Anda di halaman 1dari 7

Opini Hukum

Tentang:

JOINT VENTURE

Peraturan perundang-undangan mengenai Joint Venture

Secara umum tidak ada Undang-Undang yang secara eksklusif mengatur mengenai Joint Venture.
Namun ada beberapa peraturan yang berkenaan dengan keberadaan Joint Venture di Indonesia.
Seperti :

 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata


 UU No.25 Tahun 2007 tentang penanaman modal
 UU No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
 Peraturan Menteri Perdagangan No. 7/M-DAG/PER/2/2017 tentang perubahan ketiga
terhadap Permendag No.36/M-DAG/PER/9/2007 Permendag No.36/M-DAG/PER/9/2007
 Permendag No.36/M-DAG/PER/9/2007 tentang Penerbitan Surat Izin Usaha Perdagangan.PP
 Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1994 tentang Pemilikan Saham Dalam
Perusahaan yang Didirikan dalam Rangka Penanaman Modal Asing

Definisi dan Pengertian Joint Venture

Joint Venture apabila diterjemahkan kedalam Bahasa Indonesia secara harafiah memiliki arti “
mencoba berusaha bersama-sama” atau apabila disesuaikan dengan dialek bahasa Indonesia dapat
diartikan sebagai “perusahaan patungan”. Dari pengertian tersebut berusaha bersama-sama yang
dimaksud dapat mencakup segala jenis kerjasama yang menguntungkan bagi para pihak yang
melakukan perjanjian, bidang usaha yang dimaksud juga bisa berupa apa saja tidak terbatas dengan
ketentuan usaha yang dilakukan tersebut sifatnya harus untuk mendapatkan keuntungan (for profit).
Selanjutnya para pihak yang dimaksud disini haruslah berbentuk badan hukum (rechtpersoon) dan
tidak bisa dilakukan oleh atau dengan pribadi kodrati/ perseorangan (naturlijkpersoon) apabila Joint
Venture dikaitkan dalam suatu bentuk usaha.1

Hal yang menarik mengenai Joint Venture adalah beberapa sarjana seperti Prof Erman Rajagukguk
mengartikan Joint Venture sebagai suatu kerja sama antara pemilik modal asing dengan pemilik
modal nasional berdasarkan suatu perjanjian (kontraktual)2. Selain itu dalam literatur lainnya Joint
Venture sering kali disebut dengan istilah lain seperti Foreign Collaborations,

1 B.Napitupulu, Joint Ventures di Indonesia, Erlangga, Jakarta , 1975, hlm 24


2 Erman Rajagukuguk, dkk: 1995:200

1
International/Multinational Enterprises, dsb3. Hal ini menimbulkan presepsi bahwa Joint Venture
haruslah berupa kerjasama antara badan hukum asing dengan badan hukum domestik. Padahal
peristilahan Joint Venture tidak mensyaratkan bahwa Joint Venture wajib dilakukan oleh badan
hukum asing badan hukum dengan domestik, tetapi dapat juga dapat dilakukan antara badan hukum
dalam negeri seperti yang dilakukan oleh PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Taspen, dan PT Pos
Indonesia dalam mendirikan PT Bank Mitra Harapan Bali 4. Dari contoh tersebut dapat dilihat bahwa
bentuk usaha Joint Venture dapat berupa Joint Venture domestik yang dilakukan oleh badan hukum
dalam negri dan juga Joint Venture internasional yang merupakan kolaborasi diantara badan hukum
indonesia dan badan hukum asing.

Pembentukan Joint Venture

Sebagai sebuah perusahaan yang berasal dari suatu perjanjian maka pembentukan Joint Venture harus
terlebih dahulu memenuhi syarat-syarat sahnya perjanjian sebagaimana diatur dalam pasal 1320
KUHperdata. Setelah terjadi kesepakatan diantara para pihak selanjutnya berdasarkan ketentuan UU
No.25 tahun 2007 tentang penanaman modal (UUPM),untuk Joint Venture yang modalnya hanya
berasal dari Badan Hukum Indonesia (PMDN) berlaku ketentuan pasal 5 ayat 1 UUPM yang
berbunyi : “ Penanaman modal dalam negeri dapat dilakukan dalam bentuk badan usaha yang
berbentuk badan hukum, tidak berbadan hukum atau usaha perseorangan, sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan” berdasarkan ketentuan pasal tersebut dapat dilihat bahwa bentuk
badan usaha yang dibentuk tidaklah harus berbentuk badan hukum, namun mengingat pihak yang
membuat perusahaan Joint Venture adalah sebuah badan hukum privat maka sebuah Perusahaan Joint
Venture dengan modal dalam negri haruslah berbentuk badan hukum. Selanjutnya mengingat
perusahaan Joint Venture dilakukan oleh para pihak untuk mendapatkan keuntungan (for profit)
dimana dalam menjalankan usaha tersebut ada pembagian tugas, modal yang disetorkan,dan besaran
keuntungan maka konsekuensi dari sebuah perusahaan Joint Venture dengan modal dalam Negri
adalah harus berebentuk suatu Perseroan Terbatas (PT).

Sedangkan bagi Perusahaan Joint Venture yang didalamnya ada Modal asing, secara eksplisit dalam
UU Penanaman modal diwajibkan dalam berntuk PT. Hal ini tercantum dalam ketentuan Pasal (2)
Ayat 5 UUPM yang berbunyi “modal penanaman modal asing wajib dalam bentuk perseroan terbatas
berdasarkan hukum Indonesia dan berkedudukan di dalam wilayah negara Republik Indonesia,
kecuali ditentukan lain oleh undang-undang”. Mengenai pembentukan PT dengan modal dalam negri
(PMDN) dan PT dengan modal asing (PT PMA) ketentuan pembentukannya harus mengikuti UU
No.40 tahun 2007 tentang PT. Namun ada sedikit perbedaan dalam perizinan antara Joint Venture
PMDN dan Joint Venture PMA.

3 Op.cit , Napitupulu, hlm.25


4 https://ekbis.sindonews.com/read/743205/34/tiga-bumn-ini-akhirnya-bentuk-bank-joint-venture-1367238108

2
 Joint Venture yg berbentuk PMDN dalam beroperasi memerlukan Surat Izin Usaha
Perdagangan (SIUP). SIUP merupakan surat izin yang diberikan oleh menteri atau pejabat
yang ditunjuk kepada pengusaha untuk melaksanakan usaha di bidang perdagangan dan
jasa5. Pejabat yang dimaksud disini merupakan pejabat Instansi Pemerintah melalui Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Kota/Wilayah sesuai domisili perusahaan beroperasi.
Keberlakuan SIUP per februari 2017 melalui Peraturan Menteri Perdagangan No. 7/M-
DAG/PER/2/2017 tentang Perubahan Ketiga Atas Permendag No.36/M-DAG/PER/9/2007
tentang Penerbitan Surat Izin Usaha Perdagangan. Cukup dibuat sekali saja tanpa harus
diperpanjang.6
 Bagi PMA memerlukan Izin prinsip dan Izin Usaha Tetap yang dikeluarkan oleh Badan
Koordinasi Penanaman Modal (BPKM) dan dibatasi oleh jangka waktu yang diatur oleh
Pasal 3 PP Nomor 20 Tahun 1994 tentang Pemilikan Saham Dalam Perusahaan yang
Didirikan dalam Rangka Penanaman Modal Asing, telah ditentukan bahwa kepada
perusahaan PMA diberikan izin usaha untuk jangka waktu 30 tahun terhitung sejak
perusahaan beroperasi.Walaupun PMA hanya diberikan jangka waktu investasi 30
tahun, namun perusahaan tersebut dapat memperbaharui izin usahanya dengan
mengajukan permohonan kepada ketua BKPM, dengan syarat perusahaan masih tetap
menjalankan usahanya yang bermanfaat bagi perekonomian dan pembangunan
nasional.7 Jangka waktu pembaharuan itu dapat berlaku selama 30 tahun. Jadi total
waktu penanaman modal asing menanamkan modalnya di Indonesia adalah selama
60 tahun, yang terdiri dari jangka waktu 30 tahun dan pembaharuan izin selama 30
tahun.

Sifat Karakteristik Joint Venture

Sebagai sebuah konsep Joint Venture memiliki sifat dan Karakteristiknya tersendiri yaitu :

 Harus berbentuk PT dan pemiliknya harus Badan Hukum

Seperti telah disinggung diatas, salah satu syarat mutlak Joint Venture baik Joint Venture PMA
maupun Joint Venture PMDN adalah harus berbentuk PT. Meskipun bagi PMDN tidak dikatakan
secara eksplisit dalam UU Penanaman Modal, bentuk PT merupakan kewajiban mutlak mengingat
sifat Joint Venture yang harus ada batasan hak dan kewajiban yang harus dilakukan oleh masing-

5
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl3459/siup-and-tdp-bagi-kantor-hukum
6
Siaran Pers kementrian Perdagangan. http://www.kemendag.go.id/files/pdf/2017/02/23/permendag-baru-
ditandatangani-siup-tak-perlu-diperpanjang-id0-1487820653.pdf
7
http://satulayanan.id/layanan/index/137/mendapatkan-izin-usaha-tetap-iut-/bkpm

3
masing pihak. Selain itu pihak-pihak daripada Joint Venture haruslah berbentuk badan hukum, dan
tidak dapat dilakukan oleh perseorangan.

 Pengawasan terlepas dari Jumlah Saham

Karakteristik berikutnya adalah dalam hal pengawasan.Tidak seperti dalam suatu PT pada umumnya
dimana kontrol biasanya berada pada suatu perusahaan yang dominant, pada Joint Venture justru
kedua perusahaan yang mengikatkan diri tersebut yang masing – masing melakukan kontrol terlepas
dari jumlah saham yang dimasukkan ke dalam perusahaan tersebut.8 Sifat dari pengawasan ini
menunjukkan bahwa pengawasan dari Joint Venture bersifat koordinasi mengingat dalam suatu usaha
Joint Venture setiap pihak memiliki andil yang penting terhadap usaha dijalankan.

 Sebuah perusahaan Joint Venture dapat membuat Joint Venture lainnya.

ciri unik lain dari bentuk usaha Joint Venture adalah dalam suatu perusahaan Joint Venture dapat
dibuat suatu Joint Venture lainnya. Contoh nyatanya adalah sebagaimana terjadi dalam proyek Kereta
cepat Jakarta – Bandung dimana dari pihak Indonesia membentuk sebuah perusahaan Joint Venture
yaitu PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PT.PSBI) yang modalnya berasal dari PT Kereta Api
Indonesia, PT Wijaya Karya, PTPN VIII dan PT Jasa Marga. Selanjutnya PT PSBI membuat sebuah
perusahaan Joint Venture baru dengan China Railway International Co Ltd (CRI Ltd) yang juga
merupakan perusahaan Joint Venture Tiongkok. Perusahaan Joint Venture pembangun kereta cepat
antara Indonesia-Tiongkok itu tersebut dinamakan PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC), dengan
saham kepemilikan dibagi antara PT.PSBI sebesar 60% dan CRI. Ltd sebesar 40% 9.

Permodalan Joint Venture

Seperti telah dibahas sebelumnya mengingat sifatnya, bentuk sebuah perusahaan Joint Venture baik
PMDN maupun yang ada unsur PMA haruslah berbentuk PT. Hal itu berarti ketentuan mengenai
permodalan perusahaan Joint Venture haruslah mengikuti ketentuan permodalan dalam UUPT No. 40
tahun 2007. Dimana modal tersebut kemudian terbagi atas sekumpulan saham yang dapat
dikualifikasikan kedalam 3 jenis, yaitu Modal Dasar, Modal Ditempatkan dan Modal Disetor.10

 Modal Dasar merupakan keseluruhan nilai perusahaan, yaitu seberapa besar perusahaan
tersebut dapat dinilai berdasarkan permodalannya. Penilaian ini sangat berguna terutama pada
saat menentukan kelas perusahaan. Modal Dasar terdiri dari seluruh nilai nominal saham.
Menurut ketentuan pasal 32 ayat (1) UUPT besarnya Modal Dasar adalah minimal

8
Albertus Banunaek, Perlindungan terhadap Pemegang Saham minoritas dalam Perusahaan Joint Venture di
Indonesia, Tesis, Universitas Indonesia, 2012
9
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20151016143010-92-85329/garap-kereta-cepat-indonesia-dan-
china-bentuk-perusahaan/
10
Diakses dari : http://www.legalakses.com/modal-perseroan-terbatas/ pada tanggal

4
Rp. 50.000.000 (Lima Puluh Juta Rupiah). Modal Dasar ini bukan merupakan modal riil
(modal nyata yang disetorkan), karena Modal Dasar hanya menentukan sampai seberapa kuat
perusahaan tersebut dapat menyediakan modalnya dan sampai seberapa besar perusahaan
tersebut mampu menghimpun aset-aset dan kekayaannya.
 Modal Ditempatkan adalah kesanggupan para pemegang saham (Badan Usaha) untuk
menanamkan modalnya di dalam perseroan. Jika para pemegang saham hanya sanggup
memasukan modalnya sebesar 35% dari Modal Dasar, maka besarnya Modal Ditempatkan
perseroan itu adalah sebesar 35%. Seperti halnya Modal Dasar, Modal Ditempatkan bukanlah
modal riil karena modal tersebut belum benar-benar disetorkan. Modal Ditempatkan hanya
menunjukan kesanggupan pemegang saham, yaitu sampai seberapa banyak para pemegang
saham dapat menanamkan modalnya kedalam perseroan. Menurut pasal 33 UUPT, besarnya
Modal Ditempatkan adalah minimal 25% dari Modal Dasar.
 Modal Disetor adalah modal perseroan yang dianggap riil (nyata) karena telah benar-benar
disetorkan kedalam PT. Dalam hal ini, pemegang saham telah benar-benar menyetorkan
modalnya kedalam perusahaan. Besarnya Modal Disetor, menurut UUPT, adalah sebesar
Modal Ditempatkan – paling sedikit 25% (dua puluh lima persen) dari modal dasar harus
ditempatkan dan disetor penuh).

Pembubaran Joint Venture

Seperti telah dibahas sebelumnya, Joint Venture bukanlah merupakan suatu bentuk usaha tersendiri,
namun merupakan sebuah konsep kerjasama usaha antar 2 buah badan hukum privat atau lebih. Maka
ada 2 hal yang dapat menyebabkan berakhirnya Joint Venture baik bubar secara harafiah, atau
hilangnya sifat dari Joint Venture itu, yaitu :

 Bubarnya perusahaan secara Harafiah

Dikatan harafiah adalah karena perusahaan yang berkaitan benar-benar bubar dan tidak
melakukan suatu kegiatan usaha lagi. Seperti telah diketahui bentuk Perusahaan Joint Venture
hanya dapat berbentuk PT, maka bagi suatu Perusahaan Joint Venture berlaku juga syarat-syarat
bubarnya suatu PT sebagaimana diatur dalam pasal 142 UUPT, yaitu :

a. berdasarkan keputusan RUPS;


b. karena jangka waktu berdirinya yang ditetapkan dalam anggaran dasar telah berakhir;
c. berdasarkan penetapan pengadilan;
d. dengan dicabutnya kepailitan berdasarkan putusan pengadilan niaga yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap, harta pailit Perseroan tidak cukup untuk membayar biaya kepailitan;

5
e. karena harta pailit Perseroan yang telah dinyatakan pailit berada dalam keadaan insolvensi
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban
Pembayaran Utang;
f. karena dicabutnya izin usaha Perseroan sehingga mewajibkan Perseroan melakukan likuidasi
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

 Hilangnya sifat Joint Venture.

Apabila suatu perusahaan Joint Venture yang berniat untuk mengubah anggran dasar perusahaan
menjadi PT Terbuka (Tbk) dan telah disahkan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
perusahaan, maka penambahan modal sahamnya akan dilisting di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Hal tersebut dapat menghapuskan ciri utama sebuah perusahaan Joint Venture. Seperti telah
dibahas sebelumnya dalam karakteristik perusahaan Joint Venture bahwa perjanjian tersebut harus
dilakukan oleh badan hukum dan oleh perjanjian yang dilakukan oleh para pihak (badan hukum
yang berkaitan). Dengan pengubahan Perusahaan menjadi PT Tbk, maka penambahan surat
11
sahamnya akan dilelang dibursa efek dengan penawaran perdana / Initial Public Offer (IPO)
Konsekuensinya kepemilikan saham perusahaan tersebut tidak lagi hanya dimiliki oleh para
sekutu badan hukum yang mengadakan perjanjian Joint Venture tersebut tetapi juga melibatkan
kepemilikan perseorangan atau badan hukum lainnya yang tidak turut serta dalam perjanjian
pembentukan Perusahaan. Sehingga sifat Joint Venture dari perusahaan tersebut hilang karena
pasca perubahan menjadi PT Tbk, perusahaan terpaku kepada besaran modal yang dimiliki oleh
para pihak, bukan lagi mengenai aspek kerjasama usaha yang diperjanjikan. Dalam konteks
Hilangnya sifat ini tidak membubarkan berjalannya Perusahaan, hanya saja perusahaan tersebut
sudah tidak dapat dikatakan sebagai sebuah Perusahaan Joint Venture.

Tanggung jawab para pihak

Hak, kewajiban dan tanggung jawab para penanam modal diatur dalam pasal 14 sampai dengan pasal
17 UU nomor 25 tahun 2007 tentang penanaman modal.

Hak yang dijamin bagi para pihak berdasarkan pasal 14 yaitu : kepastian hak, hukum, dan
perlindungan; informasi yang terbuka mengenai bidang usaha yang dijalankannya; hak pelayanan; dan
berbagai bentuk fasilitas kemudahan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. Yang
dimaksud dengan “kepastian hak” adalah jaminan Pemerintah bagi penanam modal untuk
memperoleh hak sepanjang penanam modal telah melaksanakan kewajiban yang ditentukan. Yang
dimaksud dengan “kepastian hukum” adalah jaminan Pemerintah untuk menempatkan hukum dan
ketentuan peraturan perundang-undangan sebagai landasan utama dalam setiap tindakan dan

11
Marlina Hartini Santoso, Aksi Korporasi Perubahan Perseroan Tertutup Dalam Rangka Menjadi Perseroan
Terbuka, Tesis, Universitas Indonesia, 2012 hlm. 56

6
kebijakan bagi penanam modal.Yang dimaksud dengan “kepastian perlindungan” adalah jaminan
Pemerintah bagi penanam modal untuk memperoleh perlindungan dalam melaksanakan kegiatan
penanaman modal.12 Yang dimaksud penanam modal disini apabila dikaitkan dalam konteks Joint
Venture adalah Badan Hukum yang bersekutu.

Kewajiban yang harus dilakukan oleh para penanam modal (Sekutu Joint Venture) menurut pasal 15
antara lain : menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik; melaksanakan tanggung jawab
sosial perusahaan; membuat laporan tentang kegiatan penanaman modal dan menyampaikannya
kepada Badan Koordinasi Penanaman Modal; menghormati tradisi budaya masyarakat sekitar lokasi
kegiatan usaha penanaman modal; dan mematuhi semua ketentuan peraturan perundang-undangan.
Selanjutnya ketentuan pasal 16 juga mengatakan bahwa penanam modal juga harus bertanggung
jawab terhadap: menjamin tersedianya modal yang berasal dari sumber yang tidak bertentangan
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; menanggung dan menyelesaikan segala kewajiban
dan kerugian jika penanam modal menghentikan atau meninggalkan atau menelantarkan kegiatan
usahanya secara sepihak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; menciptakan iklim
usaha persaingan yang sehat, mencegah praktik monopoli, dan hal lain yang merugikan negara;
menjaga kelestarian lingkungan hidup; menciptakan keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan
kesejahteraan pekerja; dan mematuhi semua ketentuan peraturan perundang-undangan. Selain itu
Pasal 17 mengatakan : Penanam modal yang mengusahakan sumber daya alam yang tidak terbarukan
wajib mengalokasikan dana secara bertahap untuk pemulihan lokasi yang memenuhi standar
kelayakan lingkungan hidup, yang pelaksanaannya diatur sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan.

Kesimpulan

Joint Venture sebenarnya merupakan sebuah konsep perjanjian kerjasama antara dua buah badan
hukum yang mengikatkan diri untuk menjalankan usaha bersama. Apabila dikatikan dengan
Organisasi Perusahaana Kerjasama antara dua badan hukum ini dapat dilakukan dengan Penggunaan
modal dalam negri (PMDN) dan dengan Penggunaan modal asing (PMA). Dari hal tersebut dapat
dilihat bahwa Joint Venture bukanlah sebuah jenis perusahaan tersendiri, namun sebuah PT dimana
sekutunya berupa Badan Hukum yang bekerjasama untuk mencapai tujuan tertentu. Hilangnya sifat
Joint Venture tidak mengakibatkan bubarnya perusahaan tersebut, namun dengan pembubaran
Perusahaan maka Joint Venture yang dilakukan oleh para pihak sudah selesai. Mengingat sebuah Joint
Venture menurut sifatnya hanya dapat dilakukan dalam bentuk PT maka terhadap tanggung jawab
para pihak, pembubaran,dan permodalannya mengikuti kententuan-ketentuan UUPM No.25 tahun
2007 dan UUPT No.40 Tahun 2007

12
Penjelasan Pasal 14 UU nomor 25 tahun 2007

Anda mungkin juga menyukai