Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tidak semua kegiatan usaha bisa dilakukan sendiri, karena berbagai alasan, baik alasan
teknis produksi, alasan penguasaan pasar, maupun semata-mata alasan keuangan. Maka
beberapa orang atau beberapa pihak bersama-sama mendirikan satu perusahaan, baik dengan
pihak-pihak dalam satu negara bahkan lintas negara. Pada era globalisasi seperti sekarang,
sudah biasa melihat perusahaan patungan dengan pemegang saham yang berasal dari banyak
negara. Karena itu sudah menjadi makin susah untuk menyebut negara asal mana yang
mendominasi satu perusahaan.
Usaha patungan atau yang biasa disebut Joint Venture merupakan suatu pengertian
yang luas. Dia tidak saja mencakup suatu kerja sama dimana masing-masing
pihak melakukan penyertaan modal (equity joint ventures) tetapi juga bentuk-bentuk
kerjasama lainnya yang lebih longgar, kurang permanen sifatnya serta tidak harus melibatkan
partisipasi modal. Yang pertama mengarah pada terbentuknya suatu badan hukum,
sedangkan pola yang kedua perwujudannya tampak dalam berbagai bentuk kontrak
kerjasama (contractual joint ventures) dalam bidang manajemen (management contract),
pemberian lisensi (license agreement), bantuan teknik dan keahlian (technical assistance and
know-how agreement), dan sebagainya. Dengan joint venture diharapkan dapat menghimpun
sinergi dari berbagai pihak, khususnya pihak yang menguasai pasar dan pihak yang
menguasai teknologi produksi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi dari Joint Venture?
2. Apa saja ciri-ciri dari Joint Venture?
3. Bagaimana pembagian laba di dalam Joint Venture?
4. Bagaimana pencatatan atau perlakuan akuntansi di dalam Joint Venture?
1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini ialah:

1. Untuk memenuhi salah satu tugas matakuliah Akuntansi Keuangan Lanjutan I.


2. Untuk menambah pengetahuan tentang definisi dari Joint Venture.
3. Untuk menambah pengetahuan tentang ciri-ciri dari Joint Venture.
4. Untuk menambah pengetahuan tentang pembagian laba di dalam Joint Venture.
5. Untuk menambah pengetahuan tentang pencatatan atau perlakuan akuntansi di dalam
Joint Venture.

1.4 Manfaat Penulisan


Makalah ini dapat bermanfaat untuk menambah dan memperdalam ilmu pengetahuan tentang
Joint Venture. Baik dari definisi Joint Venture, ciri – ciri dari Joint Venture, pembagian laba
di dalam Joint Venture, dan pencatatan atau perlakuan akuntansi di dalam Joint Venture.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Joint Venture

PSAK No. 15 mendefinisikan joint venture sebagai perjanjian kontraktual yang


melibatkan dua atau lebih pihak untuk melaksanakan kegiatan ekonomi yang dikendalikan
bersama. Joint venture disingkat JV, di Indonesia biasa disebut usaha patungan, adalah entitas
yang dibentuk oleh dua pihak atau lebih untuk menyelenggarakan aktivitas ekonomi
bersama, atau suatu bentuk persekutuan yang sekutunya dua atau lebih orang atau perusahaan
bergabung dalam menyelesaikan suatu proyek komersial dan berakhir setelah mencapai
tujuannya.

Kadang-kadang juga disebut sebagai aliansi strategis, yang meliputi berbagai mitra,
termasuk organisasi nirlaba, sektor bisnis dan umum. Pihak-pihak yang terlibat sepakat untuk
membentuk entitas baru, masing-masing menyetorkan modal, berbagi risiko dan keuntungan,
serta kendali atas entitas tersebut. Joint venture bisa dibentuk hanya untuk satu projek
tertentu, lalu dibubarkan. Akan tetapi, joint venture juga bisa saja dibentuk untuk hubungan
bisnis yang berkelanjutan. Dan berikut ini adalah beberapa definisi joint venture menurut
para ahli antara lain:

 Menurut Peter Mahmud, joint venture merupakan suatu kontrak antara dua
perusahaan untuk membentuk satu perusahaan baru, perusahaan baru inilah yang
disebut dengan perusahaan joint venture.
 Menurut Erman Rajagukguk, joint venture ialah suatu kerja sama antara pemilik
modal asing dengan pemilik modal nasional berdasarkan perjanjian, jadi pengertian
tersebut lebih condong pada joint venture yang bersifat internasional.
Berdasarkan pengertian dari tokoh di atas maka dapat kita ketahui unsur-unsur yang terdapat
dalam joint venture ialah:
1. Kerjasama dua pihak atau lebih.
Joint venture merupakan kerjasama dua pihak atau lebih yang sepakat untuk membentuk
perusahaan baru dengan nama baru.
2. Ada modal.
Dalam joint venture masing-masing pihak memberikan modal untuk disetor dan dipakai
bersama untuk mengoperasikan perusahaan baru.
3. Ada surat perjanjian.
Sebagai bentuk adanya kerjasama antara dua belah pihak, maka dalam joint venture
harus ada surat perjanjian yang berfungsi untuk mengikat kedua belah pihak tersebut.
Dalam joint venture karena melibatkan orang lain, maka perlu diperhatikan dan diteliti
apakah pihak yang akan diajak kerjasama tersebut adalah pihak yang bisa
dipertanggungjawabkan.

2.2 Anggota Joint Venture


Para anggota (pihak yang menyelenggarakan) joint venture sering disebut dengan
istilah venture atau partner atau sekutu. Anggota joint venture dapat berupa perseorangan,
persekutuan, perseroan terbatas dan sebagainya. Waktunya terbatas dan masing-masing
pihak dapat menyerahkan barang atau uang sebagai kontribusi terhadap usaha bersama itu.

Pada umumnya semua partner ikut mengelola jalannya perusahaan. Untuk memimpin
perusahaan sehari – hari, salah seorang anggota joint venture ditunjuk sebagai rekan
pimpinan (managing partner) dan kepadanya diberikan imbalan (compensation) yang
berkewajiban menyelenggarakan pembukuan dan penyajian laporan keuangan. Proyek yang
dikerjakan umumnya proyek dengan pembiayaan besar, misalnya pengembangan suatu
bidang tanah untuk dijual, pembuatan jembatan atau dam, pembelian dan penjualan sekuritas
atau eksplorasi dan pemboran minyak atau gas.

2.3 Ciri – Ciri Joint Venture

Ciri Ciri Join Venture:


1. Waktunya terbatas
2. Kontribusi masing-masing pihak dapat berupa barang atau uang.
3. Keuntungan atau kerugian dibagi sama.
4. Sebelum Keuntungan dibagi diperhitungkan dahulu bunga modal, komisi, bonus dan
lain-lain untuk pihak-pihak yang telah berjasa.
5. Salah satu pihak ditunjuk sebagai pimpinan usaha joint venture yang disebut "managing
partner
Perusahaan joint venture memiliki ciri – ciri:
1. Merupakan perusahaan baru yang secara bersama-sama didirikan oleh beberapa
perusahaan lain.
2. Modalnya berupa saham yang disediakan oleh perusahaan - perusahaan pendiri dengan
perbandingan tertentu.
3. Kekuasaan dan hak suara dalam joint venture didasarkan pada banyaknya saham yang
ditanam oleh masing-masing perusahaan pendiri.
4. Perusahaan - perusahaan pendiri joint venture tetap memiliki eksistensi dan kebebasan
masing - masing.
5. Risiko ditanggung bersama - sama antara masing - masing partner melalui perusahaan -
perusahaan berlainan.

2.3.1 Perbedaan Joint Venture dengan Firma


Join Venture Firma/Sekutu
Lingkup usahanya lebih terbatas Lingkupnya tak terbatas, semua usaha
yangmenghasilkan laba
Waktunya terbatas, hingga tujuan Waktu tak tentu, yaitu selamanya
tercapai

2.4 Alasan Pembentukan Joint Venture


Alasan internal:
1. Membangun kekuatan perusahaan
2. Menyebarkan biaya dan risiko
3. Menambah akses ke sumber daya keuangan
4. Ekonomi skala dan keuntungan kekuatan
5. Akses ke teknologi dan pelanggan baru
6. Akses ke praktek manajer inovatif

2.5 Pembagian laba Joint Venture


Seperti halanya persekutuan, maka laba joint venture juga hak para anggota. Oleh
karana itu, laba joint venture akan dibagikan kepada para sekutu. Cara (metode) pembagian
labanya juga akan diatur di dalam perjanjian. Metode pembagian laba yang dipakai juga sama
dengan metode pembagian laba persekutuan, yaitu:
1. Laba dibagi sama,
2. Laba dibagi dengan ratio tertentu.
3. Laba dibagi sesuai dengan ratio modal, yaitu:
a. Modal mula-mula,
b. Modal awal periode,
c. Modal akhir periode.
d. Modal rata-rata.
4. Laba dibagi dengan memperhitungkan bunga modal dan sisanya dibagi menurut cara a,
b atau c.
5. Laba dibagi dengan memperhitungkan gaji dan bonus dan sisanya dibagi menurut cara
a, b atau c.
6. Laba dibagi dengan memperhitungkan bunga modal, gaji serta bonus dan sisanya dibagi
menurut cara a, b atau c.

2.6 Metode Akuntansi Untuk Joint Venture


Pada prinsipnya ada dua metode:
1. Buku diselenggarakan terpisah dari pembukuan masing-masing anggota.
Pembukuan masing-masing anggota diselenggarakan secara terpisah rekening
pembukuan di dalam joint venture meliputi aktiva, hutang, pendapatan, biaya - biaya dan
modal yang diselenggarakan untuk tiap anggota.
2. Rekening - rekening untuk setiap transaksi dalam joint venture ada dan dicatat didalam
buku masing-masing anggota, (tidak diselenggarakan pembukuan secara terpisah
terhadap aktiva joint venture atau digabung).
Masing-masing anggota harus mempunyai rekening joint venture pada buku-bukunya,
meskipun masing-masing patner mecatat transaksi-transaksi yang terjadi pada buku
managing patner tetap harus dibentuk rekening joint venture. Misal kas JV, piutang JV,
Hutang JV, dll. Dalam metode ini, joint venture tidak menyelenggarakan akuntansi secara
tersendiri. Akuntansi terhadap joint venture diselenggarakan oleh masing-masing sekutu
(partner). Dalam hal ini, akuntansinya dapat dibagi menjadi dua yaitu:
a. Managing Partner
Pada dasarnya managing partner akan menyelenggarakan rekening secara lengkap, yaitu
rekening - rekening aktiva, utang, modal, pendapatan, dan biaya. Oleh karena akuntansi
tersebut dicampur dengan akuntansi perusahaannya sendiri, maka untuk membedakannya
setiap rekening joint venture diberi tanda tersendiri, yaitu dengan penambahan istilah “joint
venture” pada setiap rekening. Rekening-rekening yang diselenggarakan managing partner
meliputi:

 Rekening Aktiva - Joint Venture


 Rekening Utang - Joint Venture
 Rekening sekutu atau partner
 Rekening Joint Venture

Berikut mekanisme pendebitan dan pengkreditan rekening ini:


1) Pendebitan dilakukan apabila terjadi transaksi yang berakibat:
 Aktiva joint ventre bertambah
 Utang joint venture berkurang
 Modal atau managing partner berkurang
2) Pengkreditan dilakukan apabila terjadi transaksi yang berakibat:
 Aktiva joint venture berkurang
 Utang joint venture bertambah
 Modal atau managing partner bertambah
b. Non - Managing Partner

Non - managing partner hanya menyelenggarakan 2 macam rekening, yaitu:


 Rekening Joint Venture
 Rekening Sekutu (Partner)

2.7 Joint Venture yang Belum Selesai

Dalam hubungannya dengan joint venture yang belum selesai tersebut timbul masalah
akuntansi, yaitu mengenai pengakuan laba atau rugi joint venture yaitu apakah perlu
mengakui rugi-laba atas joint venture yang belum selesai. Perlu tidaknya mengakui rugi-
laba joint venture yang belum selesai harus memperhatikan prinsip-prinsip yang mendasari
pengakuan rugi laba (pendapatan dan biaya).
Dalam hal anggota joint venture mengakui laba atas joint venture yang belum selesai
ini menimbulkan 2 masalah, yaitu penentuan besarnya laba atau rugi yang diakui dan
pencatatannya akan tergantung pada metode akuntansi yang digunakan.

1. Metode Akuntansi Terpisah


Apabila joint venture menyelenggarakan akuntansi dengan metode ini maka besarnya
laba adalah selisih antara pendapatan dan biaya. Apabila diperlukan maka untuk
menghitung laba atau rugi tersebut diperlukan penyesuaian. Laba atau rugi tersebut akan
dibagi sesuai dengan rasio atau metode pembagian laba yang disepakati. Dengan metode
ini maka masing-masing sekutu hanya akan mencatat bagian laba atau rugi yang menjadi
haknya.
2. Metode Akuntansi Tidak Terpisah
Apabila joint venture menggunakan metode akuntansi tidak terpisah maka besarnya laba
atau rugi dapat diketahui dari saldo rekening “Joint Venture”, yaitu:
a. Laba, apabila rekening Joint venture bersaldo kredit
b. Rugi, apabila rekening Joint venture bersaldo debit.

Seperti yang dijelaskan bahwa joint Venture hanya bisa dihitung laba/ruginya apabila
telah berakhir usaha yang menjadi obyeknya maka dalam pembukuan ini mengalami hal hal
yang perlu dilakukan karena pembukuan secara tidak terpisah sedikit berbeda dari
pembukuan secara terpisah, yang membedakan adalah hak-hak para anggota di dalam joint
venture dapat ditentukan pada setiap saat yang menyangkut aktivitas joint venture.
Hak-hak para anggota adalah selisih antara jumlah kumulatif semua rekening yang
mempunyai saldo debit dengan jumlah kumulatif semua rekening yang mempunyai saldo
kredit dari pembukuan yang diselenggarakan oleh anggota yang bersangkutan.
Rekening-rekening dengan saldo debet menunjukkan aktiva joint venture (termasuk
biaya yang dibayar dimuka). Sedangkan rekening-rekening yang mempunyai saldo kredit
adalah rekening yang menunjukkan kewajiban-kewajiban joint venture kepada pihak ketiga
dan hak-hak anggota di dalam joint venture.

2.8 Barang yang Belum Terjual

Sisa barang dagangan yang belum terjual harus diperlakukan secara tepat sesuai penggunaan
sisa barang yang bersangkutan, yang dalam hal ini ada 3 kemungkinan yaitu:

1. Dibagi kepada Para Sekutu


a. Metode akuntansi terpisah

Apabila joint venture menyelenggarakan akuntansi secara terpisah maka pencatatan


terhadap pembagian sisa barang dagangan kepada para sekutu, tergantung sistem
akuntansi persediaan. Jika dengan sistem perpetual, maka pembagian sisa barang kepada
para sekutu dicatat oleh joint venture dengan mendebit rekening masing-masing sekutu
dan mengkredit rekening persediaan. Jika dengan sistem fisik, maka pembagian sisa
barang dagangan tidak harus dicatat. Jika ingin dicatat maka akan dicatat dengan
mendebit rekening modal masing-masing sekutu dan mengkredit rekening penjualan.

b. Metode akuntansi tidak terpisah

Apabila joint venture menyelenggarakan akuntansi secara tidak terpisah, maka


pembagian sisa barang kepada para sekutu tidak perlu dicatat.

2. Dijual kepada Pihak Luar

Apabila sisa barang dijual kepada pihak luar maka akan dicatat seperti halnya penjualan yang
biasa. Jika menggunakan metode akuntansi terpisah transaksi ini akan dikredit ke rekening
penjualan, yang akhirnya akan menambah laba sebesar harga jual. Jika menggunakan metode
akuntansi tidak terpisah transaksi ini akan dikredit ke rekening joint venture sebesar harga
jual.

3. Dijual kepada Sekutu


a. Metode akuntansi terpisah

Jika menggunakan metode akuntansi terpisah maka transaksi tersebut hanya akan dicatat
oleh joint venture dan sekutu yang bersangkutan dengan mendebit rekening sekutu yang
membeli dan mengkredit rekening penjualan, masing-masing sebesar harga jual.

b. Metode akuntansi tidak terpisah

Jika menggunakan metode akuntansi tidak terpisah maka transaksi tersebut akan dicatat
oleh semua sekutu. Sekutu pembeli akan mencatat dengan mendebit rekening pembelian
atau persediaan dan mengkredit rekening joint venture. Sekutu yang lain akan mencatat
dengan mendebit rekening sekutu pembeli dan mengkredit rekening joint venture,
masing-masing sebesar harga jual.

CONTOH SOAL
Berikut ini adalah contoh pencatatan transaksi joint venture yang anggota – anggotanya A,
B dan C bergabung menyelesaikan proyek pengembangan dan penjualan kapling tanah
setelah ditingkatkan. A ditunjuk sebagai sekutu pimpinan dan untuk itu dia diberi kompensasi
Rp 50.000.000. Pada akhir proyek mereka membagi laba dengan perbandingan 50:30:20

Transaksi:

1. A menyerahkan tanah kepada joint venture pada harga yang disepakati Rp


1.000.000.000
2. B membayar kontrak peningkatan tanah, saluran air dan lain – lain perbaikan Rp
600.000.000
3. C menyerahkan kas kepada A untuk joint venture Rp 400.000.000
4. A membayar biaya iklan, komisi dan biaya penjualan lainnya Rp 375.000.000
5. Kapling dijual Rp 2.500.000.000 dengan menerima Rp 500.000.000 tunai dan Rp
2.000.000.000 wesel tagih
6. Wesel tagih dijual dengan diskon 100% tanpa jaminan
7. Penghasilan joint venture ditutup ke akun masing masing sekutu

penghasilan bersih Rp325.000.000


kompensasi untuk A (Rp50.000.000)
saldo dibagi diantara sekutu 50:30:20 Rp275.000.000

A Rp137.500.000
B Rp82.500.000
C Rp55.000.000

8. Pembagian kas dalam penyelesaian joint venture

1. Buku – buku terpisah

Jika joint venture memperkirakan penyelesaian proyek yang ditangani memakan waktu lama
dan menyangkut banyak transaksi maka dianggap baik bila sistem akuntansi menggunakan
buku – buku terpisah.

Pencatatan dalam buku buku terpisah (dalam 000.000 rupiah)

BUKU – BUKU BUKU – BUKU A BUKU – BUKU B BUKU – BUKU C


JOINT VENTURE
Dr. Tanah 1000 Dr. Investasi
Cr. Modal A 1000 dalam ABC 1000
Cr. Tanah 750
Cr. Laba Tanah 250
Dr. Tanah 600 Dr. Investasi
Cr. dModal B 600 dalam ABC 600
Cr. Kas 600
Dr. Kas 400 Dr. Investasi
Cr. Modal C 400 dalam ABC 400
Cr. Kas 400
Dr. Biaya
Penjualan 375
Cr. Kas 375
Dr. Kas 500
Dr. Wesel tagih 2000
Cr. Tanah 1600
Cr. Keuntungan tanah
900
Dr. Kas 1800
Dr. Beban bunga 200
Cr. Wesel tagih 2000
Keuntungan Investasi Investasi Investasi
tanah 900 dalam ABC 187.5 dalam ABC 82.5 dalam ABC 55
Biaya penjualan 375 Penghasilan Penghasilan Penghasilan
Biaya bunga 200 dari ABC 187.5 dari ABC 82.5 dari ABC 55
Modal A 1187.5
Modal B 82.5
Modal C 55

Dr. Modal A 187.5 Dr. Kas 1.187.5 Dr. Kas 682.5 Dr. Kas 455
Dr. Modal B 682.5 Cr. Investasi Cr. Investasi Cr. Investasi
Dr. Modal C 455 dalam ABC dalam ABC 682.5 dalam ABC 455
Cr. Kas 2.325 1.187.5

2. Buku – Buku Tidak Terpisah

Jika proyek suatu joint venture dapat diselesaikan dalam jangka waktu singkat dengan sifat
operasi yang sederhana maka dianggap cukup menggunakan sistem akuntansi dengan buku
– buku tak terpisah. Dalam hal ini setiap sekutu haru memberitahukan transaksinya dengan
joint venture kepada sekutu lainnya.

Pencatatan dalam buku – buku tak terpisah (dalam 000.000 rupiah)

BUKU – BUKU A SEKUTU BUKU – BUKU B BUKU – BUKU C


PIMPINAN
Joint venture (JV) 1000 Joint venture 1.000 Joint venture 1.000
Tanah 750 A 1.000 A 1.000
Keuntungan tanah 250
Joint venture 600 Joint venture 600 Joint venture 600
B 600 Kas 600 B 600
Kas joint venture 400 A 400 A 400
C 400 C 400 Kas 400
Joint venture 375 Joint venture 375 Joint venture 375
Kas joint venture 375 A 375 A 375
Kas JV 500 A 2.500 A 2.500
Wesel tagih JV 2.000 Joint venture 2.500 Joint venture 2.500
Joint ventue 2.500
Kas JV 1.800 Joint venture 200 Joint venture 200
Joint venture 200 A 200 A 200
Wesel tagih JV 2.000
Joint venture 325 Joint venture 325 Joint venture 325
Penghasilan dari Penghasilan dari Penghasilan dari
JV (modal) 187.5 JV (modal) 82.5 JV (modal) 55
B 82.5 A 187.5 B 187.5
C 55 C 55 C 82.5
Kas (pribadi) 1.187.5 Kas (pribadi) 682.5 Kas (pribadi) 455
B 682.5 C 455 B 682.5
C 455 A 1.137.5 A 1.137.5
Joint venture 2.325
Bila tidak menggunakan buku – buku terpisah, hak sekutu dalam joint venture dihitung dari
saldo – saldo akun yang berhubungan dengan venture yang muncul di buku masing – masing
sekutu. Akun dengan saldo debet menyatakan aset joint venture, biaya yang akan direalisasi,
atau tuntutan joint venture terhadap sekutu. Akun dengan saldo kredit mewakili tuntutan
pihak luar atau hak sekutu di dalam aset venture. Perbedaan antara saldo debet dan kredit
menunjukkan hak perorang sekutu dalam joint venture. Misalnya, hak sekutu A, B dan C di
atas dihitung setelah transaksi 3 sebagi berikut:

HAK A HAK B HAK C


Kas joint venture Rp400 Joint venture Rp1.600 Joint venture Rp1.600
Kurangi Kurangi
Joint venture Rp1.600 kredit: kredit:
Rp2.000 A Rp600 A Rp600
kurangi kredit C Rp400 Rp1.000 B Rp600 Rp1.200
B Rp600
C Rp400 Rp1.000
HAK A Rp1.000 HAK B Rp600 HAK C Rp400

BAKER BELUM DIMASUKIN KE MATERI


Sebagian besar joint venture adalah kerja sama jangka pendek antara dua pihak atau
lebih untuk memenuhi tujuan tertentu seperti pembangunan real estate, pengeboran minyak
bumi, pendanaan produksi bersama, dan pendanaan dalam dunia hiburan. Banyak kegiatan
yang berskala internasional bertujuan untuk pengembangan produksi atau pasar melibatkan
joint venture yang bekerja sama dengan perusahaan asing atau pemerintah asing.
Kecenderungan akhir – akhir ini adalah pembentukan joint venture untuk riset di mana dua
pihak atau lebih bekerja sama dan menyepakati pembagian biaya dan penyelesaian riset pada
laboraturium terpisah. Para pemodal tidak harus mempunyai kepemilikan yang seimbang;
pemodal bisa mempunyai kepemilikan serendah – rendahnya 5% atau 10% atau bahkan
setinggi – tingginya 90% atau 95%. Sebagian besar joint venture terdiri dari dua pihak, yang
disebut joint venture dengan 50% kepemilikan, yang membagi kepemilikan sama besar.

Sebuah joint venture bisa dikelola seperti sebuah korporasi, persekutuan, atau bentuk
tak terpisah. Joint venture dalam bentuk korporasi biasanya dibentuk untuk proyek jangka
panjang seperti pengembangan dan teknologi di antara beberapa perusahaan. Pembentukan
joint venture tidak lain adalah untuk formalisasi hubungan antara pemodal secara legal dan
membatasi kewajiban para pemodal sebatas pada investasi yang ditanamkan. Saham para
pemodal tidak diperdagangkan di publik, dan pemodal biasanya memiliki usaha lain sesama
mereka.

Ketika suatu perusahaan memiliki kendali atas yang lain, maka perusahaan yang
dikendalikan dikategorikan sebagai anak perusahaan, bukan perusahaan joint venture,
meskipun pemilik lainnya hanya sedikit jumlahnya. Sebuah anak perusahaan harus
dikonsolidasikan oleh pemilik yang mempunyai kendali, dan pemilik lain di kategorikan
sebagai pihak minoritas.

Sebuah joint venture berbentuk persekutuan memiliki perlakuan akuntansi yang sama
dengn persekutuan pada umumnya. Beberapa joint venture hanya memiliki pembukuan pada
salah satu pemodal, penggabungan akuntansinya tidaklah mencerminkan secara penuh fakta
– fakta bahwa joint venture adalah entitas pelaporan terpisah. Setiap sekutu atau pemodal,
mencatat saldo investasi masing – masing pada pembukuannya untuk kepemilikannya pada
joint venture. Investasi pada pembukuan persekutuan didebit pada saat investasi awal dan
untuk bagian investor atas laba setelah itu. Penarikan dan bagian rugi akan mengkredit saldo
investasi. Saldo investasi haruslah mencerminkan saldo modal para sekutu yang dilaporkan
pada laporan keuangan persekutuan joint venture.

Keuntungan yang timbul dari transaksi sesama pemodal dieliminasi dan investor atau
sekutu harus mencatat bagiannya atas laba atau rugi sebagaimana pada metode ekuitas. Untuk
tujuan laporan keuangan, jika ternyata salah satu pemodal memiliki kendali, pemodal
tersebut harus mengkonsolidasikan joint venture dalam laporan keuangannya. Jika semua
pemodal memiliki kendali bersama, maka harus menggunakan metode ekuitas satu baris
untuk melaporkan investasi pada joint venture.

Akuntansi untuk joint venture bentuk tak terpisah biasanya mengikuti metode
akuntansi yang biasa digunakan persekutuan. Kepemilikian tak terpisahkan terjadi ketika
masing – masing investor atau pemodal memiliki secara proporsional atas aset dan kewajian.
Beberapa praktik industri yang ada, khususnya untuk akuntansi minyak dan gas, melakukan
pengakuan pro rata atas aset, kewajiban, pendapatan, dan beban. Misalnya, perusahaan A dan
B melakukan investasi masing – masing 50% dalam bentuk joint venture, disebut JTV, untuk
tujuan eksplorasi. JTV memiliki aset senilai Rp 500.000.000 dan kewajiban jangka panjang
senilai Rp 200.000.000. Oleh karena itu, baik perusahaan A maupun B memiliki investasi
senilai Rp 150.000.000 (Rp 300.000.000 x 0,5). Dengan menggunakan metode ekuitas, pada
laporan keuangan kedua perusahaan disajikan investasi pada joint venture sebesar Rp
150.000.000

Standar akuntansi internasional yang digunakan mengharuskan pro raya, yang sering
disebut “konsolidasi proporsional”, dimana neraca masing – masing perusahaan melaporkan
aset dan kewajiban JTV. Dalam kasus ini, aset senilai Rp 250.000.000 (Rp 500.000.000 x
0,5) dan kewajiban senilai Rp 100.000.000 (Rp 200.000.000 x 0,5) ditambahkan ke dalam
penyajian aset dan kewajiban masing – masing investor. Bagian aset dan kewajiban harus
ditambahkan secara proporsional atas hal sejenis di dalam laporan keuangan investor.
Metode pro rata yang sama juga digunakan untuk pendapatan dan beban.

Perbandingan antara metode ekuitas dengan konsolidaso proporsional untuk perusahaan A :

NERACA PERUSAHAAN A
SEBELUM JOINT METODE KONSOLIDASI
(dalam ribuan) VENTURE EKUITAS PROPORSIONAL
aset lancar Rp250.000 Rp100.000 Rp100.000
aset tetap Rp400.000 Rp400.000 Rp650.000
investasi pada joint
venture Rp0 Rp150.000 Rp0
total Rp650.000 Rp650.000 Rp750.000
kewajiban lancar Rp100.000 Rp100.000 Rp100.000
kewajiban jangka panjang Rp300.000 Rp300.000 Rp400.000
ekuitas Rp250.000 Rp250.000 Rp250.000
total Rp650.000 Rp650.000 Rp750.000

Joint venture memberikan fleksibilitas kepada investor, begitu juga kepada


manajemen, operasional, dan pembagian laba atau rugi. Namun, perusahaan harus
memperhatikan ISAK 7 tentang “Interprestasi Paragraf 5 dan 19 PSAK 4 tentang konsolidasi
untuk Entitas Bertujuan Khusus”. Dalam situasi dimana investor tidak memiliki kepemilikan
saham mayoritas, mungkin muncul perjanjian atau kontrak yang mengatur alokasi laba atau
rugi suatu entitas. ISAK 7 menyatakan bahwa konsolidasi entitas bertujuan khusus – EBK
(special purpose entities – SPE) dibutuhkan jika investor akan menyerap perkiraan kerugian
atau menerima perkiraan keuntungan mayoritas suatu entitas. Maka investor yang tidak
memiliki memiliki kendali dapat menjadi pihak utama dalam EBK dan diminta untuk
melakukan konsolidasi penuh atas entitas.

Sebuah joint venture juga mensyaratkan pengungkapan catatan tambahan untuk


menyajikan rincian tambahan mengenai pembentukan dan operasi joint venture, metode
akuntansi yang digunakan, serta ikhtisar posisi keuangan dan laba.

Bentuk lain dari asosiasi usaha adalah sindikat (syndicate). Sindikat biasanya bersifat
jangka pendek dan memili satu tujuan seperti pengembangan sebuah proposal keiangan suatu
perusahaan. Sindikat bersifat informal, oleh karena itu hubungan di antara pihak secara legal
harus dinyatakan dengan jelas sebelum memulai proyek.
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Untuk perusahaan yang mempunyai modal yang cukup besar,dengan jangkauan
pemasaran yang luas mungkin tidak masalah bila ingin menambah jenis usahanya. Tetapi
bagi perusahaan yang memiliki kendala misalnya dalam bidang modal. Hal itu dapat menjadi
masalah untuk mengembangkan usahanya. Tetapi ada satu cara yaitu dengan melakukan
Joint Venture (JV).
Arti dari Joint Venture adalah bentuk usaha bersama, kongsi, atau kerjasama. Joint
Venture adalah satu kerjasama yang mekibatkan dua atau lebih peserta aktif sebagai mitra
atau disebut aliansi strategis. Dalam kerjasama tersebut tentu untuk mendapatkan keuntungan
(bidang ekonomi) merupakan alasan utama. Hal- hal yang mendukung terjadinya kerjasama
tersebut yaitu tersedianya bahan baku yang melimpah, tenaga kerja yang banyak, dan pasar
yang prospektif. Joint venture dapat bersifat nasional dan internasional. Dalam Joint Venture
terdapat perjanjian dalam hal kerjasama berdasarkan pada kontraktual.

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai