukum investasi adalah manusia dan investasi, sedangkan objek forma, yaitu sudut
pandang tertentu terhadap objek materiil, jadi objek forma hukum investasi adalah mengatur :
1. Hubungan antara investor dengan negara penerima modal;
2. Bidang-bidang usaha yang terbuka untuk investasi;
3. Prosedur dan syarat-syarat dalam melakukan investasi.
Dalam Agreement on Trade Related Investment Measures (TRIMS) telah ditentukan sebuah asas,
yaitu asas Nondiskriminasi, yaitu asas didalam penanaman investasi tidak membedakan antara
investasi asing maupun local mengingat investasi itu sendiri bersifat State Borderless (tidak
mengenal Batas Negara), dengan demikian, dapat dikatakan bahwa investasi yang ditanamkan oleh
investor tidak dibedakan antara investasi asing dengan investasi local. Asas ini telah dimasukan
dalam Pasal 3 Ayat 1 huruf (d) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal.
C. Asas-asas Hukum Investasi
Di dalam Pasal 3 ayat 1 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal
telah ditentukan 10 asas dalam penanaman modal atau investasi, sebagai berikut :

D. Asas Kepastian Hukum;


E. Asas Keterbukaan,
F. Asas Akuntabilitas,
G. Asas Perlakuan Sama dan Tidak Membedakan Asal Negara
H. Asas Kebersamaan
I. Asas Efisiensi Berkeadilan
J. Asas Berkelanjutan
K. Asas Berwawasan Lingkungan
L. Asas Kemandirian
M. Asas Keseimbangan Kemajuan dan Kesatuan Ekonomi Nasional
D. Sumber-Sumber Hukum Investasi
Pada dasarnya sumber hukum dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu sumber hukum materiil dan sumber
hukum formal.

Sumber Hukum Materiil adalah tempat darimana hukum itu diambil / isi dari Hukum itu sendiri, sumber hukum
materiil merupakan faktor yang membantu pembentukan hukum, misalnya hubungan sosial, kekuatan politik,
situasi sosial ekonomi, budaya, perkembangan internasional.

Sumber Hukum Formal merupakan tempat memperoleh kekuatan hukum, ini berkaitan dengan bentuk atau cara
yang menyebabkan peraturan hukum formal itu berlaku, sumber hukum formal ini digolongkan menjadi dua
macam, yaitu sumber hukum formal tertulis dan sumber hukum formal tidak tertulis, oleh sebab itu maka
sumber hukum investasi tertulis terdapat didalam peraturan perundang-undangan, traktat, yurisprudensi dan
doktrin. Sedangkan sumber hukum tidak tertulis dalam hukum investasi seperti hukum kebiasaan / Konvensi.
Sumber Hukum Investasi Tertulis diantaranya :
1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 Tentang Penanaman Modal Asing jo. Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 1970 Tentang Perubahan dan Tambahan Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1967 Tentang Penanaman Modal Asing;
2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 Tentang Penanaman Modal dalam Negeri jo.
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1970 Tentang Perubahan dan Tambahan Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 1968 Tentang Penanaman Modal Dalam Negeri;
3. Peraturan Pemerintah Nomer 17 Tahun 1992 tentang Persyaratan Pemilikan Saham dalam
Perusahaan Penanaman Modal Asing;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1944 Tentang Pemilikan Saham dalam Perusahaan
yang didirikan dalam rangka Penanaman Modal Asing;

Ketentuan Perundang-undangan diatas dinyatakan tidak berlaku dan telah dicabut dengan
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal.
Dengan demikian payung hukum dari penanaman investasi di Indonesia adalah Undang-
Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal.
Pro dan Kontra terhadap Rancangan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007

Pemerintah sangat mendukung keberadaan Rancangan Undang-Undang Penanaman Modal, Kalangan


pemerintah diwakilkan oleh Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu menjelaskan bahwa
Rancangan Undang-Undang Tentang Penanaman Modal adalah dimaksudkan untuk memberikan :

1. Kepastian Hukum;
2. Transparansi;
3. Tidak membeda-bedakan investor; serta
4. Memberikan perlakuan yang sama kepada investor dalam dan luar negeri.

Akan tetapi kalangan LSM tidak menyetujui Rancangan Undang-Undang Penanaman Modal.
Kalangan LSM yang tidak menyetujui substansi Rancangan Undang-Undang Penanaman Modal,
adalah seperti :
1. PBHI ( Perhimpunan Bantuan Hukum dan Hak Asasi Manusia )
2. Jaringan Advokasi Tambang ( JATAM )
3. Sekretariat Bina Desa KPA ( Konsorsium Pembaruan Agraria )
4. KPI ( Koalisi Perempuan Indonesia )
5. KAU ( Koalisi Anti Uang )
6. FSPI ( Federasi Serikat Petani Indonesia )
7. Kelompok Perempuan Untuk Keadilan Buruh ( KPKB )
8. International NGO’s Forum for Indonesia ( INFID )
9. Wahana Lingkungan Hidup Indonesia ( WALHI )

Pada tanggal 29 Maret 2007. RUU Penanaman Modal ini telah ditetapkan menjadi undang-undang, yaitu
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal.
Traktat ( Perjanjian Internasional )
Traktat adalah suatu perjanjian yang dibuat antara dua negara atau lebih dalam kaitannya dengan
investasi, traktat-traktat yang telah disepakati oleh negara-negara investor dan negara penerima modal
dalam bidang investasi, berikut ini :

1. International Center for the Settlement of Investment Dispute ( ICSID );

2. Agreement on Trade Related Investment Measures ( TRIMs)

3. The Convention Establishing ther Multilateral Investment Guarantee Agency (MIGA),

4. The Nort American Free Trade Agreement (NAFTA)

5. The Treaty of Roma.


Hubungan antara Hukum Investasi dengan Hukum Lingkungan, Hukum Agraria dan Hukum
Pajak
Pada prinsipnya hukum investasi memiliki hubungan erat dengan hukum lingkungan, dalam
penanaman investasi diisyaratkan bahwa investor diwajibkan untuk menjaga kelestarian lingkungan
hidup di Indonesia apabila hal itu di langar maka izin dalam penanaman investasi dapat dicabut oleh
pejabat yang berwenang, bahkan para investor yang melanggar peraturan perundang-undangan di
bidang lingkungan hidup dapat dipidana ataupun diminta untuk membayar ganti rugi karena telah
melakukan pencemaran.

Hukum investasi memiliki hubungan yang sangat erat dengan hukum agraria karena setiap investor
terutama investor asing diberikan hak untuk menggunakan hak atas tanah di Indonesia, Hak atas
tanah yang dapat diberikan kepada investor adalah seperti Hak Guna Bangunan, Hak Guna Usaha,
Hak Pakai, pemberian hak atas tanah tersebut diberikan kepada investor dalam jangka waktu tertentu.

Pasal 22 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal
Hukum Investasi mempunyai hubungan yang sangat erat dengan hukum pajak, pada prinsipnya
setiap investor yang menanamkan investasinya di Indonesia harus membayar pajak sebagaimana
ditentukan dalam peraturan perundang-undangan, namun demikian investor juga diberikan keringan
di dalam pembayaran pajak, dalam Pasal 18 sampai dengan Pasal 20 Undang-Undang Nomor 25
Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal telah ditentukan bentuk-bentuk fasilitas yang diberikan
kepada penanaman modal.

Fasilitas itu berupa fasilitas PPH melalui pengurangan penghasilan netto, pembebasan atau
keringanan bea masuk impor barang modal yang belum bisa di produksi di dalam negeri,
pembebasan bea masuk bahan baku atau penolong untuk keperluan produksi tertentu, pembebasan
atau penangguhan pajak penghasilan atas impor barang modal, penyusutan atau amortisasi yang
dipercepat, keringanan PBB, pembebasan atau pengurangan pajak penghasilan badan, fasilitas hak
atas tanah, fasilitas pelayanan keimigrasian dan fasilitas perizinan impor, pemberian fasilitas ini
dimaksudkan untuk mendatangkan investor sebanyak-banyaknya.
Kriteria Bidang Usaha Tertutup untuk Penanaman Modal

Dalam Pasal 8 sampai dengan Pasal 15 Peraturan Kriteria Lingkungan Hidup dan Moral/Budaya (K3LM)
Presiden Republik Indonesia Nomor 76 Tahun 2007, sebagai berikut :
Kriteria dalam menentukan bidang usaha yang tertutup
untuk penanaman modal baik asing maupun dalam 1. Memelihara tatanan kehidupan masyarakat;
negeri adalah didasarkan pada kriteria : 2. Melindungi keanekaragaman hayati;
3. Menjaga keseimbangan ekosistem;
1. Kesehatan; 4. Memelihara kelestarian hutan alam;
2. Keselamatan; 5. Mengawasi penggunaan bahan berbahaya beracun;
3. Lingkungan Hidup dan moral / budaya (K3LM); 6. Menghindari pemalsuan dan mengawasi peredaran
4. Kepentingan Nasional lainnya. barang dan jasa yang tidak direncanakan;
7. Menjaga kedaulatan negara;
8. Menjaga dan memelihara sumber daya terbatas
( Buka Pasal 9 Peraturan Presiden Republik
Indonesia Nomor 76 Tahun 2007 )
Dalam Pasal 12 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal telah ditentukan tiga
golongan bidang usaha, meliputi sebagai berikut :
1. Bidang Usaha Terbuka;
2. Bidang Usaha Tertutup; dan
3. Bidang Usaha Terbuka dengan persyaratan.

Di dalam Pasal 13 ayat 2 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal telah
ditentukan daftar bidang usaha tertutup bagi investasi, baik investasi domestik maupun investasi asing yang
meliputi :

4. Produksi senjata;
5. Mesiu;
6. Alat peledak;
7. Peralatan perang; dan
8. Bidang usaha yang dinyatakan eksplisit tertutup berdasarkan undang-undang ( Pasal 12 ayat 2 Undang-
Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal )
Penjabaran lebih lanjut dari perintah Pasal 13 ayat 2 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman
Modal telah di tuangkan dalam Peraturan Presiden Nomor 77 Tahun 2007 Tentang Daftar Bidang Usaha yang
Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka Dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal, Lampiran I Peraturan
Presiden Nomor 77 Tahun 2007 terdapat daftar bidang usaha tertutup untuk investasi asing maupun domestik.

1. Pertanian
2. Kehutanan
3. Kelautan dan Perikanan
4. Perindustrian
5. Perhubungan
6. Komunikasi dan Informasi
7. Pendidikan dan Kebudayaan
8. Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Bidang usaha yang dipersyaratkan dengan perizinan khusus merupakan daftar bidang usaha yang diperkenankan
ditanamkan investasi dengan syarat adanya rekomendasi dari instansi / lembaga pemerintah atau non pemerintah
yang memiliki kewenangan pengawasan terhadap suatu bidang usaha termasuk merujuk pada ketentuan peraturan
perundangan yang menetapkan harus bekerjasama dengan badan usaha milik negara dalam bisang usaha tersebut :

1. Pertambangan mineral radio aktif harus mendapatkan rekomendasi dari BATAN dan bekerjasama dengan
BATAN
2. Pengusahaan objek wisata alam diluar Kawasan konservasi harus mendaptkan rekomendasi dari pejabat yang
memiliki kewenangan wisata alam
3. Industri kayu gergajian dengan kapasitas produksi diatas 2000 M3 / TH harus ada jaminan pasokan bahan baku
berkelanjutan dan diatur sesuai dengan PP No. 6 tahun 2007
4. Industri veneer harus ada jaminan pasokan bahan baku berkelanjutan sesuai dengan PP No. 6/2007
5. Usaha perikanan tangkap dengan menggunakan kapal penangkap berukuran 100 GT atau lebih besar di
wilayah ZEEI harus sesuai dengan peraturan Menteri kelautan dan perikanann Nomor PER.17/MEN/2006
6. Produsen narkotika (industry farmasi) harus mendapatkan izin khusus dari Menteri Kesehatan
7. Industri percetakan khusus / dokumen seperti surat berharga, paspor, dokumen kependudukan, materai dan
hologram wajib mendapatkan izin operasional dari BOTASUPAL / BIN dan wajib mendapatkan rekomendasi
dari departemen perindustrian.

Anda mungkin juga menyukai