Anda di halaman 1dari 11

HUKUM INVESTASI

PENANAMAN MODAL ASING (PMA)

DISUSUN OLEH:

1. Yessica Hartono Putri (1904551484)


2. Lia Satya Wibiari (1904551483)

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS UDAYANA

2021
A. PENGERTIAN PENANAMAN MODAL ASING (PMA)
Istilah penanaman modal asing merupakan terjemahan dari bahasa inggris,
foreign investment. Penanaman modal asing terdapat dalam Pasal 1 Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing. Penanaman Modal Asing
adalah hanya meliputi modal asing secara langsung yang dilakukan menurut atau
berdasarkan ketentuan-ketentuan undang-undang dan digunakan menjalankan
perusahaan di Indonesia.
Unsur-unsur penanaman modal asing meliputi:
1. Dilakukan secara langsung,
2. Menurut undang-undang, dan
3. Digunakan untuk menjalankan perusahaan di Indonesia.
Pengertian dilakukan secara langsung adalah investor secara langsung akan
menanggung semua risiko yang akan dialami dari penanaman modal tersebut. Makna
dilakukan menurut undang-undang adalah bahwa modal asing yang diinvestasikan di
Indonesia oleh investor asing harus didasarkan pada substansi, prosedur dan syarat-
syarat yang telah ditentukan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku dan
ditetapkan oleh pemerintah Indonesia. Semua investor harus tunduk dan patuh
terhadap berbagai perundang-undangan yang berlaku. Misalnya, disyaratkan bahwa
setiap penanaman modal asing harus melakukan kerjasama dengan pemilik modal
domestik, terutama pada bidang usaha yang memerlukan kerjasama antara investor
asing dengan pemilik modal domestik.
Dalam Pasal 1 angka 9 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang
Penanaman Modal Asing memiliki pengertian bahwa kegiatan menanam untuk
melakukan usaha diwilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam
modal asing, baik yangmenggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang
berpatungan dengan penanaman modal dalam negeri.
Kegiatan menanam merupakan kegiatan untuk memasukkan modal atau investasi,
dengan tujuan untuk melakukan kegiatan usaha. Kegiatan penanaman modal ini
dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang menggunakan :
1. Modal asing sepenuhnya, atau
2. Modal asing berpatungan dengan penanam modal dalam negeri.
Modal asing yang berpatungan merupakan modal asing yang bekerjasama dengan
penanam modal Indonesia, dimana saham yang dimiliki oleh pihak asing maksimal
95%, sedangkan pihak penanam modal Indonesia, minimal modalnya sebesar 5%.
Dalam Pasal 1 angka 8 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang
Penanaman Modal Asing memiliki pengertian yaitu modal yang dimiliki oleh negara
asing, perseorangan warga negara asing, badan usaha asing, badan hukum asing, dan
atau badan hukum Indonesia yang sebagian atau seluruh modalnya dimiliki oleh
pihak asing.

B. PERKEMBANGAN INVESTASI ASING DI INDONESIA


Investasi asing sangat dibutuhkan oleh bangsa Indonesia karena keberadaan
investasi asing memberikan dampak positif dalam pembangunan Bangsa dan
Negarasehingga pemerintah Indonesia akan berusaha semaksimal mungkin untuk
mendatangkan investor asing. Para investor asing yang dating ke Indonesia akan
membawa dolar. Dengan dolar yang dibawanya tersebut, akan dapat membiayai
sejumlah proyek di Indonesia. Proyek yang diinvestasikan oleh investor akan member
pegaruh yang sangat besar dalam berbagai bidang kehidupan berbangsa dan
bermasyarakat, seperti terhadap tenaga kerja, ekonomi masyarakat, meningkattkan
pendapat hasil daerah, dan meningkatkan devisa Negara.
Perkembangan jumlah investasi asing yang ditanamkan investor asing dapat
dipilih menjadi dua masa, yaitu masa orde baru dan reformasi. Masa orde baru
dimulai sejak tahun 1967 sampai dengan 1997. Sedangkan masa reformasi dimulai
sejak tahun 1998 sampai dengan 2007.
Perkembangan jumlah investasi asing yang ditanamkan oleh investor asing dan
jumlah proyek yang dibiayainya dari tahun 1967 sampai dengan tahun 1997 sebanyak
190,631,7 miliar dollar AS dan jumlah poyek yang di biayainya sebanyak 5,999
proyek. Sedangkan data perkembangan jumlah investasi oleh investor asing dari
tahun 1998 sampai dengan tahun 2006 sebanyak 90,054 miliar dollar AS dan jumlah
proyek sebanyak 9,903 proyek.1

1
H. Salim HS., S.H., M.S. dan Budi Sutrisno, S.H., M.Hum, 2020, Hukum Investasi di Indonesia, Depok: Raja Grafindo
Persada, hlm. 217-219
Untuk meningkatkan jumlah investasi asing diperlukan langkah-langkah yang
strategis, seperti yang telah dilakukan oleh pemerintah saat ini, yaitu menetapkan
Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal.

C. DASAR HUKUM PENANAMAN MODAL ASING (PMA)


Momentum dimulainya investasi asing di Indonesia adalah sejak diundangkannya
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing. Undang-
undang ini merupakan paying didalam menjalankan penanaman modal asing di
Indonesia2. Undang-undang ini terdiri atas 13 bab dan 31 pasal. Undang-undang ini
telah dilakukan perubahan dan penambahan dengan Undang-undang Nomor 11
Tahun 1970 tentang Perubahan dan Tambahan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967
tentang Penanaman Modal Asing. Hal-hal yang diubah dan ditambah adalah
mengenai Pasal 15 sampai Pasal 17 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang
Penanaman Modal Asing. Perubahan dan penambahan ketentuan itu adalah berkaitan
dengan kelonggaran-kelonggaran perpajakan yang diberikan kepada penanam modal
asing, terutama yang menanamkan modalnya dalam bidang-bidang usaha yang
terbuka bagi modal asing (Pasal 5 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang
Penanaman Modal Asing). Bidang-bidang usaha tersebut akan ditentukan oleh
pemerintah.
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing jo
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1970 tentang Perubahan dan Tambahan Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing telah dijabarkan
lebih dengan Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden, dan berbagai Peraturan
Menteri.
Namun, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing
jo. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1970 tentang Perubahan dan Tambahan
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing telah dicabut
dan dinyatakan tidak berlaku lagi, yakni dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun
2007 tentang Penanaman Modal. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang

2
Ibid, hlm. 89
Penanaman Modal, mengatur dua macam investasi, yakni investasi asing dan
investasi domestik.

D. BENTUK-BENTUK PENANAMAN MODAL ASING


Apabila mengkaji ketentuan dalam Pasal 1 dan Pasal 23 Undang-Undang Nomor
1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing dan Pasal 2 ayat (1) Peraturan
Pemerintah Nomor 20 Tahun 1994 tentang Pemilikan Saham dalam Perusahaan yang
didirikan dalam rangka Penanaman Modal Asing, maka dapat menemukan dua
bentuk penanaman modal asing, yaitu :
1. Patungan antara modal asing dengan modal ang dimiliki oleh warga negara
Indonesia dan atau badan hukum Indonesia. Patungan adalah bersama-sama
mengumpulkan uang untuk suatu maksud tertentu, dan
2. Langsung, dalam artian dengan modal yang dimiliki oleh warga negara dan
atau badan hukum asing.
Biasanya patungan antara modal asing dengan modal yang dimiliki oleh warga
negara Indonesia dituangkan dalam bentuk kontrak joint venture. Dalam Pasal 3
sampai Pasal 6 Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1994 tentang Pemilikan
Saham dalam Perusahaan yang didirikan dalam rangka Penanaman Modal Asing telah
diatur tentang berbagai hal yang berkaitan dengan patungan antara modal asing
dengan modal yang dimiliki oleh warga negara Indonesia dan atau badan hukum
Indonesia.
Perusahaan penanaman modal asing tidak hanya dapat melakukan patungan
antara modal asing dengan modal yang dimiliki warga Indonesia dan atau badan
hukum Indonesia, tetapi dapat juga melakukan penanaman modal secara langsung,
dalam artian seluruh modalnya dimiliki oleh warga negara dan atau badan hukum
asing. Perusahaan penanaman modal asing secara langsung dibatasi hak-haknya oleh
ketentuan perundang-undangan.

E. PERBEDAAN PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI (PMDN) DAN


PENANAMAN MODAL ASING (PMA)
Istilah Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) berasal dari bahasa inggris,
yaitu domestic investment. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dapat
ditemukan dalam pasal 2 Undang-undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman
Modal Dalam Negeri (PMDN). Penanaman Modal Dalam Negeri adalah penggunaan
daripada kekayaan seperti terebut dalam pasal 1, baik secara langsung maupun tidak
langsunguntuk menjalankan usaha menurut atau berdasarkan ketentuan-ketentuan
undang-undang ini.3
Penggunaan kekayaan secara langsung adalah penggunaan modal yang digunakan
secara langsung oleh investor domestic untuk pengembangan usahanya, sedangkan
penggunaan secara tidak langsung merupakan penggunaan modal yang digunakan
tidak dilakukan secara langsung untuk membangun usaha. Pelaksanaan penanaman
modal itu berdasarkan pada peraturan perundang- undangan yang berlaku.
Pasal 1 Undang-undang Nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal,
Penanaman Modal Dalam Negeri adalah kegiatan menanamkan modal untuk
melakukan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh
penanaman modal dalam negeri dengan menggunakan modala dalam negeri. Pihak
yang dapat menjadi Penanaman Modal Dalam Negeri adalah:
1. Orang-Perorangan warga Negara Indonesia, dan atau;
2. Badan Usaha Indonesia, dan atau;
3. Badan Hukum Indonesia

Sedangkan Penanaman Modal Asing pengertiannya dapat ditemukan dalam pasal


1 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing.
Penanaman Modal Asing adalah hanya meliputi modal asing secara langsung yang
dilakukan menurut atau berdasarkan ketentuan-ketentuan undang-undang dan
digunakan untuk menjalankan usaha di Indonesia.4

Unsur-unsur Penanaman Modal Asing dalam definisi diatas dapat meliputi:

1. Dilakukan secara langsung, artinya investor secara langsung menangggung


semua resiko yang akan dialami dari penanaman modal tersebut.

3
Pasal 2 Undang-undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)
4
Pasal 1 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing
2. Menurut Undang-undang, artinya bahwa modal asing yang di investasikan di
Indonesia oleh investor asing harus didasarkan pada subtansi, prosedur, dan
syarat-syarat yang telh ditentukan dalam peraaturan Perundang- undangan
yang berlakuk dan ditetapkan oleh pemerintahan Indonesia.
3. Digunakan untuk menjalankan perusahaan di Indonesia, artinya modal yang
ditanamkan oleh investor asing digunakan untuk menjalankan perusahaan di
Indonesia harus berstatus sebagai Badan Hukum.
Pasal 1 angka 3 Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman
Modal, menyebutkan Penanaman Modal Asing adalah kegiatan menanamkan modal
untuk melakukan usaha diwilayah Negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh
Penanaman Modal Asing, baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya maupun
yang berpatungan dengan penanaman modal dalam negeri.5

F. HAK DAN KEWAJIBAN DALAM PENANAMAN MODAL ASING


Hak dan kewajiban penanam modal, khususnya penanam modal asing telah
ditentukan dalam pasal 8. Pasal 10, pasal 14, pasal 15 dan pasal 18 Unang- undang
Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Hak investor asing sebagai
berikut:
1. Mengalihkan aset yang dimilikinya kepada pihak yang diinginkannya.
2. Melakukan transfer dan repatriasi dalam valuta asing, antara lain terhadap:
a) Modal
b) Keuntungan, bunga bank, deviden, dan pendapatan lain.
c) Dana-dana yang diperlukan untuk pembelian bahan baku dan
penolong, barang setengah jadi atau barang jadi serta penggantian
barang modal dalam rangka untuk melindungi kelangsungan hidup
penanaman modal.
d) Tambahan dana yang diperlukan bagi pembiayaan penanaman modal.
e) Dana-dana untuk pembayaran kembali pinjaman.
f) Royalti atau biaya yang harus dibayar.

5
Pasal 1 angka 3 Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal.
g) Pendapatan dari perseorangan dari warga Negara Asing yang bekerja
dalam perusahaan penanaman modal.

G. PROSEDUR DAN SYARAT PENANAMAN MODAL ASING


Pedoman dan prosedur perizinan dan non perizinan investasi PT PMA di
Indonesia diatur oleh peraturan kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal
Indonesia (BKPM) No. 5 Tahun 2013 yang telah diubah dengan peraturan BKPM No.
12 Tahun 2013 tentang Pedoman dan Tata Cara Perizinan dan Nonperizinan
Penanaman Modal (“Perka BKPM”). Dokumen perizinan/pendirian yang diperlukan
bagi investor asing untuk pendirian PT PMA di Indonesia sebagai berikut:
1) Akta Pendirian PT PMA dari Notaris;
2) Keputusan Menteri tentang pengesahan status badan hukum PT PMA dari
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia;
3) Domisili dari pemerintah daerah setempat;
4) NPWP dan keterangan Pengusaha Kena Pajak (PKP) dari kantor pajak;
5) Izin Prinsip dari BKPM;
6) Nomor Induk Berusaha (NIB) dan perizinan berusaha  lainnya yang dapat
diajukan dengan sistem Online Single Submission (OSS) atau BKPM sesuai
dengan sektor bisnis perusahaan, dan
7) Wajib lapor ketenagakerjaan dan laporan kesejahteraan dari sub departemen
di Kementerian Ketenagakerjaan.
8) Aspek legalitas tempat kedudukan, berupa Akta Jual Beli (AJB), sertifikat
Hak Atas Tanah (HGB/HGU), perjanjian sewa menyewa atau perjanjian
pinjam pakai untuk grup perusahaan/afiliasi.
9) Aspek legalitas lingkungan, berupa dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup.
10) Bukti penerimaan Laporan Kegiatan Penanaman Modal (LKPM) periode
terakhir secara daring melalui SPIPISE untuk perusahaan yang sudah
memiliki kewajiban untuk menyampaikan LKPM.
11) Surat kuasa, apabila pengajian permohonan tidak dilakukan secara langsung
oleh Pimpinan.
Berikut adalah langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mendirikan PT PMA
berdasarkan lampiran Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2018 tentang Pelayanan
Perizinan berusaha Terintegrasi:
a) Perizinan berusaha Sektor Ketenagalistrikan;
b) Perizinan berusaha Sektor Pertanian;
c) Perizinan berusaha Sektor Lingkungan Hidup dan Kehutanan;
d) Perizinan berusaha Sektor Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat;
e) Perizinan berusaha Sektor Kelautan dan Perikanan;
f) Perizinan berusaha Sektor Kesehatan;
g) Perizinan berusaha Sektor Obat dan Makanan;
h) Perizinan berusaha Sektor Perindustrian;
i) Perizinan berusaha Sektor Perdagangan;
j) Perizinan berusaha Sektor Perhubungan;
k) Perizinan berusaha Sektor Komunikasi dan Informatika;
l) Perizinan berusaha Sektor Keuangan;
m) Perizinan berusaha Sektor Pariwisata;
n) Perizinan berusaha Sektor Pendidikan dan Kebudayaan;
o) Perizinan berusaha Sektor Pendidikan Tinggi;
p) Perizinan berusaha Sektor Agama dan Keagamaan;
q) Perizinan berusaha Sektor Ketenagakerjaan;
r) Perizinan berusaha Sektor Kepolisian;
s) Perizinan berusaha Sektor Koperasi, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
(UMKM); dan
t) Perizinan berusaha Sektor Ketenaganukliran.

Sedangkan langkah-langkah prosedur perizinan PT PMA melalui BKPM adalah sebagai berikut:

1) Ajukan permohonan perizinan berusaha yang dapat diajukan melalui PTSP Pusat di


BKPM. Untuk perizinan yang tidak diatur dalam PP No. 24/2018 tentang Sistem
Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik, permohonan perizinan berusaha dapat
diajukan melalui PTSP Pusat di BKPM menggunakan formulir permohonan dengan
sesuai format dalam Lampiran I Perka BKPM 6/2018 atau peraturan menteri/lembaga
pemerintah non-kementerian teknis terkait.
2) Melengkapi persyaratan dokumen Permohonan yang dilakukan baik secara online
maupun offline harus dilengkapi dengan persyaratan umum, yakni:
 dokumen legalitas tempat kedudukan, berupa Akta Jual Beli (AJB), sertifikat Hak
Atas Tanah (HGB/HGU), perjanjian sewa menyewa atau perjanjian pinjam pakai
untuk grup perusahaan/afiliasi.
 dokumen legalitas lingkungan, berupa dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup.
 bukti penerimaan Laporan Kegiatan Penanaman Modal (LKPM) periode terakhir
secara daring melalui SPIPISE untuk perusahaan yang sudah memiliki kewajiban
untuk menyampaikan LKPM.
 surat kuasa, apabila pengajian permohonan tidak dilakukan secara langsung oleh
Pimpinan.
3) Apabila permohonan yang dilakukan melalui PTSP Pusat di BKPM masih terdapat
kekurangan data, maka petugas di BKPM akan langsung melakukan pengembalian
permohonan disertai catatan detail hasil verifikasi.
4) Apabila permohonan pendirian diterima, Izin Usaha akan diterbitkan paling lama 3 hari
kerja sejak diterimanya permohonan yang lengkap dan benar. Selanjutnya, PTSP Pusat
di BKPM akan menerbitkan tanda terima permohonan. Permohonan ditolak Apabila
permohonan pendirian ditolak, Kepala BKPM atau pejabat yang ditunjuk akan
menyampai kan Surat Penolakan paling lambat 2 (dua) Hari.
5) Masa berlaku Izin Usaha Masa berlaku sepanjang perusahaan masih melaksanakan
kegiatan usaha produksi/operasi, kecuali ditentukan lain berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
6) Menyampaikan Laporan Kegiatan Penanaman Modal (LKPM). LKPJ adalah laporan
mengenai perkembangan realisasi penanaman modal dan permasalahan yang dihadapi
pelaku usaha. Dalam hal perusahaan telah mendapatkan perizinan dan memiliki nilai
investasi lebih dari Rp 500 miliar, perusahaan wajib menyampaikan LKPM setiap 3
bulan dengan format yang tercantum dalam Lampiran Perka BKPM Nomor 7 Tahun
2018. Terkait pelaporan LKPM dapat dilakukan melalui SPIPISE (Sistem Pelayanan
Informasi dan Perizinan Investasi Secara Elektronik).
7) Mengajukan Izin Prinsip, menurut Pasal 1 angka 16 Perka BKPM 15/2015 izin prinsip
adalah izin yang wajib dimiliki dalam rangka memulai usaha. Izin prinsip diajukan
dengan mengisi formulir aplikasi yang telah ditentukan oleh BKPM, dan melampirkan
bukti diri pemohon yang terdiri dari:
a) Pendaftaran bagi badan usaha yang telah melakukan pendaftaran
b) Akta Pendirian perusahaan dan perubahannya
c) Pengesahan Anggaran Dasar Perusahaan dari Kemenkumham; dan
d) NPWP PT
H. PERMASALAHAN HUKUM MENGENAI PENANAMAN MODAL ASING
Ada beberapa contoh permasalahan hukum mengenai PMA seperti:
1) Permasalahan yang berkaitan dengan iklim investasi di Indonesia. Tidak stabilnya
kondisi politik di Indonesia yang erat kaitannya dengan keamanan, telah
menimbulkan kekhawatiran bagi investor untuk menanamkan modalnya di
indoesia. Sehingga masalah keamanan di dalam negeri ini merupakan prioritas
utama bagi pemerintah unbtuk segera memulihkan keadaan menjadi lebih aman
dan disamping itu dapat memberikan jaminan adanya kepastian hukum.
2) Jaminan adanya kepastian hukum dan keamanan merupakan syarat utama untuk
menarik investor, baik yang merupakan perusahaan milik nasional ataupun milik
investor.
3) Masalah ketenagakerjaan terutama yang berkaitan dengan masalah hiring
(rekruitmen) dan firing (pemberhentian), dimana masalah ini bersifat ruet dan
menciptakan suatu bottlenecking.
4) Masalah perpajakan dan kepabeanan.
5) Masalah infrastruktur
6) Masalah penyederhanaan sistem perizinan. Disamping itu, diperlukan adanya
fasilitas-fasilitas dan kebijakan pemerintah yang memberikan kemudahan bagi
investor seperti pemberlakuan kembali tax holiday yang menjadi ketertarikan
investor asing di negara Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai