Anda di halaman 1dari 77

BAHAN KULIAH

HUKUM ACARA PIDANA

SEKOLAH TINGGI ILMU HUKUM PAINAN

DOSEN PENGAMPU
TEDY SUBRATA, SH,.MH
PENGERTIAN DAN RUANG
LINGKUP
 Hukum Acara Pidana: ”Mengatur tata cara
penyelidikan, penyidikan, penuntutan,
peradilan, pelaksanaan, pengawasan, dan
putusan hakim.”
 Hukum Pidana Formal (HAP): Mengatur
bagaimana negara melalui alat-alat
kekuasaannya melaksanakan haknya untuk
memidana dan menjatuhkan pidana. (D.
Simons).
TUJUAN
 ”Untuk menemukan kebenaran terutama kebenaran materil
setidak-tidaknya mendekati kebenaran, adalah kebenaran
selengkap-lengkapnya dari suatu perkara pidana dengan
menerapkan ketentuan hukum pidana secara jujur dan tepat,
dengan tujuan untuk mencari siapa pelakunya yang dapat
didakwakan melakukan suatu pelanggaran hukum, dan
selanjutnya meminta pemeriksaan dan putusan dari pengadilan
guna menemukan apakah terbukti bahwa suatu tindak pidana
telah dilakukan dan apakah orang yang didakwa itu dapat
dipersalahkan”.
 Secara singkat dapat disimpulkan bahwa tujuan HAP : Mencari
dan menemukan hukum pidana materil.
FUNGSI DAN TUJUAN HAP
 H.Pidana materil berfungsi untuk menentukan perb.2
apa yang dapat dipidana, siapa yang dapat dipidana
dan jenis pidana apa yang dapat dilakukan.
Sedangkan fungsi HAP: melaksanakan HP material
artinya: menetapkan cara bagaimana negara dengan
mempergunakan alat-alat perlengkapannya dapat
mewujudkan wewenangnya untuk memidana atau
membebaskan seseorang.
Ruang Lingkup HAP:
 Penyidikan perkara pidana
 Penuntutan
 Pemeriksaan di Pengadilan
 Upaya Hukum
 Pelaksanaan keputusan hakim
 Pengawasan dan pengamatan terhadap
Keputusan Hakim
 Peninjauan kembali keputusan.
Orang-orang yang terlibat dalam
HAP

 Tersangka/terdakwa
 Penyidik (polisi)
 Penuntut Umum
 Penasehat Hukum
 Hakim
 Saksi
SUMBER2 HAP
 UUD 1945
 KUHAP No. 8 Tahun 1981 ttg HAP
 UU No. 2 Thn 1986 ttg Peradilan Umum jo. UU No. 8 Thn 2004 ttg
Prbhan Atas UU No. 2 /1986 ttg Prdilan Umum jo. UU No. 49 Thn 2009
 ttg Prbhan Kedua Atas UU No. 2/1986 ttg Prdilan Umum.
 UU No. 14 Thn 1985 ttg MA jo. UU No. 5 Thn 2004 ttg Prbhan Atas UU
No. 14 Thn 1985 ttg MA jo. Prbhan kedua dg UU No. 3 Thn 2009.
 UU No. 48 Thn 2009 ttg Kekuasaan Kehakiman, pd saat UU ini
berlaku, UU No. 4 Thn 2004 ttg Kekuasaan Kehakiman (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 8, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4358) dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku.
SUMBER HAP
 UU No. 18 Thn 2003 ttg Advokat yg mlai berlaku sejak
diundangkan tanggal 5 April 2003.
 UU No. 2 Thn 2002 Ttg Kepolisian Negara Republik Indonesia.
 UU No. 16 Thn 2004 ttg Kejaksaan Republik Indonesia.
 UU No. 7 Thn 1992 ttg Pokok Perbangkan, khususnya Pasal 37
jo. UU No. 10 Thn 1998.
 UU No. 31 Thn 1999 ttg Pmbrntasan Tindak Pidana Korupsi.
UU ini mngtur acara pidana khusus utk delik korupsi. Kaitannya
dg KUHAP ialah dlm Psl 284 KUHAP. UU tsb dirubah dg 
UU No. 20 Thn 2001 ttg Prbhan Atas UU No. 31 Thn 1999 ttg
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
 UU No. 13 Thn 1970 ttg Tata Cara Tindakan Kepolisian thdp
anggota MPRS dan DPR Gotong Royong. UU ini msh brlku dan
kata MPRS seharusnya dibaca MPR, sdngkan DPR seharusnya
tanpa Gotong Royong.
SUMBER HAP
 UU No. 5 (PNPS) Thn 1959 ttg Wwnang
Jaksa Agung/Jaksa Tentara Agung dan
memperberat ancaman hukuman terhadap
tindak pidana tertentu.
 UU No. 7 (drt) Thn 1955 ttg Pengusutan,
Penuntutan, dan Peradilan Tindak Pidana
Ekonomi.
 Peraturan Pemerintah No. 27 Thn 1983 ttg
Pelaksanaan KUHAP.
 Beberapa Keputusan Presiden yang
mengatur tentang acara pidana yaitu :
SUMBER HAP
 Kep. Presiden Republik Indonesia No. 73 Thn 1967 ttg Pmbrian
Wwnang Kpd Jaksa Agung Mlkkan Pengusutan, Pemeriksaan
Pendahuluan  Thdp Mrk Yg Mlkkan Tindakan Penyeludupan;
 Kep. Presiden Republik Indonesia No. 228 Thn 1967 ttg
Pembentukan Tim Pemberantasan Korupsi;
 Intruksi Presiden Republik Indonesia No. 9 Thn 1974 ttg Tata
Cara Tindakan Kepolisian  Thdp Pimpinan/Anggota DPRD
Tingkat II dan II;
 Kep. Presiden Republik Indonesia No. 7 Thn 1974 ttg
Organisasi Polri;
 Kep. Presiden Republik Indonesia No. 55 Thn 1991 ttg Susunan
Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan Republik Indonesia;
 Kep. Presiden Republik Indonesia No. 43 Thn 1983 ttg
Tunjangan Hakim
 Kep. Presiden Republik Indonesia No. 44 Thn 1983 ttg
Tunjangan Jaksa
Sejarah singkat HIR, RBg dan BRv
1. HIR
HIR singkatan dari Herziene Inlandsch Reglement, merupakan
salah satu sumber hukum acara perdata bagi daerah Pulau
Jawa dan Madura peninggalan kolonial Hindia Belanda yang
masih berlaku dinegara kita hingga kini. HIR sebenarnya
berasal dari Inlansch Reglement (IR) atau Reglement
Bumiputera.
2. 2. BRv
BRv atau Rv singkatan dari Reglement op de Burgerlijke
Rechtsvordering, merupakan Hukum Acara Perdata untuk
golongan Eropa
3. RBg
RBg adalah singkatan dari Rechtsreglement voor de
Buitengewesten (Reglement untuk daerah seberang),
merupakan Hukum Acara Perdata bagi daerah-daerah luar
pulau Jawa dan Madura.
HAP yang pernah dilaksanakan
kerajaan Belanda di Indonesia :
 Reglement op Rechterlijk Organisatie (Reg. Organisasi
Kehakiman) S.1848-57. memuat ttg ketentuan org.
Kehakiman.
 Reglement op de Burgerlijke Rechts Vordering (Reglement
HAPerdata) S. 1849-63.
 Reglement op de Strafvoordering (Reglement HAP) S.1849-
63 yang memuat HAP bagi gol. Pddk eropah dan disamakan
dengan mereka.
 Land Gerechts Reglement (Hakim Kepolisian) S.1914-317
Memuat Hukum Acara di muka kehakiman yang memeriksa
dan memutus perkara-perkara kecil untuk segala gol.
Penduduk.
 Inlandsch Reglement (IR)/(HIR) yang disebut: Reglement
Bumi Putra S. 1949-19. HAPerdata dan Hukum Acara Pidana
di muka pengadilan landrat bagi gol pddk Indonesia dan
Timur Asing hanya berlaku di jawa dan Madura.
 Reglement vor de Buitengewesten (RBg) S.1927-227 yang
memuat Hukum Acara Perdata bagi pddk Indonesia dan
Timur Asing yang di luar Pulau Jawa dan Madura
IR menjadi HIR
 Dalam perkembangan IR mengalami perubahan oleh
karena tugas-tugas residen dalam pemerintahan
semakin meningkat sehingga tugas peradilan
menjadi terabaikan. Untuk mengatasi hal ini maka
timbbul gagasan untuk melakukan perubahan
terhadap ketentuan2 IR, karena sepanjang
menyangkut tugas penuntutan dan pemeriksaan.
Gagasan tersebut kemudian menjadi kenyataan
melalui S. 1941-44 IR diperbaharui menjadi HIR
(Herziene Inlandsch Reglement).
MASA JEPANG
 Semasa pendudukan bala tentra jepang tidak
dilakukan perubahan yang mendasar di
bidang hukum, kecuali nama pengadilan
yang disesuaikan dengan nama jepang yaitu:
 GUNSERE (OSAMU SEREI) = UU Nomor 1
Tahun 1942 dimana Landrat menjadi: TIE
HOOIN dan diberlakukannya sebagai Hukum
Acaranya adalah: HIR. Kemudian
Landgerecht diubah namanya menjadi:
KEIZAIHOOIN. Dengan Hukum Acaranya
Landgerecht Reglement.
Perbedaan HIR dengan KUHAP
 Tidak dikenal dalam HIR:
 Hak tersangka (Psl 50-51 KUHAP)
 Bantuan hukum (Psl 69-70 KUHAP)
 Dasar hukum dalam surat perintah
penangkapan (Psl 16-17 KUHAP)
 Ganti rugi (Rehabilitasi Psl 95-96-97)
 Pra Peradilan ( Psl 1 ayat 10 KUHAP)
 Penggabunan (perdata+pidana Psl 98-101)
 Koneksitas (Psl 89-90 KUHAP)
 Peninjauan Kembali Psl 263 KUHAP)
MASA INDONESIA MERDEKA
 Berdasarkan Pasal II AP UUD’45 di bidang Hukum Acara Pidana masih tetap
diberlakukan HIR dan Landgerecht Reglement. Baru pada tanggal 14 Januari
1951 melalui UU No.1 Drt 1951 dilakukan keseragaman HAP sebagai tindakan
sementara untuk menyelenggarakan kesatuan dalam keseragaman kekuasaan
dan acara pengadilan sipil di Indonesia. Atas dasar peraturan tsb maka sejak
saat itu diseluruh wil. Indonesia dikenal pengadilan sehari-hari untuk segala gol.
Pdd sipil di bidang peradilan umum yang terdiri-dari pengadilan negeri sebagai
pengadilan tk I, PT sebagai Pengadilan Tk akhir dan MA.
 Di dalam memenuhi perintah Ps. 24 UUD\45 maka dikeluarkanlah UU No. 19
tahun 1964 yang kemudian diganti dengan UU No. 14 Th 1970 ttg Ketentuan
Pokok Kekuasaan Kehakiman. Menurut pasal 12 UU Nomor 14 th 1970, HAP
harus dibuat berdasarkan UU tersendiri untuk memenuhi harapan UU tsb pada
tahun 1979 pemerintah mengajukan RUU Acara Pidana ke DPR yang kemudian
setelah melalui proses legislatif pada taggal 23 Sept. 1981 disetujui DPR dan
pada tanggal 31 Desember 1981 disahkan menjadi UU Nomor 8 tahun 1981 LN
1981-76.
 Dengan lahirnya UU ini maka segala ketentuan Acara Pidana yang termuat
dalam HIR dan UU No.1 Drt 1951 dan dalam berbagai perUUngan lainnya
sepanjang menyangkut HAP dinyatakan tidak berlaku lagi.
ASAS….
KESEIMBANGAN
Asas ini dijumpai dalam konsideran huruf c
yang menegaskan bahwa dalam penegakan
hukum harus bcrlandaskan prinsip
keseimbangan yang serasi antara:
1.perlindungan terhadap harkat dan martabat
manusia dengan,
2. perlindungan terhadap kepentingan dan
ketertiban masyarakat.
- perlindungan terhdp harkat & martbt
man, kepentingan dan termasy.
Asas………
PRADUGA TAK BERSALAH (Presumption
of innocent): Penjelasan butir 3 huruf c
asas praduga tak bersalah, telah dirumuskan
dalam Pasal 8 Undang undang Pokok
Kekuasaan Kehakiman No. 14 Tahun 1970,
yang berbunyi: "Setiap orang yang sudah
disangka, ditangkap, ditahan, dituntut dan atau
dihadapkan di muka sidang pengadilan, wajib
dianggap tidak bersalah sampai adanya putusan
pengadilan menyatakan kesalahannya dan
memperoleh kekuatan hukum tetap".
PRINSIP PEMBATASAN PENAHANAN
Masalah penahanan, merupakan persoalan yang
paling esensial dalamsejarah kehidupan
manusia. Setiap yang namanya penahanan,
dengan sendirinya menyangkut nilai dan
makna, antara lain:
perampasan kebebasan dan kemerdekaan orang
yang ditahan,
menyangkut nilai-nilai perikemanusiaan dan
harkat martabat kemanusiaan,
menyangkut nama baik dan pencemaran atas
kehormatan diri pribadi.
Setiap penahan dengan sendirinya menyangkut
pembatsan dan pencbutan smeentara sebagian
hak-hak aasi manusia
ASAS GANTI RUGI DAN
REHABILITASI (Psl 95, 96, dan Psl
97)
PENGGABUNGAN PIDANA
DENGAN TUNTUTAN GANTI RUGI
(Psl 98 s/d Psl 101)
ASAS PERADILAN SEDERHANA,
CEPAT DAN BIAYA RINGAN.
PERADILAN TERBUKA UNTUK
UMUM (Pasal 153 ayat 3)
DASAR HUKUM :
a.Undang-undang RI No.8 Tahun 1981, Tentang
Hukum Acara
Pidana, LN.RI No.76. TLN. No.3309
b. Undang-undang RI No.4 Tahun 2004, Tentang
Kekuasaan
Kehakiman, LN.RI No.8/ 2004
3. Undang-undang RI No.5 Tahun 1991, Tentang
Kejaksaan RI, LN.RI.No.59/ 1991
4. Undang-undang RI No.2 Tahun 2002, Tentang
Kepolisian Negara
Republik Indonesia, LN.RI No 2002
5. Undang-undang RI No.18 Tahun 2003, Tentang
Advokat, LN.RI No.49/ 2003, TLN No.4282
6. Undang-undang RI No.5 Tahun 2004, Tentang
Perubahan atas UU No.14 Tahun 1985 tentang
Mahkamah Agung, LN.RI No.9/ 2004
7. Peraturan-peraturan pelaksana lainnya, seperti
SEMA dan PERMA. Dll.
ILMU-ILMU PEMBANTU HUKUM
ACARA PIDANA
1. LOGIKA
• Logika diperlukan dalam menghubungkan keterangan
yang satu dengan yang lain seperti masalah pembuktian
dan metode penyelidikan.
2. PSIKOLOGIKA
• Mengerti tingkah laku dan dapat memberi penilaian atas
hal itu. Hakim seharusnya mempunyai rasa seni, yang
dapat mengerti dan menilai fakta-fakta yang sangat
halus dan penyimpangan2 yang lahir dari unsur
kejiwaan terdakwa. Jadi berguna dalam hal menghadapi
manusia (Tersangka/terdakwa).
3. KRIMINALISTIK
Berguna dalam hal menilai faktanya. Fakta-fakta
yang ditemukan oleh hakim harus dapat
dikonstruksikan sebelum ia menjatuhkan
putusannya.
4. PSIKIATRI
Psikiatri yang dipakai dalam hal-hal yang tidak
normal, yaitu psikiatri utk peradilan atau forensik.
5. KRIMINOLOGI
Diperlukan dalam rangka mengetahui sebab2 atau
ltr blkg tjd kejahatan serta akibatnya terhdp masy.
PENYELIDIKAN:
Serangkaian tindakan penyelidik utk mencari
dan menemukan suatu peristiwa yang diduga
sebagai TP guna menentukan dapat tdknya
dilakukan penyidikan menurut cara yang
diatur UU ini.

Tindakan Penyelidikan bertujuan:


“Utk menentukan adanya bukti awal
sehingga penyidikan dapat dilakukan”

Fungsi :
- Mencari dan menemukan peristiwa tindak
pidana
- Menentukan dapat atau tidaknya tindakan
penyidikan dilakukan.
PENYELIDIK

• Orang yg melakukan penyeldkn


• Pejabat Polisi Negara RI (ps 4)
dr yg berpangkat rendah s.d
setinggi-tingginya.
WWNANG PENYELIDIK
BERDASARKAN HUKUM (Pasal 5):
• Menerima laporan atau pengaduan
• Mencari ket & brg bukti
• Menyuruh berhenti org yg dicurigai
• Tdkan lain mnrt hk yg bertgg jwb:
- tdk berttngan dg aturan hk
- selaras dg kewajiban hk
- patut & msk akal dan dlm lk jab
- atas pertbgan yg layak
- menghormati HAM
KEW.BERDSRKAN PERINTAH
PENYIDIK PSL 1 hruf b

• Pengkpn, lrgn mngglkan tempat,


penggeledahan, dan penyitaan
• Pemeriksaan dan penyitaan surat
• Mgmbil sidik jari dan memotret
• Membw & menhdpkan seseorg
kpd penyidik
• PENYIDIKAN: Serangkaian tindakan
penyidik dalam hal dan menurut cara
yang diatur dalam HAP untuk
mencari serta mengumpulkan bukti
yang dengan bukti itu membuat
terang tentang TP yang terjadi dan
guna menemukan tersangkanya

• Fungsi:
- Mencari serta mengumpulkan bukti
- membuat terang TP
- Menemukan tersangkanya
PENYIDIK

• Orang yg melkan penyidikan


• Pejabat Polisi negara RI atau
penyidik pegawai negeri sipil
(pasal 6 KUHAP)
• Berpangkat sekurang2nya Pelda
• Pydk Pembantu Serda-Serma
• PPNS- IIb
Wewenang penyidik (Ps 7)
• Menerima lpran atau pengaduan adanya TP
• Menyrh berhti seorg tsk & mmrks tanda
pengenal diri
• Melakukan penangkapan, penahanan,
penggeledahan dan penyitaan
• Melak pemeriksaan & penyitaan surat
• Mengambil sidik jari dan identitas org
• Memanggil org utk didengar & diperiksa sbg
tsk atau saksi
• Mendatangkan org ahli yg diperlukan
• Mengadakan penghentian penyidikan
• Mengadakan tindakan lain menurut hk yang
bertanggung jawab
PENANGKAPAN (Psl 16):

• Pengekangan sementara
waktu kebebasan tsk/tdw
• Guna kepentingan
penyidikan atau
penuntutan
SYARAT PENANGKAPAN

• Seorang tsk diduga keras


melakukan TP
• Dugaan tsb didasarkan
kepada bukti yang cukup
• TP yang dilakukan tmsk
kejahatan dan bukan
pelanggaran
TATA CARA PENANGKAPAN

• Dilakukan oleh POLRI


• Membawa surat tugas
penangkapan
• Memperlihatkan surat
perintah penangkapan
ISI SURAT PERINTAH
PENANGKAPAN
• IDENTITAS TERSANGKA
• ALASAN PENANGKAPAN
• URAIAN SECARA SINGKAT
PERKARA KEJAHATAN YANG
DISANGKAKAN
• TEMPAT DIMANA IA AKAN
DIPERIKSA
TERTANGKAP TANGAN
• Pada wt sedang melakukan TP atau
• Dengan segera sesudah beberapa
saat TP dilakukan atau
• Sesaat kemudian diserukan oleh
khalayak ramai sebagai orang yang
melk TP
• Apabila saat kemudian ditemukan
benda yang diduga keras telah
dipergunakan untuk melakukan TP
yang menunjukkan bhw ia pelakunya
atau turut melakukan atau
membantu melakukan TP
PENGGELEDAHAN
• Penggeledahan Rumah: Tindakan penyidik
utk memasuki rumah tempat tggl dan
tempat tertutup lainnya utk melakukan
tindakan pemeriksaan dan atau penyitaan
dan atau penangkapan dlm hal serta
menurut cara yg diatur dalam UU.
• Penggeledahan Badan: Tindakan penyidik
utk mengadakan pemeriksaan badan dan
atau pakaian tersangka utk mencari benda
yg diduga keras ada pada badannya atau
dibawanya serta untuk disita.
• Penggeledahan: Tindakan penyidik yg
dibenarkan UU utk memasuki dan
melakukan pemeriksaan dirumah tempat
kediaman seseorang atau utk melakukan
pemeriksaan terhdp badan dan pakaian
seseorang.
Tujuan

• Melakukan tindakan
pemeriksaan dan atau
• Penyitaan dan atau
• Penangkapan
TATA CARA
PENGGELEDAHAN
• PENGGELEDAHAN BIASA
- Harus ada “Surat Izin” Ka.PN
- Petugas membw dan
memperlihatkan surat tugas
- didampingi 2 saksi, jika
penghuni tdk setuju (RT,RW)
- membuat BA penggeledahan
- penjagaan rumah atau tempat
P. DALAM KEADAAN
MENDESAK
• Dapat langsung dilakukan tanpa
lebih dahulu mendpt Izin Ka. PN
- halaman rmh tsk
- tempat lain tsk bertpt tggl
- ditempat tindak pidana dilak.
- penginapan dan tpt umum lain
KEADAAN SANGAT PERLU
DAN MENDESAK
• Diduga keras terdapat terdw
akan melarikan diri
• Mengulangi tindak pidana
• Benda yang dapat disita
dikhawatirkan akan
dimusnahkan (dipindahkan).
KEC.TERTANGKAP TANGAN
DILARANG BERTINDAK MEMASUKI
DAN MELAKUKAN PENGGELEDAHAN
PADA SAAT:
• Ruang dimana sedang berlsg
sidang MPR,DPR atau DPRD
• Sedang berlangsung ibadah
atau upacara keagamaan dan
• Ruang sedang berlangsung
sidang pengadilan
PENAHANAN
• Penempatan tsk atau terdakwa
ditempat ttt oleh penyidik atau
PU atau hakim dlm hal serta
mnrt cara yg diatur KUHAP
• Penydkan: Penydk atau PP atas
Perintah Pydk
• Penuntutan: PU
• Pemeriksaan: Hakim
SYARAT PENAHANAN
• Syarat Objektif:
- Tindak pidana yg dilakukan itu diancam dg
pidana penjara 5 th atau lebih
- Tindak pidana yg kurang dr 5 th ttp tindak
pidana itu disebutkan dlm KUHAP
• Syarat Subjektif:
- Tsk atau tdw diduga keras sbg plk
- Berdasarkan bukti yg cukup
- Adapun kekhawatiran tsk atau tdw akan:
melarikan diri,menghilangkan brg bukti
dan mengulangi Tindak Pidana
JANGKA WT PENAHANAN DAN
PENAHANAN LANJUTAN

PERPJGN PNHN
JK
TK PMRSN PJBT PJBT JK WT JLH
WT

PENYIDIKAN PYDK 20 PU 40 60

PENUNTUTAN PU 20 Ka.PN 30 50

PMRSN DI PN HAKIM 30 Ka.PN 60 90


PN
PMRSN HAKIM PT 30 Ka.PT 60 90
BANDING
PMRSN HAKIM MA 50 Ka. MA 60 110
KASASI
PENGECUALIAN PERPANJANGAN
PENAHANAN
PERPJGN
JK PNHN
TK PMRSN PJBT JLH
WT PJBT JK
WT
PENYIDIKAN Ka.PN 30 Ka.PN 30 60
PENUNTUTAN Ka.PN 30 Ka.PN 30 60

PMRSN DI PN Ka.PT 30 Ka.PT 30 60

PMRSN HAKIM 30 HAKIM 30 60


BANDING MA MA
PMRSN Ka. MA 30 Ka. MA 30 60
KASASI

JUMLAH 300
PENGURANGAN MASA
TAHANAN
• Tahanan Rutan= lamanya masa
tahanan
• Tahanan Rumah= 1/3 masa
tahanan
• Tahanan Kota= 1/5 masa
tanahan.
PENYITAAN
• Serangkaian tindakan penyidik
utk mengambil alih dan atau
menyimpan di bawah
penguasaannya benda bergerak
atau tdk bergerak, berwujud
atau tdk berwujud guna
kepentingan pembuktian dlm
penyidikan, penuntutan dan
peradilan
TATA CARA PENYITAAN
DALAM KEADAAN BIASA
• Harus ada surat izin dari Ka PN
• Menunjukkan tanda pengenal
• Memperlihatkan benda yg akan
disita
• Disaksikan oleh Kepala Desa
atau ketua lingkungan dengan
dua orang saksi
• Membuat BA penyitaan dan
menyampaikan turunannya
• Membungkus benda sitaan
PENYITAAN DLM KEADAAN
PERLU DAN MENDESAK

• Tanpa Surat Izin Ka. PN


• Hanya terbatas atas Benda
Bergerak saja
• Wajib segera melaporkan guna
mendapatkan persetujuan
BENDA2 YG DAPAT
DISITA
• Benda atau tagihan terdw yg
seluruhnya atau sebgn diprlh dr
TP atau hasil dari TP
• Benda yg tlh digunakan scr lsg
utk melk TP atau mempspkn TP
• Benda yg digunkn utk meng-
halang2ngi penyidikan TP
• Benda lain yg mempunyai
hubungan lsg dgn TP yg
dilakukan.
PEMANGGILAN
PEMANGGILAN DILAKUKAN DG:
• Surat panggilan yg sah ditanda
tangani oleh penydk yg berwng
menyebutkan alasan
pemanggilan scr tegas
• Memperhatikan tenggang waktu
yg wajar atr diterimanya
panggilan dan hari pemeriksaan
PEMERIKSAAN
TERSANGKA
PENYIDIK WAJIB MEMBERITAHU-
KAN KEPADA TERSANGKA:
• Haknya utk mendptkan BH
• Kewajiban didampingi
penasehat hukum yang ditunjuk
oleh penyidik,PU,hakim (>5 thn)
DALAM MELAKUKAN
PEMERIKSAAN TSK PENYDK
HARUS MEMPERHATIKAN:
• Tsk didgr ketnya tanpa tekanan
dari siapapun
• Apbl mengajukan saksi penydk
wajib memanggil dan
memeriksa
• Semua ket tsk wajib dicatat dl
BA sesuai dg kata2 yg diucpkan
• BA ditanda tangani Pydk dan tsk
• Jk tsk tidak mau tanda tangan
dicatat dl BA dg menybt
alasannya
PEMERIKSAAN SAKSI
• Saksi tdk disumpah kcl ada
alasan yg cukup utk diduga bhw
ia tdk dpt hadir disidang pgdlan
• Saksi diperiksa scr tersendiri
namun bila diperlukan mrk dpt
dipertemukan satu sama lain
• Pemeriksaan tanpa tekanan dr
siapapun dan dlm bentuk
apapun namun wajib
memberikan ket sebenarnya.
PRA PENUNTUTAN
 KUHAP mnybt ttg prapenuntutan, nmun tdk mngtur
ttg apa definisi dr prapenuntutan. Psl yg ada
kaitannya dg prapenuntutan yaitu Psl 14 butir b
KUHAP dg kaitannya dg Psl 110 ayat (3)&(4).
 Pnyrhan brkas prkra mnrut Psl 110 ayah (1) KUHAP
“pnyrhan brkas prtma ini dlm KUHAP diknal dg
sbtan (“Prapenuntutan”)”. Bl mmprhtkan bunyi Psl
110 ayat (1) KUHAP di ats sbb: “dlm hal PU
brpndpat bhw hsl pnyidikan tsb trnyta msh krg lngkp
PU sgr mngmblkan brks prkra itu kpd pnyidik
disertai ptnjuk utk dilngkpi”.
PRAPENUNTUTAN
Lnjtan….,
 Atau Prapenuntutan adl tindkan PU utk mmbri ptnjuk

dlm rngka pnympurnaan pnydikan olh pnydik.

 Prosedurnya: Apbl PU menerima berkas perkara


pydkan dr pydk maka ia segera meneliti &
mempljrinya & dlm wt 7 hr wajib memberitahukan
kpd pydk apkh Berkas Perkara itu sdh lengkap atau
blm. Kalau blm lengkap berkas itu dikembalikan kpd
pydk disertai dg petunjuk. Berkas itu wajib
dikembalikan oleh PU dlm jgk wt 14 hr sejak ia
menerima berkas dr peydk. Berkas yg dikembalikan
ke pydk maka harus disempurnakan dlm jgk wt 14 hr
& dikembalikan kpd PU.
TATA CARA PRAPENUNTUTAN
 Penyerahan BP Peydkan oleh Pydk ke PU
- Tahap I : Penyerahan Berkas saja kpd PU
* Menyatakan BP penyidikan tlh lengkap
* Menyatakan BP penyidikan blm lengkap
maka PU mengadakan “Prapenuntutan”
-TahapII : Jika penyidikan telah selesai
penyerahan tanggung jawab atas barang bukti
dan tersangka kepada PU oleh penyidik
JANGKA WAKTU
PRAPENUNTUTAN
 Berkas pd PU: 7 hr meneliti berkas + 7 hari
membuat berita acara pendapat (14 hari)
 Pada penyidik untuk dilengkapi: 14 hari
 Satu kali prapenuntutan: 28 hari
 Prapenuntutan hanya boleh 1 kali (pedoman
pelaksanaan KUHAP, rasionya:
* mengingat asas peradilan cepat,sederhana,br
* Hak tersangka
* masa tahanan tersangka
PENUNTUTAN
 Tindakan PU utk melimpahkan perkara pidana
ke PN yg berwenang dlm hal dan menurut cara
yg diatur dlm KUHAP dg permintaan spy
diperiksa dan diputus oleh hakim di sdg
pengadilan.
 Tiap-tiap perb.penuntutan mencegah daluarsa
(lewat waktu) asal saja perb.itu diketahui oleh
yg dituntut atau diberitahukan kpdnya.
KEWENANGAN PENUNTUTAN
 PU berwenang melakukan penuntutan
terhadap siapapun yg didakwa melkukan TP
dlm daerah hukumnya dg melimpahkan
perkara kpd pengadilan yg berwenang
mengadili.
 Apbl berkas perkara penuntutan sdh lengkap,
maka PU segera menentukan apk berkas
perkara itu memenuhi syarat utk dituntut atau
tdk.
 Kalau tdk memenuhi syarat maka PU
menghentikan penuntutan
 Klu cukup alasan utk dituntut mk PU
TINDAK PIDANA TDK
DITUNTUT
 DIHENTIKAN PENUNTUTAN:
* Tidak cukup bukti
* Bukan Tindak Pidana
* Ditutup demi hukum
 Dideponir: dikesampingkan demi kepentingan
hukum.
CARA PU MENGAJUKAN PERKARA
PIDANA KE PN
 Secara Biasa: diperiksa dengan acara
pemeriksaan biasa (152-202)
 Secara singkat: diperiksa dg acara
pemeriksaan singkat (203-204)
 Secara Cepat:
1. Perkara Tindak Pidana Ringan:
diperiksa dg acara pemeriksaan TP ringan
(205-210)
2. Perkara TP Pelanggaran Lalu Lintas
Jalan ttt: diperiksa dg acara pemeriksaan
TP pelggaran lalu lintas jalan ttt (211-216)
PEMERIKSAAN DAN PERKARA
YANG DIPERIKSA
 BIASA : Perkara kejahatan yang pene-
rapan hkmnya sulit karena duduk
perkaranya sukar.
 SINGKAT: Perkara kejahatan atau pelang-garan yg
duduk perkaranya sederhana, yg hukuman pjr atau
kurungan paling sedikit 3 bl atau denda minimal RP.
7500,-
 CEPAT:
a. Ringan: perkara yang dg pidana penjr atau kurungan
paling lama 3 bl dan atau denda sebanyak2-
nya Rp.7500,- dan penghinaan ringan
b. LLJ : perkara pelanggaran ttt terhdp peraturan per-
Uungan lalu lintas jalan.
PERBEDAAN ANTARA ACARA PEMERIKSAAN
BIASA SINGKAT TP RINGAN TPLL JALAN
1. Ada surat Pelimpahan 1. Tdk ada surat 1. Tdk ada surat 1. Tdk ada surat BA
Pelimpahan Perkara Pelimpahan Perkara penyidikan
2. Tdk ada S. Dakwaan 2. Tdk ada S. Dakwaan
3. Perkara diajukan 3. Perkara diajukan
2. Ada S. Dakwaan 2. Tdk ada S. Dakwaan penyidik atas kuasa PU penyidik atas kuasa PU
(dakwaan dikerjakan pd
permulaan sdg dan 4. Perkara diajukan pada 4. Perkara diajukan pada
dicatat dlm BAS hr yg tlh ditetapkan dan hr yg tlh ditetapkan dan
diperiksa pada hr itu juga diperiksa pada hr itu juga
3. Ada Berita Acara Sdg
3. Ada Berita Acara Sdg 5. Tdk ada BAS
5. Tdk ada BAS, ada 6. Tdk ada catatan sdg ttp
4. Ada Putusan tersendiri 4.Tdk dibuat Putusan catatan sidang ada register perkara
tersendiri put.dicatat dlm 7. Tdw dpt dwkli disdg
BA pd tdw diberikan 6. Saksi tdk disumpah 8. Tdw tdk hadir put.by
penetapan amar put kec. Hakim menganggap verstek
perlu. 9. Verstek dpt di verzet
5. Tdw dpt menggunakan 5. Tdw dpt menggunakan 7. .Tdk dibuat Putusan 10. Tdk dibuat put.sendiri
semua upaya hukum semua upaya hukum tersendiri put.dicatat dlm dictat dlm register
catatan sidang perkara

11. Put.PN dlm TK I dan


terakhir kcl dipidana
pjr/kurungan dpt Bandin
PROSEDUR PEMERIKSAAN BIASA
 PN berwenang mk PN menunjuk hakim yg
menyidangkan perkara tsb.
 Hakim yg ditunjuk menetapkan hr sdg dan
memerintahkan PU memnggil tdw & saksi
 Pemanggilan secara sah menurut ktt:
a. bagi tdw Pasal 145,146 ayat (1) & 227
b. bagi saksi pada Pasal 146 ayat (2) &
227 KUHAP
PENGERTIAN SURAT DAKWAAN
 Surat yg dibuat jaksa PU atas dasar BAP
yg diterimanya dr penyidik yg memuat
uraian secara cermat, jelas dan lengkap
ttg rumusan tindak pidana yg telah
dilakukan seseorang atau beberapa orang.
JENIS SAKSI
 Yang diwajibkan menjadi saksi (penjelasan
Pasal 159 ayat (2) KUHAP, 224 KUHP)
 Yang tdk dpt didengar sebagai saksi dan
dapat mengundurkan diri (Pasal 168) Kcl
Pasal 169 KUHAP.
 Yg dpt minta dibebaskan dr kewajiban mjd
saksi (Pasal 170 KUHAP)
 Yg dpt didengar ket.nya tanpa disumpah
(Pasal 171 KUHAP)
SYARAT SURAT DAKWAAN
 SYARAT FORMIL:
a. Identitas Terdakwa
b. Diberi tgl & ditandatangani JPU
Jika tdk memenuhi SF: SD dapat
dibatalkan
 SYARAT MATERIL; Menguraikan secara
cermat, jelas dan lengkap mengenai:
a. Tindak Pidana yg didakwakan
b. Menyebutkan waktu dan tempat tindak
pidana dilakukan.
Jika tdk memenuhi SM: SD batal demi
PENGERTIAN LENGKAP
 Menyebut semua unsur TP yg didakwakan
 Menguraikan setiap unsur dg fakta2 jlnya
peristiwa yg didakwakan
 Menyebutkan waktu dan tempat diwjdkan
TP
 Menyebutkan Pasal peraturan yg
didakwakan
ARTINYA CERMAT DAN JELAS
 TP yg didakwakan
 Kualifikasinya
 Unsur subjektif dan objektif
 Hub.setiap unsur dg jlnya peristiwa yg
menjadi pokok dakwaan.
BENTUK SURAT DAKWAAN
 TUNGGAL
 ALTERNATIF
 PRIMER-SUBSIDER
 KUMULATIF
 CAMPURAN/KOMBINASI
 DAKWAAN TUNGGAL
Surat Dakwaan yg dibuat olh PU apbla 
tindak  pid  yg  dilnggar 
olh ssorg hny stu&tdk ada krguan ats psal 
yg didkwkan.
ACARA PRA PERADILAN
(PASAL 79,80 & 81 KUHAP
 Dlm wt 3 hr setlh diterima permintaan, hakim yg ditunjuk
menetapkan hr sdg
 Dlm memeriksa & memutus, hakim praperadilan hrs mendengar ket
dari tsk atau pemohon
 Pemeriksaan dilakukan scr cepat dan selambat-lambatnya 7 hr
hakim tlh menjatuhkan putusannya
 Dlm hal suatu perkara tlh mulai diperiksa PN sdgkan pemeriksaan
perkara pra peradilan blm selesai maka permintaan pra peradilan
gugur
 Put pd tk penyidikan tdk menutup kemungkinan diajukan lagi pd tk
penuntutan
 Keput.hakim hrs memuat dg jelas dasar dan alasannya
 Put. Menetapkan bhw suatu penangkapan/penahanan tdk sah mk
penyidik atau PU hrs membebaskan tdw
 Put.penghentian penyidikan/penuntutan tdk sah penydkn atau
PENGERTIAN KASASI
 Kasasi berasal dari bahasa Perancis :
Cassation, dengan kata kerja casser, yang
berarti membatalkan atau memecahkan
putusan pengadilan, karena dianggap
mengandung kesalahan dalam penerapan
hukum, yang tunduk pada kasasi hanyalah
kesalahan-kesalahan di dalam penerapan
hukum saja......
Sebagaimana disebutkan dalam Undang-
Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang
Mahkamah Agung, bahwa salah satu tugas
dan wewenang Mahkamah Agung adalah
memeriksa dan memutus permohonan
kasasi. Pasal 30 ayat (1) Undang-Undang
Mahkamah Agung menyebutkan bahwa
Mahkamah Agung dalam tingkat kasasi
membatalkan putusan atau penetapan
pengadilan-pengadilan dari semua
lingkungan peradilan karena:.....
a) tidak berwenang atau melampaui batas
wewenang;
b) salah menerapkan atau melanggar
hukum yang berlaku;
c) lalai memenuhi syarat-syarat yang
diwajibkan oleh peraturan perundang-
undangan yang mengancam kelalaian tu
dengan batalnya putusan yang
bersangkutan.
YANG MEMERIKSA DAN
DIPERIKSA
 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Mahkamah
Agung, bahwa salah satu tugas dan wewenang Mahkamah
Agung adalah memeriksa dan memutus permohonan kasasi.
 Pasal 30 ayat (1): MA dalam tingkat kasasi membatalkan
putusan atau penetapan pengadilan-pengadilan dari semua
lingkungan peradilan karena:
a) tidak berwenang atau melampaui batas wewenang;
b) salah menerapkan atau melanggar hukum yang berlaku;
c) lalai memenuhi syarat-syarat yang diwajibkan oleh
peraturan perundang- undangan yang mengancam kelalaian itu
dengan batalnya putusan yang bersangkutan.

Anda mungkin juga menyukai