Adanya perbedaan pandangan negara maju dan negara berkembang terkait dengan
penerapan standar perlakuan bagi investor asing menimbulkan kesulitan dalam mencapai titik
temu. Negara maju menekankan pentingnya keterbukaan dan dihilangkannya semua upaya atau
kebijakan penanaman modal yang berkaitan dengan perdagangan atau rintangan” penanaman
modal asing sedangkan negara berkembang selalu berpegang pada alasan kedaulatan dan
menekankan kepada kebutuhan penanaman modal yang dikaitan dengan pembangunan.
Penanaman modal asing mempunyai manfaat lain dalam peningkatan pendapatan mata uang
asing melalui aktivitas ekspor oleh perusahaan multinasional. Manfaat lain tidak kalah penting,
penanaman modal asing tidak melahirkan utang baru. Selain itu negara penerima juga tidak perlu
khawatir menghadapi risiko manakal suatu penanaman modal asing yang masuk ke negerinya
tidak mendapatkan profit dari investasi yang ditanam. meskipun demikian, tidak dapat dipungkiri
bahwa perjanjian mengenai investasi asing seringkali tidak menguntungkan bagi sebagian negara
berkembang. Bahkan dapat menjadi alasan pelanggaran kedaulatan negara penerima modal
terutama bagi investor asing yang melanggar standar perjanjian yang melindunginya.
GATT dikendalikan oleh sejumlah prinsip yang disetujui oleh anggotanya yaitu :
1. Reciprocity, suatu negara berada pada suatu posisi tawar menawar dalam rangka
mengurangi hambatan perdagangan dengan harapan negara lain akan melakukan hal yang
sama.
2. Non-discrimination, suatu negara akan memberikan seluruh anggota GATT prefensi yang
sama. Hal ini sering disebut the most favoured nation principle (MFN)
3. Transparency, hambatan perdagangan seharusnya mudah dikenali oleh yang lainnya,
tidak disembunyikan.
4. National treatment, barang yang diterima diantara negara” sebaiknya diperlakukan sama,
tanpa mempermasalahkan negara asal barang tersebut.
5. Compensation, setiap negara dilarang memberikan kompensasi atas kebijkana yang
dilakukan oleh negara lain.
1. Perjanjian Bilateral
Perjanjian yang di buat oleh 2 pihak . perjanjian tersebut diadakan oleh 2 negara untuk
mengatur kepentingan kedua belah pihak negara bersifat tertutup, artinya tidak ada
kemungkinan pihak atau negara lain untuk ikut serta dalam perjanjian.
2. Perjanjian Regional
Perjanjian dimana hanya sejumlah negara berpartisipasi dan seringkali tidak terbuka
untuk partisipasi dari semua negara. Peserta dari perjanjian regional ini dibatasi oleh area
atau regional tertentu; yang mengikat negara” peserta sendiri dan hanya berlaku untuk
mereka.
3. Perjanjian Multilateral
Sumber hukum internasional yang membuktikan diterimanya suatu prinsip hukum
internasional oleh pihak” dalam perjanjian. Namun,belum ada perjanjian yang melibatkan
banyak negara yang secara komprehensif memuat kondifikasi hukum tentang investasi
asing.
Banyak faktor-faktor lain yang akan dipelajari terlebih dahulu untuk mnentukan sikap dalam
menanamkan modalnya tersebut. Setiap penanaman modal asing terutama akan dipengaruhi
oleh:
1. Sistem politik dan ekonomi negara yang bersangkutan
2. Sikap rakyat dan pemerintahnya terhadap orang asing dan modal asing
3. Stabilitas politik, stabilitas ekonomi dan stabilitas keuangan
4. Jumlah dan daya beli pendududk sebagai calon konsumennya
5. Adanya bahan mentah atau bahan penujang untuk digunakan dalam pembuatan hasil
produksi
6. Adanya tenaga buruh yang terjangkau untuk roduksi
7. Tanah untuk tempat usaha
8. Struktur perpajakan, pabean, dan cukai
9. Kemudian perundang-undangan dan hukum yang mendukung jaminan usaha
10. Jika diperhatikan tentang perundang-undangan dalam negara-negara berkembang di Asia
yang kini berlomba-lomba untuk menarik penanam modal asing, maka dengan
perundang-undang tersebut dapat dikelompokkan dalam beberapa bagian/kelompok
sebagai berikut:
Bersifat membatasi (restrictive), yaitu:
1. Membatasi batas minimm dari modal yang ditanam
2. Membatasi lapangan usaha yang boleh ditanam modal asing
3. Membatasi daerah-daerah yang boleh dimasuki usaha PMA
4. Membatasi jangka waktu berdirinya perusahaan PMA
5. Membatasi masuknya tenaga asing
Bersifat memberi perangsang (incentive), yaitu:
1. Perundang-undangan yang lunak dan mudah
2. Perundang-undangan Agraria yang cukup terang dan menjamin kepastian hukum dalam
hak-hak atas tanah
3. Perundang-undangan buruh yang menjamin ketenangan perburuhan
4. Peraturan devisa yang menjamin kebebasan untuk repatriasi modal yang ditanam dan
keuntungan yang diperoleh
5. Perangsang perpajakan dan bea cukai bagi industri-industri diprioritaskan atau yang besar
resikonya
6. Peraturan bea masuk untuk proteksi hasil-hasil dalam negeri tertentu terhadap saingan
luar negeri