Anda di halaman 1dari 5

Joint Venture Company dan Pengaturan nya di Indonesia

Perusahaan joint venture merupakan suatu perusahaan yang didirikan oleh dua atau lebih entitas
bisnis untuk menyelenggarakan bisnis bersama dalam jangka waktu tertentu. Perusahaan joint
venture bisa juga disebut dengan sebutan perusahaan patungan.

Pasal 1 angka (6) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 18/PMK.010/2012 tentang Perusahaan Modal
Venture menjelaskan bahwa Perusahaan joint venture adalah PMV (Perusahaan Modal ventura)
yang sebagian kesepemilikannya terdapat penyertaan langsung badan usaha asing/ lembaga asing.

Pasal 5 UU Penanaman modal mengatur bahwa JV hanya dapat dilakukan oleh badan usaha yang
berbentuk badan hukum sedangkan untuk perusahaan asing wajib dalam bentuk PT yang didirikan
berdasarkan hukum indonesia dan berkedudukan di indonesia

Contoh keberadaan perusahaan joint venture di Indonesia adalah terbentuknya PT Nestle Indofood
Citarasa Indonesia yang merupakan hasil perusahaan patungan antara PT Nestle Indonesia dengan
PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.

Alasan Pendirian Joint Venture diantaranya adalah :

1. Menekan biaya produksi dengan melakukan investasi di negara berkembang dimana upah
buruh tergolong lebih murah
2. Lokasi yang strategis; dekat dari bahan baku utama yang dimiliki
3. Mencari pasal baru/lebih luas
4. Mendapat hasil dari penjualan bahan baku, royalti, penjualan hak merek, paten, rahasia
dagang, dan desain industri.
5. Status khusus dari suatu negara tertentu dalam perdagangan internasional.

Pendirian Perusahaan JV tidak hanya harus didasarkan oleh penanaman modal asing, namun juga
bisa melalui pemodal dari dalam negeri. Dalam konteks indonesia usaha patungan hanya bisa
dilakukan terhadap dua pemegang saham yang tidak memiliki hubungan afiliasi. Contoh:

Pertamina dengan anak perusahaannya Patra Niaga, Pertamina Gas dan lainnya, membentuk anak
perusahaan baru, hasil dari pembentukan perusahaan baru tersebut tidak perlu menggunakan
mekanisme Perjanjian Joint venture karena bila sudah terafiliasi maka sudah dikendalikan oleh satu
entitas, dan bukan merupakan bentuk usaha patungan.

Dalam konteks perusahaan dalam negeri dengan pemahaman perkait penanaman modal dalam
negeri (PMDN) Pasal 5 ayat (1) uu 25/2007 menyatakan demikian :

“PMDN dapat dilakukan dalam bentuk badan usaha yang berbentuk badan hukum, tidak berbadan
hukum atau usaha perseorangan, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.”

Dengan demikian PMDN adalah perusahaan yang didirikan berdasarkan hukum indonesia yang
melakukan penanaman modal di indonesia dan saham beserta hak-hak yang melekat pada saham
tersebut dimiliki perseorangan warganegara indonesia, BUMN, BUMD, Pemerintah Daerah atau
pemerintah republik indonesia. Joint venture pada dasarnya merupakan upaya patungan modal
maka dimungkinkan bagi dua perusahaan dalam negeri untuk membentuk suatu JV Company.

Dasar Hukum JV

 Pasal 1 Angka 3 UU 25/2007

Penanaman modal asing adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah
Negara Indonesia yang dilakukan oleh PMA yang menggunakan modal asing sepenuhnya
maupun berpatungan dengan penanam modal dalam negeri .

 Pasal 77 UU Ciptaker

Pemerintah memberikan fasilitas pada penanam modal yang melakukan penanaman modal baik
yang melakukan perluasan usaha atau melakukan penanaman modal baru

 Pasal 2 PP 20/1994

Penanaman modal asing dapat dilakukan dalam 2 bentuk yaitu:

1. Patungan antara modal asing dengan modal yang dimiliki warga negara indonesia
dan/atau badan hukum indonesia
2. Langsung, dalam arti seluruh modalnya dimiliki warga negara atau badan hukum asing.

Joint Venture BUMN dengan PT Swasta

Pasal 1 angka 1 UU BUMN menjelaskan BUMN merupakan badan usaha yang seluruh atau sebagian
besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan
negara yang dipisahkan.

BUMN sendiri terdiri dari persero dan perusahaan umum (perum). BUMN persero berbentuk
perseroang dan modalnya terbagi dalam saham. Bentuk persero BUMN berbentuk PT yang
modalnya terbagi dalam saham yang seluruh atau paling sedikit sahamnya dimiliki oleh negara yang
bersifat profit oriented.

Pasal 1 angka 2 Permen BUMN PER-7/MBU/04/2021 menjelaskan bahwa yang di maksud dengan
anak perusahaan BUMN merupakan perseroan terbatas yang sebagian ebsar sahamnya dimiliki oleh
BUMN atau perseroang terbatas yang dikendalikan oleh BUMN.
Pasal 4A Permen BUMN PER-7/MBU/04/2021 menjelaskan demikian :

Pasal 4A

(1) BUMN dapat melakukan Kerja Sama dengan Lembaga Pengelola Investasi yang dibentuk
berdasarkan UndangUndang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja.

(2) Kerja Sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat pula dilakukan dengan perusahaan
patungan yang sebagian besar sahamnya dimiliki oleh Lembaga Pengelola Investasi atau perusahaan
yang dikendalikan oleh Lembaga Pengelola Investasi.

(3) Kerja Sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilakukan melalui penunjukan
langsung.

(4) Bentuk Kerja Sama dengan Lembaga Pengelola Investasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (2) berupa:

a. kuasa kelola;
b. perusahaan patungan (joint venture company);
c. pendirian dana kelolaan investasi (fund);
d. sewa menyewa aset;
e. kerja sama operasi;
f. bangun guna serah (build operate transfer);
g. bangun milik serah (build own transfer); h. bangun serah guna (build transfer operate);
h. bangun pelihara serah (build maintain transfer);
i. lengkapi guna serah (equip operate transfer); dan/atau
j. bentuk Kerja Sama lainnya sesuai Anggaran Dasar, karakteristik dan/atau dinamika industri,
sektoral, dan/atau kebutuhan masing-masing BUMN.

(5) Kerja Sama dalam bentuk perusahaan patungan (joint venture company) sebagaimana dimaksud
pada ayat (4) huruf b dilakukan melalui:

a. pendirian perusahaan baru bersama Lembaga Pengelola Investasi atau perusahaan patungan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2);
b. penjualan saham anak perusahaan BUMN dan/atau perusahaan terafiliasi BUMN kepada
Lembaga Pengelola Investasi atau perusahaan patungan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2);
c. penerbitan saham baru (rights issue) oleh anak perusahaan BUMN dan/atau perusahaan
terafiliasi BUMN kepada Lembaga Pengelola Investasi atau perusahaan patungan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2);
d. akuisisi atau penyertaan modal kepada perseroan lain yang dimiliki atau akan dimiliki
bersama dengan Lembaga Pengelola Investasi atau perusahaan patungan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2); dan/atau
e. bentuk dan/atau cara lain yang disepakati bersama dengan Lembaga Pengelola Investasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

(6) Dalam perjanjian Kerja Sama antara BUMN dengan Lembaga Pengelola Investasi dalam bentuk
perusahaan patungan (joint venture company) dapat memuat kesepakatan mengenai pengakhiran
perjanjian dan konsekuensi yang timbul
Jadi BUMN dimungking kan untuk melakukan kerja sama dengan membuat Perusahaan patungan
dengan perusahaan Swasta.

Joint Operation (JO) & Kerjasama Operasi (KSO)

Kerjasama Operasi (KSO) merupakan Joint Operation (JO)

Tipe Joint Operation pada umumnya jada dua yaitu Administrative Joint Operation dan Non-
Administrative Joint Operation .

 Administrative Joint Operation


Tipe JO ini pada umunya disebut dengan Kerja Sama Operasi. KSO merupakan bentuk kerja
sama kontrak dari pemberi kerjanya yang ditandatangani atas nama JO. JO menjadi entitas
tersendiri yang terpisah dari perusahaan yang menjadi anggota JO.

Pekerjan terhadap proyek menjadi tanggungjawab entitas JO, bukan masing-masing


perusahaan anggota kerja sama. Maka dari itu masalah permodalan dan bagi hasil
ditentukan berdasarkan porsi pekerjaan masing masing anggota dalam JO Agreement.

 Non-Administrative Joint Operation


Pada umumya JO tipe ini disebut dengan sebutan Konsorsium, dimana Kontrak dengan
pemberi kerja dibuat atas nama masing-masing perusahaan anggota kerja sama tersebut. JO
hanya berperan sebagai alat koordinasi sehingga tanggung jawab pekerjaan terhadap
pemberi kerja terdapat pada tiap anggota.

Putusan Menteri Keuangan Nomor 740/KMK.00.1989, dalam pasal 1 angka 14 menjelaskan bahwa
Kerja sama Operasi Merupakan kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk bersama melakukan
suatu kegiatan usaha guna mencapai suatu tujuan tertentu. Pasal 8 menjelaskan bahwa KSO
dilakukan untuk meningkatkan pangsa pasar, kemampuan teknologi/operasi dan efisiensi
pengelolaan perusahaan.

Angka 11 Bab IV Permen BUMN 13/2014 menjelaskan bahwa KSO merupakan kerjasama dengan
prinsip bagi hasil yang saling menguntungkan antara BUMN dengan mitra Kerjasama dimana BUMN
ikut terlibat dalam manajemen pengelolaan.

Pasal 3 PP no. 1/2012 menjelaskan Bentuk kerjasama operasi (KSO) merupakan bagian dari bentuk
badan lainnya sebagaimana dimaksud dalam badan dalam pasal 1 angka 13 UU Pajak Pertambahan
Nilai sehinga wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak dalam
hal melakukan penyerahan Barang kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pasak atas nama bentuk kerja
sama operasi.

Surat Dirjen Pajak Nomor S-323/PJ.42/1989, joint operation merupakan bentuk perkumpulan dua
badan atau lebih yang bergabung untuk menyelesaikan suatu proyek dengan jangka waktu
sementara hingga proyek tersebut selesai dilaksanakan.
PER-04/PJ.2020 memuat definisi baru dari joint operation. Definisi joint operation tersebut
dirumuskan dalam Pasal 1 angka 13 yang menyebutkan pengaturan bersama antar para pihak yang
mengatur bahwa para pihak yang disebut operator bersama telah memiliki pengendalian bersama
atau memiliki hak atas aset dan kewajiban terhadap liabilitas, yang melakukan penyerahan atau
memperoleh barang dan jasa atas nama kerja sama operasi atau joint operation.

Perbedaan Antara JO dan JV

Perbedaan mendasarnya JO dan JV adalah mengenai bentuk entitasnya. JO pada umumnya


merupakan perkumpulan perusahaan yang bersepakat untuk bekerjasama untuk menyelesaikan
suatu proyek tertentu. JV dianggap sebagai sebuah entitas bisnis baru dengan hak dan
kewajibannya, seperti dengan PT yang berdiri sendiri.

Anda mungkin juga menyukai