Bentuk-bentuk kerja
sama dalam kegiatan
bisnis
Oleh:
Muh. Abdul Aziz.,S.E.,M.M
Bentuk-bentuk kerja
sama dalam kegiatan
bisnis
1. Konsolidasi
2. Joint venture
3. Waralaba
KONSOLIDASI
Definisi
Keuntungan :
1.Pembatasan Resiko : melaksanakan suatu kegiatan bisnis pastinya penuh resiko. Dengan adanya
Joint Venture, resiko yang mungkin akan timbul dapat diatasi bersama, jadi ada pembatasan.
2.Pembiayaan : dengan adanya Joint Venture, pembiayaan suatu kegiatan bisnis dapat dilakukan
dengan sederhana dengan menyatukan modal yang dibutuhkan.
3.Menghemat tenaga : dilihat dari kekuatan tenaga kerja yang dibutuhkan, dengan penanganan
yang disatukan dengan Joint Venture, akan mengurangi tenaga kerja yang dibutuhkan sebanding
dengan kegiatan yang dilakukan sendiri.
4.Rentabilitas : rentabilitas (hal yang menuntungkan dan merugikan) dari investasi-investasi yang
ada dari para pihak dapat diperbaiki.
5.Kemungkinan optimasi know-how : Joint Venture mampu menyatukan partner-partner yang tidak
sejenis baik dari dalam begeri maupun luar negeri, bahkan badan usaha yang kegiatan bisnisnya
tidak sejenispun dapat mengadakan kerja sama sehingga dapat terjadi diversifikasi usaha.
Kerugian (bagi pihak dalam negeri) :
1.Manajemen tidak dapat dikuasai sepenuhnya oleh pihak domestik, melainkan
harus dibagi dengan pihak asing yang lebih mempunyai kemampuan;
2.Jika Joint Venture dilaksanakan oleh suatu perusahaan multinasional, strategi
dan pasar akan ditentukan menurut cara-cara yang berlaku dalam perusahaan
multinasional tersebut;
3.Training dan manajemen belum tentu diberika dalam batas-batas kemampuan
yang memadai untuk standar asing;
4.Transfer teknologi dari partner asing mungkin dilakukan dalam ukuran yang
kurang optimal. Selain itu, hasil dari penelitian dan pengembangan tidak akan
seluruhnya diberikan kepada Joint Venture
Kerugian (bagi pihak investor asing) :
1.Manajemen tidak sepenuhnya berada di tangannya, melainkan harus
dibagi wewenangnya dengan pihak domestik walaupun melalui perjanjian
tersendiri.
2.Teknologi harus terbuka bagi mitra lokal walaupun masih ada yang
dapat disembunyikan dan yang tertutup.
3.Strategi pemasaran dari barang-barang produksi mungkin tidak
sepenuhnya dapat dikuasai karena tidak seluruhnya dapat disebarkan
atau dipasarkan.
Isi perjanjian joint venture
1. Uraian tentang para pihak (para pihak harus tercantum dengan jelas
identitasnya)
2. Dasar pertimbangan dan tujuan Joint Venture
3. Jangka waktu (berapa lama kerja sama dilakukan)
4. Pembiayaan (besarnya keuntungan dan kerugian yang dibagi atau
ditanggung bersama)
5. Ketentuan-ketentuan jika terjadi perselisihan (disini harus adanya klausul,
bagaimana jika terjadi perselisihan, apakah dengan arbitrase, kalau iya,
badan mana yang dipilih serta prosedur dan hukum yang akan digunakan)
WARALABA (FRANCHISE)
DEFINisi
Adalah perikatan dimana salah satu pihak diberikan hak untuk
memanfaatkan dan atau menggunakan hak atas kekayaan intelektual
atau penemuan, atau ciri khas usaha yang dimiliki pihak lain dengan
imbalan berdasarkan persyaratan dan atau penjualan barang dan jasa.
Hak atas kekayaan intelektual disini antara lain merek, nama
dagang, logo, desain, hak cipta, rahasia dagang dan paten. Dan yang
dimaksud penemuan atau ciri khas usaha misalnya sistem
manajemen, cara penjualan, penataan atau distribusi yang merupakan
karakter khusus dari pemiliknya.
Ada 2 pihak yang terlibat dalam waralaba, yaitu pihak pertama
disebut pemberi waralaba dan pihak kedua disebut dengan pihak
penerima waralaba.
Unsur yang ada di dalam keterangan
tertulis waralaba
1. Nama pihak pemberi waralaba berikut keterangan mengenai kegiatan bisnis yang
diwaralabakan.
2. Hak atas kekayaan inteletual atau penemuan atau ciri khas usaha yang akan
diwaralabakan.
3. Persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi penerima waralaba, antara lain
mengenai cara pembayaran, ganti rugi, wilayah pemasaran dan pengawasan mutu.
4. Bantuan dan fasilitas yang ditawarkan pemberi waralaba kepada penerima waralaba.
5. Hak dan kewajiban pemberi dan penerima waralaba.
6. Pengakhiran, pembatalan dan perpanjangan perjanjian waralaba serta hal-hal lain
yang dianggap perlu untuk diketahui oleh penerima waralaba dalam rangka
pelaksanaan perjanjian waralaba.
Perjanjian dan keterangan tertulis di atas, wajib didaftarkan di DEPPERINDAG oleh
penerima waralaba paling lambat 30 hari sejak berlakunya perjanjian waralaba (Pasal
7 PP No. 16 Tahun 1997)
Menurut Gunawan Wijaja (2002 : 49), ada 2 jenis kompensasi yang
dapat diminta oleh pemberi waralaba, yaitu :
1.Kompensasi langsung dalam bentuk nilai moneter (direct monetary
compensation)
2.Kompensasi tidak langsung yang dalam bentuk nilai moneter dan
kompensasi tidak dalam bentuk nilai moneter (indirect and non monetary
compensation)
Dan berdasarkan PP No. 16 Tahun 1997 yang diizinkan dalam pemberian
waralaba hanya imbalan dalam bentuk Direct Monetary Compensation.
Direct Monetary Compensation jenisnya ada 2, yaitu :
1.Lump-sum payment, yaitu suatu jumlah uang yang telah dihitung
terlebih dahulu yang wajib dibayarkan oleh penerima waralaba pada
saat persetujuan pembayaran waralaba disepakati. Pembayaran ini
dapat dilakukan sekaligus maupun dalam beberapa kali pembayaran
dengan cicilan.
2.Royalty, yang besar atau jumlah pembayarannya dilakukan
berdasarkan suatu presentase tertentu yang dihitung dari jumlah
produksi atau penjualan dari barang atau jasa yang diwaralabakan.