Anda di halaman 1dari 7

UTILISASI DAN AKTUALISASI FUNGSIONARIS SEBAGAI SALAH SATU

JEMBATAN ORGANISASI KEMAHASISWAAN DALAM LINGKUP KBM PNB

Pada umumnya manusia banyak tujuan yang hendak dicapai sepanjang hidupnya.
Seringkali untuk mencapai tujuan besar, seseorang memerlukan orang lain untuk diajak
bekerjasama untuk mencapai tujuan tersebut. Dalam kerjasama tersebut, aktivitas-aktivitas yang
dilakukan oleh orang-orang yang terlibat mengikuti suatu pola kerja tertentu seperti adanya jalur-
jalur wewenang, perintah, tanggung jawab secara vertikal maupun horisontal dalam hirarki
jabatan-jabatan yang muncul. “Tempat atau wadah” kerja sama untuk mencapai tujuan dengan
pola tertentu itu disebut sebagai organisasi.Dalam perwujudannya, organisasi memiliki sejumlah
anggota yang bersifat fisik maupun non fisik, meliputi pula aspek-aspek sosial, budaya,
teknologi, dan sejumlah interaksi yang tidak tampak oleh panca indera.

Organisasi adalah tempat yang tepat untuk mahasiswa yang belum menemukan jati
dirinya, yang nantinya mahasiswa akan banyak belajar dalam organisasi tersebut serta dapatkan
manfaat yang dirasakan setelah mengikuti organisasi. Organisasi dan perkuliahan sangat
berhubungan, dalam perkuliahan mahasiswa mendapatkan ilmu dan dalam organisasi mahasiswa
dapat mengaplikasikan ilmu yang telah didpaat di perkuliahan yang nantinya mahasiswa tersebut
mendapatkan manfaat dan menemukan jati dirinya. Namun terkadang masih banyak mahasiswa
yang datang ke kampus hanya untuk mengikuti kuliah dan tidak memahami ilmu yang
didapatnya, tetapi seharusnya mahasiswa mampu memberikan kontribusi yang positif dalam
berorganisasi di kampusnya.

Organisasi adalah salah satu tempat dimana para mahasiswa dapat berkumpul, dapat
bertukar pikiran, bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Ada berbagai macam organisasi
yang biasanya ada di sebuah kampus dimana organisasi ini memiliki tujuan agar setiap
mahasiswa dapat memiliki kemampuan akademik maupun non akademik, mengembangkan ilmu
pengetahuan yang dimiliki mahasiswa. Organisasi mahasiswa pun sudah memiliki kesahan
dalam hukum baik kedudukan, fungsi, tanggung jawab hingga pendanaan yang dapat berasal dari
kampus ataupun luar kampus yang dimana mahasiswa pun memiliki kewajiban untuk mematuhi
peraturan tersebut.

Dalam berorganisasi mahasiswa dituntut untuk memiliki sikap peduli terhadap anggota
kelompok ataupun orang disekitarnya, dituntut untuk memiliki kesadaran yang lebih serta
merasakan kondisi nyata apabila organisasi tersebut dihadapkan pada keadaan yang krisis, serta
mengekspresikan rasa empatinya dalam suatu aksi yang nyata, mahasiswa juga harus berani
bertindak dalam menghadapi kondisi yang tidak baik.
Pentingnya organisasi bagi mahasiswa adalah mahasiswa dapat menemukan jati diri dari diri
mahasiswa senndiri, menurunkan ego yang dimiliki demi kepentingan sebuah organisasi,
memiliki rasa empati yang tinggi terhadap organisasi yang diikuti, dapat melatih diri, belajar
berkomunikasi dengan baik, dapat memposisikan diri apabila terjadi konflik-konflik dalam
organisasi tersebut.

Seperti namanya organisasi yang memiliki ciri khas mengorganisir, perlu beberapa orang
yang memiliki tingkat keberanian tinggi untuk mengisi jabatan tertentu yang disebut
fungsionaris. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, fungsionaris didefinisikan sebagai
pengurus lembaga yang sedang menduduki jabatan tertentu yang dalam hal ini di lingkup
Keluarga Besar Mahasiswa (KBM) PNB. Fungsionaris yaitu sebuah sudut pandang luas yang
mencakup dan atau termasuk kedalam sosiologi dan juga antropologi yang berupaya menafsirkan
(mengartikan) masyarakat sebagai sebuah struktur (sosial) dengan bagian yang saling
berhubungan. Fungsionaris suatu organisasi di KBM PNB menafsirkan mahasiswa secara
keseluruhan dalam hal fungsi atau guna dari elemen-elemen konstituen; terutama norma, adat,
tradisi dan institusi Politeknik Negeri Bali.

Sebuah analogi umum yang dipopulerkan Herbert Spencer menampilkan fungsi atau
utilisasi dari fungsionaris yang merupakan bagian mahasiswa ini sebagai "organ" yang bekerja
demi berfungsinya seluruh "badan" (tubuh) secara wajar. Dalam arti yang paling mendasar,
istilah ini menekankan "upaya untuk menghubungkan (sebisa mungkin) dengan setiap fitur, adat,
atau praktik, dampaknya terhadap berfungsinya suatu sistem yang stabil dan kohesif."

Seperti konsep “keluarga” dalam KBM memberikan suatu kesempatan yang luas untuk
fungsionaris menyelipkan arti penting dari kata tersebut. Dengan kata “keluarga” menjadikan
argument positif dan lebih nyaman satu antar lain walaupun antar individu satu dengan lainnya di
KBM memiliki jabatan dan fungsi tertentu namun memiliki tujuan satu, sehingga pentingnya
peran fungsionaris sebagai penggerak arah dan tujuan tersebut sangat diperlukan demi kemajuan
suatu organisasi kemahasiswaan di Politeknik Negeri Bali.
Untuk mewujudkan segala definisi dan fungsi fungsionaris dalam lingkup KBM PNB
tersebut, perlu suatu aktualisasi. Tentunya dalam aktualisasi ini ada tujuan yang ingin dicapai
yakni fungsionaris mampu sebagai jembatan dan memiliki kharisma dalam organisasi
kemahasiswaan yang dinaungi. Organisasi yang dianggap baik adalah organisasi yang dapat
diakui keberadaannya oleh masyarakat disekitarnya, karena memberikan kontribusi seperti;
pengambilan sumber daya manusia dalam masyarakat sebagai anggota-anggotanya. Dengan
mengetahui berbagai kemampuan dan melakukan analisis serta observasi anggota-anggota,
fungsionaris seharusnya mampu menjadi panutan yang baik dimata masing-masing individu
yang nantinya akan tercermin di wadah KBM PNB.
KBM PNB SEBAGAI MINIATUR KOMBINASI KEBERAGAMAN DAN
SEMANGAT PRIMORDIAL DI INDONESIA

Bukankah kesempurnaan rasa kopi itu dari rasa pahitnya ? dan sebagai mana sang putih, kopi
yang pahit berwarna hitam itu membewa pesan : "bahwa hitampun bisa menjadi sahabat sejati,
teman dalam mengarungi pahitnya kehidupan." Nikmatnya rasa, indahnya keberagaman. Selamat
menyusuri pahit dan manisnya kehidupan.- Maman Suherman

Keberagaman itu indah, sama seperti perumpamaan diatas. Segala sesuatnya jika
dilakukan bersama-sama tentu akan lebih mudah dan menyenangkan. Secara tidak langsung,
bentuk kebersamaan ini juga terlihat dalam kearifan lokal kita. Budaya gotong royong
merupakan bentuk kebersamaan, yang bisa diimplementasikan untuk segala hal. Mulai dari
bersih kampung, membantu tetangga yang hajatan, hingga bersama-sama membangun jalan, atau
bisa dalam bentuk yang lain. Dalam kebersamaan ada rasa saling menghargai dan menghormati.
Dalam kebersamaan juga ada rasa saling melengkapi dan membantu antar sesama. Karena dalam
kebersamaan muncul rasa empati.

Dalam lingkungan kampus, kebersamaan juga bisa dilakukan. Dan tentu saja, hal ini bisa
sangat menyenangkan. Seperti kita tahu, kampus merupakan tempat berkumpulnya mahasiswa
dari berbagai tempat. Tujuannya cuma satu. Menuntut ilmu. Dalam proses menuntut ilmu
tersebut, tentu tidak hanya dengan cara membaca buku saja. Tapi juga harus berinteraksi antar
mahasiswa, dosen, rektor dan pihak-pihak lain yang ada di dalam kampus. Organisasi
kemahasiswaan, atau berbagai unit kemahasiswaan bisa digunakan untuk belajar apapun dan
membangun keberagaman.

Apabila kita tinjau di suatu keluarga yang berasal dari ibu yang sama, memiliki
keberagaman pada anak yang dilahirkannya, namun, itulah yang menjadi lebih indah. Keluarga
tersebut tidak hanya di lingkup satu darah saja namun keluarga juga dapat tumbuh dari beberapa
situasi yang nyaman dan awalnya memiliki tujuan tertentu, dalam hal ini di kampus contohnya
Keluarga Besar Mahasiswa (KBM) PNB. Berbagai keberagaman yang ada di KBM PNB
merupakan suatu sudut pandang tertentu saja yang memiliki variasi dan elaborasi yang besar
pada titik tertentu. Ketika di kampus, jika kita bukan merupakan orang asli Jawa, teman-teman
juga akan tertarik. Biasanya mereka ingin mengetahui tentang bahasa sehari-hari yang biasa kita
gunakan. Walau itu terkadang dijadikan bahan candaan karena pelafalan yang terdengar asing
dan memiliki arti berbeda. Terlepas dari perbedaan budaya maupun bahasa, Indonesia dikenal
dengan penduduk yang (seharusnya) ramah. Indonesia dengan semua keberagaman yang dimiliki
tentunya juga sering terdapat hal-hal yang kurang mengenakkan. Untuk itu, ketika menemukan
suatu perbedaan pada orang lain, sebaiknya kita bisa memahami dan tidak bertindak semaunya.
Kita harus selalu menanamkan nilai-nilai kebangsaan yang ada pada semboyan negara kita,
yakni Bhinneka Tunggal Ika.

Suka tidak suka, mahasiwa masih terus menjadi target korban oleh kelompok radikal.
Dan salah satu tempat berkumpulnya para generasi muda adalah perguruan tinggi. Jika keluarga
dalam konteks KBM ini tidak dijaga dari pengaruh radikalisme, dikhawatirkan generasi
mendatang akan berubah menjadi generasi yang intoleran, yang gemar menyalahkan orang lain,
dan gemar melakukan persekusi bahkan tindakan teror. Untuk itulah perlu komitmen dan
peranan semua pihak, termasuk organisasi ekstra kampus. Karena pemerintah telah
mengeluarkan Permendikti No 55 tahun 2018 tentang pembinaan ideologi kebangsaan dalam
kegiatan mahasiswa di kampus, maka organisasi ekstra kampus pun juga harus berkomitmen
melindungi mahasiswa dari segala pengaruh bibit radikal dan intoleransi. Ingat, Indonesia adalah
keberagaman. Dan kampus adalah bentuk keberagaman Indonesia dalam skala yang lebih kecil.
Mari tetap jaga keberagaman, agar kerukunan antar umat tetap terjaga.

Memupuk semangat primordial atau patriotisme merupakan salah satu sikap bela


negara dan nasionalis. Rasa patriotik berhubungan dengan sikap cinta negara. Zaman dahulu
rakyat Indonesia melawan penjajah dengan mengangkat senjata untuk mewujudkan kemerdekaan
Indonesia. Untuk yang tidak bisa hadir bertempur dengan fisik, mereka menyumbangkan tenaga
dan harga benda mereka. Semua ini tercipta karena sikap patriotik yang didasari oleh rasa cinta
terhadap tanah air atau nasionalisme sebagai warga negara Indonesia. Dengan solusi semangat
primordial ini sebagai keluarga kita mampu memberikan semangat cinta tanah air kita dalam
Keluarga Besar Mahasiswa sebagai miniatur dari Indonesia.
SECERCAH HARAPAN BARU UNTUK ROBOTIKA DARI HISTORI PEMBINA
TERCINTA

“A teacher affects eternity; he can never tell where his influence stops.”  ~Henry Brooks Adams

Seorang guru mempengaruhi keabadian; ia tidak pernah bisa mengungkapkan dimana


pengaruhnya berhenti

Dari kata bijak tersebut dapat disimpulkan bahwasanya seorang guru memberi pengaruh
yang abadi dan tidak akan mengungkapkan pengaruh tersebut akan berhenti. Apabila
dikolerasikan dengan kehidupan kampus dan utamanya organisasi kemahaswiaan kita sering
sebu dengan istilah Pembina. Pembina yang kami anggap sebagai guru dan mengarahkan maju
kedepan demi organisasi kemahasiswaan di kampus dalam hal ini penulis mengikuti Robotika.
Penulis sangat terinspirasi dari Pembina tercinta penulis dalam organisasi kemahasiswaan yakni I
Gusti Putu Mastawan

Anda mungkin juga menyukai