Anda di halaman 1dari 20

BOOK REPORT

Tugas Terstruktur Hukum Investasi

Albert Fanio Sianturi (312016203)


Ricky Garjuna Wohon (312016201)
William Hasibuan (312016084)
Yahya (312016237)
Vaury (312016166)

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM


UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
JUNI 2019
HUKUM INVESTASI

Dr. Siti Anisah, S.H,. M.Hum


Lucky Suryo Wicaksono, S.H., M.Kn.

Penerbit FH UII Pres


November 2017
344 hlm
RESUME

BAB 1 PENGERTIAN, ASAS, TUJUAN, dan SUMBER HUKUM INVESTASI


A. Pengertian Investasi
Kata investasi berasal dari bahasa Inggris investment yang memiliki arti to clothe in the
offiicial robes of an office(menutupi dengan jubah resmi suatu jabatan) yang berasal dari
bahasa latin investire artinya memakai, menutupi, mengelilingi. Sementara itu invest,
bermakna memanfaatkan uang untuk memperoleh keuntungan.
B. Pengertian Hukum Investasi
Dalam berbagai peraturan-peraturan di Indonesia tidak terdapat pengertian hukum
investasi, Hukum investasi pada umumnya merupakan cabang hukum yang terdiri dari
seperangkat peraturan yang mengatur investasi. Hukum investasi dapat berupa hukum
internasional khususnya berkaitan dengan penanaman modal asing atau hukum nasional,
pengertian lainnya adalah kaidah hukum yang mengatur tentang perlindungan hukum
terhadap investor dalam suatu wilayah penanaman modal, melalui jaminan legilasi yang fair
yang dibuat untuk mendorong investasi meningkatkan pendapatan negara berupa pajak atau
lainnya, menentukan hak dan kewajiban investor.
Hal yang diatur dalam hukum investasi adalah hubungan anatara investor dengan
penerima modal. Status investor dapat digolongkan menjadi dua macam yakni investor asing
dan investor domestik. Investor asing merupakan penanaman modal yang berasal dari luar
negri dan investor domestik berasal dari dalam negri.
C. Asas Hukum Investasi
Asas ialah dasar pokok tempat menemukan kebenaran, dan tumpuan berpikir. Asas
hukum adalah jantung peraturan hukum karna ia merupakan landasan yang paling luas bagi
lahirnya peraturan hukum. Asas yang mendasari penanaman modal di Indonesia adalah asas
kepastian hukum adalah asas dalam negara hukum yang meletakan hukum dan ketentuan
peraturan. Asas ekonomi perusahaan yakni asas dimana di dalam penanaman investasi dapat
diusahakan dan dilakukan secara optimal dan sesuai prinsip efisiensi(pasal 26 UUPMA).
Asas hukum Internasional merupakan di dalam penyelesaian sengketa antara pemerintah
dengan penanaman modal. Asas demokrasi ekonomi, Asas manfaat dapat memberikan
manfaat yang sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat Indonesia, asas Keterbukaan yakni
hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar dan jujur. Asas akuntabilitas. Asas
perlakuan yang sama. Asas kebersamaan. Asas efisiensi. Asas keberlanjutan.

BAB 2 BENTUK-BENTUK INVESTASI


Penanaman modal adalah perseorangan atau badan usaha yang melakukan penanaman modal
yang dapat berupa penanaman modal dalam negeri dan asing dalam UU No 25 Tahun 2007
penanaman modal adalah perorangan atau badan usaha dan tidak secara khusus mencakup badan
hukum non usaha dan nirlaba seperti koperasi, yayasan dan dana pensiun. Dan koperasi
mendapatkan pengaturan secara khusus ialah badan usaha berbadan hukum yang mempunyai
anggota pengaturannya terdapat pada UU No 25 Tahun 1992 tentang koperasi.
A. INVESTASI BERDASARKAN BENTUKNYA
Berdasarkan bentuknya investasi dapt dibedakan menjadi dua yakni langsung dan tidak
langsung, investasi langusng melibatkan penempatan dan pengalihan dana, ke dalam proyek
dengan jangka waktu yang panjang, dengan tujuan memperoleh pendaptan reguler, adanya
partisipasi, melekatnya suatu resiko usaha. Sedangkan portofolio investasi sering dikaitkan
dengan investasi yang dilakukan melalui pasar modal dengan melakukan pembelian efek baik
berupa utang maupun penyertaan ini merupakan investasi secara tidak langsung dan diatur dalam
UU pasar modal jadi tidak di bahas dalam UU No 25 Tahun 2007. UU ini hanya membatasi
pengatuaran mengenai investasi secara langsung.
1. Penanaman Modal Asing Langsung
Investasi langsung identik dengan Penanaman modal secara langsung, pada umumnya
investasi asing langsung di lakukan oleh investor yang telah memiliki perusahaan dinegara
tempat asalnya. Tujuannya untuk mendapatkan keuntungan dari kegiatan usaha di negara
tersebut. Penanaman modal asing langsung mensyaratkan adanya transfer aset baik yang
berwujud dari satu negara ke negara lain dengan tujuan menghasilkan keuntungan dibawah
pengawasan dari pemilik modal, baik secara total maupun sebagian.
2. Penanaman Modal Asing Tidak Langsung
Investasi tidak langsung pada umumnya merupakan investasi jangka pendek yang mencakup
kegiatan transaksi di pasar modal atau pasar uang. Bisa dilakukan melalui bursa efek/ pasar
modal dengan melakukan investasi berupa surat berharga, semacam saham dan obligasi.
Pada jenis investasi ini investor tidak perlu hadir secara fisik sebab tujuannya bukan
mendirikan perusahaan melainkan hanya mebeli saham dengan tujuan untuk dijual kembali
dengan mendaptkan keuntungan selisih harga jual dan harga beli dalam waktu relatif singkat.
Beberapa faktor pembedanya ialah pengendalian atau kontrol terhadap perusahaan, resiko.
B. INVESTASI BERDASARKAN Sumber Modal

1. Penanaman Modal dalam Negri(PMDN)


PMDN adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha diwilayah Negara
Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal dalam negeri dengan menggunakan
modal dalam negri, dari situ terdapat unsur yakni kegiatan penanaman modal, diwilayah
NKRI, di lakukan penanam modal dalam negri, seluruh modalnya dari dalam negri.
Badan usaha tidak berbadan hukum seperti persekutuan perdata, persekutuan firma,
persekutuan komanditer. Sedangkan badan usaha berbadan hukum seperti PT dan BUMN.
Pihak swasta yang memilki modal dalam negri terdiri atas perseorangan, badan hukum yang
didirikan berdasarkan hukum yang berlaku di Indonesia. Yang dapat memiliki modal dalam
negri yakni negara Indonesia, perorangan warga Indonesia, Badan usaha berbentuk badan
hukum maupun tidak berbadan hukum.

2. Penanaman Modal Asing


Penanaman modal asing ialah upaya pemindahan modal dari satu negara ke negara
lainnya yang tujuan utamanya memperoleh keuntungan penanaman modal asing wajib
berbentuk perseroan terbatas berdasarkan hukum di Indonesia, praktik yang berkembang,
penanaman modal asing berusaha mengoptimalkan penggunaan technical and production
know-how dengan mengelola sumber daya alam milik negara penerima investasi.
Perbedaan antara penanaman modal asing dan dalam negeri terdapat pada asal dari aman
modal tersebut dan penanam modal, modal adalah aset dalam bentuk uang atau bentuk
lain yang bukan bentuk uang yang dimiliki oleh penanam modal yang memiliki nilai
ekonomis.
C. INVESTASI BERDASARKAN ASETNYA
Investasi berdasarkan asetnya merupakan penggolongan investasi dari aspek modal atau
kekayaan, investasi berdasarkan asetnya dapat dibagi menjadi dua jenis;
1. Real aset, investasi ini mengarah kepada pembelian benda-benda berwujud seperti
membeli rumah, tanah, gedung, emas batangan, kendaraan,
2. Financial aset, investasi ini mengarah pada produk-produk surat berharga seperti
pembelian efek dan obligasi.

D. INVESTASI REAL ASET dan INVESTASI FINANSIAL


Investasi ini berdasrkan pengaruh ekonominya, faktor-faktor yang mempengaruhi atau tidak
mempengaruhi dari kegiatan investasi, kegiatan investasi berdasarkan pengaruhnya dibagi
menjadi dua macam yakni;
1. Investasi autonomus (bediri sendiri) merupakan investasi yang tidak berpengaruh oleh
tingkat pendapatan, bersifat spekulatif. Misalnya pembelian surat-surat berharga,
2. Investasi induced(mempengaruhi-meyebabkan) merupakan investasi yang dipengaruhi
oleh kenaikan permintaan akan barang dan jasa sera tingkat pendapatan. Misalnya
penghasilan transitori yakni penghasilan yang diperoleh selain dari bekerja, seperti bunga
deposito .

BAB 3 IKLIM, MOTIF, dan KENDALA BERINVESTASI


A. Iklim Investasi yang Kondusif
Setelah indonesia terbebas dari penjajahan, maka terdapat tantangan lainnya karna sudah
berstatus negara merdeka dan sedang berkembang, oleh sebab itu perlu adanya modal untuk
membangun perekonomian negara. Salah satu usaha untuk memperolehnya yakni membuka
kesempatan bagi penanam modal asing, tujuannya untuk mempercepat pergerakan ekonomi
negara. Oleh sebab indonesia memiliki sumber daya alam namun tidak memiliki
pengetahuannya dan modal maka ini adalah suatu aset produktif yang berharga bagi investor
asing, menarik investor asing ke negara Indonesia tentunya harus dibarengi dengan iklim
investasi yang kondusif, hal ini sangat penting bagi investor asing untuk meras nyaman dan
yakin investasinya akan menghasilkan keuntungan. Beberapa masalah yang menjad kendala
bagi pemerintah dalam menciptakan ilklim investasi yang baik kemungkinan terjadinya
benturan antarakepntingan pelaku usaha dan kepentingan masyarakat, pelaku usaha sangat
membantu mengerakan roda perekonomian negara.
1. Adanya kesempatan ekonomi
Indonesia memiliki keuggulan komparatif; indonesia memiliki sumber daya alam
yang melimpah, Indonesia memilki jumlah penduduk yang sangat besar yang dapat
membentuk pasar dan tenaga kerja yang murah, keunggulan ini mesti dipelihara dan
dikembangkan oleh pemerintah. Di dukung oleh sarana insfratruktur yang memadai guna
mengakses sumber daya alam tersebut.
2. Stabilitas politik
Stabilitas politik adalah suatu keharusan untuk menarik modal asing ke suatu negara,
belajar dari sejarah 1997 ketidakstabilan politik diakibatkan beberapa faktor antara lain;
a. Stabilitas pemerintah tidak tercipta
b. Ketidakpuasan daerah yang memicu konflik vertical
c. Ketidakpuasan sosial dan meningkatnya kriminalitas
3. Kepastian hukum
Sistem hukum harus menciptakan kepastian hukum, stabilitas, keadilan untuk dapat
berperan dalam pembangunan ekonomi. Kepastian hukum merupakan keniscayaan untuk
datangnya modal asing ke suatu negara. Faktor ketidakpastian hukum antara lain;
a. Substansi peraturan perundang-undangan tidak sinkron
b. Aparat penegak hukum yang kurang mendukung peningkatan investasi
c. Budaya hukum masyarakat yang masih rendah.

B. Motif negara penerima investasi dan investor dalam berinvestasi


Kehadiran investor asing di suatu negara mempunyai manfaat yang berlipat ganda,
manfaat itu yakni;
a. Dapat menyerap tenaga kerja di negara penerima modal
b. Dapat menciptakan demand bagi produk dalam negri
c. Menambah devisa
d. Dapat menghasilkan penambahan penghasilan negara
e. Lebih bertahan terhadap fluktuasi bunga dan valuta asing
f. Terjadinya pertumbuhan ekonomi
g. Memberikan perlindungan politik dan keamanan wilayah.
Motif perusahaan asing menanamkan modalnya di suatu negara adalah mencari
keuntungan karna;
1. Upah buruh yang relatif murah
Untuk menekan biaya produksi dari upah buruh yang murah, dengan menanamkan
modal di negara berkembang yang memilki tenga kerja yang melimpah, para investor
dapat mengembangkan modalnya atau usahanya dengan ongkos yang atau biaya
yang murah.
2. Dekat dengan sumber bahan mentah
Bahan mentah jarang ditemukan di negara-negara maju, padahal bahan mentah
merupakan faktor penting dalam proses produksi, negara berkembang lebih memiliki
banyak karna belum dieksploitasi. Sumber daya alama merupakan seumber bahan mentah
untuk dapat dikelola menjadi produk dengan nilai jual yang tinggi seperti karet, kapas,
minyak bumi dan mineral.
3. Luasnya pasar
Negara berkembang merupakan pasar yang sangat efektif untuk memasarkan hasil
produksi dari negara-negara maju dengan adanya pasar baru akan membawa keuntungan
tersendiri bagi negara penanam modal asing.
4. Menjual kekayaan intelektual
Perusahan-perusahaan asing pada umumnya adalah perusahaan multinasional yang
telah memiliki HKI merupakan instrumen hukum yang mengikat dan melindungi hak
serta kewajiban pihak-pihak yang terlibat didalamnya.
5. Insentif untuk investor
Negar berkembang pada umumnya memberikan intensif-intensif terhadap investor
asing untuk menanamkan modalnya di negara-negar berkembang, Indonesia
menyediakan berbagai insentif antara lain pembebasan pajak, insentif pajak, trasnfer dan
rapatriasi modal
Ada dua teori yang melatarbelakangi penanaman modal di negara berkembang yakni;
1. Teori Siklus Produk(the product cycle theory)
Teori ini cocok diterapkan dalam bidang manufactur, bahwa pada awal siklus sebuah
produk, semua bagian dan tenga kerja yang berkaitan dengan produk merupakan
sesuatu yang datang dari mana ia temukan, pada teori ini terdepat empat tahapan
yakni pengenalan produk, Pertumbuhan, Penyempurnaan, penurunan.
2. Teori Organisasi Industri Integrasi Vertical(the industrial organization theory of
vertical integration)
Teori ini lebih bersifat keapada monopoli usah dimana mendaptkan bahan baku
hingga pemasaran dapat dikuasai sehingga dapat mempertahankan kendali atas proses
produksi, terdapat tiga hal yang menguntungkan bagi perusahaan untuk mengatur
perusahaanya sebagai perushaan multinasional, seperti ownership, location,
internalization advantage, apabila perusahaan tidak memenuhi tiga hal tersebut, maka
perusahaan tetap akan memperoleh keuntungan namun dengan cara yang berbeda,
tanpa location advantage perusahaan dapat melakukan proses produksi dinegara
asalnya dan melakukan ekspor untuk melayani pasar lain, tanpa internalization
advantage perusahan masih bisa memberikan lisensi atas proses produksinya ke
perusahaan lain di negara lain yang meproduksi barang atau jasa.
C. Hambatan dalam berinvestasi diIndonesia
Indonesia masih tertinggal dengan negara-negara asean terkait dengan pringkat easeof
doing business, yakni penilaian bank dunia terhadap peraturan berbisnis yang lebih baik dan
kuatnya perlindungan atas hal milik, ease of doing business menggunakan 10 indikator
yakni;
1. Memulai usaha
2. Perizinan terkait dengan konstruksi
3. Kemudahan mendaptkan listrik
4. Pendaftaran kepemilikan properti
5. Mendapatkan fasilitas kredit
6. Perlindungan terhadap investor minoritas
7. Pembayaran pajak
8. Perdagangan lintas negara
9. Pelaksanaan kontrak
10. Penyelesaian kepailitan
Iklim usaha akan secara lansung mempengaruhi kwalitas kehidupan masyarakat.
Tanggung jawab untuk menciptakan sebuah iklim investasi yang sehat merupakan tanggung
jawan bukan hanya pemerintah saja melainkan seluruh kompponen bangsa termasuk pelaku
usaha dan masyarakat pada umumnya.

BAB 4 PERLAKUAN TERHADAP PENANAMAN MODAL

A. Prinsip Perlakuan yang Sama


Negara” maju berpendapat bahwa pengaturan mengenai standar perlakuan terhadap investor
asing tersebut harus ditaati oleh semua negara. Mengingat bahwa pengaturan standar perlakuan
tersebut sebagai standar minimum yang harus diterapkan secara internasional. Standar perlakuan
tersebut menuntut adanya perlakuan yang sama antara investor asing dan investor dalam negeri.
Standar perlakuan tersebut cenderung akan menguntungkan investor asing karena memang
secara fundamental perusahaan asing dan perusahaan dalam negeri belum seimbang. Oleh karena
itu, dikhawatirkan investor” dalam negeri akan tersisih dari negara sendiri.

Adanya perbedaan pandangan negara maju dan negara berkembang terkait dengan
penerapan standar perlakuan bagi investor asing menimbulkan kesulitan dalam mencapai titik
temu. Negara maju menekankan pentingnya keterbukaan dan dihilangkannya semua upaya atau
kebijakan penanaman modal yang berkaitan dengan perdagangan atau rintangan” penanaman
modal asing sedangkan negara berkembang selalu berpegang pada alasan kedaulatan dan
menekankan kepada kebutuhan penanaman modal yang dikaitan dengan pembangunan.

Penanaman modal asing mempunyai manfaat lain dalam peningkatan pendapatan mata uang
asing melalui aktivitas ekspor oleh perusahaan multinasional. Manfaat lain tidak kalah penting,
penanaman modal asing tidak melahirkan utang baru. Selain itu negara penerima juga tidak perlu
khawatir menghadapi risiko manakal suatu penanaman modal asing yang masuk ke negerinya
tidak mendapatkan profit dari investasi yang ditanam. meskipun demikian, tidak dapat dipungkiri
bahwa perjanjian mengenai investasi asing seringkali tidak menguntungkan bagi sebagian negara
berkembang. Bahkan dapat menjadi alasan pelanggaran kedaulatan negara penerima modal
terutama bagi investor asing yang melanggar standar perjanjian yang melindunginya.

GATT dikendalikan oleh sejumlah prinsip yang disetujui oleh anggotanya yaitu :

1. Reciprocity, suatu negara berada pada suatu posisi tawar menawar dalam rangka
mengurangi hambatan perdagangan dengan harapan negara lain akan melakukan hal yang
sama.
2. Non-discrimination, suatu negara akan memberikan seluruh anggota GATT prefensi yang
sama. Hal ini sering disebut the most favoured nation principle (MFN)
3. Transparency, hambatan perdagangan seharusnya mudah dikenali oleh yang lainnya,
tidak disembunyikan.
4. National treatment, barang yang diterima diantara negara” sebaiknya diperlakukan sama,
tanpa mempermasalahkan negara asal barang tersebut.
5. Compensation, setiap negara dilarang memberikan kompensasi atas kebijkana yang
dilakukan oleh negara lain.

B. Hak Istimewa dalam Penanaman Modal


Prinsip perlakuan sama kepada setiap investor, dapat dikecualikan kepada investor dari suatu
negara yang memperoleh hak istimewa berdasarkan perjanjian dengan Indonesia. Hak istimewa
antara lain :
1. Kebapeanan
Segala sesuatu yang berhubungan dengan pengawasan atas lalu-lintas barang yang masuk
atau keluar daerah pabean dan pemungutan Bea masuk dan Bea keluar.
2. Wilayah perdagangan bebas
Zona perdagangan bebas adalah sebuah konsep ekonomi yang mengacu kepada penjualan
produk antar negara tanpa pajak ekspor-impor atau hambatan perdagangan lainnya.
3. Pasar bersama
Suatu kerja sama ekonomi internasional regional yang beranggotakan negara” di suatu
kawasan tertentu yang menghapuskan hambatan perdagangan diantara mereka, serta
menetapkan tingkat tarif bersama terhadap produk” yang berasal dari negara bukan
anggota.
4. Kesatuan moneter
2 negara atau lebih dengan mata uang tunggal atau mata uang yang berbeda memiliki
tingkat saling tukar tetap dipantau dan dikendalikan oleh 1 bank sentral atau beberapa
bank sentral dengan kebijakan moneter yang dikoordinasikan.
5. Kelembagaan yang sejenis dan
6. Perjanjian antara Pemeritah Indonesia dan Pemerintah Asing yang bersifat bilateral,
regional atau multilateral yang berkaitan dengan hak istimewa tertentu dalam
penyelenggraan penanaman modal.
Berdasarkan poin terakhir diatas, hak istimewa penanaman modal asing dapat diperoleh
melalui suatu perjanjian internasional, sebenarnya dapat dilakukan melalui 3 skema yaitu :

1. Perjanjian Bilateral
Perjanjian yang di buat oleh 2 pihak . perjanjian tersebut diadakan oleh 2 negara untuk
mengatur kepentingan kedua belah pihak negara bersifat tertutup, artinya tidak ada
kemungkinan pihak atau negara lain untuk ikut serta dalam perjanjian.
2. Perjanjian Regional
Perjanjian dimana hanya sejumlah negara berpartisipasi dan seringkali tidak terbuka
untuk partisipasi dari semua negara. Peserta dari perjanjian regional ini dibatasi oleh area
atau regional tertentu; yang mengikat negara” peserta sendiri dan hanya berlaku untuk
mereka.
3. Perjanjian Multilateral
Sumber hukum internasional yang membuktikan diterimanya suatu prinsip hukum
internasional oleh pihak” dalam perjanjian. Namun,belum ada perjanjian yang melibatkan
banyak negara yang secara komprehensif memuat kondifikasi hukum tentang investasi
asing.

BAB 5 KEWAJIBAN, HAK, FASILITAS DAN TANGGUNG JAWAB PENANAM


MODAL
A. Kewajiban Penanam Modal
Adapun kewajiban penanam modal asing berdasarkan undang-undang no 25 tahun 2007 yang
tercantum dalam pasal 15, yaitu setiap penanam modal berkewajiban:
1. menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik
2. melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan
3. membuat laporan tentang kegiatan penanaman modal dan menyampaikannya kepada
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)
4. menghormati tradisi budaya masyarakat sekitar lokasi kegiatan usaha penanaman modal
5. mematuhi semua ketentuan peraturan perundang-undangan.
6. menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik

Banyak faktor-faktor lain yang akan dipelajari terlebih dahulu untuk mnentukan sikap dalam
menanamkan modalnya tersebut. Setiap penanaman modal asing terutama akan dipengaruhi
oleh:
1. Sistem politik dan ekonomi negara yang bersangkutan
2. Sikap rakyat dan pemerintahnya terhadap orang asing dan modal asing
3. Stabilitas politik, stabilitas ekonomi dan stabilitas keuangan
4. Jumlah dan daya beli pendududk sebagai calon konsumennya
5. Adanya bahan mentah atau bahan penujang untuk digunakan dalam pembuatan hasil
produksi
6. Adanya tenaga buruh yang terjangkau untuk roduksi
7. Tanah untuk tempat usaha
8. Struktur perpajakan, pabean, dan cukai
9. Kemudian perundang-undangan dan hukum yang mendukung jaminan usaha
10. Jika diperhatikan tentang perundang-undangan dalam negara-negara berkembang di Asia
yang kini berlomba-lomba untuk menarik penanam modal asing, maka dengan
perundang-undang tersebut dapat dikelompokkan dalam beberapa bagian/kelompok
sebagai berikut:
      Bersifat membatasi (restrictive), yaitu:
1. Membatasi batas minimm dari modal yang ditanam
2. Membatasi lapangan usaha yang boleh ditanam modal asing
3. Membatasi daerah-daerah yang boleh dimasuki usaha PMA
4. Membatasi jangka waktu berdirinya perusahaan PMA
5. Membatasi masuknya tenaga asing
Bersifat memberi perangsang (incentive), yaitu:
1. Perundang-undangan yang lunak dan mudah
2. Perundang-undangan Agraria yang cukup terang dan menjamin kepastian hukum dalam
hak-hak atas tanah
3. Perundang-undangan buruh yang menjamin ketenangan perburuhan
4. Peraturan devisa yang menjamin kebebasan untuk repatriasi modal yang ditanam dan
keuntungan yang diperoleh
5. Perangsang perpajakan dan bea cukai bagi industri-industri diprioritaskan atau yang besar
resikonya
6. Peraturan bea masuk untuk proteksi hasil-hasil dalam negeri tertentu terhadap saingan
luar negeri

B.Hak Penanam Modal


Hak yang diberikan pemerintah oleh investor yang menanamkan modalnya diindonesia
yaitu :
1. Hak untuk mendapatkan kepastian hak, hukum dan perlindungan
2. Hak untuk mendapatkan informasi yang terbuka mengenai bidang usaha yang dijalankan
3. Hak pelayanan
4. Hak untuk mendapatkan berbagai bentuk fasilitas kemudahan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
C.Fasilitas dan Intensif bagi Penanam Modal
Pemerintah Indonesia memberikan fasilitas dan intensif kepada penanam modal yang
melakukan penanaman modal di Indonesia. UU No.25 Tahun 2007 menyediakan fasilitas dan
intensif kepada investor antara lain:
1. Memberikan intensif pajak
2. Fasilitas terkait hak atas tanah
3. Fasilitas pelayanan keimigrasian
4. Fasilitas perizinan impor.
Fasilitas dan Intensif tersebut diberikan sebagai saranamotivasi atau sarana yang
menimbulkan dorongan kepada investor khusunya investor asing agar menanakan modalnya di
Indonesia.

BAB 6 BIDANG USAHA PENANAMAN MODAL


Persyaratan Penanaman Modal dapat digolongkan ke dalam 2 bentuk yaitu :
1. Persyaratan masuk
2. Persyaratan operasional
Kriteria dan Persyaratan Penyusunan Bidang Usaha
Tujuan penentuan kriteria dan persyaratan penyusunan bidang usaha yang tertutup dan
bidang usaha yang terbuka antara lain :
1. Meletakkan landasan hukum yang pasti bagi penyusunan peraturan yang terkait dengan
penanaman modal
2. Menjamin transparansi dalam proses penyusunan daftar bidang usaha yang tertutup dan
bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan;
3. Memberikan pedoman dalam menyusun dan menetapkan bidang usaha tertutup dan
bidang usaha yang terbuka dengan persyaratab;
4. Memberikan pedoman dalam melakukan pengkajian ulan atas daftar bidang usaha yang
tertutup dan bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan;
5. Memberikan pedoman apabila terjadi perbedaan penafsiran atas daftar bidang usaha yang
tertutup dan bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan.
Prinsip” dasar penentuan bidang usaha yang tertutup dan bidang usaha yang terbuka
bersyarat :
1. Prinsip penyederhanaan
2. Prinsip kepatuhan terhadap perjanjian atau komitmen internasional
3. Prinsip transparasi
4. Prinsip kepastian hukum
5. Prinsip kesatuan wilayah Indonesia sebagai pasar tunggal
Bidang usaha tertutup untuk penanaman modal dalam negeri atau asing ditetapkan
berdasarkan kriteria kesehatan, keselamatan, pertahanan dan keamanan, lingkungan hidup dan
moral/budaya(K3LM) antara lain:
1. Memelihara tatanan hidup masyarakat
2. Melindungi keanekaragaman hayati
3. Menjaga keseimbangan ekosistem
4. Memlihara kelestarian hutan alam
5. Mengawasi penggunaaan bahan berbahaya beracun serta menjaga kedaulatan negara atau
menajaga dan memelihara sumber daya terbatas\
Kriteria yang digunakan untuk bidang usaha terbuka dengan persyaratan antara lain;
1. Perlindungan SDA
2. Perlindungan usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi
3. Pengawasan produksi dan distribusi
4. Peningkatan kapasitas teknologi
5. Partisipasi modal dalam negeri dan kerjasama dengan badan usaha yang ditunjuk oleh
pemerintah

BAB 7 PELAYANAN TERPADU SATU PINTU DALAM PENANAMAN MODAL


Regulasi yang mengatur bidang penanaman modal pada awlanya adalah Undang-Undang no. 1
Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing. Namun, pada masa itu tidak terdapat koordinasi
antara lembaga-lembaga terkait penanaman modal. Untuk itu, pada tahun 1967 dibentuklah
Badan Pertimbangan Penanaman Modal Asing (BPPMA). Satu tahun kemudian, diterbitkanlah
Undang-Undang no. 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri. Saat ini, BPPPMA
tidak lagi aktif dan digantikan oleh BKPM yang didirikan dengan Keputusan Presiden no. 20
Tahun 1973. BKPM sendiri adalah lembaga pemerintahan non kementrian yang bertanggung
jawab langsung kepada Presiden. Kewenangan BKPM (Badan Koordinasi Penanaman Modal)
menurut pasal Undang-Undang no. 25 Tahun 2007 adalah koordinasi kebijakan penanaman
modal yang meliputi :
1. Antar instansi pemerintah;
2. Antar instansi pemerintah dengan Bank Indonesia;
3. Antar instansi pemerintah dengan pemerintah daerah; dan
4. Koordinasi antar pemerintah daerah.
Pelayanan Terpadu Satu Pintu merupakan Pelayanan yang dilakukan oleh Pemerintahan baik
perizinan maupun non perizinan, yang proses pengelolaannya dimulai dari tahap Permohonan
sampai terbitnya sebuah dokumen dilakukan di dalam satu tempat. Tujuan dari PTSP adalah :
1. Memberikan perlindungan dan kepastian hukum pada masyarakat;
2. Memperpendek proses pelayanan;
3. Mewujudkan proses pelayanan yang cepat, mudah, murah, transparan, pasti, dan
terjangkau; dan
4. Mendekatkan dan memberikan pelayanan yang lebih luas kepada masyarakat.
Terdapat dua jenis permohonan yang dikenal berdasarkan Peraturan Kepala BKPM no. 15 tahun
2015, ruang lingkup layanan yang diberikan terdiri dari permohonan :
A. Layanan Perizinan
Perizinan adalah segala bentuk persetujuan untuk melakukan penanaman modal yang
dikeluarkan oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah, badan pengusahaan kawasan
perdangan bebas dan pelabuhan bebas, yang memiliki kewenangan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundagan. Jenis layanan meliputi:
1. Izin Usaha untuk berbagai sektor usaha;
2. Izin Usaha Perluasan untuk berbagai sektor;
3. Izin Usaha Penggabungan perusahaan penanaman modal untuk berbagai sektor usaha;
4. Izin Usaha Perubahan untuk berbagai sektor usaha;
5. Izin Kantor Perwakilan; dan
6. Izin operasional berbagai sektor usaha.
B. Layanan Non-Perizinan
Layanan non-perizinan adalah segala bentuk kemudahan dan informasi mengenai
penanaman modal, sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan. Ruang lingkupnya
adalah:
1. Penggunaan Tenaga Kerja Asing;
2. Angka Pengenal Importir; dan
3. Rekomendasi teknis berbagai sektor usaha.
Sebelum penanam modal memulai untuk melakukan penanaman modal di Indonesia, penanam
modal tersebut harus mendapatkan persetujuan dari BKPM dengan memberikan Izin Prinsip;
Izin Prinsip Perluasan; Izin Prinsip Perubahan; Izin Prinsip Penggabungan penanaman modal;
Izin Usaha; dan Permohonan perluasan investasi.

BAB 8 KERJASAMA PATUNGAN ATAU JOINT VENTURE


Joint venture adalah kerjasama dua orang atau badan hukum atau lebih untuk menjalankan suatu
bisnis diamana masing-masing memasukan modal ke dalam bisnis tersebut. Unsur dari perjanjian
joint venture adalah :
1. Kerjasama anatara pemodal asing dan dalam negeri.
2. Didasarkan pada hubungan kontraktual.
3. Adanya pemasukan odal di dalam kerja sama tersebut.
4. Adanya kegiatan komersil.
5. Adanya tujuan bersama yang akan dicapai.
Keberadaan perusahaan joint venture dalam penanaman modal asing secara umum mempunyai
arti dan manfaat yang sangat besar bagi penanaman modal dalam negeri maupun asing yakni :
- Pembatasan resiko dalam melakukan suatu kegiatan usaha yang sebenarnya penuh resiko.
Dengan membentuk kerja sama maka resiko tersebut dapat disebarkan kepada para
peserta.
- Suatu pembiayaan melalui kerjasama untuk lebih mendayagunakan modal, yang
dilakukan dengan menyatukan modal yang dibutuhkan.
Beberapa alasan lain yang mendasari pihak asing melakukan kerjasama patungan adalah :
1. Partner asing dapat dengan cepat masuk ke pasar lokal;
2. Biaya masuk pasar lebih rendah;
3. Partner lokal yang kuat; misalnya memiliki pelanggan yang mapan, memahami pasar
domestik, kapasitas produksi, teknologi yang tersedia, mengenal karakteristik tenaga
kerja dengan menggunakan skala prioritas serta mewajibkan investasi dalam bentuk
usaha patungan (joint venture).
Perkembangan kerjasama patungan terkait penanaman modal asing di Indonesia tidak lepas dari
regulasi penananam modal di Indonesia. Regulasi melalui penanaman modal di Indonesia secara
umum telah diatur berdasarkan UU no. 25 Tahun 2007. Namun pengaturannya terus berkembang
sesuai dengan payung hukum pada masing-masing ruang lingkup bidang usahanya. Misalnya
pengaturan dalam bidang sumber daya alam memiliki pengaturan yang lebih khusus (lex
spesialis). Kerja sama patungan tersebut dapat berbentuk kontrak karya (contract of work),
kontrak bagi hasil (production sharing contract), dan kerja sama lain.

BAB 9 NASIONALISASI DAN DIVESTASI ASET ASING


Nasionalisasi merupakan perbuatan membawa suatu industri di bawah kontrol atau kepemilikan
pemerintah. Nasionalisasi merupakan proses dimana pemerintah mengambil kontrol atau
penguasaan terhadap perusahaan atau industri yang terjadi karena beberapa alasan. Menurut P.
Adriaanse, nasionalisasi adalah suatu bisnis yang menjadi kekayaan dari negara dan menjadi
urusan negara. Nasionalisasi merupakan suatu perbuatan yang ditujukan untuk mengubah
struktural masyarakat atau Negara. Dalam pengertian ini, nasionalisasi tidak mewajibkan adanya
suatu ganti rugi. Namun nasionalisasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
1. Ekspropriasi (expropriation), yakni suatu bentuk nasionalisasi yang disertai dengan pembayaran
ganti rugi atau kompensasi;
2. Konfikasi (confiscation), yakni suatu bentuk nasionalisasi yang tidak disertai dengan pemberian
kompensasi atau ganti rugi.
Padangan yang diterima secara umum di dunia pada saat ini menyatakan bahwa suatu negara
mempunyai hak di dalam yuridiksinya untuk melakukan nasionalisasi namun dengan sejumlah
persyaratan hukum yang harus dipenuhi, yakni:
1. Berdasarkan atau demi kepentingan umum (public policy atau public interest)
2. Dilakukan dengan undang-undang
3. Tidak bersifat diskriminatif (non-discriminatory)
4. Disertai dengan kompenasasi atau ganti rugi.
Makna divestasi sendiri sangat luas, dapat dimaknai dari perspektif ekonomi maupun perspektif
hukum. Divestasi adalah kebalikan dari investasi, yaitu menjual aset baik untuk tujuan finansial,
sosial maupun politik. Aset yang daoat didivestasi meliputi anak perusahaan, bagian dari bisnis
perusahaan, benda-benda, peralatan dan properti lain. Divestasi adalah establishing and
elimining unprofitable acrivities of business. Dewasa ini, kewajiban divestasi saham tidak lagi
diberlakukan untuk perusahaan penanam modal asing kecuali perusahaan asing yang bergerak
dalam bidang pertambangan. Kewajiban divestasi bagi perusahaan tambang asing merupakan
suatu bentuk kontrol negara atas sumber daya mineral. Divestasi perusahaan tambang asing
diamanatkan oleh Undang-Undang no. 4 Tahun 2009.

BAB 10 PENGATURAN DAN ASAS PENANAMAN MODAL DALAM TRADE


RELATED INVESTMENT MEASURES (TRIMs)
Adanya perbedaan pandangan antara negara maju dan negara berkembang menimbulkan
kesulitan dalam mencapai suatu kesepahaman. Negara maju menitikberatkan pentingnya
keterbukaan dan dihilangkannya semua upaya suatu kebijakan penanaman modal yang terkait
dengan perdagangan atau rintangan penanaman modal. Sebaliknya, negara berkembang
menganut sikap preventif. Negara berkembang berpandangan bahwa negara mempunyai
kedaulatan dan menekankan kepada kebutuhan penanaman mofdal yang dikaitkan dengan aspek
pembangunan.
Penanaman modal asing ditandai dengan disepakatinya General Agreement on Tariff and Trade
(GATT) di Uruguay Round tahun 1994, dan kemudian menjadi Word Trade Organization
(WTO). Salah satu kesepakatan GATT-WTO yang berkaitan dengan penanaman modal adalah
Trade Related Invesment Measures (TRIMs).
Tujuan TRIMs adalah :
1. Karena adanya penganturan tertentu dari masalah penanaman modal asing di negara
tertentu yang dapat menyebabkan pembatasan perdagangan dan memiliki distorsi-distorsi
tertentu.
2. Untuk melakukan elaborasi terhadap ketentuan GATT yang berkenaan dengan efek
restriktif terhadap perdagangan dari pengaturan dan praktik tentang penanaman modal
asing di negara-negara anggota WTO.
3. Untuk mempromosikan dan menfasilitasi investasi di negara-negara anggota WTO yang
sesuai dengan liberalisasi perdagangan, sehingga diharapkan dapat meningkatkan
pertumbuhan ekonomi di masing-masing negara WTO.
Prinsip Dasar Dalam TRIMs
Dalam TRIMs diakomodasi beberapa prinsip GATT, yang secara khusus berkaitan dengan
penanaman modal asing. Secara garis besar prinsip-prinsip GATT yang diterapkan dalam
penanaman modal asing adalah :
1. National Treatment (ARTIKEL III GATT)
Yaitu tentang perlakuan yang sama oleh negara penerima investasi (host country)
terhadap investor asingdan investor dalam negeri. Prinsip ini dijadikan asas dalam
Undang-Undang No. 25 tahun 2007. Tetapi dalam pengaturan Undang-undang No.25
tahun 2007 masih membedakan perlakuan dalam menentukan kebijakan dasar oleh
pemerintah yang menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan perlakuan yang sama
adalah bahwa pemerintah tidak membedakan perlakuan terhadap penanam modal yang
telah menanamkan modal di Indonesia kecuali, ditentukan lain oleh peraturan perundang-
undangan.
2. Quantitative Restriction (Arikel XI GATT)
Larangan terhadap hambatan kuantitatif. Persyaratan penanaman modal yang tidak
sejalan dengan keharusan penghapusan pembatasan kuantitatif adalah :
a. Impor produk yang dipakai dalam proses produksi atau terkait dengan produksi
lokalnya secara umum atau senilai produk yang diekspor oleh perusahaan yang
bersangkutan,
b. Impor produk yang dipakai dalam atau terkait produksi lokal dengan membatasi
aksesnya terhadap devisa luar negeri sampai jumlah yang terkait dengan devisa
yang dimaksudkan oleh perusahaan yang bersangkjutan,
c. Ekspor atau penjualan untuk ekspor apakah dirinci menurut produk-produk
khusus, menurut volume atau produk-produk atau menurut perbandinagn volume
atau nilai produksi lokal perusahaan yang bersangkutan,
3. Pengecualian -pengecualian dalam GATT (Artikel XX GATT).
4. Kewajiban transparansi (Atikel X GATT).
5. Konsultasi diantara para anggota WTO jika terjadi perselisihan (Artikel XXII GATT)
6. Cara penyelesaian sengketa (Artikel XXIII).

BAB 11 MULTILATERAL INVESMENT GUARANTEE AGENCY (MIGA)


MIGA adalah suatu badan internasional Global yang bergerak di bidang penjaminan atau
penangungan kegiatan penanaman modal asing khususnya yang dilakukan di negara-negara
berkembang.
Tujuan utama MIGA adalah untuk mempromosikan arus sumber daya investasi untuk tujuan
yang produktif di negara-negara yang sedang berkembang dengan menawarkan asuransi risiko
politik jangka panjang dan dengan menyediakan jasa penasihat dan konsultasi.
Kategori risiko yang dijamin oleh MIGA adalah akibat peristiwa non-komersial, deprivatisasi
pemilikan atau di bawah pengawsan pemerintah, pelanggaran kontrak oleh pemerintah dimana
tidak ada penyelesaian sengketa bak melalui pengadilan maupuan arbitrase, tindakan milter dan
kekacauan sipil.
Risiko Yang ditanggung oleh MIGA adalah :
1. Transfer mata uang (currency transfer)
2. Pengambilalihan atau perlakuan sejenis (expropriation and similar measures)
3. Pelanggaran kontrak (breach of contract)
4. Perang dan kekacauan sipil (war and sipil disturbance)
Mekanisme Penyelesaian Sengketa MIGA. Konvensi MIGA mengatur 3 (tiga) jenis sengketa,
yaitu :
1. Sengketa mengenai penafsiran dan pelaksanaan konvensi.
Sengketa dapat diselesaikan melalui badan kelengkapan MIGA yakni the Board (Board
of Director).
2. Sengketa antara MIGA dan anggota.
Sengketa diselesaikan menurut tata cara Annex II Konvensi. Annex II memuat ketentuan
mekanisme penyelesaian sengketa melalui negosiasi, konsiliasi dan arbitrase.
3. Sengketa negosiasi, konsiliasi, dan arbitrase.
4. Sengketa diserahkan kepada arbitrase untuk medapatkan putusan akhir

BAB 12 KESEPAKATAN PENANAMAN MODAL DALAM ASEAN FREE TRADE


AGREEMENT (AFTA)
a. Pengertian AFTA
AFTA merupakan kesepakatan yang di bentuk oleh negara – negara ASEAN untuk
menciptakan zona perdagangan bebas.
b. Tujuam Pembentukan AFTA
Meningkatkan daya saing ekonomi kawasan regional ASEAN dengan menjadikan
ASEAN sebagai basis produksi dunia. Serta menciptakan pasar regional bagi 500 juta
penduduknya.
c. Ruang Lingkup Pengaturan AFTA
1. Pengaturan tarif dan perdagangan barang
Kesepakatan penting dalam AFTA adalah the Agreement On The Common Effective
Preferential Tariff (CEPT). Perjanjian CEPT berisi tentang kesepakatan negara –
negara ASEAN untuk menghapus dan mengurangi hambatan berupa tarif dan non
tarif barang yang telah di sepakati dan berasal dari anggota negara ASEAN
2. Pengaturan Bidang Jasa
Perjanjian ASEAN framework agreement services (AFAS) bertujuan untuk
meningkatkan efisiensi dan tingkat kompetitif dari anggota ASEAN sebagai penyedia
jasa, menghilangkan batasan perdagangan di bidang jasa antar anggota ASEAN, dan
meliberalisasi perdagangan jasa dengan memperluas tingkatan dan ruang lingkup dari
liberalisasi melampaui yang telah ada di dalam GATS dengan tujuan sebuah area
perdagangan bebas di bidang jasa.
d. Perkembangan kesepakatan AFTA
Sasaran yang di harapkan dalam pembentukan AFTA bukan hanya dalam bidang
perdanganan namun juga bidang investasi. Dengan keberadaan AFTA, doi harapkan
investor semakin tertarik untuk menanamkan modal di kawasan ASEAN.

BAB 13 PENYELESAIAN SENGKETA PASAR MODAL

- Penyelesaian sengketa Investasi dengan cara damai :


1. Memilih cara-cara kesepakatan (consent), yang di lakukan sebelum sengketa timbul
dengan cara membuat klausul penyelesaian sengketa dalam kontrak.
2. Memilih kesepakatan yang dilakukan setelah muncul sengketa.
3. Dengan cara membentuj penyelesaian sengketa melalui pihak ketiga.

- Mekanisme Penyelesaian Sengketa Penanaman Modal :


1. Musyawarah
Musyawarah identik dengan penyelesaian sengketa melalui negosiasi. Negosiasi
diartikan sebagai suatu proses tawar menawar untuk mencapai suatu kesepakatan
dimana para pihak mncoba untuk menyepakati suatu perselisihan. Dalam
negosiasi biasanya hanya melibatkan pihak yang bersengketa tanpa melibatkan
pihak ketiga.
2. Alternatif Penyelesaian Sengketa ( alternative dispute Resolution)
Alternatif Penyelesaian Sengketa atau (APS) merupakan salah satu mekanisme
penyelesaian sengketa yang dapat di tempuh berdasarkan pasal 32 ayat (2) UU
No. 25 tahun 2007. APS sebagai lembaga penyelesaian sengketa melalui prosedur
yang di sepakati para pihak, yaitu penyelesaian sengketa di luar pengadilan
dengan cara konsultasi, negosiasi, konsiliasi, atau penilaian ahli.
3. Arbitrase
Arbitrase adalah cara penyelesaian suatu sengketa perdata di luar pengadilan
umum yang didasarkan pada perjanjian arbtrase yang dibuat secara tertulis oleh
pihak yang bersengketa.
4. Pengadilan
Pengadilan merupakan salah satu mekanisme yang paling umum ditempuh untuk
menyelesaian suatu sengketa sebagai upaya terakhir (ultimum remindium) jika
musyawarah dan APS tidak berhasil mencapai kesepakatan atau perdamaian.
5. Arbitrase Penanaman Modal Asing
Dalam sengketa penanaman modal asing dengan negara penerima modal ( host
country) wajib melalui arbitrase internasional. Arbitrase internasional dinilai lebih
netral dalam menyelesaikan sengketa penanaman modal asing.

Keunggulan dan Kelemahan Buku :


Keunggulan :
memberikan pemahaman bagi pembaca mengenai peranan dan manfaat Investasi dalam
perekonomian di Indonesia. Selain itu, di paparkan juga akibat yang akan terjadi jika
investasi dalam negeri menurun dengan memberikan contoh kasus yang terjadi di Indonesia
pada masa orde baru. Sehingga pembaca dapat membandingkan dampak jika investasi dalam
negeri meningkat dan jika investasi dalam negeri menurun.
Buku ini dapat menjadi sumber pembelajaran bagi mahasiswa karna pada setiap bab terdapat
target bagi pembaca/mahasiswa untuk menguasai suatu materi dan pada akhir tiap bab juga
terdapat evaluasi yang memungkinkan untuk dapat di jadika sumber soal Tes.
Kelemahan :
Kekurangan dari buku ini tidak menjelaskan dampak negatif dari terlalu banyaknya investor
asing yang masuk pada suatu Negara. Meskipun kita mengetahui bahwa baik Negara
penerima modal maupun investor asing sama-sama mempunyai kepentingan di dalamnya,
namun jika suatu negara didominasi oleh investor asing, Negara penerima modal akan
kesulitan menjadi mandiri dalam membangun perekonomian Negara.

Anda mungkin juga menyukai