Anda di halaman 1dari 34
Aspek Hukum Perjanjian-Kontrak Perjanjian Arbitrase Il Ningrum N.Sirait FH USU Rabu, 26 November 2008 * Pada dasarnya setiap kontrak (perjanjian) yang dibuat para pihak harus dapat dilaksanakan dengan sukarela atau itikad baik, namun dalam kenyataannya kontrak sering berakhir dengan sengketa; * Pola penyelesaian sengketa dapat dibagi 2: 1. Melalui pengadilan; 2. Alternatif penyelesaian sengketa; * Kebutuhan akan Alternative Dispute Resolution (ADR) dan perbedaan konsep ADR pada masyarakat timur & barat; —— * Penyelesaian sengketa melalui pengadilan: pola penyelasaian sengketa yang terjadi antara para pihak yang diselesaikan oleh pengadilan, dan putusannya bersifat mengikat; + Penyelesaian sengketa melalui (ADR): lembaga penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui prosedur yang disepakati para pihak, yakni penyelesaian di luar pengadilan dengan cara konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi, atau penilaian ahli lihat (Pasal 1 ayat (10) Undang- Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Pilihan Penyelesaian Sengketa); + Bentuk Bentuk ADR: is pee Adjudicative Procedure: yaitu suatu prosedur penyelesaian sengketa yang di dalam memutuskan perkara hakim mengikat para pihak, contohnya: * Litigasi; + Arbitrase; * Mediasi-Arbitrase; * Hakim Partikulir; * Non Binding Adjudicative Procedures: yaitu suatu proses penyelesaian sengketa yang di dalam dalam memutuskan perkara hakim atau orang yang ditunjuk tidak mengikat para pihak, contohnya: * Konsiliasi; * Mediasi; © Mini Trial; * Summary Jury Trial; * Neutral Expert Fact Finding; aur at att yy nekel uptun menberiiza, + Early Neutral Evaluation; at) LITIGAST * Litigasi merupakan suatu proses gugatan, suatu sengketa diritualisasikan yang menggantikan sengketa sesungguhnya, yaitu para pihak dengan memberikan kepada seorang pengambil keputusan dua pilihan yang bertentangan;. Keuntungan dan kekurangan litigasi: - Dalam mengambil alih keputusan dari para pihak, litigasi sekurang-kurangnya dalam batas tertentu menjamin bahwa kekuasaan tidak dapat mempengaruhi hasil dan dapat menjamin ketenteraman sosial; e 2. Litigasi baik untuk menemukan berbagai kesalahan dan masalah dalam posisi pihak lawan; : Sie ea ee » Litigasi memberikan standar_prosedur yang adil dan memberikan peluang kepada para piha untuk didengar keterangannya sebelum mengambil Keputusan; e Litigasi membawa nilai-nilai masyarakat untuk penyelesaian sengketa pribadi; wn Dalam sistem litigasi para hakim menerapkan nilai-nilai masyarakat yang terkandung dalam hukum untuk menyelésaikan sengketa; Litigasi tidak hanya menyelesaikan sengketa, tetapi lebih dari itu juga menjamin suatu bentuk ketertiban umum yang tertuang dalam UU secara eksplisit maupun implisit; Kekurangan litigasi yaitu : - Memaksa para pihak pada posisi yang ekstrem; n 2. Memerlukan pembelaan (advokasi) atas setiap maksud yang dapat mempengaruhi putusan; 3. Litigasi mengangkat seluruh persoalan dalam suatu perkara, persoalan materi (substantive) atau prosedur, untuk persaman kepentingan dan mendorong para pihak melakukan penyelidikan fakta yang ekstrem; 4. Menyita waktu dan meningkatkan biaya keuangan; 5, Fakta-fakta yang dapat dibuktikan membentuk kerangka persoalan, pihak tidak selalu mampu mengungkapkan kekhawatiran mereka yang sebenarnya; 6. Litigasi tidak mengupayakan memperbaiki atau memulihkan hubungan pihak yang bersengketa; 7. Litigasi tidak cocok untuk sengketa bersifat Polisentris, yaitu sengketa yang melibatkan banyak pihak, banyak persoalan dan beberapa kemungkinan alternatif penyelesaian; *Pengertian Arbitrase “> PasalTayat (1) UU No.30 Tahun 1999: Arbitrase adalah penyelesaian sengketa perdata di luar peradilan umum yang berdasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh pihak yang bersengketa; ¢ Frank Alkoury dan Eduar Elkoury: Arbitrase adalah suatu proses yang mudah atau simpel yang dipilih oleh para pihak secara sukarela yang ingin agar perkaranya diputus netral sesuai dengan pilihan mereka, di mana putusan mereka didasarkan dalil—dalil dalam perkara tersebut. Para pihak setuju sejak semula untuk menerima putusan tersebut secara final dan mengikat; + Bila dibandingkan kedua defenisi tersebut maka pada definisi yang pertama difokuskan pada ada atau tidak adanya perjanjian arbitrase yang, dibuat oleh para pihak; * Perjanjian arbitrase adalah kesepakatan berupa Klausula arbitrase yang tercantum dalam suatu perjanjian tertulis yang dibuat para pihak sebelum timbul sengketa, atau suatu perjanjian arbitrase tersendiri yang dibuat para pihak setelah timbul sengketa; * Dasar Hukum » Pada mulanya ketentuan tentang arbitrase diatur di dalam RV dan HIR. RV atau Burgerlijke Reglement op de Rechtsvoerdering adalah suatu ketentuan yang mengatur tentang tata cara beracara yang diberlakukan bagi golongan Eropa dan dipersamakan dengan itu. Ketentuan tentang arbitrase di dalam RV diatur dalam Pasal 615 sampai dengan Pasal 651 RV; + Ketentuan dalam RV ini sekarang tidak berlaku lagi karena telah diganti dengan UU No.30 Tahun 1999 tentang Arbitrase Alternatif Penyelesaian Sengketa; * Pertimbangan dikeluarkannya UU No.30/1999 tentang Arbitrase Alternatif Penyelesaian Sengketa: a. bahwa berdasarkan per UU an yang berlaku, penyelesaian sengketa perdata, dapat diajukan ke pengadilan umum, terbuka kemungkinan melalui arbitrase penyelesaian sengketa; b. bahwa per UU an yang kini berlaku untuk penyelesaian sengketa melalui arbitrase tidak sesuai dengan perkembangan dunia usaha dan hukum; c. bahwa berdasarkan pertimbangan diatas, perlu membentuk undang-undang tentang arbitrase dan alternatif penyelesaian sengketa; 1% + Lembaga Arbitrase dibagi dua yaitu: (1) Arbitrase ad hoc; (2) Arbitrase institusional; gakin ada bedan yang be aubit vase seysebok Arbitrase ad hoc atau volunter adalah arbitrase yang ditujukan untuk kasus tertentu untuk satu kali penunjukan; Arbitrase institusional (institutional arbitration) adalah lembaga atau badan arbitrase yang bersifat permanen (Pasal 1 ayat (2) Konvensi New York, 1958); * Arbitrase institusional dibagi dua yaitu: nasional dan internasional (Pasal 59 & 65 UU No.30 Tahun 1999). * Bersifat nasional karena pendiriannya hanya untuk kepentingan bangsa dari negara yang bersangkutan. Yang termasuk arbitrase nasional, BANI (Badan Arbitrase Nasional Indonesia) dan BAMI (Badan Arbitrase Muamalat Indonesia); * Arbitrase internasional pusat penyelesaian persengketaan antara berbagai pihak yang berbeda kewarganegaraannya: (1) The Court of Arbitration of the International Chamber of Commerce (ICC) Paris, (2) The London Court of International Arbitration, (3) Arbitration Institute Stocholon, (4) The American Arbitration Association, (5) The International Center for The Settlement of Investment Disputes (ICSID), dan (6) The United Nations Commission on International Trade (UNCINTRAL). js Alasan Memilih Arbitrase 3 alasan pemilihan institusi arbitrase: a. Penyelesaian cepat Prosedur arbitrase dicantumkan dengan batas-batas waktu penyelesaian dalam setiap tahap penyelesaian sengketa (di negara maju hanya memerlukan waktu sekitar 60 hari). Putusan arbitrase bersifat final dan mengikat (final and binding) sehingga tidak tersedia upaya naik banding; b.Terjaga kerahasiaannya (confidential) Proses pemeriksaan sengketa oleh arbiter atau majelis arbitrase dilakukan secara tertutup (Pasal 27 Und: Undang Nomor 30 Tahun 1999) dan tidak ada pub! Pihak-pihak bersengketa terjaga kerahasiaannya; ¢.Para arbiter terikat oleh ketentuan untuk tidak memberitahukan materi sengketa tanpa seizin seluruh pihak yang bersengketa, Pelanggaran terhadap batasan ini maka para arbiter dianggap melampaui wewenang (exceeded its power) dan merupakan perbuatan melawan hukum, sehingga dapat dituntut pertanggungjawaban hukumnya, Asas ini bertolak belakang dengan praktik Pengadilan, karena di pengadilan berlaku asas terbuka untuk umum, setiap putusan pengadilan harus dalam sidang terbuka; d.Biaya lebih rendah karena arbitrase ditentukan oleh arbiter. Biaya itu meliputi: (1) honorarium; (2) biaya saksi dan atau saksi ahli yang diperlukan; ) biaya administrasi (Pasal 76 UU No. 30/1999); e.Jasa pengacara tidak terlalu diperlukan dalam proses arbitrase. karena prosedur arbitrase dibuat sesederhana mungkin, tidak formal bahkan dapat dengan tata cara yang diusulkan oleh pihak-pihak yang berperkara sendiri, Di samping itu, para arbiter adalah para ahli dan praktisi di bidang yang menjadi pokok sengketa, serta memiliki reputasi tinggi sehingga diharap-kan mampu memberikan putusan dengan cepat dan objektif. Secara umum dapat dikatakan bahwa biaya arbitrase lebih rendah dibanding biaya perkara melalui pengadilan; Hal ini masih perlu diteliti karena biaya profesionalitas dihitung dari keahlian kadang-kadang sangat mahal sekali - lihat list BANI; 8 * 7 Alasan para pihak memilih cara arbitrase dalam menyelesaikan sengketa: - kebebasan; - kepercayaan; - keamanan; - keahlian (expertise); ~ cepat; - hemat biaya; ~ bersifat rahasia - kepekaan arbiter ~ pelaksanaan putusan. Putusan arbitrase mudah dilaksanakan, dibanding dengan putusun pengadilan karena putusan arbitrase umumnya bersifat final, mengikat, tidak dapat di banding, kecuali karena hal-hal sangat khusus; Sengketa yang dapat diselesaikan melalui Arbitrase Tidak semua sengketa dapat diselesaikan melalui Jembaga, arbitrase. + Sengketa yang dapat diputus melalui arbitrase: 1. Sengketa di bidang perdagangan; 2. Mengenai hak yang menurut hukum dan per UU an dikuasai sepenuhnya oleh pihak yang bersengketa; * Yang tidak dapat diselesaikan melalui arbitrase adalah sengketa yang per UU an tidak dapat diadakan perdamaian (Pasal 5 UU No.30/1999); * Bila sengketa tersebut dapat diadakan perdamaian 10 * Bentuk Klausula Perjanjian Arbitrase Diatur pada Pasal 7 -11 UU No,30/1999 yang dibagi 2 jenis yaitu : a. Pactum de compromittendo; b, Akta kompromis. * Pactum de compromittendo: perjanjian arbitrase yang dibuat sebelum terjadinya perselisihan, dikenal dengan istilah Klausula arbitrase. Isi klausula arbitrase ini bahwa para pihak menyetujui suatu sengketa yang terjadi atau yang akan terjadi antara mereka untuk diselesaikan melalui arbitrase (Pasal 7 UU No.30/1999). Klausula ini dibuat bersamaan dengan perjanjian pokok sehingga isinya hanya bersifat umum; a + Keuntungan: mencantumkan klausula arbitrase dalam perjanjian pokoknya bila terjadi perselisihan maka otomatis akan diselesaikan oleh arbiter. + Kelemahannya: belum adanya penunjukan arbiter yang akan menangani perselisihan tsb; * Dalam hal timbul sengketa, pemohon harus memberitahukan dengan surat tercatat, teleks, faksimili, e-mail, atau dengan buku ekspedisi kepada termohon bahwa syarat arbitrase yang diadakan antara pemohon dengan termohon berlaku (Pasal 8 UU No.30/ 1999); 11 a 2 | nama dan alamat para pihak; - penunjukan kepada klausula atau perjanjian arbitrase * Perjanjian atau masalah yang menjadi sengketa; - dasar tuntutan dan jumlah dituntut, bila ada; . cara penyelesaian yang dikehendaki; Surat pemberitahuan mengadakan arbitrase memuat dengan jelas: yang berlaku; Perjanjian yang diadakan oleh para pihak tentang jumlah arbiter atau apabila tidak pernah diadakan perjanjian semacam itu, pemohon dapat mengajukan usul tentang jumlah arbiter yang dikehendaki dalam jumlah ganjil; | Akta kompromis adalah: suatu akta yang berisi perjanjian arbitrase yang dibuat oleh para pihak setelah terjadinya sengketa. Perjanjian arbitrase ini dibuat dalam Akta Notaris (Pasal 9 ayat (1) dan ayat (2) UU No.30/1999); Keuntungan menggunakan akta ini adalah penunjukan siapa arbiter yang akan menangani perselisihan sudah jelas; Kelemahannya: bila terjadi perselisihan belum tentu bisa diselesaikan melalui arbitrase; 12 b. a. ie if: - h. -masalah yang dipersengketakan; . nama lengkap dan tempat tinggal para pihak; c. nama lengkap dan tempat tinggal arbiter atau Perjanjian tertulis ini harus memuat: majelis arbitrase; tempat arbiter atau majelis arbitrase akan mengambil keputusan; nama lengkap sekretaris; jangka waktu penyelesaian sengketa; pernyataan kesediaan dari arbiter; pernyataan kesediaan dari pihak yang bersengketa untuk menanggung segala biaya yang diperlukan untuk penyelesaian sengketa melalui arbitrase (Pasal 9 UU No. 30/1999); 2s . Meninggalnya salah satu pihak, . Berakhirnya & batalnya perjanjian pokok; Perjanjian tertulis yang tidak memuat hat tersebut di atas batal demi hukum (perjanjian itu dari semula dianggap tidak ada); Hal-hal yang tidak menyebabkan batal perjanjian arbitrase: Bangkrutnya salah satu pihak; Novasi; Insolvensi salah satu pihak; Pewarisan; Berlakunya syarat hapusnya peer polo i Bila pelaksanaan perjanjian tsb dialintugaskan pihak ke 3 dengan persetujuan pihak yang melakukan perjanjian arbitrase tersebut; 26 * Walaupun keadaan terjadi, perjanjian arbitrase tidak menjadi batal; * Dengan adanya perjanjian arbitrase tertulis meniadakan hak para pihak untuk mengajukan penyelesaian sengketa atau beda pendapat yang termuat dalam perjanjiannya ke Pengadilan Negeri; * Pengadilan Negeri wajib menolak dan akan intervensi dalam suatu penyelesaian sengketa yang telah ditetapkan melalui arbitrase, kecuali ditentukan lain; a + Prosedur Penyelesaian Sengketa Arbitrase * Diatur Pasal 27 - Pasal 48 UU No.30/ 1999; + Prinsip-prinsip sebagai berikut. a. Pemeriksaan sengketa dilakukan secara tertutup; b. Bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia, kecuali atas persetujuan arbiter atau majelis arbitrase para pihak dapat memilih bahasa lain akan digunakan; 14 c. Para pihak yang bersengketa mempunyai hak dan kesempatan yang sama dalam mengemukakan pendapatnya masing-masing; d. Para pihak yang bersengketa dapat diwakili oleh kuasanya dengan surat kuasa khusus; e. Pihak ke 3 di luar perjanjian arbitrase dapat turut serta dan menggabungkan diri dalam proses penyelesaian sengketa melalui arbitrase; Syaratnya: a. terdapat unsur kepentingan yang terkait; b. keturutsertaannya disepakati oleh para pihak yang bersengketa; c. disetujui oleh arbiter atau majelis arbitrasezs f. Para pihak bebas untuk menentukan acara arbitrase yang digunakan dalam pemeriksaan sengketa dengan syarat harus dituangkan dalam perjanjian yang tegas dan tertulis; g, Semua sengketa yang penyelesaiannya diserahkan kepada arbiter atau majelis arbitrase akan diperiksa dan diputuskan menurut ketentuan dalam UU No.30/1999; 15 h, Atas permohonan salah satu pihak, arbiter atau majelis arbitrase dalam mengambil keputusan provisional atau putusan lainnya untuk mengatur ketertiban jalannya pemeriksaan sengketa termasuk penetapan sita jaminan yang merintahkan penitipan barang kepada pihak ketiga, atau menjual barang yang rusak; . Arbiter atau majelis arbitrase dapat memerintahkan agar setiap dokumen atau bukti disertai dengan terjemahan ke dalam bahasa yang ditetapkan oleh arbiter atau majelis arbitrase; + Prosedur pemeriksaan dalam penyelesaian sengketa melalui lembaga arbitrase adalah : pemohon mengajukan permohonan pemeriksaan sengketa secara tertulis kepada arbiter atau majelis arbitrase; * Pemeriksaan secara lisan dapat dilakukan apabila disetujui para pihak; 16 * Setelah menerima Permohonan arbiter atau majelis arbitrase melakukan: a.Dalam jangka waktu yang ditentukan oleh arbiter atau majelis arbitrase, pemohon menyampaikan surat tuntutannya kepada arbiter atau majelis arbitrase; * Surat tuntutan itu harus memuat: (1) nama lengkap dan tempat tinggal atau tempat kedudukan para pihak; (2) uraian singkat tentang sengketa disertai dengan lampiran bukti-bukti; (3) isi tuntutan yang jelas; b. Setelah menerima surat tuntutan dari pemohon arbiter atau ketua majelis arbitrase menyampaikan suatu salinan tuntutan tersebut dengan disertai perintah bahwa termohon harus menanggapi dan memberikan jawaban secara tertulis dalam waktu paling lama 14 hari sejak diterimanya salinan tersebut oleh termohon; c. Setelah diterimanya jawaban dari termohon atas perintah arbiter atau ketua majelis arbitrase, salinan jawaban diserahkan kepada pemohon; d. Arbiter atau Ketua Majelis Arbitrase memerintahkan agar para pihak atau kuasa mereka menghadap di muka sidang arbitrase yang ditetapkan paling lama 14 hari terhitung mulai hari dikeluarkannya perintah itu; 17 e. Apabila termohon setelah lewat 14 hari tidak menyampaikan jawabannya, termohon dipanggil menghadap pada sidang arbitrase berikutnya; f. Dalam jawabannya atau selambat-lambatnya pada sidang pertama termohon dapat mengajukan tuntutan balasan & terhadap tuntutun balasan tsb pemohon diberi kesempatan untuk menanggapinya. Tuntutan balasan diperiksa dan diputuskan oleh arbiter atau majelis arbitrase bersama dengan sengketa; g- Bila pada hari yang ditentukan, pemohon tanpa alasan yang sah tidak dapat menghadap, sedangkan telah dipanggil secara patut, surat tuntutannya dinyatakan gugur, dan oleh arbiter atau majelis arbitrase dianggap selesai. Sebaliknya, termohon tanpa alasan yang sah tidak datang menghadap sedangkan termohon telah dipanggil secara patut, arbiter atau majelis arbitrase melakukan pemanggilan sekali lagi; h, Paling lama 10 hari setelah pemanggilan ke 2 diterima termohon dan tanpa alasan sah termohon juga tidak datang menghadap di muka persidangan, pemeriksaan akan diteruskan tanpa hadirnya termohon dan tuntutan pemohon dikabulkan seluruhnya, kecualijika tuntutan tidak beralasan atau tidak berdasarkan hukt 18 i, Dalam hal para pihak datang menghadap pada hari yang telah ditetapkan, arbiter atau majelis arbitrase terlebih dahulu mengusahakan perdamaian antara pihak yang bersengketa; - Apabila usaha perdamaian tercapai, maka arbiter atau majelis arbitrase, membuat akta perdamaian yang final dan mengikat para pihak dan memerintahkan para pihak untuk memenuhi ketentuan perdamaian tersebut; k.Pemeriksaan terhadap pokok sengketa dilanjutkan apabila perdamaian tidak tercapai; 1 Para pihak diberi kesempatan terakhir kali untuk menjelaskan secara tertulis pendirian masing-masing serta mengajukan bukti yang dianggap perlu untuk menguatkan pendiriannya dalam jangka waktu yang ditetapkan arbiter/ majelis arbitrase; m. Arbiter atau majelis arbitrase berhak meminta kepada para pihak untuk mengajukan penjelasan tambahan secara tertulis, dokumen atau bukti lainnya yang dianggap perlu dalam jangka waktu yang ditentukan oleh majelis arbitrase; n. Sebelum ada jawaban tertulis dan termohon, pemohon dapat mencabut surat permohonan untuk menyelesaikan sengketa melalui arbitrase; 38 19 0, Dalam hal sudah ada jawaban dari termohon, perubahan atau penambahan surat tuntutan hanya diperoleh dengan persetujuan termohon dan sepanjang perubahan atau penambahan itu menyangkut hal-hal yang bersifat fakta saja dan tidak menyangkut dasar-dasar hukum yang menjadi dasar permohonan; + Pemeriksaan atas sengketa harus diselesaikan dalam waktu paling lama 180 hari sejak arbiter atau majelis arbitrase terbentuk. * Jangka waktu itu dapat diperpanjang, asal ada persetujuan para pihak dan diperlukan. 20 * Supaya dapat mengambil keputusan adil, arbiter atau majelis arbitrase, mempunyai kewenangan: a. Menentukan tempat arbitrase, kecuali ditentukan oleh para pihak; b. Mendengar keterangan saksi atau mengadakan pertemuan yang dianggah perlu pada tempat tertentu di luar tempat arbitrase diadakan; c, Pemeriksaan saksi dan saksi ahli di hadapan arbiter atau majelis arbitrase; d. Mengadakan pemeriksaan setempat atas barang yang dipersengketakan; a * Pendapat dan Putusan Arbitrase Arbiter atau majelis arbitrase dapat juga diminta oleh para pihak untuk memohon pendapat yang mengikat dari lembaga arbitrase atas. hubungan tertentu dan suatu perjanjian; * Pendapat yang mengikat ini tidak dapat dilakukan perlawanan melalui upaya hukum apa pun; * Pendapat atau putusan lembaga arbitrase itu harus dituangkan dalam putusan arbitrase; 21 * Putusan arbitrase memuat hal-hal berikut ini : a. Kepala putusan yang berbunyi; "Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa” b. Nama singkat sengketa; c. Uraian singkat sengketa; d. Pendirian para pihak; e. Nama lengkap dan alamat arbiter; ‘ . Pertimbangan dan kesimpulan arbiter atau majelis arbitrase mengenai keseluruhan sengketa; . Pendapat tiap-tiap arbitrase dalain hal terdapat perbedaan pendapat dalam majelis arbitrase; . Amar putusan; Tempat dan tanggal putusan; Tanda tangan arbiter atau majelis arbitrase; are ee -08 + Apabila putusan arbitrase tidak ditandatangani oleh seorang, arbiter dengan alasan sakit atau meninggal dunia tidak mempengaruhi kekuatan berlakunya putusan. Alasan tentang tidak adanya TTD harus dicantumkan dalam putusan; * Ditetapkan jangka waktu dilaksanakan putusan tersebut. Bila pemeriksaan selesai, pemeriksaan ditutup & ditetapkan hari sidang untuk mengucapkan putusan; * Arbiter atau majelis mengambil putusan berdasarkas ketentuan hukum, keadilankepatutan, Putusan diuca, kan paling lama 30 hari setelah pemeriksaan ditutup; * Paling lama 14 hari setela putusan diterima. Para pihak dapat menga), ° »n perr:ohonan kepada arbiter atau majelis untuk melakukan ke:

Anda mungkin juga menyukai