Anda di halaman 1dari 24

HUKUM PERUSAHAAN

Tugas Paper

Oleh:
Galih Setya Nugroho
Alif Sunan Narendra

SEKOLAH TINGGI ILMU HUKUM PAINAN


BANTEN
2023
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hukum perusahaan adalah semua peraturan hukum yang mengatur mengenai segala
jenis usaha dan bentuk usaha. Pengertian mengenai perusahaan dapat ditemukan pada pasal 1
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan, yang menyebutkan
bahwa perusahaan adalah setiap bentuk badan usaha yang menjalankan setiap jenis usaha yang
bersifat tetap dan terus menerus didirikan, bekerja dan berkedudukan di Indonesia dengan
tujuan memperoleh keuntungan/laba.
Hukum yang mengatur tentang bentuk hukum perusahaan adalah Hukum Perusahaan.
Hukum Perusahaan merupakan pengkhususan dari beberapa bab dalam KUHP Perdata dan
KUHD (Kodifikasi) ditambah dengan peraturan perundangan lain yang mengatur tentang
perusahaan (hukum tertulis yang belum dikodifikasi). Sesuai dengan perkembangan dunia
perdagangan dewasa ini, maka sebagian dari hukum perusahaan merupakan peraturan-
peraturan hukum yang masih baru.
Di dalam perusahaan terdapat unsur-unsur perusahaan itu sendiri yaitu, badan usaha,
kegiatan dalam bidang perekonomian, terus menerus, bersifat tetap, terang-terangan,
keuntungan dan atau laba dan pembukuan. Sedangkan untuk dasar hukum perusahaan sendiri
terdiri dari yaitu, perundang-undangan, kontrak perusahaan, yurisprudensi, kebiasaan.

2|Page
BAB II
PEMBAHASAN
Isi
I. Pengertian Perusahaan
A. Menurut KKBI
“Kegiatan yang diselenggarakan dengan peralatan atau dengan cara teratur dengan
tujuan mencari keuntungan (dengan mengasilkan sesuatu, mengolah atau membuat
barang-barang, berdagang, memberikan jasa, dan sebagainya).”
B. Menurut Molengaraaff (1966)
Keseluruhan perbuatan yang dilakukan secara terus-menerus, bertindak keluar,
untuk memperoleh penghasilan, dengan cara memperdagangkan atau menyerahkan
barang atau mengadakan perjanjian perdagangan.
II. Unsur-Unsur Perusahaan
- Badan usaha, setiap perusahaan memiliki bentuk tertentu, apakah berbadan hukum
atau bukan badan hukum. Contoh: Usaha dagang, CV, PT, Koperasi, dan lain-lain.
- Kegiatan di bidang Ekonomi, meliputi perindustrian, perdagangan, jasa, dan
pembiayaan.
- Terus-menerus, artinya kegiatan usaha yang dilakukan perusaahn sebagai mata
pencaharian, dilakukan secara terus-menerus bukan kegiatan insidentil.
- Bersifat tetap, kegiatan usaha yang dilakukan tidak berubah dalam waktu singkat,
namun dapat berubah dalam waktu panjang.
- Diketahui public, usaha yang dijalankan diketahui dan ditunjukkan untuk public
secara umum, diakui dan dibenarkan oleh Undang-Undang Republik Indonesia.
- Mendapatkan laba, tujuan dari usaha tersbeut adalah untuk mendapatkan
keuntungan dari setiap kegiatan usaha.
- Pembukuan, sebuah perusahaan harus melakukan pencatatan tentang hak dan
kewajiban yang berhubungan dengan aktivitas usaha.
III. Dasar Hukum perusahaan
- Perundang-undangan
• Undang-Undang No. 40 tahun 2007 mengenai perseroan terbatas.
• PP no.15 tahun 2009 mengenai pajak dalam suatu penghasilan.
• Undang-undang No.33 dan No.34 tahun 1964 mengenai asuransi kecelakaan
kerja.

3|Page
• UU No. 7 tahun 1987 mengenai konstruksi UU No. 6 tahun 1982.
• Undang-undang No.19 tahun 2003 mengenai perusahaan milik negara.
• Undang-undang No.19 tahun 2002 tentang Hak cipta
• Dan lain-lain
- Kontrak Perusahaan
Kontrak perusahaan atau yang biasa juga disebut dengan perjanjian selalu
ditulis dan dianggap sebagai sumber utama hak dan kewajiban pihak-pihak yang
terlibat dalam suatu kesepakatan. Apabila saat tertentu terjadi perselisihan antara
pihak-pihak terkait, dalam hal ini saat kontrak perusahaan masih berlaku, maka
penyelesaian dapat dilakuan melalui perdamaian, arbitrase, atau pengadilan umum
sekalipun jika tidak ditemui penyelesaian yang jelas.
- Yurisprudensi
Yurisprudensi adalah sumber hukum perusahaan yang dapat diikuti oleh pihak-
pihak terkait. Hal ini akan mengisi kekosongan hukum, terutama jika terjadi suatu
sengketa terkait pemenuhan hak dan kewajiban.
- Kebiasaan
Kebiasaan merupakan sumber hukum khusus yang tidak tertulis secara formal.
Karena itulah kebiasaan yang telah berlaku dan berkembang dikalangan pengusaha
dalam menjalankan perusahaan dengan lazim menjadi panutan untuk mencapai
tujuan sesuai kesepakatan.
IV. Jenis-Jenis Perusahaan
1. Perusahaan Berbadan Hukum
Perusahaan ini bisa dimiliki oleh negara atau swasta. Contoh perusahaan
berbadan hukum diantaranya:
a. PT (Perseroan Terbatas)
b. PT. Tbk
c. Perusahaan Umum
2. Perusahaan Bukan Berbadan Hukum
Jenis perusahaan ini adalah perusahaan swasta yang dimiliki beberapa orang
pengusahan dalam bentuk kerjasama.
a. Perusahaan perseorangan
b. Firma
c. Yayasan-Foundation

4|Page
V. Persekutuan Komanditer/Commanditaire Vennootschap (CV)
Menurut pasal 19 KUHD CV suatu perseroan untuk menjalankan suatu perusahaan
yang dibentuk satu orang atau beberapa orang yang secara tanggung menanggung
bertanggung jawab untuk seluruhnya (tanggung jawab slider) pada satu pihak, dan satu
orang lebih sebagai pemberi modal (geldscheiter) pada pihak yang lain.
Regulasi: Pasal 19-21 KUHD
Karakteristik CV yang tidak dimiliki Badan Usaha lainnya adalah terdapat dua jenis
keanggotaannya yaitu:
A. Perser Aktif (persero kerja)
B. Persero Pasif (persero komanditer)
CV dapat didirikan dengan sayarat dan prosedur yang lebih mudah daripada PT, yaitu
hanya mensyaratkan pendirian oleh dua orang, dengan menggunakan akta Notaris yang
berbahasa Indonesia. Untuk pendirian CV, tidak diperlukan adanya pengecakan nama
CV terlebih dahulu. Oleh karena itu prosesnya akan lebih cepat dan mudah
dibandingkan dengan pendirian PT.
VI. Badan Hukum
1. Perseroan Terbatas (PT)
PT adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan
perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi
dala m saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang – Undang
serta peraturan pelaksanannya.
Regulasi : UU No 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
2. Jenis Perseroan Terbatas (PT)
a. PT Terbuka
Perusahaan jenis ini memiliki saham yang dapat dimiliki oleh masyara kat luas
melalui pasar modal. PT jenis ini juga sudah go-public atau Initial Pub lic
Offering (IPO). Contoh dari perusahaan ini adalah PT. Bank Bank Central Asia
Tbk., PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk dan lainnya.
b. PT Tertutup
Ini merupakan perusahaan perseorangan terbatas yang sahamnya hanya dimiliki
oleh kalangan tertutup, contohnya seperti perusahaan keluarga. Contoh dari
perusahaan ini adalah Sinar Mas Group dan Bakrie Group.

5|Page
c. Perseroan Kosong

Pada jenis ini, perusahaan yang telah memiliki izin usaha dan perizinan lainnya,
hanya saja belum memiliki kegiatan yang dilakukan. Contoh dari peru sahaan
ini adalah PT Semen Kupang, PT Bayur Air dan lainnya.

d. PT Asing
Ini merupakan jenis PT yang didirikan di luar negeri dengan mengikuti dan
menjalankan peraturan yang berlaku dalam negara tersebut.

e. PT Domestik

PT jenis ini sudah berdiri dan menjalankan operasional perusahaannya di dalam


negeri dan wajib mengikuti seluruh aturan yang berlaku di dalam negeri.

3. Modal PT
Permodalan merupakan aspek penting yang wajib dipertimbangkan sebelum
mendirikan perusahaan. Modal merupakan aset yang wajib dimiliki setiap
perusahaan b aik CV, PT, Firma, Persekutuan Perdata maupun Yayasan. Modal
dalam Perseroan Ter batas (PT) terbagi atas nominal saham yang dapat diubah atau
disesuaikan oleh pemeg ang saham dari waktu ke waktu. Permodalan PT diatur oleh
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (“UU No.
40/2007”).

a. Modal dasar
Modal dasar adalah nominal modal disebutkan dalam anggaran dasar dan
menj adi penentu pertama perusahaan beroperasional. Seperti yang diamanatkan
dal am UU No 40 Tahun 2007 modal dasar adalah sebesar Rp 50 juta. Sementara
dalam PP No 8 Tahun 2021 yang merupakan turunan dari UU Ciptaker menye but
bahwa modal dasar perseroan harus ditempatkan dan disetor penuh paling sedikit
25% atau dua puluh lima persen yang dibuktikan dengan bukti penyeto ran yang
sah.
● Syarat Minimal Modal PT tahun 2022

Modal PT terdiri atas modal dasar, disetor dan ditempatkan. Mo dal dasar
adalah total jumlah dari keseluruhan saham yang dimiliki per seroan. Sebelum
berlakunya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 te ntang Cipta Kerja (“UU No. 11/

6|Page
2020”), minimal modal dasar yang har us dimiliki PT adalah sebesar Rp 50.000.000,-
(lima puluh juta Rupia h). Dimana, dari besaran modal dasar tersebut yang wajib untuk
disetor kan oleh para pemegang saham pada rekening perusahaan adalah sebes ar 25%
dari total jumlah modal dasar tersebut. Namun dengan lahirnya omnibus law atau
Undang Undang Cipta Kerja, syarat minimal modal menjadi dihapuskan. Ketentuan ini
diatur pada Pasal 109 angka 3 UU No. 11 Tahun 2020 yang mengatur sebagai berikut:

- Perseroan wajib memiliki modal dasar Perseroan.


- Besaran modal dasar Perseroan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditentukan berdasarkan keputusan pendiri Perseroan.
- Ketentuan lebih lanjut mengenai modal dasar Perseroan diatur dalam
Peraturan Pemerintah.

Lebih lanjut, hal tersebut juga diatur dalam salah satu aturan pe laksana undang-
undang cipta kerja yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2021 tentang Modal
Dasar Perseroan Serta Pendaftaran Pendir ian, Perubahan, dan Pembubaran Perseroan
yang Memenuhi Kriteria u ntuk Usaha Mikro dan Kecil (“PP No. 8/2021”).
Namun, penting untuk kita ketahui bahwa tidak seluruh PT dipe rbolehkan
menentukan besaran modal dasarnya sendiri. Pasal 5 PP No. 8/2021 menyatakan:
“Perseroan yang melaksanakan kegiatan usaha te rtentu, besaran minimum modal dasar
Perseroan harus sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.” Adapun
contoh beberapa bidang atau kegiatan usaha tertentu yang wajib memenuhi ketentuan m
inimal modal dasar sesuai peraturan perundang-undangan adalah PT ya ng bergerak dalam
bidang perbankan (perhimpunan dana masyarakat), asuransi, konstruksi/ pembangunan
tertentu dan sebagainya.
● Cara Penambahan Modal Dasar PT
Tata cara penambahan modal PT diatur dalam Pasal 41 UU No. 40/2007 yang
menyebutkan:
- Penambahan modal Perseroan dilakukan berdasarkan persetuj uan RUPS.
- RUPS dapat menyerahkan kewenangan kepada Dewan Komisa ris guna
menyetujui pelaksanaan keputusan RUPS sebagaiman a dimaksud pada ayat (1)
untuk jangka waktu paling lama 1 ta hun.
- Penyerahan kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sewaktu-waktu
dapat ditarik kembali oleh RUPS.

7|Page
Lebih lanjut, Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) penamba han modal
ditempatkan dan disetor wajib untuk dihadiri dengan kuoru m min. lebih dari 50%
(lima puluh persen) dari total jumlah saham. Se dangkan, syarat sahnya keputusan
RUPS untuk penambahan modal adalah min. lebih besar dari 50% (lima puluh persen)
dari total suara ya ng dikeluarkan (kecuali ditentukan lebih besar dalam anggaran
dasar).
Keputusan RUPS kemudian dituangkan dalam suatu akta yang berbentuk
notariil yang dinamakan Akta RUPS. Akta ini wajib ditanda tangani oleh seluruh
anggota pemegang saham pada waktu dan tempat yang sama. Namun, dalam hal
terdapat pemegang saham yang sedang berada diluar kota/ luar negeri, maka para
pemegang saham tidak perlu mengadakan RUPS secara langsung. Para pemegang
saham dapat men yatakan keputusannya dalam suatu sirkuler, dimana para pemegang
sah am cukup menandatangani sebuah surat Keputusan Para Pemegang Sa ham
("KPPS") dalam bentuk bawah tangan secara bergilir terlepas da ri lokasi masing-
masing pemegang saham yang berbeda-beda. Apabila KPPS tersebut telah
ditandatangani oleh seluruh pemegang saham, ma ka notaris akan menyatakan sirkuler
tersebut dalam suatu Akta Pernyat aan KPPS ("PKPPS"). Akta PKPPS inilah yang
kemudian akan didaft arkan pada Kementerian Hukum dan HAM untuk memperoleh
persetuj uan.

b. Modal yang ditempatkan

Setelah modal dasar telah dipenuhi, pemilik perusahaan mulai menentukan


berapa modal yang harus ditempatkan pada perusahaan tersebut. Bila terdapat
lebih dari satu pemilik perusahaan, berarti kebutuhan modal yang hendak
ditempa tkan bisa dibagi secara merata. Bila sesuai dengan UU No 40 Tahun
2017, modal yang ditempatkan bisa sekitar 25% dari modal dasar untuk pemilik
modal. Bukti setoran tersebut akan menjadi lampiran berkas yang harus
diserahkan ke tika pendaftaran di Kementerian Hukum dan HAM. Selanjutnya
modal yang d itempatkan tersebut nantinya akan menjadi bukti kepemilikan
dalam bentuk saham sebuah perusahaan.

c. Modal yang disetor

Modal yang dianggap nyata atau riil, sebab modal tersebut sudah benar-benar
disetorkan ke dalam perusahaan. Pemegang saham yang menanamkan modal di
PT pun dianggap sudah menyetorkan modal pendirian PT secara riil.
Penyetoran yang sudah dilakukan pun sudah dianggap sah berdasarkan pada
8|Page
UU PT ya ng menyebutkan besaran modal ditempatkan minimal adalah 25
persen dari m odal dasar yang disetorkan. Penyetoran itu pun harus disertakan
dengan bukti penyetoran yang sah, misalnya bukti pemasukan uang yang
dilakukan oleh pe megang saham ke dalam rekening bank milik perusahaan.
VII. Organ PT
1. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)

RUPS adalah organ Perseroan Terbatas yang memiliki kewenangan eksklusif yang
tidak diberikan kepada Direksi dan Dewan Komisaris dalam batas yang ditentukan
dalam Undang-Undang dan/atau anggaran dasar. RUPS memiliki kewenangan untuk;
i. Pengambilan keputusan sesuai dengan ketentuan forum yang terdapat dalam U U
PT.
ii. Mengubah anggaran dasar sesuai dengan ketentuan forum yang terdapat dalam
UU PT.
iii. Menyetujui penggabungan, peleburan, pengambilalihan, atau pemisahan, peng
ajuan permohonan pailit, perpanjangan jangka waktu berdirinya dan pembubar an
Perseroan sesuai dengan ketentuan yang terdapat dalam UU PT.
2. Direksi

Direksi memiliki tugas dan tanggung jawab untuk menjalankan perusahaan


sesuai dengan tujuan perusahaan tersebut. Direksi yang diangkat oleh perusahaan
tidak harus memiliki kewarganegaraan Indonesia tetapi juga dapat memiliki
kewarganegaraan asing. UU PT sendiri tidak mengatur mengenai ketentuan warga
negara apa yang dapat men duduki jabatan direktur.
Namun, dalam Pasal 46 ayat (1) UU Nomor 13 Tahun 2003 Ketenagakerjaan
menyebutkan bahwa “Tenaga kerja asing dilarang menduduki jabatan yang
menguru si personalia dan/atau jabatan-jabatan tertentu”, sehingga dapat
diartikan jika kerja asing boleh menjadi direktur suatu perusahaan kecuali untuk
jabatan yang mengurusi atau berhubungan langsung dengan kepegawaian atau
personalia seperti Direktur HRD.
Direksi memiliki wewenang untuk menjalankan pengurusan perusahaan dengan
kebijakan yang dipandang tepat dan dengan batas yang ditentukan oleh Undang-
Undang dan/atau anggaran dasar. Selain itu, memiliki kewajiban untuk;
1. Membuat daftar pemegang saham, daftar khusus, risalah RUPS dan risalah
rapat rapat
2. Membuat laporan tahunan untuk disampaikan kepada RUPS.

9|Page
3. Memelihara seluruh daftar, risalah dan dokumen keuangan Perseroan diatas
dan dokumen Perseroan lainnya.
Prinsip pengelolaan suatu perusahaan dalam literatur dikenal beberapa prinsip yakni :
1. Prinsip Kolegial
Menurut prinsip ini, kedudukan para direktur sama tingginya sehingga tidak ada
yang menjadi Presiden Direktur, Perbedaan hanya terletak tugas, wewenang
dan tanggung jawab.

2. Prinsip Direktorial
Menurut prinsip ini seorang direktur menjadi presiden direktur atau direktur
utama. Sedangkan direktur lainnya, berada di bawahnya dan bertanggung jawab
kepadanya. Sedangkan presiden direktur bertanggung jawab kepada dewan
komisaris.
3. Dewan Komisaris
Dewan Komisaris adalah Organ Perseroan yang melakukan
pengawasan secara umum dan/atau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta
memberikan nasihat kepada Direk si. Kewajiban, disebutkan di dalam Pasal 108
ayat (1) UU PT adalah melakukan peng awasan atas kebijakan pengurusan,
pengelolaan pada umumnya, baik mengenai Perser oan maupun usaha
Perseroan, dan memberi nasihat kepada Direksi.
Yang dapat diangkat menjadi Komisaris adalah perorangan yang
mampu mela ksanakan perbuatan hukum dan tidak pernah dinyatakan pailit
atau menjadi anggota D ireksi atau menjadi anggota Komisaris yang dinyatakan
bersalah menyebabkan perser oan dinyatakan pailit, atau orang yang pernah
dihukum karena melakukan tindak pida na yang merugikan keuangan negara
dalam waktu 5 (lima) tahun sebelum pengangkat an. Kewajiban lain yang
terdapat dalam Pasal 116 UU PT, berupa:
- Membuat rapat Dewan Komisaris dan menyimpannya;
- Melaporkan kepada Perseroan mengenai kepemilikannya dan/atau
keluargany a pada Perseroan tersebut dan Perseroan lain;
- Memberikan laporan tentang tugas pengawasan yang telah dilakukan selama
tahun buku yang baru berakhir kepada RUPS.

Komisaris berwenang Memeriksa semua pembukuan, surat dan alat


bukti dan berhak mencocokkan keadaan keuangan, berhak mengetahui segala
tindakan yang telah dijalankan Direksi, dan Komisaris berhak
memberhentikan untuk sementara seorang atau lebih anggota Direksi apabila

10 | P a g e
anggota Direksi tersebut bertindak bertentangan dengan Anggaran Dasar atau
perundang-undangan yang berlaku.
Dampak apabila salah satu organ ini tidak ada maka PT tidak dapat
didirikan a tau harus terjadi perubahan anggaran dasar karena dalam UU PT
telah disebutkan bah wa organ perusahaan adalah RUPS, Direksi dan Dewan
Komisaris.
Macam-Macam PT:
- PT terbuka
- PT tertutup
- PT kosong
- PT domestik
- PT perseorangan
- PT Asing

Ciri-Ciri PT sebagai Badan Hukum:


- Memiliki harta kekayaan sendiri
- Memiliki hak dan kewajiban yang terpisah
- Memiliki tujuan tertentu
- Organ PT yang teratur

VIII. Dokumen Perusahaan


1. Tentang Dokumen Perusahaan
Menurut UU Nomor 8 Tahun 1997 tentang Dokumen Perusahaan (UU DP).
Dokumen perusahaan adalah data, catatan, dan atau keterangan yang dibuat dan atau
diterima oleh perusahaan dalam rangka pelaksanaan kegiatannya, baik tertulis di atas
kertas atau sarana lain maupun terekam dalam bentuk cora k apapun yang dapat dilihat,
dibaca, atau didengar. Oleh karena itu, merujuk pada pasal yang disebutkan di atas,
dokumen perusahaan tidak hanya dapat berbentuk dokumen tertulis saja, tapi juga
rekaman video dan juga suara yang dapat digunakan sebagai bukti hukum yang jelas.
Dokumen perusahaan menurut UU Nomor 8 Tahun 1997 pasal 2 dan 3
disebutkan bahwa yang termasuk dalam kategori dokumen perusahaan adalah:

● Dokumen keuangan terdiri dari catatan, bukti pembukuan, dan data pendukung
administrasi keuangan, yang merupakan bukti adanya hak dan kewajiban serta
kegiatan usaha suatu perusahaan.

11 | P a g e
● Dokumen lainnya terdiri dari data atau setiap tulisan yang berisi ketera ngan yang
mempunyai nilai guna bagi perusahaan meskipun tidak terkait langsung dengan
dokumen keuangan.

Tentang Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1997 khusus mengatur tentang semua


yang berkaitan dengan perusahaan. Di dalam UU ini sendiri terdapat 6 Bab dan juga
terdapat 31 pasal dan 62 ayat di dalamnya. Masing-masing bab menjelaskan bagian
yang berbeda tetapi masih saling berkaitan dengan mengatur terkait dokumen
perusahaan, Bab I (Ketentuan Umum), Bab II (Pembuatan Catatan dan Penyimpanan
Dokumen Perusahaan), Bab III (Pengalihan Bentuk Dokumen Perusahaan dan
Legalisasi), Bab IV (Pemindahan, Penyerahan, dan Pemusnahan Dokumen
Perusahaan), Bab V (Ketentuan Peralihan), Bab VI (K etentuan Penutup). Sedangkan
untuk inti dari penjelasan yang dibahas oleh pas al-pasal tersebut adalah sebagai
berikut:
● Pasal 1 (Pengertian perusahaan, dokumen perusahaan, dan jadwal reten si)
● Pasal 2 (Jenis dokumen perusahaan)
● Pasal 3 (Pengertian dokumen keuangan)
● Pasal 4 (Pengertian dokumen lainnya)
● Pasal 5 (Jenis catatan dari dokumen keuangan)
● Pasal 6 (Jenis bukti pembukuan dari dokumen keuangan)

● Pasal 7 (Pengertian data pendukung administrasi keuangan dan jenis da ri data


pendukung pendukung administrasi keuangan)
● Pasal 8 (Ketentuan mengenai kewajiban pembuatan catatan, format pe nulisan
catatan, dan ketentuan penggunaan bahasa asing dalam penulis an catatan)
● Pasal 9 (Ketentuan penandatanganan catatan dan jangka waktu pembua tan
catatan)
● Pasal 10 (Ketentuan mengenai bentuk catatan yang wajib dihasilkan da lam bentuk
fisik (kertas) dan juga catatan yang bisa berbentuk lainnya (selain kertas))
● Pasal 11 (Ketentuan mengenai jangka waktu penyimpanan dokumen pe rusahaan
yang telah disebutkan pada pasal-pasal sebelumnya)
● Pasal 12 (Ketentuan mengenai pengalihan dokumen perusahaan dan m edia yang
digunakan)
● Pasal 13 (Kewajiban legalisasi atas dokumen perusahaan yang dialihka n)

12 | P a g e
● Pasal 14 (Ketentuan legalisasi melalui berita acara dan isi yang setidak nya harus
terkandung di dalam berita acara tersebut)
● Pasal 15 (Keabsahan dan legalitas untuk dokumen yang sudah dialihkan menjadi
mikrofilm atau media lainnya lalu dicetak)
● Pasal 16 (Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengalihan dokumen yang
diatur oleh peraturan daerah)
● Pasal 17 (Ketentuan pemindahan dokumen perusahaan)
● Pasal 18 (Kewajiban penyerahan dokumen perusahaan tertentu kepada Arsip
Nasional dan ketentuan pembuatan berita acara terkait penyerahan dokumen
perusahaan tersebut kepada Arsip Nasional)
● Pasal 19 (Ketentuan pemusnahan dokumen perusahaan)
● Pasal 20(Ketentuan pemusnahan dokumen perusahaan yang sudah diali hkan ke
mikrofilm ataupun media lainnya)
● Pasal 21 (Ketentuan mengenai pembuatan berita acara tentang pemusn ahan
dokumen perusahaan)
● Pasal 22 (Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyerahan dan pemusnahan
dokumen yang diatur oleh peraturan daerah)

● Pasal 23 (Ketentuan jangka waktu penyimpanan terkait buku, surat, cat atan, dan
neraca yang sesuai dengan ketentuan pasal 6 pada Kitab Undang-Undang Hukum
Dagang (Wetboek van Koophandel voor Indonesia, Staatsblad 1847 : 23 / KUHD))
● Pasal 24 (Ketentuan jangka waktu penyimpanan salinan surat dan teleg ram
berdasarkan pasal 6 KUHD)
● Pasal 25 (Ketentuan pemusnahan dokumen perusahaan bagi perusahaa n yang telah
meminta pertimbangan kepada ketua BPK dan juga terhitu ng satu tahun sejak
diterbitkan UU ini belum diberikan pertimbangan)

● Pasal 26 (Ketentuan pemusnahan dokumen perusahaan bagi perusahan yang telah


meminta pertimbangan kepada kepala Arsip Nasional dan juga terhitung satu tahun
sejak diterbitkan UU ini belum diberikan pertimbangan)
● Pasal 27 (Ketentuan jadwal retensi dokumen perusahaan bagi perusaha an yang
telah meminta pertimbangan kepada kepala Arsip Nasional da n juga terhitung satu
tahun sejak diterbitkan UU ini belum diberikan pertimbangan)
● Pasal 28 (Pihak-pihak yang nantinya memberlakukan ketentuan dalam UU
tersebut)

13 | P a g e
● Pasal 29 (Keberlakuan mengenai semua ketentuan pada peraturan peru ndang-
undangan terkait pelaksanaan Pasal 6 KUHD)
● Pasal 30 (Keterangan lainnya saat UU ini berlaku)
● Pasal 31 (Waktu berlakunya UU ini)

2. Jangka Waktu Penyimpanan Dokumen Perusahaan

Pasal 6 KUHD mewajibkan perusahaan untuk menyimpan setiap catatan


mengenai keadaan kekayaan dan semua hal yang menyangkut keadaan perus ahaan
selama jangka waktu 30 (tiga puluh) tahun. Berkaitan dengan hal yang menyangkut
surat-surat, telegram-telegram yang diterimanya serta turunan-tur unan surat-surat dan
telegram-telegram yang dikeluarkan wajib disimpan sela ma 10 (sepuluh) tahun. Selain
itu, pada Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1997 tentang Dokumen Perusahaan pada
pasal 1 ayat 3 dijelaskan terkait jadwal rete nsi yang mana bunyinya adalah “Jadwal
retensi adalah jangka waktu penyimp anan dokumen perusahaan yang disusun dalam
suatu daftar sesuai dengan je nis dan nilai kegunaannya dan dipakai sebagai pedoman
pemusnahan dokum en perusahaan”. Di dalam Undang- Undang tersebut juga
dijelaskan secara ri nci tepatnya mengenai jangka waktu penyimpanan lainnya bagi
dokumen peru sahaan. Dimana di dalam UU Nomor 8 tahun 1997 pasal 1,2,3,4, dan 5
tentang Dokumen perusahaan dijelaskan bahwa,
● Catatan (neraca tahunan, perhitungan laba rugi tahunan, rekening, ju rnal
transaksi harian, atau setiap tulisan yang berisi keterangan meng enai hak dan
kewajiban serta hal-hal lain yang berkaitan dengan kegi atan usaha suatu
perusahaan), bukti pembukuan (warkat-warkat yang digunakan sebagai dasar
pembukuan yang mempengaruhi perubahan kekayaan, utang, dan modal), dan data
pendukung administrasi keuan gan (data pendukung yang merupakan bagian dari
bukti pembukuan) wajib disimpan selama 10 (sepuluh) tahun terhitung sejak akhir
tahun buku perusahaan yang bersangkutan.
● Data pendukung administrasi keuangan (data pendukung yang tidak m erupakan
bagian dari bukti pembukuan), jangka waktu penyimpanann ya disesuaikan dengan
kebutuhan perusahaan yang bersangkutan
● Dokumen lainnya (data atau setiap tulisan yang berisi keterangan Yan g
mempunyai nilai guna bagi perusahaan meskipun tidak terkait langs ung dengan
dokumen keuangan) jangka waktu penyimpanannya diteta pkan berdasarkan nilai
guna dokumen tersebut.

14 | P a g e
● Jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan ayat (3), dis usun oleh
perusahaan yang bersangkutan dalam suatu jadwal retensi y ang ditetapkan
dengan keputusan pimpinan perusahaan.
● Kewajiban penyimpanan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat
(2), dan ayat (3) tidak menghilangkan fungsi dokumen yang bersangku tan sebagai
alat bukti sesuai dengan kebutuhan sebagaimana ditentuk an dalam ketentuan
mengenai daluwarsa suatu tuntutan yang diatur d alam peraturan perundang-
undangan yang berlaku, atau untuk kepent ingan hukum lainnya.
Pengaturan mengenai pemusnahan dokumen keuangan dilaksanakan
berdasarkan keputusan pimpinan perusahaan. Pimpinan perusahaan tersebut atau
pejabat lain yang ditunjuk bertanggungjawab atas segala kerugian perusahaan
dan/atau pihak ketiga sebagai akibat dari pemusnahan Dokumen Perusahaan, dalam
hal pemusnahan Dokumen Perusahaan dilakukan sebelum habis jangka waktu
penyimpanan; atau pemusnahan Dokumen Perusahaan dilakukan, sedangkan
diketahui atau patut diketahui bahwa Dokumen Perusahaan tersebut masih tetap
harus disimpan, karena mempunyai nilai guna baik yang berkaitan dengan
kekayaan, hak dan kewajiban perusahaan maupun kepentingan lainnya.

IX. Hak Kekayaan Intelektual


Hak kekayaan intelektual (HKI) terbagi menjadi dua kategori, yaitu hak cipta dan hak
kekayaan industri. Hak cipta adalah hak eksklusif bagi pencipta atau penerima hak unt
uk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau memberikan izin untuk itu de
ngan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-undang
an yang berlaku. Sedangkan hak kekayaan industri terdiri dari hak:

1. Paten (teknologi) UU No.14 Th.2001 Pasal 1 Ayat 1


2. Merek (simbol, nama dagang) UU No.15 Th.2001 Pasal 1 Ayat 1
3. Desain Industri (fisik produk) UU No.31 Th.2000 Pasal 1 Ayat 1
4. Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu (elektronik) UU No.32 Th.2000 Pasal 1
Aya t 1
5. Rahasia Dagang (segala info bernilai ekonomi yang dirahasiakan) UU No.30
Th.2000

Manfaat HKI:

15 | P a g e
1. Perlindungan terhadap penyalahgunaan/pemalsuan oleh pihak lain.
2. Perusahaan mendapat citra positif.
3. Terhindar dari kerugian akibat pemalsuan.
4. Menjamin kepastian hukum bagi pencipta atau pemegang HKI.
5. Penerimaan negara dari pendaftaran HKI bertambah.
6. Pemerintah mendapat citra positif di mata WTO.
7. Pemegang hak dapat memberikan izin/lisensi kepada pihak lain.

X. Saham
Prinsip separate legal personality diatur secara normatif dalam Pasal 3 ayat (1) UUPT
yang menyebutkan bahwa pemegang saham PT tidak bertanggung jawab secara pribadi
atas perikatan yang dibuat atas nama PT dan tidak bertanggung jawab atas kerugian PT
melebihi saham yang dimiliki. Namun, ketentuan di atas tidak berlaku dan pemegang
saham dapat dimintai pertanggungjawaban hukum berdasarkan Pasal 3 ayat (2) U UPT
apabila:

1. Persyaratan PT sebagai badan hukum belum atau tidak terpenuhi;


2. Pemegang saham yang bersangkutan baik langsung maupun tidak langsung
dngan itikad buruk memanfaatkan PT untuk kepentingan pribadi;
3. Pemegang saham yang bersangkutan terlibat dalam perbuatan melawan
hukum yang dilakukan oleh PT; atau
4. Pemegang saham yang bersangkutan baik langsung maupun tidak langsung
secara melawan hukum menggunakan kekayaan PT, yang mengakibatkan
kekayaan PT menjadi tidak cukup untuk melunasi utang PT.

Perlindungan Hukum bagi Pemegang Saham PT Persekutuan Modal


1. Mengajukan Gugatan Terhadap PT

Pasal 61 ayat (1) UUPT; Pemegang saham berhak mengajukan gugatan


terhadap PT ke Pengadilan Negeri apabila dirugikan karena tindakan PT yang
dianggap tidak adil dan tanpa alasan wajar sebagai akibat keputusan RUPS,
direksi, dan/atau dewan komisaris.
2. Perseroan Membeli Kembali Saham dengan Harga Wajar

Pasal 62 ayat (1) UUPT; Pemegang saham berhak meminta kepada PT agar
sahamnya dibeli dengan harga yang wajar apabila yang bersangkutan tidak
menyetujui tindakan PT yang merugikan pemegang saham atau PT, berupa:

16 | P a g e
a. perubahan anggaran dasar;

b. pengalihan atau penjaminan kekayaan PT yang mempunyai nilai lebih dari


50% kekayaan bersih PT; atau
c. penggabungan, peleburan, pengambilalihan, atau pemisahan.
3. Hak Pemeriksaan Terhadap PT

Pasal 138 UU PT menjelaskan bahwa pemegang saham dapat mengajukan per


mohonan pemeriksaan PT dengan tujuan untuk mendapatkan data atau
keterangan dalam hal terdapat dugaan bahwa:
a. PT melakukan perbuatan melawan hukum yang merugikan pemegang
saham atau pihak ketiga; atau
b. Anggota direksi atau dewan komisaris melakukan perbuatan melawan
hukum yang merugikan perseroan atau pemegang saham atau pihak ketiga.

Perlindungan Hukum bagi Pemegang Saham PT Perseorangan


Sejak berlakunya UU Cipta Kerja, selain PT persekutuan modal sebagaimana telah
dijelaskan sebelumnya, terdapat konsep perseroan baru yaitu PT perorangan yang
meme nuhi kriteria Usaha Mikro dan Kecil (“UMK”). PT ini dapat didirikan oleh 1
orang (n atuurlijke persoon), sehingga terdapat pemegang saham tunggal.
Bagaimana perlindungan terhadap pemegang saham PT perorangan? Prinsip
separate legal personality juga berlaku bagi PT perorangan walaupun hanya didirikan
oleh seorang pemegang saham. Pasal 153J UUPT menyebutkan bahwa pemegang
saham tidak bertanggung jawab secara pribadi atas perikatan yang dibuat atas nama PT
dan tidak bertanggung jawab atas kerugian PT melebihi saham yang dimiliki.
Pengecual ian pembatasan pertanggungjawaban tersebut apabila:

a. Persyaratan PT sebagai badan hukum belum atau tidak terpenuhi;


b. Pemegang saham yang bersangkutan, baik langsung maupun tidak langsung
de ngan itikad buruk memanfaatkan PT untuk kepentingan pribadi;
c. Pemegang saham yang bersangkutan terlibat dalam perbuatan melawan
hukum yang dilakukan oleh PT; atau
d. Pemegang saham yang bersangkutan, baik langsung maupun tidak langsung
secara melawan hukum menggunakan kekayaan PT, yang mengakibatkan
kekayaan PT menjadi tidak cukup untuk melunasi hutang.

XI. Corporate Social Responsibility

17 | P a g e
CSR dapat dipandang dari aspek hukum (legal), walaupun sejatinya aspek
hukum dari CSR akan selalu terikat dengan ketiga aspek lainnya (filantropi, etis, dan
ekonomi). Pembicaraan mengenai CSR dari perspektif hukum, maka tentu akan
berkenaan dengan tanggung jawab hukum (legal responsibility). Dengan demikian
CSR dilihat sebagai bagian dari tanggung jawab hukum atau tanggung jawab yang
didasarkan atas hukum. menurut Archie Caroll: (Matter: 2006). CSR itu sendiri dan
tulisan ini, secara lebih spesifik akan menyoroti persoalan tersebut dalam bingkai
hukum di Indonesia.
Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) atau lebih dikenal corporate
Social Responsibility (CSR) adalah Menurut Pasal 1 angka 3 UUPT No. 40 Tahun 200
7, adalah komitmen perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi
berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat,
baik bagi perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya.
Dalam hal ini setiap perseroan memiliki kewajiban dalam melaksanakan TJSL ini
seperti diamanatkan dalam Pasal 74 UUPT No. 40 Tahun 2007 sebagai berikut:
1. Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan
dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan
Lingkungan.
2. Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai
biaya Perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan
kepatutan dan kewajaran.
3. Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Untuk menghitung besaran dana CSR yang dialokasikan bisa diukur dari laba
bersih atau besaran keuntungan perusahaan, apakah persentasenya 2,5% atau 3% dari
keuntungan selama sesuai dengan asas kepatutan dan kewajaran. Sedangkan dalam
Peraturan Menteri Negara BUMN No. 4 tahun 2007 besarannya sebesar 2% dari laba
(S uharyono, 2015:1) dan (Widyana P:2010:1)

Landasan hukum untuk pemberlakuan CSR juga harus memenuhi 3 (tiga)


landasan tersebut yakni filosofis, sosiologis dan yuridis. Dengan berlandaskan pada
ketiga landasan ini maka lengkaplah landasan hukum pemberlakuan CSR memperoleh
keabsahan filsafati, sosiologis dan yuridis. (Rahardjo:2006) Pada paper ini, tim

18 | P a g e
penyusun ak an lebih berfokus pada bahasan landasan hukum CSR Yuridis. CSR
dikenal juga deng an sebutan TJSL (Tanggung jawab Sosial dan Lingkungan) itu sudah
diatur sedemikian rupa dalam:

Untuk menghitung besaran dana CSR yang dialokasikan bisa diukur dari laba
bersih atau besaran keuntungan perusahaan, apakah persentasenya 2,5% atau 3% dari
keuntungan selama sesuai dengan asas kepatutan dan kewajaran. Sedangkan dalam
Peraturan Menteri Negara BUMN No. 4 tahun 2007 besarannya sebesar 2% dari laba
(Suharyono, 2015:1) dan (Widyana P:2010:1)

Landasan hukum untuk pemberlakuan CSR juga harus memenuhi 3 (tiga) land asan
tersebut yakni filosofis, sosiologis dan yuridis. Dengan berlandaskan pada ketiga landasan
ini maka lengkaplah landasan hukum pemberlakuan CSR memperoleh keabs ahan filsafati,
sosiologis dan yuridis. (Rahardjo:2006) Pada paper ini, tim penyusun akan lebih berfokus
pada bahasan landasan hukum CSR Yuridis. CSR dikenal juga dengan sebutan TJSL
(Tanggung jawab Sosial dan Lingkungan) itu sudah diatur sedemikia n rupa dalam:
● UU No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (PT)
● UU No. 25 Th 2007 Tentang Penanaman Modal
● UU Nomor 23 Tahun 1997 jo UU No. 32 th 2009 Tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup
● UU No.22 Th 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi
● PP 47 tahun 2012 tentang Tanggung jawab sosial dan lingkungan bagi
Perseran Terbatas
● Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara
(Ade Adhari: 2015:1) jo Permeneg BUMN No.PER 05/MBU/2007 tentang
Program kemitraan BUMN dan usaha kecil dan bina lingkungan. (Suharyono,
20 15:1)
● Undang-undang Nomor 13 Tahun 2011 Tentang Penanganan Fakir Miskin
(Ra hmatullah, 2013:hal 1)

XII. Contoh Kasus


Kejaksaan Tinggi Riau, pada Selasa 12 November 2019, menyatakan berkas
kasus ke bakaran hutan dan lahan (karhutla) yang menyeret PT SSS (Sumber Sawit
Sejahtera) telah lengkap atau P21. Dalam kasus karhutla ini ada tiga tersangka, yaitu

19 | P a g e
korporasi (PT. SSS), direktur utama PT tersebut sebagai pelaku fungsional, dan manajer
operasion al sebagai pelaku pembakar lahan.
Penetapan korporasi sebagai tersangka kasus karhutla di Riau mendapat sorotan
dari pengamat hukum pidana korporasi Ari Yusuf Amir. Ari mengungkapkan pada
berbagai kasus tindak pidana korporasi di Indonesia, termasuk kasus Karhutla, jajaran
direksi sering menjadi pihak yang rentan ditetapkan sebagai tersangka. Jarang sampai
menyentuh ke level pemegang saham. “Alasan utamanya karena kesulitan pembuktian
keterlibatan pemegang saham,”
Ari menjelaskan, penyidik masih berpedoman pada Pasal 3 ayat (1) UU No. 40
tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UU PT). Dalam pasal tersebut, pemegang saham
dinyatakan hanya bertanggung jawab sebatas saham korporasi yang dimilikinya.
Keterbatasan tanggung jawab pemegang saham tersebut memiliki dua makna.
Pertama, pemegang saham tidak mungkin melakukan tindak pidana korporasi karena
hanya menanamkan modal, dan tidak terlibat dalam kegiatan operasional. Kedua,
tanggung jawab pemegang saham hanya terbatas besar-kecilnya perolehan deviden atas
sahamnya.
Diungkapkan Ari, berulang-ulangnya kasus karhutla di wilayah konsesi
korporasi tertentu, patut diduga tindak pidana tersebut merupakan kebijakan korporasi.
Disebut kebijakan korporasi, karena Pembukaan Lahan Tanpa Bakar (PLTB)
memerlukan waktu yang lama dan biaya mahal. “Karena tujuan korporasi adalah
memperoleh laba sebesar-besarnya, maka dipilihlah alternatif yang mudah, cepat dan
hemat, yaitu menggunakan teknik pembakaran lahan,” ujar Ari.
Sementara untuk membuktikan ada-tidaknya pengaruh pemegang saham,
menurut Ari dapat dilakukan pembuktiannya melalui beberapa tahap. Tahap pertama,
perlu diselidiki apakah direksi merupakan orang yang ditempatkan oleh pemegang
saham pengendali? Para pemegang saham sering menggunakan modalnya untuk
mempengaruhi direksi dan komisaris dalam mengambil kebijakan yang
menguntungkannya.
Bentuk penggunaan pengaruh modal oleh pemegang saham biasanya berupa
penunjukan direksi dan komisaris. Bila direksi merupakan orang yang ditunjuk oleh
pemegang saham pengendali, maka, dalam konteks pidana, pemegang saham dapat
dimintai pertanggungjawaban pidana atas tindakan buruk direksi yang dia pilih.
Tahap kedua, untuk membuktikan keterlibatan pemegang saham dalam kasus
Karhutla adalah dengan melihat dokumen Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

20 | P a g e
Dalam dokumen RUPS dapat dibaca rencana tindakan korporasi untuk mematuhi
persyaratan yang diatur dalam undang-undang di bidang pembukaan lahan. Seharusnya
korporasi sudah memahami dengan benar persyaratan yang diatur dalam undang-
undang untuk pembukaan lahan. “Bila dalam dokumen terdapat ketidaksesuaian, maka
perlu dilihat penyebab ketidaksesuaian tersebut,” urai Ari.
Menurut Ari, secara teoritis, pemegang saham tidak boleh mempengaruhi
kebijakan direksi, kecuali melalui organ korporasi yaitu RUPS. Namun dalam
kenyataannya seringkali pemegang saham pengendali, dengan kekuasaan yang
dimilikinya, bertindak diluar kewenangannya untuk mengatur direksi dan komisaris
(ultra vires). Terhadap tindakan tersebut, menurut Pasal 3 ayat (2) UU PT, pemegang
saham telah kehilangan hak imunitasnya.
Hak imunitas pemegang saham adalah pertanggungjawaban terbatas atau limited liability.
Dengan kata lain, bila pemegang saham melakukan tindakan ultra vires, maka
pertanggungjawaban pemegang saham tidak lagi sebatas saham yang disetor, melainkan
menurut rumusan pasal 55 KUHP-- menjadi pihak yang menyuruh melakukan atau
membantu melakukan tindak pidana.
Dengan demikian limited liability dapat ditembus atau piercing the corporate
veil, dan pemegang saham bertanggung jawab secara pribadi. Sebagaimana diatur
dalam Pasal 3 ayat (2) UU PT. “Dengan dua tahap pembuktian dan doktrin ultra vires
tersebut, semestinya aparat penegak hukum tidak ragu untuk menjerat pidana
pemegang saham dari korporasi yang melakukan tindak pidana Karhutla,” kata Ari.
Ari menjelaskan, bila pemegang saham selalu berlindung di balik tameng
korporasi maka kasus kejahatan korporasi termasuk kasus karhutla akan terus terjadi.
Sedangkan penerapan sanksi pidana bagi pemegang saham akan membuat mereka lebih
berhati-hati untuk berbuat jahat dan curang, dan dapat membuat korporasi berjalan
lebih sehat. “Korporasi yang sehat akan berdampak positif bagi iklim investasi di
Indonesia, dan menguntungkan negara untuk proses pembangunan ekonomi
berkelanjutan,” tukasnya.

21 | P a g e
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Perusahaan merupakan segala bentuk usaha yang mejalankan setiap jenis usaha yang
bersifat tetap, terus-menerus, bekerja dan didirikan di wilayah Negara Indonesia dengan tujuan
untuk memperoleh keuntungan atau laba. Perusahaan atau badan usaha terdiri dari perusahaan
berbadan hukum dan tidak berbadan hukum. Sebuah perusahaan dapat dikatakanh berbadan
hukum apabila memiliki unsur-unsur seperti adanya harta kekayaan yang dipisahkan,
mempunyai tujuan tertentu mempunyai kepentingan sendiri, adanya organisasi yang teratur,
proses pendiriannya mendapatkan pengesahan dari Menteri Kehakiman.
Hukum perusahaan corporate law merupakan hukum yang mengatur tentang seluk
beluk bentuk hukum perusahaan. Hukum perusahaan adalah pengkhususan dari beberapa bab
dalam KUH Perdata dan KUHD (kodifikasi) ditambah dengan sebuah peraturan perundangan
lain yang mengatur tentang perusahaan (hukum tertulus yang belum dikodifikasi). Sesuai
dengan perkembangan dunia perdagangan dewasa ini, maka sebagian dari hukum perusahaan
adalah peraturan-peraturan hukum yang masih baru. Jika hukum dagang (KUHD) adalah
hukum (lex specialis) terhadap hukum perdata (KUH Perdata) yang sifatnya lex generalis,
demikian pula hukum perusahaan merupakan hukum khusus terhadap ilmu dagang.
Dengan mengacu kepada undang-undang wajib daftar perusahaan, maka perusahaan
didefisikan sebagai “setiap bentuk usaha yang menjalankan setiap jenis usaha yang bersifat
tetap, terus-menerus, dan didirikan, bekerja serta berkedudukan dalam wilayan negara
Indonesia dengan tujuan memperoleh keuntungan dana tau laba”. Bertitik tolak dari definisi
tersebut, maka lingkup pembahasan hukum perusahaan meliputi 2 (dua) hal pokok, yaitu
bentuk usaha dan jenis usaha.

22 | P a g e
Daftar Pustaka

Adminlp2m. 2021. Hak atas Kekayaan Intelektual (HaKI): Pengertian dan Jenisnya. Diakses

pada 14 November 2022. https://lp2m.uma.ac.id/2021/11/25/hak-atas-kekayaan- intelektual-


haki-pengertian-dan-jenisnya/#:~:text=HaKI%20atau%20Hak%20atas
%20Kekayaan%20Intelektual%20adalah%20hak%20eksklusif%20yang,hasil%20dari
%20suatu%20kreativitas%20intelektual.

Arifi, Bhirawa Jayasidayatra. 2022. Bentuk Perlindungan Hukum terhadap Pemegang Saham
PT. Diakses pada 14 November 2022. https://www.hukumonline.com/klinik/a/bentuk-

perlindungan-hukum-terhadap-pemegang-saham-pt-cl1017/

Direktorat Jenderal Industri Kecil Menengah Departemen Perindustrian. 2007. Kebijakan


Pemerintah dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual dan Liberalisasi Perdagangan
Jasa Profesi di Bidang Hukum. Jakarta

Hukumperseroanterbatas.com. (n.d.). Dokumen Perusahaan. Diakses pada 16 November


2022

https://www.hukumperseroanterbatas.com/dokumen-perusahaan/dokumen-perusahaan/

Legal, T. 2022. Syarat minimal modal PT Tahun 2022 dan Cara Penambahannya. Legiska.
Diakses pada 16 November 2022 https://www.legiska.co.id/post/syarat-minimal-modal-

tahun-2022-dan-cara-penambahan-modal-pt#:~:text=Modal%20dasar%20adalah%20total
%20jumlah

Pelatihan, J. 2020. Dasar Hukum perusahaan. Dasar Hukum Perusahaan Comments. Diakses
pada 16 November 2022 https://www.pelatihan-sdm.net/dasar-hukum-perusahaan/

Pramana, P. byB. A. 2020. Pengertian dari PT Kosong Dan kegunaannya bagi perusahaan.
Legistra. Diakses pada 22 November 2022 https://legistra.id/berita/pengertian-pt-kosong

Rosita. 2010. Definisi Dan Ruang Lingkup Hukum perusahaan. rosita. Diakses pada 16
November 2022 https://rosita.staff.uns.ac.id/2010/07/23/definisi-dan-ruang-lingkup-hukum-
perusahaan/

S, R. U. 2022. Apa definisi dokumen perusahaan menurut UU no 8 tahun 1997? Prima Doc.
Diakses pada 16 November 2022 https://primadoc.id/apa-definisi-dokumen-perusahaan-
menurut-uu-no-8-tahun-1997/

Suparji, Aries Machmud. 2016. Corporate Social Responsibility dalam Perundangan Di


Indonesia dan Dampaknya Terhadap Perpajakan. Jurnal Magister Ilmu Hukum Vol.1

No.4. Jakarta: Program Studi Magister Ilmu Hukum Pascasarjana Universitas Al Azhar
Indonesia

23 | P a g e
Tempo.co. 2022. 8 syarat mendirikan pt Atau Perseroan Terbatas, Penuhi Ketentuan Ini.
Tempo. Diakses pada 15 November 2022 https://bisnis.tempo.co/read/1576365/8-syarat-

mendirikan-pt-atau-perseroan-terbatas-penuhi-ketentuan-ini

Undang. (n.d.). Diakses pada 16 November 2022

https://jdih.kemenkeu.go.id/fulltext/1997/8tahun~1997uu.htm#:~:text=Dokumen
%20perusahaan%20adalah%20data%2C%20catatan,dilihat%2C%20dibaca%2C%20atau
%20didengar.

Watupongoh, J. J. 2019. Makalah Kelompok hukum perusahaan " Bentuk Bentuk Hukum
perusahaan ". Makalah Hukum Perusahaan. Diakses pada 16 November 2022

https://www.academia.edu/41002000/MAKALAH_KELOMPOK_Hukum_Perusahaan_Bent
uk_Bentuk_Hukum_Perusahaan_

Zone, S. 2020. Hukum Perusahaan : Pengertian, Unsur-unsur Dan Sumber Hukum. Hukum
Perusahaan : Pengertian, Unsur-unsur dan Sumber Hukum. Diakses pada 16 November 2022
https://hasyimsoska.blogspot.com/2020/04/hukum-perusahaan-pengertian-unsur-

unsur.html

24 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai