Anda di halaman 1dari 14

1.

Perusahaan dan Pekerjaan


A. Perusahaan
Istilah “perusahaan” merupakan hal baru, dimana sebelumnya lazim disebut
sebagai “perdagangan”. Menurut Prof. Molengraaff bahwa perusahaan adalah
keseluruhan perbuatan yang dilakukan secara terus menerus, bertindak keluar, untuk
mendapatkan penghasilan, dengan cara memperniagakan barang-barang, menyerahkan
barang-barang, mengadakan perjanjian-perjanjian perniagaan. Sedangkan menurut
Polak bahwa baru ada perusahaan bila di perlukan adanya perhitungan-perhitungan
tentang laba-rugi, yang dapat diperkirakan, dan segala sesuatu itu di catat dalam
pembukuan.
Macam-macam perusahaan yaitu :
1. Perusahaan swasta yaitu perusahaan yang seluruh modalnya di miliki oleh
swasta dan tidak ada campur tangan pemerintah.
Contohnya :
a) perusahaan swasta nasional yaitu perusahaan swasta milik Negara
Indonesia.
b) perusahaan swasta-asing adalah perusahaan swasta milik Negara asing.
c) perusahaan swasta campuran (joint-venture) adalah perusahaan swasta
milik warga negara Indonesia dan warga Negara asing.
2. Perusahaan Negara yaitu perusahaan yang modal seluruhnya milik Negara
Indonesia mengenai jenis perusahaan terdiri atas beberapa macam yaitu :
a. Perusahaan Negara berdasar IBW (indonesisch bedrijven wet) dimana tiap
tahun mendapat pinjaman uang dengan bunga dari pemerintah. Misalnya
DKA (Jawatan kereta Api) dulu, dengan keuangan yang otonom. Ini
selanjutnya menjadi PNKA (perusahaan Negara Kereta Api) ini di bentuk
berdasarkan PP No. 22 Tahun 1963 (LN1963-1964) selanjutnya PNKA ini
menjadi PJKA (perusahaan Jawatan kereta Api) yang di bentuk dengan PP
No. 61 tahun 1971-1975).
b. Perusahaan Negara denganICW (Indonesisch Comptabiliteits) perusahaan
tersebut tidak mempunyai keuangan otonom (keuangan sendiri)
keuangannya merupakan bagian dari keuangan Negara pada umumnya,
misalnya jawatan pegadaian Negara. Berdasarkan PP No. 178 tahun 1961
dan akhirnya menjadi perusahaan jawatan (perjan pegadaian) berdasarkan
PP No.86 tahun 1958.
c. Perusahaan Negara berdasarkanUndang-Undang no.86 Tahun 1958.
d. Perusahaan Negara berdasarkanUndang-Undang No.19 tahun 1960 yaitu
perusahaan Negara adalah perusahaan dengan bentuk apa saja, yang
modal seluruhnya merupakan kekayaan Negara Republik Indonesia.
Pada umumnya perusahaan perseorangan bermodal kecil, jenis serta jumlah
produksinya terbatas, memiliki tenaga kerja/buruh yang sedikit dan masih
menggunakan alat produksi teknologi yang sederhana.Contoh : toko kelontong,
tukang bakso keliling, pedagang asongan, dan lain sebagainya.
Ciri dan sifat perusahaan perseoranganantara lain :
a. Relatif mudah didirikan dan juga dibubarkan.
b. Tanggung jawab tidak terbatas dan bisa melibatkan harta pribadi.
c. Tidak ada kewajiban antar pemilik, karena hanya ada satu pemilik.
d. Tidak ada pajak, yang ada adalah pungutan dan retribusi.
e. Seluruh keuntungan dinikmati sendiri.
f. Sulit mengatur roda perusahaan karena diatur sendiri.
g. Keuntungan yang kecil yang terkadang harus mengorbankan penghasilan
yang lebih besar.
h. Jangka waktu badan usaha tidak terbatas atau seumur hidup.
i. Sewaktu-waktu dapat dipindah tangankan.
Perusahaan Persekutuan (Partnership) atau Usaha KemitraanPerdagangan
atau perniagaan adalah kegiatan tukar menukar barang atau jasa atau keduanya.
Pada masa awal sebelum uang ditemukan, tukar menukar barang dinamakan barter
yaitu menukar barang dengan barang. Pada masa modern perdagangan dilakukan
dengan penukaran uang.Setiap barang dinilai dengan sejumlah uang. Pembeli akan
menukar barang atau jasa dengan sejumlah uang yang diinginkan penjual.
B. Pekerjaan
Pekerjaan dalam arti luas adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh
manusia.Dalam arti sempit, istilah pekerjaan digunakan untuk suatu tugas atau kerja
yang menghasilkan uang bagi seseorang.Dalam pembicaraan sehari-hari istilah ini
sering dianggap sinonim dengan profesi.Peraturan tentang pelaksanan pekerjaan salah
satunya adalah pasal 113 (1) KUHPER menetapkan bahwa wanita yang sudah kawin,
yang menjalankan pekerjaan atas dasar persetujuan dari suaminya, maka dia dapat
mengikatkan diri dala segala perjanjian berkenan dengan pekerjaanya itu, tanpa bantuan
suaminya.
Pekerjaan Kalau pada pengertian perusahaan unsur laba merupakan unsur
mutlak, maka pada pekerjaan unsur laba tidak menjadi unsur mutlak. Beberapa macam
pekerjaan, yaitu :
1. Pekerjaan dinas pemerintahan yang melayani rakyat misalnya : pencatatan sipil,
pencatatan perkawinan, peradilan, pamongpraja, kepolisian, dan lain-lain.
2. Pekerjaan sosial mislanya : Palang merah Indonesia. Perkumpulan olah raga,
perkumpulan kebudayaan dan sebagainya.
3. Pekerjaan untuk agama misalnya : muhammadiyah, dkwah islamiyah, nahdatul
ulama, dan lain-lain.

2. Wajib Daftar Perusahaan


A. Dasar Hukum Wajib Daftar Perusahaan
Wajib daftar perusahaan dilakukan berdasarkan Undang-Undang No. 3 Tahun
1982.Pendaftaran perusahaan ini penting bagi pemerintah guna melakukan pembinaan,
pengarahan, pengawasan dan menciptakan iklim dunia usaha yang sehat.Selain itu
wajib daftar perusahaan ini memudahkan untuk sewaktu-waktu dapat mengikuti secara
seksama keadaan perkembangan sebenarnya dari dunia usaha di wilayah Negara
Republik Indonesia secara menyeluruh, termasuk tentang perusahaan asing.
Bagi dunia usaha, daftar perusahaan penting untuk mencegah dan menghindari
praktek-praktek usaha yang tidak jujur (persaingan, penyelundupan dll).Selain itu daftar
perusahaan buat dunia usaha bermanfaat untuk menciptakan keterbukaan antar
perusahaan, memudahkan mencari mitra bisnis, mendasarkan investasi pada perkiraan
yang jelas, meningkatkan kepercayaan masyarakat.
Tujuan Undang-Undang tentang wajib daftar perusahaan adalah memberikan
perlindungan kepada perusahaan-perusahaan yang menjalankan usahanya secara jujur
dan terbuka, serta pembinaan kepada dunia usaha dan perusahaan, khususnya golongan
ekonomi lemah.Wajib daftar perusahaan adalah hanya masalah teknis
administratif.Namun demikian pendaftaran atau daftar perusahaan merupakan hal yang
sangat penting.
Ada 3 pihak yang memperoleh manfaat dari daftar perusahaan tersebut, yaitu :
1. Pemerintah
2. Dunia Usaha
3. Pihak lain yang berkepentingan
Dalam ketentuan Umum Undang – Undang No.3 tahun 1982 disebutkan
bahwa: Daftar Perusahaan adalah Daftar catatan resmi yang diadakan menurut atau
berdasarkan ketentuan undang-undang Wajib Daftar Perusahaan atau UU – WDP dan
atau peraturan -peratuaran pelaksanannya dan atau memuat hal- hal yang wajib
didaftarkan oleh setiap perusahaan serta disahkan oleh pejabat yang berwenang di
Kantor Pendaftaran Perusahaan.
B. Ketentuan Wajib Daftar Perusahaan
Pertama kali diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD)
pasal 23. Para persero firma diwajibkan mendaftarkan akta itu dalam register yang
disediakan untuk itu pada kepaniteraan raad van justitie (pengadilan Negeri) daerah
hukum tempat kedudukan perseroan itu. Selanjutnya pasal 38 KUHD : Para persero
diwajibkan untuk mendaftarkan akta itu dalam keseluruhannya beserta ijin yang
diperolehnya dalam register yang diadakan untuk itu pada panitera raad van justitie dari
daerah hukum kedudukan perseroan itu, dan mengumumkannya dalam surat kabar
resmi.
Dari kedua pasal di atas firma dan perseroan terbatas diwajibkan mendaftarkan
akta pendiriannya pada pengadilan negeri tempat kedudukan perseroan itu berada,
selanjutnya pada tahun 1982 wajib daftar perusahaan diatur dalam ketentuan tersendiri
yaitu UUWDP yang tentunya sebagai ketentuan khusus menyampingkan ketentuan
KUHD sebagai ketentuan umum. Dalam pasal 5 ayat 1 UUWDP diatur bahwa setiap
perusahaan wajib didaftarkan dalam Daftar Perusahaan di kantor pendaftaran
perusahaan.
Pada tahun 1995 ketentuan tentang PT dalam KUHD diganti dengan UU No.1
Tahun 1995, dengan adanya undang-undang tersebut maka hal-hal yang berkenaan
dengan PT seperti yang diatur dalam pasal 36 sampai dengan pasal 56 KUHD beserta
perubahannya dengan Undang-Undang No. 4 tahun 1971 dinyatakan tidak berlaku.
Sebagai tindak lanjut dari pelaksanaan UUWDP pada tahun 1998 diterbitkan
Keputusan Menperindag No.12/MPP/Kep/1998 yang kemudian diubah dengan
Keputusan Menperindag No.327/MPP/Kep/7/1999 tentang penyelenggaraan Wajib
Daftar Perusahaan serta Peraturan Menteri Perdagangan No. 37/M-DAG/PER/9/2007
tentang Penyelenggaraan Wajib Daftar Perusahaan. Keputusan ini dikeluarkan
berdasarkan pertimbangan bahwa perlu diadakan penyempurnaan guna kelancaran dan
peningkatan kualitas pelayanan pendaftaran perusahaan, pemberian informasi, promosi,
kegunaan pendaftaran perusahaan bagi dunia usaha dan masyarakat, meningkatkan
peran daftar perusahaan serta menunjuk penyelenggara dan pelaksana WDP. (I.G.Rai
Widjaja, 2006: 273)
Jadi dasar penyelenggaraan WDP sebelum dan sewaktu berlakunya UUPT
yang lama baik untuk perusahaan yang berbentuk PT, Firma, persekutuan komanditer,
Koperasi, perorangan ataupun bentuk perusahaan lainnya diatur dalam UUWDP dan
keputusan menteri yang berkompeten.
Ø Dasar Pertimbangan Wajib Daftar Perusahaan
Kemajuan dan peningkatan pembangunan nasional pada umumnya dan
perkembangan kegiatan ekonomi pada khususnya yang menyebabkan pula
berkembangnya dunia usaha dan perusahaan, memerlukan adanya Daftar
Perusahaan yang merupakan sumber informasi resmi untuk semua pihak yang
berkepentingan mengenai identitas dan hal-hal yang menyangkut dunia usaha dan
perusahaan yang didirikan, bekerja serta berkedudukan di wilayah Negara
Republik Indonesia.
Adanya Daftar Perusahaan itu penting untuk Pemerintah guna melakukan
pembinaan, pengarahan, pengawasan dan menciptakan iklim dunia usaha yang
sehat karena Daftar Perusahaan mencatat bahan-bahan keterangan yang dibuat
secara benar dari setiap kegiatan usaha sehingga dapat lebih menjamin
perkembangan dan kepastian berusaha bagi dunia usaha.
Bahwa sehubungan dengan hal-hal tersebut di atas perlu adanya Undang-undang
tentang Wajib Daftar Perusahaan.
Ø Ketentuan Umum Wajib Daftar Perusahaan
Dalam Pasal 1 UU Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar
Perusahaan, ketentuan-ketentuan umum yang wajib dipenuhi dalam wajib daftar
perusahaan adalah :
- Daftar Perusahaan adalah daftar catatan resmi yang diadakan menurut atau
berdasarkan ketentuan Undang-undang ini dan atau peraturan-peraturan
pelaksanaannya, dan memuat hal-hal yang wajib didaftarkan oleh setiap
perusahaan serta disahkan oleh pejabat yang berwenang dari kantor
pendaftaran perusahaan. Daftar catatan resmi terdiri formulir-formulir yang
memuat catatan lengkap mengenai hal-hal yang wajib didaftarkan;
- Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang menjalankan setiap jenis usaha
yang bersifat tetap dan terus menerus dan yang didirikan, bekerja serta
berkedudukan dalam wilayah Negara Republik Indonesia, untuk tujuan
memperoleh keuntungan dan atau laba. Termasuk juga perusahaan-
perusahaan yang dimiliki atau bernaung dibawah lembaga-lembaga sosial,
misalnya, yayasan.
- Pengusaha adalah setiap orang perseorangan atau persekutuan atau badan
hukum yang menjalankan sesuatu jenis perusahaan. Dalam hal pengusaha
perseorangan, pemilik perusahaan adalah pengusaha yang bersangkutan.
- Usaha adalah setiap tindakan, perbuatan atau kegiatan apapun dalam bidang
perekonomian, yang dilakukan oleh setiap pengusaha untuk tujuan
memperoleh keuntungan dan atau laba;
- Menteri adalah Menteri yang bertanggungjawab dalam bidang perdagangan.
C. Tujuan dan Sifat Wajib Daftar Perusahaan
Daftar Perusahaan bertujuan mencatat bahan-bahan keterangan yang dibuat secara
benar dari suatu perusahaan dan merupakan sumber informasi resmi untuk semua
pihak yang berkepentingan mengenai identitas, data, serta keterangan lainnya
tentang perusahaan yang tercantum dalam Daftar Perusahaan dalam rangka
menjamin kepastian berusaha ( Pasal 2 ).
Ø Tujuan daftar perusahaan :
– Mencatat secara benar-benar keterangan suatu perusahaan meliputi
identitas, data serta keterangan lain tentang perusahaan.
– Menyediakan informasi resmi untuk semua pihak
yangberkepentingan.
– Menjamin kepastian berusaha bagi dunia usaha.
– Menciptakan iklim dunia usaha yang sehat bagi dunia usaha.
– Terciptanya transparansi dalam kegiatan dunia usaha.
Daftar Perusahaan bersifat terbuka untuk semua pihak.Yang dimaksud dengan sifat
terbuka adalah bahwa Daftar Perusahaan itu dapat dipergunakan oleh pihak ketiga
sebagai sumber informasi (Pasal 3).
D. Kewajiban Pendaftaran
Setiap perusahaan wajib didaftarkan dalam Daftar Perusahaan.Pendaftaran wajib
dilakukan oleh pemilik atau pengurus perusahaan yang bersangkutan atau dapat
diwakilkan kepada orang lain dengan memberikan surat kuasa yang sah.Apabila
perusahaan dimiliki oleh beberapa orang, para pemilik berkewajiban untuk
melakukan pendaftaran. Apabila salah seorang daripada mereka telah memenuhi
kewajibannya, yang lain dibebaskan daripada kewajiban tersebut.Apabila pemilik
dan atau pengurus dari suatu perusahaan yang berkedudukan di wilayah Negara
Republik Indonesia tidak bertempat tinggal di wilayah Negara Republik Indonesia,
pengurus atau kuasa yang ditugaskan memegang pimpinan perusahaan
berkewajiban untuk mendaftarkan
(Pasal 5).
Setiap perusahaan wajib didaftarkan dalam daftar perusahaan, Pendaftaran wajib
didaftarkan oleh pemiliknya atau pengurus perusahaan yang bersangkutan atau
dapat diwakilkan kepada orang lain dengan memberikan surat kuasa yang sah.Jika
perusahaan dimiliki oleh beberapa orang, maka pendaftaran boleh dilakukan oleh
salah seorang dari pemilik perusahaan tersebut.
Ø Badan Usaha Yang Tidak Perlu Menjadi Wajib Daftar :
1. Setiap perusahaan Negara berbentuk perjan → yang dikecualikan dari
kewajiban pendaftaran adalah peusahaan-perusahaan yang tidak
bertujuan memperoleh keuntungan dan atau laba.
2. Setiap perusahaan kecil perorangan yang dijalankan oleh sendiri atau
hanya memperkerjakan anggota keluarga terdekat serta tidak
memerlukan izin usaha dan tidak merupakan badan hukum atu suatu
persekutuan. Perusahaan kecil perorangan yang melakukan kegiatan
dan atau memperoleh keuntungan yang benar-benar hanya sekedar
untuk mmenuhi keperluan nafkah sehari-hari.Anggota terdekat disini
adalh termasuk ipar dan menantu.
3. Usaha diluar bidang ekonomiyang tidak bertujuan mencari profit:
Pendidikan formal, pendidikan non formal, rumah sakit.
4. Yayasan
Ø Bentuk badan usaha yang masuk dalam wajib daftar perusahaan:
1. Badan hukum
2. Persekutuan
3. Perorangan
4. Perum
5. Perusahaan Daerah, perusahaan perwakilan asing
E. Hal-Hal Yang Didaftarkan
Hal-Hal yang didaftarkan adalah sebagai berikut :
1. Pengenalan tempat
2. Data umum perusahaan
3. Legalitas perusahaan
4. Data pemegang saham
5. Data kegiatan perusahaan
Kepada perusahaan yang telah disahkan pendaftarannya dalam daftar
perusahaan diberikan tanda daftar perusahan yang berlaku untuk jangka waktu 5
tahun sejak tanggal dikeluarkannya dan wajib dipebaharui sekurang-kurangnya 3
bulan sebelum tanggal berlakuya berakhir.Apabila tanda daftar perusahaan hilang,
pengusaha berkewajiban untuk mengajukan permintaan tertulis kepada kantor
pendaftaran perusahaan untuk memperolehpenggantinya dalam waktu selambat-
lambatnya 3 bulan setelah kehilangan itu.
Apabila ada perubahan atas hal yang didaftarkan, wajib dilaporkan pada
kantor tempat pendaftaran perusahaan dengan menyebutkan alas an perubahan
tersebut disertai tanggal perubahan tersebut dalm waktu 3 bulan setelah terjadi
perubahan itu.Apabila ada pengalihan pemilikan atau pengurusan atsa perusahaan
atau kantor cabang, kantor pembantu, agen dan perwakilannya, pemilik atau
pengurus lama berkewajiban untuk melaporkan.Apabila terjadi pembubaran
perusahaan atau kantor cabang, kantor pembantu atau perwakilannya, pemilik atau
pengurus maupun likuidaror berkewajiban untuk melaporkanya.

F. Ketentuan Pidana
Berikut adalah hukuman yang akan diberikan kepada perusahaan jika tidak
mendaftarkan perusahaannya :
1. Sanksi Pidana kejahatan (Pasal 32 UU-WDP) karena pengusaha dengan
sengaja atau kelalaiannya tidak memenuhi kewajiban UU-WDP diancam
pidana penjara selama-lamanya 3 (tiga) bulan kurungan atau pidana denda
setinggi-tingginya
Rp. 3.000.000,- (tiga juta rupiah).
2. Sanksi Pidana pelanggaran (Pasal 33 UU-WDP) karena pengusaha
melakukan atau menyuruh melakukan pendaftaran secara keliru atau tidak
lengkap dalam memenuhi kewajiban UU-WDP diancam pidana penjara
selama-lamanya 3 (tiga) bulan kurungan atau pidana denda setinggi-
tingginya Rp 1.500.000,- (satu juta lima ratus ribu rupiah).
3. Sanksi Pidana pelanggaran (Pasal 34 UU-WDP) karena pengusaha tidak
memenuhi kewajiban untuk menghadap atau menolak untuk menyerahkan
atau mengajukan sesuatu persyaratan atau keterangan lain untuk
pendaftaran dalam Daftar Perusahaan diancam pidana penjara selama-
lamanya 2 (dua) bulan kurungan atau pidana denda setinggi-tingginya Rp
1.000.000,- (satu juta rupiah)

3. Akuntan, Pembukuan dan Neraca


Di Indonesia kewajiban melakukan pembukuan setiap perusahaan didasarkan
pada Kitab Undang Undang Hukum Dagang (KUHD) Pasal 6.Tujuan yang akan dicapai
adalah untuk mendapatkan informasi informasi tentang transaksi keuangan dan
transaksi barang agar dapat ditentukan dengan tepat kebijaksanaan selanjutnya. Selain
KUHD pasal 6, juga UU Pajak tahun 2000 pasal 28 ayat 1 - 12 yang mewajibkan
perusahaan menyelenggarakan pembukuan perusahaan, sehingga diketahui hak dan
kewajibannya.
Pembukuan yang baik memudahkan pengusaha menghitung laba rugi dan
menentukan besarnya pajak yang harus dibayar. Begitu pula pembukuan yang
diselenggarakan dengan baik akan memungkinkan investor melakukan penilaian
keadaan perusahaan apakah sehat atau tidak.
Pasal 6
- Setiap orang yang menjalankan perusahaan diwajibkan untuk
menyelenggarakan catatan-catatan menurut syarat-syarat perusahaannya
tentang keadaan hartanya dan tentang apa yang berhubungan dengan
perusahaannya, dengan cara yang sedemikian sehingga dari catatan-catatan
yang diselenggarakan itu sewaktu-waktu dapat diketahui semua hak dan
kewajibannya. (KUHD 35, 66, 86, 96, 348; KUHP 396 dst.)
- Ia diwajibkan dalam enam bulan pertama dari tiap-tiap tahun untuk membuat
neraca yang diatur menurut syarat-syarat perusahaannya dan
menandatanganinya sendiri. (KUHPerd.1881.)
- Ia diwajibkan menyimpan selama tiga puluh tahun, buku-buku dan surat-surat
di mana ia menyelenggarakan catatan-catatan dimaksud dalam alinea pertama
beserta neracanya, dan selama sepuluh tahun, surat-surat dan telegram-
telegram yang diterima dan salinan-salinan surat-surat dan telegram-telegram
yang dikeluarkan. (KUHD 35.)
Pembukuan
Pasal 6 ayat (1) KUHD
Pengusaha wajib membuat catatan, sehingga dapat diketahui hak dan kewajibannya
setiap saat.
Pasal 6 ayat (2) KUHD
Pengusaha diwajibkan pula untuk membuat dan menandatangani neraca.
Dari neraca ini, dapat diketahui modal yang didapat dari selisih harta dan modal serta
keseimbangan antara debet dan kredit. Pasal ini berkaitan dengan pasal 1131 dan 1132
BW tentang sita jaminan.
Pasal 6 ayat (3) KUHD
Pengusaha diharuskan menyimpan buku-buku, surat-surat, dan neraca yang dibuatnya
selama tiga puluh tahun serta menyimpan selama sepuluh tahun surat-surat kawat dan
tembusannya baik yang telah dikirim atau diterimanya.
Yang dapat melihat pembukuan berdasarkan pasal 12 KUHD, mereka yang dapat
melihat pembukuan adalah:
1. Orang yang berkepentingan langsung
2. Ahli waris
3. Sekutu
4. Persero atau pemegang saham
5. Kreditur dalam hal kepailitan
UU Dokumen Perusahaan (UU No. 8 tahun 1997)
Berbeda dengan Pasal 6 KHU Dagang yang menggunakan istilah pembukuan,
sementara di Pasal 8 tahun 1997 menggunakan istilah Dokumen perusahaan.
Berdasarkan Pasal 1 butir 2 Undang-undang Nomor 8 tahun 1997 merupakan
data, catatan, dan atau keterangan yang dibuat dan atau diterima oleh perusahaan dalam
rangka pelaksanaan kegiatannya baik tertulis diatas kertas atau sarana lain, maupun
terekam dalam bentuk corak apapun yang dapat dilihat, dibaca dan didengar.
Dokumen perusahaan terdiri dari:
1. Dokumen keuangan
Terdiri dari catatan (neraca tahunan, perhitungan laba rugi tahunan, rekening,
jurnal transaksi harian), bukti pembukuan dan data administrasi keuangan yang
merupakan bukti adanya hak dan kewajiban serta kegiatan usaha suatu perusahaan.
2. Dokumen lainnya
Terdiri dari data atau setiap tulisan yang berisi keterangan yang mempunyai nilai
guna bagi perusahaan, meskipun tidak terkait langsung dengan dokumen keuangan.
Jangka waktu untuk dokumen keuangan selama 10 tahun terhitung sejak akhir
tahun buku perusahaan yang bersangkutan sedangkan data pendukung administrasi
keuangan disimpan sesuai dengan kebutuhan perusahaan yang bersangkutan serta nilai
guna dokumen tersebut.Dokumen perusahaan perlu disimpan sekurang-kurang selama
30 tahun.Setelah lewat masa 30 tahun kepentingan dokumen tidak mempunyai fungsi
sebagai alat bukti.Selain itu sifat pembukuan yang dibuat oleh seorang pengusaha
bersifat rahasia.
Berdasarkan Pasal 12 KUH Dagang, “tiada seorang pun dapat dipaksa akan
memperlihatkan buku-bukunya. Akan tetapi kerahasiaan yang dimaksud tidaklah
mutlak, artinya dapat dilakukan terobosan dengan beberapa carayaitu :
1. Representation
Representation artinya melihat pembukuan pengusaha dengan perantara hakim.
2. Communication
Communication artinya pihak-pihak yang disebutkan dibawah ini dapat melihat
pembukuan pengusaha secara langsung tanpa perantara hakim, hal ini disebabkan
yang bersangkutan mempunyai hubungan kepentingan langsung perusahaan, yakni:
a. Para ahli waris
b. Para pendiri perseroan/persero
c. Kreditur dalam kepailitan
d. Buruh yang upahnya ditentukan pada maju mundurnya perusahaan
Sebagaimana telah ditetapkan untuk membuat pembukuan bagi pengusaha,
tentunya baginya pengusaha yang tidak melakukannya akan dikenakan sanksi
sebagaimana yang disebutkan dalam undang-undang nomor 8 tahun 1997 dan pasal
396, 397, 231 (1) (2) KUH Pidana.
Latar belakang Undang-undang Nomor 8 tahun 1997 tentang Dokumen Perusahaan,
yaitu:
a. Penyelenggaraan perusahaan yang efektif dan efisien.
b. Peraturan lama (KUHD) tidak lagi sesuai dengan perkembangan dan
kebutuhan di bidang ekonomi dan perdagangan.
c. Beban ekonomis dan administrative dalam penyimpanan dokumen.
d. Meskipun demikian, tetap diperlukan penyimpanan dokumen untuk menjamin
kepastian hukum untuk melindungi para pihak.
e. Kewajiban membuat dan menyimpan dokumen perusahaan harus tetap
dijalankan.
f. Perlu pembaharuan mengenai media yang membuat dokumen dan
pengurangan jangka waktu penyimpanannya.
g. Kemajuan teknologi telah memungkinkan catatan dan dokumen di atas kertas
dialihkan dalam media elektronik atau dibuat secara langsung dalam media
elektronik.
Pembukuan bagi pengusaha merupakan suatu yang bersifat rahasia. Artinya
pengusaha mempunyai hak untuk melarang orang lain mengetahui hal-hal yang
berhubungan dengan urusan intern dalam perushaannya.Meskipun pembukuan bersifat
rahasia, tetapi dapat diterobos dengan pembukaan (openlegging, representation) dan
pemberitaan (overlegging, commication), bila terjadi perselisihan antar
pengusaha.Pembukuan yaitu perintah dari hakim atas permintaan pihak yang
berkepentingan kepada pihak lawannya untuk membuka pembukuan atau neraca
perushaannya.Dalam hal ini pengusaha yang diminta membuka pembukuannya tersebut
dapat menerima atau menolak permintaan hakim.
Bila dia menolak maka hakim bebas untuk menarik kesimpulan atau keputusan
mengenai hal itu.Sedangkan peberitaan yaitu suatu permintaan dari salah satu pihak
yang bersenketa terhadap pihak lawannya untuk membuka catatan pembukuannya.
Pembritaan ini bisa dilakukan oleh :
a. orang yang berwenang mengangkat pengurus, yaitu pengusaha atau pemilik
perushaan
b. sekutu atau persero
c. ahli waris pengusaha, dan lain-lain.
Berbeda dengan pembukuan yang dilakukan oleh hakim, pemberitaan ini terjadi diluar
hakim.Tetapi bila pihak yang diminta untuk membuka pembukuannya itu (direksi)
menolak, maka pemberitaan tersebut dapat diminta untuk dilakukan di muka hakim.
4. Rahasia Dagang
A. Pengertian Rahasia Dagang
Seperti yang disebutkan dalam Pasal 1 Undang-Undang Rahasia Dagang
(Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000), Rahasia Dagang adalah informasi yang tidak
diketahui oleh umum di bidang teknologi dan/ atau bisnis, mempunyai nilai ekonomi
karena berguna dalam kegiatan usaha, dan dijaga kerahasiaannya oleh pemilik Rahasia
Dagang. Dalam Pasal 2 Undang-Undang Rahasia Dagang dijelaskan lebih lanjut bahwa
lingkup perlindungan Rahasia Dagang adalah metode produksi, metode pengolahan,
metode penjualan atau informasi lain di bidang teknologi dan/atau bisnis yang memiliki
nilai ekonomi dan tidak diketahui masyarakat umum.
Adapun yang dimasukkan kedalam informasi teknologi, adalah sebagai berikut :
1. Informasi tentang penelitian dan pengembangan suatu teknologi;
2. Informasi tentang produksi/proses; dan
3. Informasi mengenai kontrol mutu.
Sedangkan yang dimaksud dalam informasi bisnis, adalah sebagai berikut :
1. Informasi yang berkaitan dengan penjualan dan pemasaran suatu produk;
2. Informasi yang berkaitan dengan para langganan;
3. Informasi tentang keuangan; dan
4. Informasi tentang administrasi.
Rezim HKI ini merupakan salah satu cara yang tepat untuk melindungi ide,
selain Paten. Beberapa alasan/keuntungan penerapan Rahasia Dagang dibandingkan
Paten adalah karya intelektual tidak memenuhi persyaratan paten, masa perlindungan
yang tidak terbatas, proses perlindungan tidak serumit dan semahal paten, lingkup dan
perlindungan geografis lebih luas.
B. Sistem Perlindungan Rahasia Dagang
Rahasia dagang mendapat perlindungan apabila informasi itu bersifat rahasia,
hanya diketahui oleh pihak tertentu bukan secara umum oleh masyarakat.Memiliki nilai
ekonomi apabila dapat digunakan untuk menjalankan kegiatan atau usaha yang bersifat
komersial atau dapat meningkatkan keuntungan ekonomi.Dijaga kerahasiaannya
apabila pemilik atau para pihak yang menguasainya telah melakukan langkah-langkah
yang layak dan patut, kecuali untuk lisensi Rahasia Dagang yang diberikan. Lisensi
Rahasia Dagang harus dicatatkan ke Ditjen. HKI - DepkumHAM. Adapaun
perbedaanya dengan HKI yang lainya adalah :
· Bentuk HKI lainnya tidak bersifat rahasia, HKI lain mendapatkan
perlindungan karena merupakan sejenis kekayaan yang dimilki orang lain
· Rahasia dagang mendapatkan perlindungan meskipun tidak mengandung nilai
kreativitas ataupun pemikiran baru. Yang terpenting adalah rahasia dagang
tersebut tidak diketahui secara umum. Misalnya,sebuah system kerja yang
efektif.
· Bentuk HKI lain selalu berupabentuk tertentu yang dapat ditulis,digambar atau
dicatat secara persis sesuai dengan syarat pendaftaran yang ditetapkan oleh
instansi pemerintah.
C. Jangka Waktu Perlindungan Rahasia Dagang
Dengan adanya unsur kerahasiaan dalam suatu rahasia dagang, maka
menyebabkan rahasia dagang tidak memiliki batas jangka waktu perlindungan, karena
yang terpenting adalah selama pemilik rahasia dagang tetap melakukan upaya untuk
menjaga kerahasiaan dari informasi, maka informasi tersebut masih tetap dalam
perlindungan rahasia dagang.
Berdasarkan Undang-Undang Rahasia Dagang Pasal 5 ayat (1) juga
disebutkan, bahwa pemilik rahasia dagang dapat mengalihkan haknya kepada pihak lain
melalui cara-cara yang telah ditetapkan dalam undang-undang yakni melalui pewarisan,
hibah, wasiat, perjanjian tertulis, dan sebab-sebab lainnya yang dibenarkan oleh
undang-undang (sebagai contoh yakni melalui putusan pengadilan yang mengharuskan
pemilik rahasia dagang untuk membuka informasinya). Dan khusus terhadap
pengalihan hak atas dasar perjanjian, diperlukan adanya suatu pengalihan hak yang
didasarkan pada pembuatan suatu akta, terutama akta otentik. Disisi lain pemilik
rahasia dagang dapat pula mengalihkan haknya melalui suatu perjanjian lisensi.
Perjanjian ini hanya diberikan selama jangka waktu tertentu dengan hak yang terbatas
untuk pemegang lisensi. Dilakukan pembatasan karena dalam prakteknya pemilik
rahasia dagang hanya memberikan lisensi pada pihak lain dan bukan berarti akan serta
merta membuka seluruh informasi yang dimilikinya.

Anda mungkin juga menyukai